Anda di halaman 1dari 5

Nama Kelompok 5 :

1. Herawati
2. Irmawati
3. Yuli Suprianti

Mata Kuliah : Ilmu Pemerintahan

Prodi : Statistika

TEKNIK PEMERINTAHAN
Teknik pemerintahan bertujuan supaya pemerintah dapat menjalankan dan
menyelenggarakan roda pemerintahan secara baik, benar, dan elok serta mempercepat
pemerintah dalam mencapai tujuannya. Dalam buku yang berjudul Ilmu Pemerintahan BAB 9
Teknik Pemerintahan membahas mengenai teknik koordinasi pemerintahan, teknik
birokrasi pemerintahan, teknik kekuasaan pemerintahan, teknik pelayanan pemerintahan,
teknik desentralisasi, dan teknik integrasi. Pada pembahasan ini kami mengaitkan Teknik
Pemerintahan dengan peranan statistika dalam ilmu pemerintahan salah satu pembahasan
yaitu Tekni Desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan urusan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.Salah satu dari
pembahasan tersebut untuk mengaitkan peranan statistika pada bab tersebut. Yakni
Desentralisasi atau biasa disebut otonomi daerah.

Pratikno (2005) berpendapat bahwa pola hubungan pusat - daerah seperti yang terjadi
pada masa Orde Baru merupakan pola hubungan yang sentralistis. Dalam pola hubungan
yang sentralistis pemerintah pusat mendominasi segala segi pemerintahan. Ciri utamanya
adalah perencanaan dan pengendalian yang terpusat yang mengharuskan adanya sistem
organisasi pemerintahan dan manajemen proyek yang dikembangkan di daerah dengan tujuan
agar hasilnya mudah diukur, dikendalikan, diawasi dan dievaluasi. Adanya pembagian
kewenangan serta tersedianya ruang gerak yang memadai untuk 2 memaknai kewenangan
yang diberikan kepada unit pemerintahan yang lebih rendah (pemerintah lokal), merupakan
perbedaan terpenting antara konsep desentralisasi dan sentralisasi. Menurut Litvack dan
Seddon (1999:2) desentralisasi diartikan sebagai the transfer of authority and responsibility
for public from- the central government to subordinate or quasi independent government
organization, or the private sector.Hal iui berarti apabila sumber sumber kewenangan
berpusat hanya pada pemerintah sebagai institusi tertinggi yang mewakili Negara, maka
secara bertahap perlu dilakukan transfer kewenangan dan tanggung jawab kepada institusi di
luar pemerintah pusat.

Otonomi daerah merupakan realisasi dari ide desentralisasi (Imawan, 2005). Daerah
otonom merupakan wujud nyata dan dianutnya asas devolusi dan dekonsentrasi sebagai
makna dari desentralisasi sendiri. Dalam konteks ini, otonomi harus dipahami secara
fungsional. Maksudnya, orientasi otonomi seharusnya pada upaya pemaksimalan fungsi
pemerintahan (pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan) agar dapat dilakukan secepat,
sedekat, dan setepat mungkin dengan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan Imawan (2005),
Chaidir (2005) menyatakan bahwa otonomi merupakan wujud nyata desentralisasi. Dalam
bahasa yang sederhana otonomi adalah suatu keadaan yang tidak tergantung pada siapa pun.
Dalam bahasa yang lebih politis, dalam konteks hubungan pusat daerah, otonomi
merupakan sebuah kewenangan yang dimiliki oleh daerah untuk mengatur sistem
administrasi birokrasi, keuangan, kebijakan publik, dan hal hal lain, dalam batasan
batasan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Dengan adanya otonomi sebuah
pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran akan lebih dimungkinkan. Otonomi daerah
menurut UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemeintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangan.

Kasus yang diperoleh dari sebuah artikel Keriahen Tarigan yaitu Pengaruh Otonomi
Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sektor-sektor Berpotensi yang dapat
Dikembangkan di Pemerintahan Kota. Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera
Utara mempunyai harapan yang besar atas pelaksanaan otonomi daerah, sehingga Pemerintah
Kota Medan harus lebih mampu meningkatkan sumber penerimaan asli daerahnya sebagai
sumber PAD dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah, karena PAD adalah salah satu
dasar penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan suatu daerah yang berstatus
otonom. Sebagai gambaran keuangan Pemerintah Kota Medan dapat dilihat perkembangan
PAD selama 2 (dua) tahun terakhir pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Perkembangan PAD Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2000 2001 (milyar
rupiah)

Kota Tahun Rata-rata Penerimaan


2000 2001
Medan 55.76 88.23 71,99
Sumber: Dispenda Pemerintah Kota Medan, 2005

Berdasarkan Tabel 1 di atas PAD Kota Medan selama kurun waktu 2 (dua) tahun
(2000-2001) pada dasarnya menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah ratarata penerimaan PAD dalam kurun waktu tersebut adalah sebesar Rp
71,99 milyar dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 58,24% per tahun. Berdasarkan
uraian di atas maka perlu diadakan suatu kajian yang berfokus pada PAD Pemerintah Kota
Medan dengan judul Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan sektorsektor berpotensi yang dapat dikembangkan di Pemerintah Kota Medan.

Pos bagi hasil pajak secara keseluruhan memberikan kontribusi rata-rata 21,65% per
tahun terhadap bagian dana perimbangan dengan pertumbuhan ratarata 43,80% per tahun.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Secara keseluruhan untuk pos bagi hasil
bukan pajak/sumber daya alam mengalami tingkat penurunan rata-rata (31,47%) per tahun
dengan kontribusi rata-rata 0,23% per tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
2.

Secara keseluruhan untuk pos bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi memberikan
kontribusi rata-rata 18,74% per tahun terhadap dana perimbangan dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 44,27% per tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Secara keseluruhan untuk pos DAU&DAK dari pemerintah pusat memberikan kontribusi
yang terbesar yaitu rata-rata 55,08% per tahun terhadap dana perimbangan dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 9,97% pertahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Secara keseluruhan untuk pos lain-lain pendapatan yang sah dari pemerintah pusat
memberikan kontribusi rata-rata 4,12% per tahun terhadap dana perimbangan dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 129,77% per tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 1. Grafik Penerimaan Bagi Hasil Pajak di Pemerintah Kota Medan Tahun 2002-2004
(jutaan rupiah)

Gambar 2. Grafik Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam di Pemerintah Kota Medan
Tahun 2002-2004 (Jutaan rupiah)

Gambar 3. Grafik Penerimaan Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi di Pemerintah Kota
Medan Tahun 2002-2004 (jutaan rupiah)

Gambar 4. Grafik DAU dan DAK di Pemerintah Kota Medan Tahun 2002-2004 (jutaan
rupiah)

Gambar 5. Grafik Lain-


lain Pendapatan yang
Sah di Pemerintah kota
Medan Tahun 2002-
2004 (jutaan
rupiah)

Anda mungkin juga menyukai