Anda di halaman 1dari 1

Diskusi 5 Sistem Politik Indonesia

Perubahan ketatanegaraan karena reformasi sistem melalui amandemen konstitusi sudah dilakukan di
Indonesia sejak tahun 1999. Kekuasaan dominan dari eksekutif (executive heavy) era Orde Baru dan
Lembaga Legislatif yang hanya dianggap tukang stempel kebijakan Presiden tidak lagi terjadi. Saat ini,
mekanisme checks and balances dilakukan agar kinerja dan hubungan antar lembaga tinggi negara tidak
menghasilkan arogansi kekuasaan antara satu dengan lainnya. Namun demikian, fenomena yang terlihat
saat ini adalah rendahnya produktivitas lembaga legislatif dan meningkatnya fungsi kontrol legislatif
terhadap eksekutif.

Diskusikan bagaimana mekanisme checks and balances antara tiga lembaga tinggi negara khususnya
legislatif dan eksekutif dapat dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan kinerja yang baik? Sertakan
dengan contoh yang relevan!

Jawab :

Checks and balances dapat diwujudkan dengan pertama-tama memisahkan dan membedakan cara
perolehan legitimasi untuk memperoleh jabatan di masing-masing lembaga pemerintahan. Artinya,
masing-masing jabatan di dalam sistem pemerintahan suatu negara.Tujuannya adalah untuk mengurangi
potensi terjadinya perebutan kekuasaan lembaga-lembaga pemerintah oleh segelintir orang atau faksi
untuk mencapai tujuan mereka secara sepihak.

Relasi antara lembaga perwakilan dengan lembaga presiden berlangsung lebih seimbang. Di dalam
pembuatan keputusan-keputusan penting, presiden tidak bisa melakukannya sendiri tanpa terlebih
dahulu membicarakannya dengan DPR . Ke depannya, harus dibangun kriteria ideal kepemimpinan
politik di Indonesia yang dapat menjadi pemimpin di lembaga eksekutif. Dalam hal ini, pemimpin
tersebut harus dapat memanfaatkan dukungan politik dan menjaga keseimbangan politik sambil
mencari jalan yang paling mudah dan cepat menuju tercapainya pembangunan nasional.

Sebagai contoh

Berbicara lembaga eksekutif di masa Orde Baru tidak dapat dilepaskan dari pelibatan militer oleh
Soeharto di dalam politik, termasuk di dalam lembaga eksekutif. Dalam usaha menegakkan cita-cita Orde
Baru, Soeharto menugaskan prajurit ABRI dalam lembaga/instansi/badan/organisasi di luar jajaran ABRI
sebagai pelaksanaan Dwifungsi ABRI. Sosok Soeharto sebagai presiden atau pemimpin lembaga eksekutif
di masa Orde Baru, memimpin lembaga eksekutif dengan kekuasaan yang otoriter, represif, tertutup, dan
personal. Kekuasaan lembaga eksekutif didistribusikan kepada lembaga negara lain untuk mencegah
kecenderungan pemerintahan tidak demokratis.

Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai