Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : HENNY SUGANDA HUTABARAT

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030713551

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4510/ Perbandingan Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : PEKANBARU

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA


1. A. Komparasi Antara Studi Perbandingan Politik dan Studi Perbandingan
Pemerintahan
Perbandingan Pemerintahan dan Perbandingan Politik
Pengertian perbandingan pemerintahan, yaitu mensejajarkan unsur-unsur pemerintahan baik
dalam arti luas maupun dalam arti sempit untuk mendapatkan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan dari objek atau objek-objek tadi dengan alat pembandingnya. Di dalam
arti luas pemerintahan mencakup semua kekuasaan yang meliputi seluruh fungsi negara. Di
dalam arti sempit, pemerintahan kerap kali dipahami sebagai aktivitas dari lembaga
kekuasaan eksekutif.
Pemerintahan membentuk suatu sistem karena terkait dengan suatu kegiatan, di mana
sejumlah unsur yang penting saling berhubungan dalam suatu proses melalui mana
kebijakan-kebijakan dibuat, dikembangkan dan di implementasikan. Dengan demikian, ruang
lingkup perbandingan pemerintahan dalam studi yang mengkombinasikan unsur-unsur dalam
masyarakat yang membentuk suatu sistem politik. Unsur-unsur tersebut termasuk lembaga-
lembaga 15 yang didirikan berdasarkan konstitusi seperti kepresidenan, kabinet, dan badan
legislatif; juga termasuk partai-partai politik. Kelompok-kelompok kepentingan (sejauh
mereka berpartisipasi dalam politik pemerintahan), birokrasi, dan pengadilan.
Sedangkan studi perbandingan politik (comparative politics) mempelajari kegiatan-kegiatan
politik dalam cakupan lebih luas, termasuk mengenai pemerintahan dan berbagai lembaganya
dan juga aneka organisasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintahan
(antara lain adalah suku bangsa, masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan berbagai perserikatan).
Istilah perbandingan politik juga diartikan sebagai upaya untuk membandingkan segala
bentuk kegiatan politik, baik itu yang berkaitan dengan pemerintahan maupun yang tidak
berhubungan dengan pemerintahan.
• Perbandingan Pemerintahan mengacu pada studi mengenai sistem-sistem politik, dengan
penekanan pada institusi dan fungsinya.
• Perbandingan Politik memiliki ruang lingkup yang lebih luas, yang meliputi studi institusi
dan fungsi (sebagaimana Perbandingan Pemerintahan) dan juga ditambah dengan studi
tentang “non-state politics”
• Dalam artian bahwa ruang lingkup perbandingan politik lebih luas daripada perbandingan
pemerintahan, namun persamaannya adalah bahwa kedua studi tersebut menggunakan
metode perbandingan.
• Di sisi lain, perbandingan politik, mengadopsi teori-teori dari disiplin lain selain ilmu
politik seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, dan anthropologi.
• Menurut Sidney Verba, ilmu perbandingan politik memiliki tiga karakter yang tidak
dimiliki ilmu perbandingan pemerintahan:
• Perbapol menggunakan teori dan teknik yang lebih relevan daripada sekedar teori yang
sifatna deskriptif.
• Mempelajari fenomena politik selain institusi formal pemerintahan.
• Mempelajari negara-negara baru di Asia, Afrika, dan Latin Amerika; berbeda dengan studi
lama yang berfokus pada negara-negara Barat dan Eropa.
B. Analisis pendekatan struktural fungsional ini dimulai dengan penjelasan mengenai sistem
politik sebagaimana diperkenalkan oleh Gabriel Almond. Dalam teori perbandingan politik,
Almond menerapkan ide dasar dari Talcott Parsons dengan menganggap bahwa suatu sistem
politik merupakan kumpulan dari peranan-peranan yang saling berinteraksi. Talcott Parsons
mengembangkan apa yang disebut grand theory (teori besar) dalam sosiologi yang lazim
disebut sebagai Fungsionalisme Struktural. Salah satu teori dasar Parsons menganggap bahwa
masyarakat sebagai suatu sistem dengan bagianbagian yang saling bergantungan
(interdependen). Setiap bagian dari sistem sosial ini memiliki fungsi-fungsi sendiri menurut
cara-cara division of labor (pembagian kerja), dan secara bersama-sama mendukung
bekerjanya sistem tersebut. Sistem sosial ini bekerja secara integratif dan melalui
pertukaranpertukaran di antara bagiannya, serta menciptakan suatu keseimbangan untuk
mempertahankan eksistensi sistem tersebut. Menurut Almond, sistem politik adalah sistem
interaksi yang terdapat dalam semua masyarakat yang bebas dan merdeka untuk
melaksanakan fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik dalam masyarakat ataupun
berhadap-hadapan dengan masyarakat lainnya) melalui penggunaan paksaan fisik yang absah.
Berdasar penjelasan di atas, minimal ada beberapa hal utama dalam sebuah sistem politik.
Pertama, sistem politik merupakan sistem interaksi yang terdapat dalam semua masyarakat
yang bebas dan merdeka. Dengan demikian, sistem politik terdapat dalam masyarakat
tradisional ataupun masyarakat yang modern. Aktor-aktornya pun sesuai dengan kondisi
masyarakat masing-masing. Kedua, tujuan sistem politik adalah untuk mencapai suatu
kesatuan dalam masyarakat (integrasi). Selain itu, sistem politik juga dapat menyesuaikan
(adaptif) terhadap lingkungannya. Jadi selain berfungsi untuk menyatukan masyarakat, sistem
politik diperlukan untuk dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dalam
menghadapi perubahan dalam masyarakatnya sendiri ataupun masyarakat di luar sistem
politik. Ketiga, sistem politik absah dalam menggunakan kekuatan dan paksaan fisik.
Penggunaan kekuatan dan paksaan fisik, dalam kadar yang berbeda dapat dilihat dalam
sistem politik yang totaliter dan sistem politik demokratis. Dalam sistem politik yang
totaliter, paksaan fisik sangat dominan dalam alokasi nilai dan kebijaksanaan. Berbeda
dengan sistem politik yang demokratis, penggunaan paksaan fisik hanya dalam batas tertentu
dan sesuai dengan prosedur yang ada. Menurut Almond, semua sistem politik memiliki
persamaan karena sifat universalitas dari struktur dan fungsi politik. Mengenai fungsi politik
ini, Almond membaginya dalam dua jenis, yaitu fungsi input dan output. Termasuk dalam
kategori fungsi input adalah sosialisasi politik dan rekruitmen politik, artikulasi kepentingan,
agregasi kepentingan, dan komunikasi politik. Sedangkan fungsi output terdiri dari
pembuatan aturan, pelaksanaan aturan, dan peradilan dari pelaksanaan aturan. Lebih lanjut
Almond menyatakan sbb. “All of the functions performed in the political system – political
socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule
application, rule adjudication – are performed by means of communication”. Kutipan di atas
menunjukkan bahwa komunikasi bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan
proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya itu dijalankan.
Komunikasi politik versi Almond beranggapan bahwa arus komunikasi politik dapat mengalir
dari bawah (masyarakat) ke atas (penguasa) dan dari atas (penguasa) ke bawah (masyarakat).
Arus komunikasi dari bawah ke atas bermula dari anggota-anggota masyarakat yang
menyampaikan tuntutantuntutan ataupun dukungan kepada penguasa politik. Almond
membayangkan bahwa dalam setiap sistem politik selalu saja ada arus informasi yang
mengalir dari masyarakat ke penguasa politik. Perbedaan utama antara sistem politik yang
satu dengan yang lain adalah cara penyampaian informasi,

2. Setidaknya ada empat ciri sistem politik yang dapat membedakan sistem politik
dengan sistem yang lain (Mas`oed dan MacAndrews, 1991: 5-6). Pertama, ciri
identifikasi. Kita harus dapat mengidentifikasikan sistem politik untuk dapat
membedakannya dengan yang lainnya. Dalam identifikasi ini, setidaknya ada dua hal
yang harus diperhatikan, yaitu unit-unit dalam sistem politik dan pembatasan. Dalam
politik, unit-unitnya berupa tindakan politik. Adapun mengenai pembatasan, ini perlu
diperhatikan ketika kita membicarakan sistem politik dengan lingkungan. Kedua,
input dan output. Untuk dapat menjamin bekerjanya sistem politik diperlukan input
yang rutin, tetap, dan ajeg. Tanpa adanya input, sistem politik tidak akan bekerja.
Lebih dari itu, tanpa output kita tidak akan dapat mengidentifikasi pekerjaan yang
telah dihasilkan oleh sistem politik. Ketiga, diferensiasi dalam sistem politik.
Sebagaimana dalam tubuh manusia, kita tidak akan menemukan suatu unit
mengerjakan hal yang sama dalam waktu yang sama pula. Anggota dalam sistem
politik, paling tidak mengenal pembagian kerja minimal yang memberikan suatu
struktur tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Dalam politik, kita akan
menemukan beragam tindakan politik dengan perannya masing-masing, misalnya
legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, sampai dengan kelompok kepentingan
dan kelompok penekan. Keempat, integrasi dalam sistem. Integrasi dalam sistem
politik sebagai salah satu usaha untuk mengatur kekuatan-kekuatan dan kegiatan-
kegiatan dalam sistem politik. Intregrasi dalam sistem politik ini dimungkinkan oleh
adanya kesadaran dari anggota sistem politik untuk menjaga keberadaan dari sistem
politik itu sendiri sehingga muncul suatu mekanisme yang bisa mengintegrasikan
bahkan memaksa para anggotanya untuk bekerja sama walaupun dalam kadar yang
minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan yang otoritatif
3. A. mengemukakan bahwa New Deal Administration Program yang dikemukakan oleh
Roosevelt Tahun 1934 di Amerika adalah analog dengan program reformasi
administrasi yang dikembangkan oleh Solon di Athena Kuno 6000 SM. Meski
memiliki sejarah yang membanggakan, perkembangan pesat administrasi publik
secara luas muncul pada tahun 1950-an dan mencapai puncaknya sekitar tahun 1960-
an pasca Perang Dunia II dengan bentuknya Comparative Administration Group di
bawah kepemimpinan Fred Riggs. Sekelompok ilmuwan politik dan adminitrasi
publik mulai menyadari bahwa memindahkan begitu saja (to adopt) sistem dan
lembaga politik dan administrasi publik dari suatu lingkungan masyarakat, bangsa,
atau Negara yang lain tidaklah tepat. Administrasi publik bergerak dalam dua
lingkungan yang berbeda, negara asal dan Negara baru dimana administrasi publik
dipraktekan. Hasilnya adalah tidak seperti yang diharapkan. Perbedaan-perbedaan
lingkungan memberikan pengaruh yang signifikan bagi keberhasilan penerapan
administrasi negara. Berdasakan pendekatan budaya, misalnya, Boakye-Sarpong
(1998) menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi sistem administrasi terletak pada
nilai-nilai sosial yang diinternalisasikan dan dipraktekan oleh masyarakat. Lantas, hal
ini memunculkan cabang baru Administrasi Publik yaitu Ekologi Administrasi Publik.
Meski dipahami benar mengenai perbedaan lingkungan antar negara atau masyarakat,
menurut Pamudji (1993:11), yang menjadi persoalan adalah karena lingkungan
mempunyai beberapa macam aspek maka perlu ditetapkan aspek mana yang perlu
ditetapkan bagi suatu sistem administrasi Negara, Hal ini sering menjadi masalah
karena sering terjadi kegagalan dalam menentukan aspek yang relevan itu sehingga
kesimpulan-kesimpulan yang ditarik tentang administrasi Negara salah, dan oleh
karenanya pemecahan masalahnya pun tidak mengenai sasaran. Penelitian ini, dengan
sejumlah keterbatasan, mencoba mengupas administrasi publik berdasarkan sudut
pandang ekologi. Tujuan utama studi ini adalah bagaimana mengkaji aspek-aspek
ekologi administrasi yang memiliki manfaat bagi kasus yang lebih spesifik yaitu
pelaksanaan otonomi daerah. Studi ini bersifat perspektif (normatif), bukan deskriptif
(empiris), karena didasarkan pada kajian literature. Barangkali, inilah keterbatasan
yang paling fundamental yang disadari benar oleh penulis dapat mengundang bahaya
ketidaktepatan dalam penetapan aspek yang penting.
B. Riggs dengan teori model umum yang memunculkan dua model yaitu:
* model agraria dan industria
* model sala atau prismatik. Ilmuan kedua adalah Farrel Headi dengan teori bentuk
tengah atau struktural bersyarat memunculkan model birokrasi.
Asumsi yang dipakai para ilmuan ini adalah bahwa (1) masyarakat berkembang dan
berubah secara linear atau satu arah dari masyarakat yang sederhana /tradisional
kemasyarakat kompleks/modern. (2) perkembangan dan perubahan sistem
administrasi negara yang semakin maju selalu mengikuti,sesuai,seiring dan sejalan
dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi dimasyarakat.

4. A. Konsep Administrasi Pembangunan

>  Administrasi Pembangunan


Berbeda Dengan Administrasi Negaraperkembangan Ke Arah Administrasi
Pembangunan:Administrasi Bagi Negara Yang Sedang Berkembang Atau Sedang Mengalami
Masa Perubahaninter-Relasi Antara Administrasi Sebagai Ilmu Maupun Sebagai Praktek Di
Bidang Kehidupan Yang Lain

  Berbeda Dengan Administrasi Negara (Klasik) Yang Menggunakan Pendekatan


Legal (Legalistic Approach) Dengan Penekanannya Pada Keadaan Yang Tertib,
Efisien Dan Efektif Maka Administrasi Pembangunan Sesuai Dengan Peranannya,
Menggunakan Pendekatan Ekologi (Ecologycal Approach), Berorientasi Pada
Tindakan (Action Oriented) Dan Juga Berorientasi Pada Pemecahan
Masalah. Konsekuensi Dari Pendekatan-Pendekatan Tersebut Maka Dalam Proses
Administrasi Pembangunan Akan Selalu Mempertimbangkan Perubahan-Perubahan
Dan Perkembangan-Perkembangan Yang Terjadi Dalam Bidang Ekonomi, Politik,
Social Budaya, Iptek Dan Hankam.

  Administrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan Meliputi 2 Pengertian:Administrasikeseluruhan Proses
Pelaksanaan Keputusan Yang Telah Diambil Untuk Mencapai Tujuan Yang Telah
Ditentukanpembangunanusaha Atau Rangkaian Usaha Pertumbuhan Dan Perubahan
Yang Direncanakan Dan Dilakukan Secara Sadar Dalam Rangka Pembinaan Bangsa
(Nation Building)

 Ide Pokok Pembangunan Pembangunan Merupakan Proses


Pembangunan Merupakan Usaha Yang Secara Sadar Dilaksanakanpembangunan
Dilakukan Secara Berencana Yang Berorientasi Pada Pertumbuhan Dan
Perubahanpembangunan Mengarah Pada Modernitasmodernitas Yang Dicapai
Melalui Pembangunan Bersifat Multi-Dimensionalsemua Hal Terkait Dengan
Pembangunan Ditujukan Pada Nation Building Dalam Rangka Pencapaian Tujuan
Bangsa Dan Negara

 Pengertian Adm Pembangunan (1)


Seluruh Usaha Yang Dilakukan Oleh Suatu Masyarakat Untuk Memperbaiki Tata
Kehidupannya Sebagai Suatu Bangsa Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Dalam
Rangka Usaha Pencapaian Tujuan Yang Telah Ditentukan (Siagian, Sondang
P)Development Administration Is Public Administration With A Special Purpose.
Administration With The Objective Of Political, Economic, And Social Development.
Development Administration Is The Process Of Guiding An Organization Toward
The Achievement Of Development Objectives. (Weidner, Edward W)

  Pengertian Adm.Pembangunan (2)


The Term Of Development Administration Is Used…Rather Than The Traditional
Term Of Public Administration To Indicate The Need For Dynamic Process Designed
Particulary To Meet Requirements Of Social And Economic Changes (Hiram
S.Philips)Development Administration Can Be Regarded As The Public Management
Of Economic And Social Change In Term Of Deliberate Public Policy. The
Development Administrator Is Concerned With Guiding Change (Paul Meadow)

  Ciri Administrasi Pembangunan


Orientasi Pada Usaha Ke Arah Perubahan Keadaan Yang Dianggap Lebih
Baikperbaikan Dan Penyempurnaan Administrasi Dikaitkan Dengan Aspek
Perkembangan Di Bidang Lain Seperti Ekonomi, Sosial, Politik, Dll.

  Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan


Mempunyai Tiga Fungsi Yaitu:1. Penyempurnaan Administrasi Negara2.
Merumuskan Kebijaksanaan Dan Program Pembangunan Serta Pelaksanaannya
Secara Efektif.3. Pencapaian Tujuan-Tujuan Pembangunan Tidak Mungkin
Terlaksana Dari Hasil Kegiatan Pemerintah Saja. Oleh Karena Itu, Ada Fungsi Lain
Yang Penting Dalam Administrasi Pembangunan Yaitu Membangun Partisipasi
Masyarakat.

 Kritik Terhadap Administrasi Pembangunan


B.B Schaffermenurutnya Yang Dilakukan ‘Ap’ Sama Dengan Yang Dilakukan
‘An’(Bantahan: Penerapan Bantuan Ln Untuk Negara Berkembang Tidak Berhasil,
Karena ‘An’ Sering Kali Tidak Mampu Melakukan Perubahan, Yang Berperan
Kadang2 Adalah Organisasi Kemasyarkatan/Ngo)Bertram Grossketerbatasan
Administrasi Pembangunan (The Limits Of Development Administration), Terutama
Dalam Perencanaan Pembangunan Yang Amat Birokratis, Dan Orientasi
Pembangunan Yang Lebih Menitik Beratkan Pembangunan Ekonomi.

 David F.Lukemenyoroti Masalah Patrimonial Sehingga Menghambat


Perubahankesulitan Untuk Melibatkan Masyarakat Dalam Pembangunan ( Bukan
Mobilisasi Tetapi Partisipasi)Sistem Perencanaan Yang Top Down Dipandangnya
Sebagai Penghambat Partisipasi‘Ap’ Dipandang Tidak Memihak Pada
Keadilanpembangunan Seharusnya Berpusat Pada Masyarakat. Kebijakan2 Yang
Ditentukan Oleh Pemerintah Seharusnya Hanya Menjadi Pendorong Dan Penggerak
Bukan Menjadi Pembatasan Bagi Inisiatif Masyarakat. Menurutnya, Pembangunan
Adalah ‘Berpusat Pada Masyarakat’

 Kritik Kenneth Daveyapa Yang Dilakukan ‘Ap’ Sama Dengan Yang Dilakukan ‘An’
Yakni Juga Menata Dan Mengatur. Pembangunan Tidak Akan Berjalan Tanpa Tertib
Hukum.Di Kebanyakan Negara Berkembang Birokrat Ternyata Tidak Netral, Banyak
Pembangunan Yang Orientasinya Untuk Klas Dan Kelompok Tertentupembangunan
Yang Dipengaruhi Oleh Intervensi Pemerintahan Akan Cenderung Boros/Tidak
Efisien.

B. Administrasi dan Pembangunan

 Setelah Perang Dunia II, pergerakan ekonomi dan pembangunan sosial semakin
digiatkan oleh kebanyakan negara-negara Dunia Ketiga. Berbagai kebijakan dan
program kemudian dikeluarkan untuk memperkuat fondasi ekonomi dan sosial
masyarakat. Sayangnya, pencapaian tujuan pembangunan terbukti masih elusif,
kecuali keberhasilan yang diraih oleh sejumlah kecil negara yang disebut ”Macan
Asia” (Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Thailand, dan Malaysia).

Sejak Perang Dunia II, pembangunan dikaitkan dengan perubahan ekonomi, sosial,
dan politik yang ada di negara-negara Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Pasifik
Selatan. Negara-negara ini kemudian dilabelkan dengan negara-negara berkembang,
negara Dunia Ketiga, dan sebagainya, telah memberikan komitmennya untuk
memajukan kehidupan bersama seluruh bangsa. Hal itu dapat dicapai dengan
pembangunan. Hanya saja tidak ada konsensus bersama mengenai makna
pembangunan itu sendiri.

Hingga akhir tahun 1960-an, perspektif modernisasi terus diusung. Pembangunan


dicitrakan sebagai suatu proses yang evolusioner dalam pengertian bahwa negara-
negara mencapai kemajuannya melalui beberapa tahap hingga menjadi negara
modern. Masa depan tidak memerlukan adanya imajinasi dan spekulasi seperti yang
dilontarkan oleh beberapa pakar seperti Marx, Durkheim, dan Weber. Perencanaan
keilmuan (scientific planning) merupakan salah satu tool yang diandalkan agar
negara-negara tersebut bisa lepas dari jeratan keterbelakangan.

Ideologi pembanguan seperti ini bersifat optimistik dan etnosentris. Dikatakan


optimistik karena beberapa problem keterbelakangan seperti kemiskinan,
ketidakcukupan pelayanan sosial dan rendahnya tingkat produksi industri dapat
diatasi dengan menerapkan berbagai teknik manajemen rasional. Disebut etnosentris
karena modernitas dipahami sebagai mengikuti apa yang ada di Barat, dan teknologi,
institusi, model produksi dan nilai-nailai Barat adalah sesuatu yang ingin ditiru dan
superior.

Untuk itu, pendekatan pertumbuhan ekonomi kemudian dijadikan sebagai kekuatan


pendorong pembangunan. Perubahan sosial dan institusi politik diyakini secara
simultan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, hasil yang
dicapai saat itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada akhir tahun 1960-an,
kemiskinan menguat, hutang membesar, terjadi represi politik, stagnasi ekonomi dan
sejumlah persoalan lain. Konsep pembangunan kemudian ditinjau atau direformulasi,
termasuk melalui interpretasi pemikiran neo-Marxis.

Reformulasi liberal mempertanyakan makna pembangunan dan mengajukan makna


baru yang kurang menekankan pada pendekatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan dipandang sebagai kemajuan menuju kepada tercapainya tujuan seperti
penghapusan kemiskinan, penyediaan tenaga kerja, pengurangan ketidaksetaraan serta
menjamin terpenuhinya hak asasi manusia. Perubahan definisi pembangunan ini
memberikan implikasi lebih lanjut dengan terlihatnya slogan-slogan seperti
”redistribusi dengan pertumbuhan” (redistribution with growth); kalau dalam
kebijakan dikenal pendekatan ”kebutuhan dasar” (the basic need approach); kalau
dalam paket-paket perencanaan dikenal misalnya ”pembangunan desa terpadu”
(integrated rural development). Sebagai lembaga donor terbesar, Bank Dunia
kemudian dipandang sebagai lembaga yang mendukung reformulasi liberal.

Kaum neo-Marxis tidak mempertentangkan perubahan makna pembangunan ini.


Yang dipertentangkan adalah apakah hal itu dapat dicapai? Pertanyaan besar mereka
adalah mengapa negara-negara di Dunia Ketiga umumnya gagal membuat transisi
menuju kepada ekonomi kapitalis? Kaum neo-Marxis menolak eksplanasi yang dibuat
berdasarkan pendekatan modernisasi, dan justru mereka cenderung menggunakan
analisis ekonomi politik yang berlandaskan historis suatu negara. Salah satu
kelompok yang disebut kaum dependensi berpendapat bahwa struktur ekonomi global
merupakan sistem yang eksploitatif yang menghasilkan pembangunan
”keterbelakangan” di negara-negara pinggiran (periferi), suatu istilah yang selalu
dikaitkan dengan negara-negara terbelakang (misalnya Frank, 1971; Sweezy, 1982).
Negara-negara pusat (core), yakni negara-negara maju, pada akhir abad ke-15 dan
awal abad ke-16 telah memaksa suatu sistem yang tidak berimbang yang
mendominasi negara-negara periferi dengan menggunakan cara-cara seperti ancaman,
pembatasan pasar, dan proteksi industri. Beberapa taktik diantaranya kemudian kian
mengekalkan kelemahan yang ada di negara-negara terbelakang atau periferi.
Karenanya, pembangunan hanya dapat terjadi melalui solusi radikal yang mengubah
peta hubungan ekonomi dunia. Beberapa aksi yang disarankan misalnya menyusun
program-program pembangunan yang menekankan kemandirian (self-sufficiency).

Administrasi Pembangunan

Dengan digunakan pembangunan sebagai upaya untuk memperbaiki pembangunan


suatu bangsa akibat PD II, maka pertanyaan besar yang dikemukakan adalah
bagaimana transformasi sosial dapat dicapai melalui pembangunan? Sayangnya,
seperti yang dikatakan oleh Donald Stone (1965), hambatan utama untuk mencapai
transformasi sosial melalui pembangunan adalah hambatan administrasi, bukan
ekonomi. Sejumlah pakar setuju dengan pemikiran ini sehingga administrasi
pembangunan memainkan peran utama dalam mendukung pembangunan.

Administrasi pembangunan menghadirkan aplikasi-aplikasi berdasarkan teori


modernisasi. Administrasi pembangunan merupakan bentuk rekayasa sosial yang
ditransfer dari Barat dan melembaganya teori-teori Barat seperti prinsip keilmuan
rasional (rational scientific principles) dan model ekonomi Keynesian. Administrasi
pembangunan adalah gerakan yang bernuansa Amerika yang dibekali dengan dana
dan personal untuk studi di berbagai negara. Dari berbagai penelitian yang dilakukan
di negara-negara berkembang, ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
administrasi publik di negara-negara Dunia Ketiga dengan negara-negara maju.
Pembedanya adalah administrasi publik di negara-negara Dunia Ketiga memiliki
kapasitas administrasi yang minim disertai dengan kebutuhan yang besar serta
sejumlah hambatan yang lain.

Ada beberapa generalisasi yang dapat ditarik dari perspektif administrasi


pembangunan. Pertama, administrasi pembangunan senantiasa didasarkan pada
perlunya ”big government” sebagai instrumen untuk memperbaiki kehidupan ekonomi
masyarakat. Administrasi pembangunan kemudian disamakan dengan administrasi
publik yang kemudian disamakan juga dengan birokrasi. Kedua, ada bias elitis.
Sekelompok kecil elit seperti politisi dan perencana di negara Dunia Ketiga membuat
masyarakatnya agar menjadi replika (tiruan) negara-negara maju. Kelompok elit ini
memiliki kekuasaan di pusat dan menggunakan birokrasi sebagai instrumen untuk
mentransformasikan masyarakatnya. Ketiga, administrasi pembangunan dikriti karena
lemahnya kapabilitas administrasi untuk mengimplementasikan rencana-rencana dan
program-program melalui transfer berbagai teknik administrasi Barat. Disini,
administrasi pembangunan dipahami sebagai proses transfer dan aplikasi sejumlah
alat (tool) yang digunakan di Barat. Keempat, bantuan luar negeri adalah mekanisme
yang dirasa efektif untuk mentrasformasikan teknik-teknik dan nilai-nilai Barat.
Kelima, budaya diakui sebagai penghambat untuk memperlancar proses transfer
sejmlah teknik dan nilai-nilai Barat. Disini, administrasi pembangunan harus bisa
mengatasi hambatan kultural yang menjadi sumber bagi tidak berfungsinya birokrasi.

Teori-teori manajemen yang mendukung pendekatan ini misalnya manajemen


keilmuan yang dikemukakan oleh Fayol di uraian terdahulu. Juga ada ”prinsip-prinsip
administrasi”, serta tipe ideal birokrasi yang dikemukakan oleh Weber. Juga seperti
uraian terdahulu, ada kajian Human Relation yang menekankan aspek-aspek seperti
motivasi, kepemimpinan, bentuk non-hirarkis. Sayangnya, kesemua teori ini
memberikan efek yang terbatas bagi model birokrasi yang ada di negara-negara
berkembang. Bahkan model pembangunan partisipatoris sekalipun belum mampu
merubah watak birokrasi dan masyarakat yang ada di negara-negara berkembang.

Serangan terhadap teori modernisasi yang terjadi di akhir tahun 1960-an dan 1970-an
juga memberikan tantangan bagi administrasi pembangunan. Dari sudut pandang
finansial, pendanaan Amerika untuk berbagai proyek administrasi publik berkurang
secara drastis. Lemahnya kinerja pembangunan sebagian besar disebabkan karena
kegagalan administrasi pembangunan, dan para pakar pembangunan berusaha
menemukan solusi baru. Orang-orang kemudian mulai mempertanyakan asumsi ”big
government” yang diusung administrasi pembangunan. Schaffer (1969) mengatakan
ada kebuntuan (deadlock) dalam administrasi pembangunan sehingga muncul
pertanyaan apakah birokrasi dapat menghasilkan transformasi sosial?  Nilai-nilai
Barat yang diiringi dengan teknik-teknik administrasinya dinilai kurang tepat;
keberadaan kultur dan kaitannya dengan administrasi dipertanyakan kembali.

Oleh David Hirscham (1981), kepentingan kaum borjuis juga menjadi salah satu
variabel penjelas kegagalan implementasi administrasi pembangunan di Afrika.
Seperti Schaffer, ia menggambarkan adanya kebuntuan dalam administrasi
pembangunan. Hirscham mengakui ada begitu banyak ide yang inovatif dari
administrasi pembangunan tetapi hal itu telah diabaikan oleh para administrator di
Afrika. Hal ini karena birokrat lebih berfokus pada mempertahankan kepentingan
kelas-nya dan mengabaikan kepentingan publik.

Urian diatas menggambarkan bagaimana peran yang begitu besar yang dimainkan
oleh birokrasi dalam pembangunan. Kegagalan birokrasi dalam merencanakan dan
mengimplmentasikan kebijakan dan program publik menyebabkan proses
pembangunan menjadi gagal. Selain dalam perencanaan dan implementasi
kebijakan/program publik, kegagalan birokrasi dapat dilihat dari gagalnya birokrasi
memberikan masukan atau advis kepada politisi mengenai kebijakan. Keberhasilan
pembangunan yang dicapai oleh negara-negara yang disebut ”Macan Asia” diatas
adalah buah dari keberhasilan birokrasinya. Karena birokrasi menjadi kendaraan
utama untuk merencanakan dan mengimplementasikan kebijakan dan program publik
maka birokrasi harus dibuat seefisien dan seefektif mungkin. Ketika pembangunan
suatu negara mencapai kebuntuan maka perlu ditinjau kembali apa yang sedang
terjadi dengan birokrasinya.

Anda mungkin juga menyukai