Anda di halaman 1dari 8

C. HAKIKAT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA a.

Letak, Arti, Peranan dan Tujuan Hukum Administrasi Negaraah Letak Hukum Administrasi Negara dalam kerangka Ilmu Pengetahuan Hukum tergambar dalam bagan berikut : Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan Eksakta

IlmuPengetahuam Sosial

dll

Ilmu Negar a

Ilmu Politik

Ilmu Huku m

Kebud ayaan

Ilmu Ekono mi

Ilmu Psikolo gi

Publik

Privat

dll

H. Pajak

H. Agrari an

H.
Internas ional

H. Pidan a

H. Tata Negar a

H. Adm Nega ra H. Perda ta H. Dagan g

Publik

Perdata

H. Acara Perbandi- PerbandiPidana ngan HTN ngan HAN

Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi negara dengan warga masyarakat, di mana diberikan wewenang untuk melakukan tindak hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu pemerintahan. Mengapa perlu diberi wewenang? Dan apa yang dimaksudkan dengan memberi wewenang? Maksudnya dengan surat keputusan itu ada pejabat administrasi negara yang berwenang untuk mengatur masyarakat. Wewenang pejabat administrasi negara itu mempunyai landasan hukum dari peraturan perundang-undangan. Contohnya adalah misalkan ada petugas pajak yang mendapat wewenang untuk menarik pajak penghasilan dari setiap individu yang mempunyai peghasilan. Si petugas pajak dengan kewenangan yang diberikan oleh Surat Keputusan Menteri Keuangan berdasarkan perundang-undangan perpajakan tidak dapat berbuat semena-mena, tapi harus sesuai rambu rambu dan perunndang-undangan yang berlaku. UU PERPAJAKAN Wewenang Menkeu (SK) Administrasi Negara Petugas Pajak

Masyarakat

Gambar C1. Contoh aturan Hukum Administrasi Negara Selain mengatur tentang landasan hokum nagi Keputusan Administrasi Negara, pemberian wewenang dimaksudkan untuk mencegah bertujuan pula agar setiap tindakan kesimpangsiuran serta menghindari administrasi negara yang berkompeten di bidangnya. Hal demikian pejabat yang melampaui wewenangnya. Lebih jauhnya lagi adalah untuk melindungi masyarakat dari kesewengang-wenangan pejabat administrasi negara. Ada 3 (tiga) arti daripada Administrasi Negara, yaitu : i. Sebagai institusi aparatur politik negara, aparatur pemerintah, semua atau sebagai yang

(kenegaraan).

Singkatnya

organ

menjalankan Administrasi Negara. ii. Sebagai fungsi atau sebagai aktivitas, artinya sebagai kegiatan mengurus kepentingan negara. iii.Sebagai proses teknis penyelenggaraan undang undang, artinya meliputi segala tindakan aparatur negara dalam menyelenggarakan undang-undang. Berkenaan dengan pemisahan Administrastiefrecht dari

Steetsrecht menurut Mr. W.F. Prins dalam bukunya Inleiding in het Administratiefrecht van Indonesia, alasan pemisahan tersebut bukan supaya batas batas antara kedua jenis hokum itu menjadi lebih jelas atau lebih tajam, melainkan lapangan dari Administratiefrecht itu semakin bertambah luas dan kepentingannya pun lebih meningkat, sehingga perlu mendapat pembahasan secara khusus. Maksud dan

keinginan ini tak akan mungkin tercapai apabila Hukum Administrasi Negara masih merupakan embe-embel belaka dari Hukum Tata Negara. Betapa pentingnya Hukum Administrasi Negara, sehingga Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven menulis dalam bukunya yang berjudul Thorbecke en het Administratiefrecht (1919) sebagai begikut: Badan badan pemerintahan tanpa peraturan-peraturan Hukum Tata Negara dapat diibaratkan sebagai seekor burung yang luumpuh sayapnya (vleugellam), oleh karena badan-badan itu tudak mempunyai wewenang atau pun wewenangnya tidak pasti; sedangkan organ-organ/ pejabatpejabat tanpa peraturan peraturan Hukum Administrasi Negara adalah seperti seekor burung yang terbang bebas sayapnya (vleugelvrij) oleh karena organ-organ tersebut dapat melakukan wewenangnya seenaknya saja. Perlu kiranya diketahui, bahwa menganai Hukum Administrasi Negara para sarjana hokum di Belanda selalu berpegang pada faham Johan Rudolf Thorbecke, oleh karena beliau dianggap sebagai Bapak dari sistematik dalam ilmu pengetahuan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Beliau lahir pada tahun 1798 yang mulai studinya di Universitas Amsterdam dan menamatkannya di Leiden dengan membuat promosi doctor dalam kesusasteraan tahun 1820 pada usia 22 tahun. Tahun 1832 beliau diberi gelar Doctor Honoris Causa (Dr. H. C.) dalam ilmu hokum, dan beliau pun diangkat menjadi guru besar di Fakultas Hukum di Leiden. Torbecke membentuk suatu madzhab antara para mahasiswanya berdasarka idenya sendiri yang bersifat perogresif. Pada tahun 1839 beliau menulis buku yang berjudul Aantekeningen op de Grondwet (Catatan atas undang-undang dasar) yang isinya mengeritik kebijaksanaan Raja Belanda Willem I. Thorbecke kemudian masuk menjadi anggota partai liberal dan tahun 1849 beliau menjadi Pedana Menteri Belanda. Selama menjabat sebagai Perdana Menteri beliau berkesempatan melaksanakan cita-citanya. Di bawah pemerintahan Thorbeck, beliau banyak sekali menciptakan peraturan perundangan seperti: Undang-Undang Pemilihan Umum, Undang-Undang Provinsi, Undang-Undang Kotapraja, Undang-Undang Sekolah Menengah, dan lain-

lain. Thorbecke dua kali menjadi Perdana Menteri, yaitu pada 1849-1853 dan 1862-1866. Thorbecke membagi bidang ilmu hokum menjadi 3, yaitu privaatrecht (Hukum Sipil), strafrecht (Hukum Pidana) dan politierecht (Hukum Kepolisian). Pengikut Thorbecke yang terkenal adalah Oppenheim (1849).

Oppenheim bekerja sebagai Sekretaris Gemeente, kemudian menjadi Guru Besar dalam Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Kemudian ia pindah ke Leiden dan menjadi guru dari van Vollenhoven. Mengenai Hukum Administrasi Negara, Van Vollenhoven mengadakan pembagian-pembagian. Menurut beliau, Hukum Administrasi Negara ialah kesemua kaidah kaidah hukum yang bukan Hukum Tata Negara Material, bukan Hukum Perdata Material dan bukan Hukum Pidana Material (teori residu).van Vollenhoven membagi Hukum Administrasi Negara ke dalam: i. Regelaarsrecht (the law of the legislative process , Hukum Peraturan-perundangan.) ii. Bestuursrecht (the law of government, Hukum Tata Pemerintahan) iii. Justitierecht (the law of the administration of justice, Hukum Acara Peradilan) Dibagi lagi dalam bagian-bagian, yaitu : 1) Staatsrechtlijke Rechtspleging (Peradilan Ketatanegaraan) 2) Privaatrechtlijke Rechtspleging (Peradilan Perdata) 3) Strafrechtlijke Rechtspleging (Peradilan Pidana) 4) Administratiefrechtlijke Rechtspleging (Peradilan Administrasi) iv. Politierecht

(the law of the administration of security, Hukum Kepolisian. Mengenai hubungann antara Hukum Tata Pemerintahan dengan hokum Administrasi Negara, prof. Dr. J.R. Stellinga mengemukakan bahwa ada tiga faham, yaitu : i. Hukum Administrasi Negara adalah lebih luas daripada Hukum tata Pemerintahan (menurut faham Van Vollenhoven). ii. Hukum Administrasi Negara adalah identic dengan Hukum Tata Pemerintahan (menurut faham Prof. Mr. J.H.P.M. Van der Grinten). iii. Hukum Administrasi Negara adalah lebih sempit daripada Hukum Pemerintahan (faham Mr. Dr. H.J Romeijn & Prof. Dr. G. A. Van Poelje).

b. Istilah Hukum Administrasi Negara Dalam istilah Hukum Administrasi Negara, komponen yang utama adalah administrasi negara. Istilah Hukum Administrasi Negara (yang dengan Keputusan menteri P dan K No. 0198/LI/1972 tentang Pedoman Mengenai Kurikulum Minimal Fakultas Hukum Negeri maupun Swasta di Indonesia, dalam pasal 5 disebut Hukum Tata Negara) berasal dari berbagai bahasa memberi istilah Hukum Administrasi Negara sebagai berikut: 1) Prancis 2) Inggris 3) Jerman 4) Belanda 5) Indonesia : droit administrative : administrative law : verwaltungsrecht : Administratiefrecht atau bestuursrecht : Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata

Pemerintahan dan Hukum Tata Usaha Negara

Menurut Bellinfante (1983), administrasi mengandung arti yang sama dengan pemerntahan. Maka, hukum administrasi dapat disamakan dengan hukum tata pemerintahan. Penulisan istilah Administratiefrecht (Hukum Administrasi Negara) di negara Belanda terdapat perbedaan: yaitu yang menulis dengan satu kata Administratiefrecht dan yang menulis dengan dua kata Administratief Recht. Di samping istilah Administratiefrecht di Negeri Belanda dikenal pula istilah Bestuurskunde (Hukum Tata Pemenrintahan), istilah Prof. hampir sama. Dalam kalangan Perguruan Tinggi di Indonesia, sebelum tahun 1946 dipergunakan istilah kembar Steetsen Administratiefrecht (Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara) berdasarkan Pasal 9 Hooger Onderwijs Ordonnantie tahun 1924 (Undang-Undang Perguruan Tinggi tahun 1924). Istilah tersebut sebenarnya terdiri dari Staatsrecht dan Mr. Ph. Kleintjes dan istilah Bestuurskunde (Ilmu Pemerintahan), istilah Prof. Dr. G.A. van Poelje dalam pengertian yang

Administratiefrecht dan kedua mata pelajaran ini pada Rechtshogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta diberikan secara gabungan dalam satu mata pelajaran sampai tahun 1941. Sampai dengan tahun 1945 istilah Staats-en Administratiefrecht masih dipakai pada Rechtshogeschool di Jakarta. Kemudian pada tahun 1946 dalam Het Universiteits Reglement (Staatsblad 1947 No. 170: Peraturan Universitas) pada pasal 34 dipisahkan menjadi dua mata kuliah yang masing masing berdiri sendiri, yaitu Staatsrecht (Hukum Tata Negara) dan Administratiefrecht (Hukum Administrasi Negara), dan yang resminya dipakai pada Universiteit van Indonesia (Universitas Indonesia); Staatsrecht dibawakan oleh Prof. Mr. G.J. Resink dan Administratiefrecht dibawakan oleh Mr. W.F. Prins. Setelah itu sejak tahun 1950 hingga tahun 1960 untuk mata kuliah Administratiefrecht Prof. Djokosutono, S.H. mempergunakan istilah

Hukum Tata Usaha Negara, kemudian setelah tahun 1960 timbullah beberapa istilah baru: Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, S.H. mempergunakan istilah Hukum Administrasi Negara di Universitas Indonesia, sedangkan Universitas Gajah Mada dan Universitas Padjajaran menggunakan istilah Hukum Tata Pemerintahan. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1969, pengertian istilah Hukum Administrasi Negara oleh G. Pringgodigdo,S.H. (dosen Universitas Indonesia) dijelaskan: Oleh karena di Indonesia kekuatan eksekutif dan kekuasaan administratif beradan dalam satu tangan, yaitu Presiden, maka pengertian Hukum Administrasi Negara yang luas terdiri dari tiga unsur, yaitu : i. Hukum Tata Pemerintahan, yakni Hukum Eksekutif atau Hukum Tata Pelaksanaan Undang Undang; dengan perkataan lain, Hukum Tata Pemerintahan ialah hukum mengenai aktivitas-aktivitas kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang), ii. Hukum Administrasi Negara dalam arti sempit, yakni hukum tata pengurusan rumah tangga negara (segala tugas tugas yang ditetapkan dengan undang-undang sebagai urusan negara), iii. Hukum Tata Usaha Negara, yakni hukum mengenai surat-menyurat, rahasia dinas dan jabatan, kearsipan dan dokumentasi, pelapor dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk, publikasi penerbitan-penerbitan negara.

Anda mungkin juga menyukai