Anda di halaman 1dari 12

Judul Buku : Birokrasi dan Dinamika Kekuasaan

Penulis : Prof. Dr. Miftah Thoha, MPA.


Penerbit : PRENADAMEDIA GROUP
Tahun Terbit : 2014

BAB I
-BUDAYA BIROKRASI PEMERINTAH-

Kita mengenal adanya tiga bangunan model birokrasi yang selama ini kita pelajari, yaitu
bangunan birokrasi Weberian, birokrasi Hegelian, dan marxisian. Denhard mengemukakan tiga
model bangunan birokrasi pemerintah, yakni model tua, model bangunan baru manajemen
public, dan model bangunan pelayanan publik.
Budaya menurut kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sukar diubah. Istilah budaya berasal dari Bahasa sanskerta buddayah bentuk
jamak dari kata budhi yang artinya budi atau akal. Dengan demikian, budaya adalah hal ihwal
yang berkaitan dengan akal dan budi pekerti. Koentjoroningrat, mengatakan budaya adalah
keseluruhan sistem gagasan, Tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia yang sedang belajar.
Membangun budaya birokrasi adalah membangun adat kebiasaan yang yang mempresentasikan
pikiran, nilai yang diyakini kebenarannya dalam kehidupan birokrasi pemerintah. Sementara itu,
situasi selama reformasi itu terjadi perubahan strategis di bidang politik yang secara langsung
akan berperan terhadap budaya birokrasi pemerintah. Secara structural, birokrasi berada dibawah
pejabat politik, akan tetapi secara kultural brokrasi mempunyai kedudukan peran yang sama.
Dalam hal ini, undang-undang tentang Kelembagaan Birokrasi harus mengatur bahwa pejabat
politik tidak boleh mangganti, dan memberhentikan pejabat birokrasi sepanjang pejabat
birokrasi tersebut tidak melanggar undang undang, dihukum, korupsi, dan moral hazard.
Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dan lingkungannya.
Perilaku birokrasi pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara individu dan organisasi nya.
Oleh karena itu, untuk memahami perilaku birokrasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu
individu sebagai pendukung organisasi tersebut.
Sistem birokrasi Pancasila merupakan suatu sistem birokrasi yang selalu bernafaskan Pancasila.
Birokrasi yang kita gunakan untuk memperlancar jalannya administrasi negara atau swasta kita,
napas, gaya, dan perilaku nya adalah napas, gaya, dan perilaku Pancasila. Para birokrat dalam
menjalankan tugasnya yang tidak bisa lepas dari tatanan birokrasi itu selalu meresapi,
menghayati, dan melaksanakan sila sila dalam Pancasila secara utuh dan menyeluruh. Mulai dari
upaya merumusan kebijakan atau ketentuan hukum, sampai pada upaya pelaksanaan,
pengendalian, dan perbaikan selalu bernafaskan Pancasila.

Sejarah pertumbuhan partai politik mulai dikenal dalam bentuk yang modern di Eropa dan
Amerika Serikat sekitar abad ke-19 bersamaan mulai dikenalkan sistem pemilihan dan
parlementaria. Sepanjang perkembangan dan kemajuan sistem pemilihan dan parlemen ini, maka
berkembang pula sistem kepartaian politik. Istilah partai yang melekat pada partai politik
digunakan untuk setiap bentuk kelompok organisasi yang bertujuan untuk memperoleh
kekuasaan politik baik melalui pemilihan yang demokratis atau revolusi.
Pada abad ke-20 mulailah kehidupan partai politik menyebar ke seluruh pelosok dunia. Di
Afrika, mulai tumbuh partai politik yang dibentuk berdasarkan tradisi etnis atau suku. Di Asia,
partai politik banyak dibentuk berdasarkan pertimbangan berbasis agama dan acara ritual yang
tumbuh disuatu lingkungan masyarakat tertentu. Pada tendensi yang sama, di Eropa mulai
bermunculan partai politik yang berpaham sosialis dan komunis.
Partai politik berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, ia merupakan a special kind of political
organization. Partai politik merupakan organisasi yang berhubungan dengan kekuasaan melalui
cara pemilihan yang demkratis. Oleh karena itu, partai politik bekerja melalui mekanisme
perwakilan dalam pemerintahan seperti di Lembaga perwakilan rakyat.
Kekuasaan di antara Legislatif dan Eksekutif
Periode 1945 – 1950
Pada periode pertama, semangat perjuangan masih mewarnai penyeenggaraan pemerintahan
kita. Para pelakunya masih kuat iman untuk berjuang demi negara dan persatuan bangsa.
Semangat Primordial, walaupun ada, untuk sementara waktu kalah oleh semangat nasional. Satu
satunya organisasi primordial yang mengancam negara adalah PKI yang melakukan
pemberontakan dalam rangka menguasai pemerintahan dan negara.
Periode 1950-1959
Pada periode kedua, gejala semakin derasnya kekuatan politik mengincar terhadap lembaa
birokrasi pemerintah semakin hari semakin dirasakan. Pada tahun ini UUD Sementara 1950
diperlakukan. Ketika itu semua partai politik yang memenangkan suara berkeinginan untuk
menguasai beberapa kementrian. Bahkan tidak jarang terjadi cabinet pemerintah dibubarkan
hanya karena pembagian kementrian yang tidak sesuai dengan tuntutan partai politik.
Periode 1960-1965
Pada periode ketiga, Lembaga pemerintah semakin jelas diincar oleh kekuatan partai politik.
Dibawah label demokrasi terpimpin, tiga partai politik membangun akses ke Lembaga
permerintah. Pada masa ini, Lembaga pemerintah sudah mulai memihak kepada kekuatan politik
yang ada. Hal ini terbukti dari tragedy nasional pemberontahan PKI 30 September 1960.
Periode 1966-1999
Pada periode keempat, Lembaga pemerintah lebih memihak kepada kekuatan politik yang
dominan. Salah satu factor yang membuat Golkar memenangkan pemilu beberapa kali ialah
karena peranan Lembaga pemerintah ini ditambah kekuatan ABRI yang sangat solid mendukung
Golkar sebagai tulang punggung pemerintahan. Adapun dominasi militer mulai mewarnai
kehidupan kenegaraan kita.
Hadirnya partai politik dalam suatu siste pemerintahan akan berpengaruh terhadap tatanan
birokrasi pemerintah. Susunan birokrasi pemerintah terdiri dari jabatan yang diisi oleh para
birokrat karier, dan ada pula yang diisi oleh para pejabat politik.
Di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru, yang berkuasa dalam pemerintahan ialah partai
pemenang pemilu. Adapun pemenangnya dari pemilu ke pemilu tetap dimenangkan Golkar
dengan mayoritas tunggal yang tidak mau disebut partai politik. Oleh karena itu, susunan
pemerintahan dikuasai oleh Golkar.
Organisasi pemerintahan di bawah presiden di negara-negara yang mengikuti sistem demokrasi
ada dua jenis, yakni departemen yang di pimpin oleh Menteri dan non departemen (nondep)
yang di pimpin bukan Menteri. Bedanya kedua Lembaga itu, antara lain organisasi departemen
dipimpin oleh pejabat politik yang disebut secretary atau Menteri. Adapun Lembaga nondep
dipimpin bukan pejabat politik, melainkan oleh pejabat yang professional di bidangnya, atau
pejabat birokrasi karier.
BAB 2
-BIROKRASI PEMERINTAH-

Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin bertambah. Hal ini sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia sebagai salah satu anggota dan
komponen sangat berpengaruh dalam suatu gugusan masyarakat tertentu. Jika persoalan manusia
itu mengakumulasi menumpuk terus menerus dan menjadi persoalan masyarakat dan kemudian
jika mengkristal menjadi persoalan negara atau pemerintah mulailah manusia menyadari
keterlibatan birokrasi dan administrasi negara.
Sebagian besar persoalan administrasi negara adalah bersumber dari persoalan masyarakat.
Administrasi negara merupakan suatu sistem yang menjawab persoalan masyarakat tersebut. Hal
ini meliputi segala sesuatu yang dapat dijelaskan sebagai jawaban masyarakat terhadap masalah
yang memerlukan pemecahan kolektif bukan perorangan, melalui suatu bentuk intervensi
pemerintah di luar intervensi social dan pihak swasta.
Overview Perkembangan Ilmu Administrasi Negara
Ilmu administrasi negara dilahirkan pada abad ke 19, Ketika perhatian masyarakat akademisi
mulai tertarik mengamati kegiatan suatu negara. Revolusi yang mengubah administrasi negara
menjadi suatu ilmu dan profesi yang independent, aslinya tidak bisa dipisahkan dari upaya dan
visi yang sangat berpengaruh dari tokoh Woodrow Wilson dan Frank J. Goodnow.
Elemen Pokok Birokrasi
Pelayanan Kepada Publik
Adanya kesatuan sistem administrasi mulai dari pemerintah pusat sampai ke daerah, akan
membawa pengaruh terhadap kesatuan bentuk pelayanan yang bermuara kepada pemenuuhan
kebutuhan masyarakat. Salah satu tanda bukti bahwa pemerintah dengan sistem administrasinya
itu mengabdi kepada rakyatnya ialah dapat dilihat sampai seberapa jauh pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat itu baik.
Pelayanan Klasik
Perilaku dan cara klasik yang tidak pernah berubah hingga saat ini dalam memberikan pelayanan
kepada warga masyarakat ialah arogansi petugas dan pejabat pemerintah. Bukti orientasi
kepentingan penguasa itu ialah pelayanan public selalu dilaksanakan di kantor pemerintah.
Belum pernah dicoba pelayanan diluar kantor pemerintah yang mendekati kebutuhan yang
dilayani.
Penyakit Parkinson
Penyakit yang acapkali menghinggapi pimpinan birokrasi ialah keinginan untuk selalu
menambah jumlah organisasinya. Keinginan untuk menambah jumlah organisasi nya itu baik-
baik saja, asalkan telah dilakukan evaluasi terhadap Lembaga organisasi yang ada. Penyakit ini
telah menghinggap di dalam demokrasi sejak zaman bung karno sampai sekarang dan belum ada
tanda-tanda sembuh.
Reformasi Birokrasi
Ada tiga prakondisi yang harus diperhatikan jika nanti Menyusun organisasi birokrasi
pemerintah yang efektif sesuai dengan tuntutan zaman :
1. Semangat desentralisasi dan otonomi
2. Perubahan sistem politik yang jauh berbeda dengan keadaan sistem politik di zaman orde
baru.
3. Krisis ekonomi.
BAB 3
- KEKUASAAN DALAM PEMERINTAHAN –

Organic Theory
Dalam organic theory, jauh sebelum abad ke 17 hampir semua filsuf politik meguraikan
pandangan dari organisasi negara dan pemerintahan. Di dalam politiknya Aristoteles dijelaskan
bahwa manusia itu secara alami adalah makhluk social yang tidak bisa hidup di luar masyarakat.
Contract Theory
Teori ini merupakan aliran pemikiran utama yang kedua tentang pemerintahan. Salah satu
eksponen dalam pendekatan teoi kontrak ini sekitar abad ke 17 adalah filsuf inggris Thomas
Hobbes dan John Locke, pada awal abad ke 18 adalah filsud prancis Jean-Jacques Rousseau.
Apapun wujud pembahasan mengenai timbulnya pemerintahan seperti yang diuraikan di atas,
maka akan lebih mudah dan aman untuk mengenalinya dengan menyatakan bahwa bentuk
pemerintahan yang terorganisir itu mulai tumbuh bersamaan dengan terbitnya peradaban pada
sekitar 6000 tahun sebelum masehi.

Klasifikasi Pemerintahan
a. Klasifikasi Aristoteles
Aristoteles mengklasifikasi pemerintahan menurut lokus kedaulatan, yakni pada dasar
siapa yang mempunyai kewenangan tertinggi dalam membuat keputusan dalam sistem
politik atau masyarakat.
b. Klasifikasi Modern
Dalam penggolongan modern ini mereka menggolongkan jenis pemerintahan atas dasar
pada tingkat atau derajat pelaksanaan stabilitas, penegakan hukum, tatanan kebebasan,
dan perlindungan hak civil dan asasi manusia.
c. Klasifikasi Chookolingo
Menurut Chookolingo, klasifikasi dibagi menjadi empat yaitu :
1. Klasifikasi menurut lokasi kewenangan pemerintahan
2. Klasifikasi menurut tipe dan masa jabatan eksekutif
3. Klasifikasi menurut hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
konstituen.
4. Klasifikasi menurut pengaruh kewenangan politik.

Distribusi Kekuasaan Pemerintah


1. Distribusi Vertikal
Istilah federalism digunakan Ketika pembagian kekuasaan dan fungsi pemerintahan
dilakuka di antara pemerintah pusat dan pemerintah di tingkat bawah.
2. Distribusi Horizontal
Distribusi kekuasaan dan fungsi pemerintahan secara horizontal mengarah kepada
alokasi kekuasaan diantara cabang atau divisi pemerintahan.

Pemerintahan Daerah Di Negara Kesatuan


Pemerintah yang Demokratis
1. Kedaulatan Rakyat.
Secara singkat, dikatakan bahwa prinsip kedaulatan rakyat itu menekankan bahwa
kekuasaan tertinggi untuk membuat keputusan terletak di tangan seluruh rakyat,
bukannya berada di tangan beberapa atau salah satu dari orang tertentu.
2. Kesetaraan Politik
Kesetaraan politik memerlukan bahwa setiap warga negara dewasa mepunyai
kesempatan yang sama dengan yang lainnya untuk berperan serta dalam proses
pembuatan kebijakan atau keputusan politik.
3. Konsultasi rakyat
4. Kekuasaan mayoritas

Organisasi Pemerintahan Indonesia


Organisasi Pemerintahan Pusat
Organisasi pemeritahan pusat yang dipimpin oleh presiden terdiri dari kementrian/departemen
dan Lembaga pemerintah non deartemen/kementrian. Dua Lembaga pemerintah ini berbeda
statusnya.
Building block Politic
Ada dua model solusi menata hubungan politik dan birokrasi, antara lain : model exsecutive
ascendancy, dan model bureaucratic sublation. Menurut teori liberal bahwa birokrasi pemerintah
itu menjalankan kebijakan pemerintah yang mempunyai akses langsung dengan rakyat melalui
mandate yang diperoleh dalam pemilihan.
BAB 4
- KEKUASAAN BIROKRASI PEMERINTAH –

Pengaruh umumnya diterjemahkan dari influence, dan kekuasaan diterjemahkan dari


power. Pengaruh merupakan suatu kata yang setiap orang kelihatannya memahami secara
intuitif. Secara umum, pengaruh dapat diartikan sebagai suatu akibat dari suatu agen kea gen
yang lain. Sedangkan suatu pemerintahan tanpa kekuasaan yang melekat pada dirinya bukan
pemerintahan yang rasional, karna pemerintahan seperti itu tidak dapat mengatur, manata, dan
mengarahkan rakyatnya mau dibawa kemana.
Sumber Kekuasaan dari Personal
- Expert power
Pada umumnya, sumber utama kekuasaan dari atribut personal ini di dalam organisasi
ialah berada pada keahlian utama di dalam melaksanakan tugas yang paling penting
dalam memecahkan persoalan.
- Referent Power
Selain keahlian dalam sumber kekuasaan personal ini bisa berupa pertemanan atau
loyalitas. Referent power seorang pemimpin atas subordinasinya tergantung pada
kesetiakawanan pertemanan atau loyalitas yang dilakukan secara perlahan dalam periode
yang lama.
- Karisma
Pemimpin yang karismatik ini dikenal dari pengalaman dan daya Tarik seorang
pemimpin yang bersifat emosional. Proses identfikasi nya umumnya sangat cepat dan
sangat intens dibandingkan dengan kekuasaan yang bersumber dari pertemanan yang
tidak karismatik.
BAB 5
-KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN-

Kepemimpinan membutuhkan suatu sarana untuk bisa mengefektifkan kepemimpinannya, salah


satunya ialah melalui kekuasaan atau otoritas. Terdapat dua jenis pemimpin, yakni pemimpin
formal dan informal. Pemimpin formal membutuhkan memperoleh kekuasaannya dari seseorang
dengan posisi yang berhak mengangkatnya, sedangkan pemimpin informal, selama ia mampu
mengembangkan pengaruhnya kepada public atau orang banyak maka akan semakin Tangguh
kepemimpinannya. Pengaruh yang dimaksud bisa diperoleh dari kepandaian, ketuaan umur,
keilmuan, dan kepribadian yang luhur.

Sering kali kepemimpinan formal hanya mengandalkan kekuasaan tanpa diimbangi pengaruh
yang seharusnya diutamakan. Sering kali juga terjadi apabila seseorang telah menduduki jabatan
atas, maka ia otomatis berkuasa kepemimpinan birokrasi pemerintah.

Kelebihan seorang pemimpin dapat dibedakan atas tiga hal, yakni: kelebihan moralnya, ilmunya,
dan fisiknya. Kelebihan moral berarti seorang pemimpin harus lebih taqwa dan Tangguh
kejujurannya serta keintegritasannya, serta pemimpin harus sehat dan jasmani. Jika seseorang
hanya tertarik pada sukses saja, makai a menaknkan pada kekuasaan jabatan dan menggunakan
pengawasan tertutup , dan sebaliknya. Kekuasaan jabatan cenderung dilimpahkan ke bawah
sepanjang jalur hierarki organisasi, sementara kekuasaan personal dihasilkan dari bawah melalui
pengakuan para pengikutnya.

Oleh Fiedler, pemimpin dibedakan atas mereka yang mempunyai orientasi pada tugas dan
mereka yang mempunyai orientasui pada pemeliharaan tata hubungan, alasannya karena
pemimpin yang berorientasi pemeliharaan bisa lebih efektif dalam situasi tertentu. Hersey dan
Blanchard sendiri beranggapan, efektivitas kepemimpinan tergantung pada siatuasi dan kondisi
yang dihadapi. Jika situasinya menghendaki seorang pemimpin berperilaku sangat keras
terhadap aktivitas tugas, maka dia akan efektif jika menekankan pada orientasi tugas yang
berpola. Sebaliknya, jika situasinya menghendaki harus banyak memelihara dukungan maka dia
akan efektif jika memusatkan perilaku dukungan atau pemeliharaan.

Dengan demikian, perilaku kepemimpinan dengan didasarkan atas situasi kedewasaan


bawahannya yang sedemikian itu dapat dibedakan atas empat perilaku :
- Perilaku yang menekankan pada perintah atau instruksi, diterapkan pada situasi bawahan
yang rendah kedewasaannya
- Perilaku konsultasi, diterapkan pada situasi bawahan yang moderat rendah
kedewasaannya
- Perilaku partisipasi, diterapkan pada situasi bawahan yang moderat tinggi
kedewasaannya
- Perilaku pendelegasian, diterapkan pada situasi bawahan yang tinggi kedewasaannya
Situasi yang dihadapi pemimpin itu tidak dikaitkan dengan tempat kerja, bukan dihubungkan
dengan situasi ruangan kerja, atau peralatan mewah atau tidak mewah. Akan tetapi, situasi itu
ditekankan pada manusianya, yakni kualitas kedewasaannya dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu yang dibebankan kepadanya. Dan kedewasaan ini diberikan arti kemampuan dan
kemauan dari para bawahan.
Sikap fasilitator menunjukkan adanya penghargaan hakiki terhadap manusia sebagai pendukung
utama organisasi. Sikap fasilitator berasumsi bahwa manusia itu secara manusiawi bisa
berkembang sesuai dengan kodrat akliahnya. Oleh karenanya, tugas pemimpin hanya
memperlancar dan mempermudah perkembangan tersebut, bukan menekan, mengancam, dan
menakuti dengan kekuasaan dan otorisasi posisi yang dimilikinya.
Pemimpin harus mau menyalami apakah motivasi pengikut atau bawahan tadi mau bekerja sama
dengannya. Pemimpin harus mau mengerti sampai dimanakah tingkat motivasi yang dimiilik
pengkut atau bawahan tadi. Berdasarkan pemahaman dan pengertiannya ini, kemudian seorang
pemimpin merancang langkah apa yang perlu dikembangkan untuk membina dan memajukan
pengikut atau bawahan tersebut. Dengan demikian seorang pemimpin tidak hanya “concern”
pada motivasi dirinya saja, akan tetapi juga sadar bahwa ia pun bertanggungjawab atas
pembinaan dan pengembangan stafnya.
Membuat keputusan sebenarnya tidak perlu harus menjadi pemimpin lebih dahulu, untuk
membantu mengambil keputusan secara efektif, selain mengeliminasi sedikit mungkin
timbulnya konflik, memadukan keterikatan anggota, maka anggota hendaknya tidak
memusatkan pada faktor-faktor yang bia menghalangi efektivitas pengambilan keputusan, akan
tetapi juga memerhatikan faktor-faktor yang dapat memperlancar efektivitas pegambilan
keputusan. Keputusan yang dibuat sendirian oleh seorang pemimpin asalkan prosesnya melalui
cara-cara yang mencerminkan kepentingan orang banyak, memang lebih banyak untungnya,
misalnya cepat waktunya, tidak ada konflik, dan hemat tenaga. Akan tetapi, realitas atau
tidaknya, bermutu tinggi atau rendah, memenuhi aspirasi orang banyak atau tidak, lebih
subjektif atau objektif, kesemuanya ini masih perlu dipertanyakan.
Menurut Becky, ada beberapa cara bagaimana keputusan itu dibuat, antara lain :
a. Keputusan diambil berdasarkan otoritas, tanpa disertai diskusi kelompok
b. Keputusan yang dilakukan oleh ahli
c. Keputusan dengan cara mengambil pendapat rata-rata
d. Keputusan yang diambi oleh pihak yang berwenang setelah diskusi kelompok
e. Keputusan yang diambil oleh minoritas
f. Keputusan yang diambil oleh mayoritas
g. Keputusan dengan consensus
Konflik bukan untuk dihindari dan dilawan, akan tetapi perlu dikendalikan dan dikelola. Di
sinilah relevansinya fungsi pemimpin dengan konflik. Seorang pemimpin lebih banyak
“concern” untuk mengelola dan mengendalikan konflik daripada terlihat melawan atau justru
menjauh, menghindari, dan pura-pura tidak tahu atau tidak mau tahu adanya konflik dalam
organisasinya. Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam bekerja memang perlu, akan
tetapi memahami dan mengakui adanya konflik di dalam organisasinya juga lebih perlu.
Akan tetapi, jika selamanya harus demikian dan tidak menghendaki timbulnya konflik, maka
kehidupan tersebut bersifat semu dan tidak realistic. Anggapan bahwa konflik itu jelek perlu
dijernihkan. Tidak selamanya dan seluruhnya konflik itu jelek. Konflik dikatakan jelek apabila
pertentangan yang sudah sedemikian tajamnya sulit diatasi sehingga meledak menjadi antagonis.
Sebaliknya, konflik dikatakan baik jika dengan timbulnya konflik justru semakin memperkaya
cara-cara untuk mengatasi masalah, menambah kreativitas pendapat, mempererat persaudaraan
dan memperdekat hubungan sesamanya, mempercepat pulihnya pertentangan, permusuhan,
kebencian dan luka-luka psikologis.
BAB 6
- KOMUNIKASI MANUSIAWI –

Kata Prof. Silberman, orang berkomunikasi dengan orang, prosesnya melalui beberapa
tahapan. Sebagai manusia yang dikaruniai sifat-sifat emosional dan rasional, sebelum
berkomunikasi orang akan berpikir apa kira-kira yang akan dikomunikasikannya. Proses berpikir
yang melibatkan semua energy dan perasaannya itu kemudian dikomulatifkan menjadi buah
pikiran atau ide yang akan disampaikan lepada pihak lain. Jika orang lain yang diajak
komunikasi tidak mau mengerti proses ini, perwujudannya mereka tidak mempunyai empathy
dan tidak mau menghargai lawan bicaranya. Inilah komunikasi yang fatal di antara manusia.
Karena itu, jika kita berkomunikasi dengan orang lain, berikan penekanan bahwa lawan bicara
kita manusia yang bisa berpikir dan mempunyai perasaan sebagai manusia. Secara politis
memang benar kita mempunyai hak untuk tidak mau atau mau mendengarkan. Tetapi secara etis
manusiawi seharusnya kita bersikap wajar sebagai manusia yang berhubungan dengan manusia
lain.
Mendengar dengan pengertian, menurut Rogers melihat penyampaian buah pikiran dan sikap
dari orang lain, merasakan bagaimana suatu perasaan itu sampai kepadanya, dan menggapai
suatu kerangka referensi dari sesuatu yang ttengah dibicarakan. Mencapai tingkat empati
semacam ini diakui Carl Rogers merupakan usaha yang sangat sulit tetapi sangat penting bagi
kita untuk memulainya.
Komunikasi antarmanusia akan dapat lebih respektif jika kita mau mengetahui
kedudukan self dalam Johari window-nya Levy ini. Jadi, suatu ketika jika ada sesuatu yang
termasuk rahasia dan orang lain yang tidak patut dikomunikasikan.
Proses antar manusia sebagaimana yang dikatakan oleh Gibb itu bisa dilaksanakan secara
efektif bila kita sebagai sumber berita mempunyai empati dan tidak memvonis penerima berita.
Ketidakefektifan suatu komunikasi karena pendengar atau pembaca sering kali divonis terlebih
dahulu. Pendengar sudah diserang-serang, dimaki-maki, dinilai dan disangka jelek terlebih
dahulu sebelum tersambung komunikasinya. Penilaian dan penyerangan terlebih dahulu ini akan
menyebabkan perilaku yang defensive. Seorang yang berperilaku demikian ini akan membuat
jarak dan bersiifat tertutup. Dalam birokrasi, jika bawahan kita perlakukan semacam itu,
walaupun kelihatannya memberikan perhatian terhadap tugasnya, akan tetapi mereka akan
menutup diri dan bertahan, sehingga terjadi hubungan yang semu. Akibat lain dari sikap ini,
yang paling negnegativelah timbulnya sikap yang destruktif.
Joseph A. DeVito memberkan saran yang bersifat umum untuk memperoleh efektivitas
komunikasi antarpribadi, yaitu :
a. Dalam komunikasi hendaknya harus ada saling keterbukaan
b. Empati hendaknya mewarnai suasana komunikasi
c. Diwujudkannya prinsip dukungan antara sumber dan penerima informasi
d. Adanya perhatian yang positif teradap diri seseorang yang terlibat komunikasi
e. Adanya kesamaan antara sumber dan penerima informasi
Memahami kedudukan dan ciri masing-masing ego dalam komunikasi akan membantu
memecahkan pelbagai persoalan yang timbul.
BAB 7
- PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI -
Teori organisasi merupakan teori yang berusaha menerangkan atau meramalkan
bagaimana organisasi dan orang-orang di dalamnya berperilaku dalam berbagai struktur
organisasi, budaya dan lingkungan (Prof. Weil)
Bagian baru yang bisa dicatat dalam zaman teori organisasi klasik ini ialah Henri Fayol
(1841-1925). Fayol percaya, konsepnya akan manajemen dapat diterapkan secara universal pada
setiap bentuk organisasi. Enam prinsipnya yang sudah banyak dikenal itu, oleh Fayol ditekankan
pada prinsip keenam tentang manajemen, yaitu :
a. Keteknikan, kerja memproduksi barang-barang
b. Komersial, membeli menjual dan kegiatan transaksi
c. Keuangan, penggunaan dan penigkatan modal
d. Keamanan, perlindungan terhadap harta kekayaan perusahaan dan pekerja
e. Accounting dan manajemen, koordinasi, pengendalian, organisasi, perencanaan, dan
komando
Salah satu tema aliran utama teori organisasi neoklasik ialah bahwa organisasi itu tidak
bisa hidup terisolasi dari lingkungannya. Teori neoklasik ini berusaha membuka organisasi dari
ketertutupannya selama ini. aliran teori neoklasik ini memainkan peranan yang sangat penting di
dalam perkembangan teori organisasi. Para pendukungnya memberikan pemikiran yang
intelektual dan empiris untuk menyederhanakan dan menyempurnakan aliran klasik. Aliran
neoklasik inilah yang mengawali konsepsi “buka pintu” organisasi terhadap pengaruh
lingkungannya. Dengan kata lain, aliran neoklasik ini merupakan awal dari sistem terbuka dari
teori organisasi. Adapun aliran klasik merupakan perwujudan dari sistem tertutup.
Teori organisasi structural, membahas mengenai diferensiasi vertical dan diferensiasi
horizontal antara unit-unit dalam suatu organisasi. Bagan organisasi merupakan satu-satunya alat
yang memperjelas keterangan dari ahli-ahli teori organisasi structural ini. Salah satu ajaran teori
structural modern seperti yang dikutip di atas bahwa rasionalitas perilaku organisasi dapat
dicapai dengan baik melalui otoritas formal yang jelas.
Aliran sistem dalam teori organisasi ini menganalia keterjalinan dengan menggunnakan
prosen pengambilan keputusan dalam organisasi, informasi dan sistem pengendalian sebagai
titik pusat analisanya. Jika aliran klasik cenderung menganggap organisasi dalam satu dimensi
saja dan agak sederhana, maka aliran sistem justru sebaliknya memandang organisasi sebagai
multidimensi dan asumsinya mengenai hubugan sebab akibat dalam organisasi sangat kompleks.
Aliran sistem melihat organisasi sebagai proses interaksi yang dinamis di antara unsur-unsur
organisasi. Organisasi merupakan sistem yang adaptif dan jika berkemauan untuk hidup, maka
harus mau menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada dalam lingkungan.
Dalam kaitannya dengan penetapan tujuan organisasi, aliran power dan politik tidak lagi
memandang perluya ditetapkan oleh orang-orang dalam jabatan otoritas formal. Tujuan
merupakan hasil “bargaining” dan “maneuvering” antara individu dan koalisi terhadap
organisasi. Koalisi cenderung merupakan alat transit saja, mereka akan mudah berganti,
tergantung isu yang diajukan, dan hal itu sering kalii melampaui batas-batas organisasi baik
vertical maupun mendatar.
Aliran structural modern dalam teori organisasi menempatkan “legimate authority” dan
aturan formal pada tempat yang terpenting. Strukturis cenderung merumuskan power sejalan dan
sama dengan otoritas. Aliran power dan politik dalam organisasi menekankan bahwa authority
hanya merupakan salah satu sumber power dalam organisasi, dan power dibutuhkan untuk
semua pengarahan.
Menurut aliran kebudayaan, banyak perilaku organisasi dan keputusan organisasi yang
ditentukan oleh pola dasar asumsi yang telah hidup dalam organisasi. Pola dasar asumsi tersebut
selalu hidup dan mempengaruhi perilaku orang-orang dalam mengambil keputusan, sehingga
organisasi bisa hidup dan bekerja. Pola dasar asumsi ini sangat penting bagi organisasi, akan
tetapi acapkali dilupakan. Asumsi ini sangat dasar sekali dan merembes ke segala penjuru
organisasi, dan diterima sebagai kenyataan dalam organisasi. Dengan demikian, kebudayaan
dalam organisasi sangat kuat mengendalikan perilaku organisasi. Tidak terasa, karena kuatnya,
bisa menghalangi organisasi menyesuaikan perubahan yang ada dalam lingkungannya.
BAB 8
- PERCAKAPAN IMAJINER DENGAN MAX WEBER –

Max Weber menyebut bahwa birokrasi yang ia maksud ialah konsepsi terkait kecenderungan
sifat manusia dalam hidup bermasyarakat yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu. Jika
sekumpulan orang tersebut tidak diatur, kerja akan tidak rasional dan tidak efisien.
Setiap organisasi, baik itu pemerintah maupun non pemerintah, fungsinya selalu diatur. Pertama,
harus ada prinsip kepastian dan hal hal kedinasan yang harus diatur berdasarkan hukum yang
biasanya diwujudkan dalam berbagai peraturan atau ketentuan administrasi, misalnya kegiatan
yang ajeg diperlukan kepadanya dan secara jelas memberikan batas batas aturan tentang hal hal
yang boleh dilakukan olehnya dan pejabat lain. Kedua, ditetapkannya prinsip tata jenjang dalam
kedinasan dan tingkat kewenangan. Yang di tingkat mempunyai kewenangan mengawasi dan
mengendalikan tingkat di bawahnya. Hal hal hierarkis demikian diciptakan agar tidak semua
keinginan manusia untuk di atas. Ketiga, adanya satuan organisasi dan pegawai terkait
manajemen modern. Keempat, spesialisasi dalam manajemen harus didukung oleh keahlian yang
terlatih. Kelima, hubungan kerja di antara orang-orang dalam organisasi didasarkan atas prinsip
impersonal (pribadi). Keseimbangan keduanya dalam pengamalan kehidupan birokrasi sangat
menunjang tercapainya rasionalitas.

Anda mungkin juga menyukai