Anda di halaman 1dari 4

IPHIGENIA (041184629)

Diskusi 7

1. Penyempurnaan di Bidang Kelembagaan (Organisasi)


Penyempurnaan di bidang kelembagaan ini diarahkan untuk mendudukkan aparatur
negara sesuai dengan fungsinya agar jelas bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing. Bentuk dan besarnya organisasi disesuaikan dengan tugas pokok, fungsi dan beban
kerja yang disusun menurut jalur dan staf serta terdiri dari unsure-unsur pimpinan,
pembantu pimpinan, pelaksana dan pengawasan. Penyempurnaan kelembagaan ini telah
dilaksanakan dengan dikeluarkannya Keputusan Presedium Kabinet Ampera No. 15 dan No.
75 Tahun 1966 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 44, 45 Tahun 1974 dan
Keppres No.15 Tahun 1984.
Selama Repelita III telah dilakukan penyempurnaan kelembagaan yang meliputi tiga
bidang yaitu : (Pidato Kenegaraan Presiden RI 1984)

a. Bidang cabinet pembangunan


Mengingat meningkatnya dan meluasnya tugas-tugas pembangunan maka
susunan Kabinet Pembangunan IV telah ditambah jumlahnya dengan memecah beberapa
department berdasarkan suatu pertimbangan bahwa ruang lingkup tugasnya memerlukan
perhatian yang besar dan harus ditangani secara instensif.

1) Departemen Pertanian berkembang menjadi dua yaitu Departemen Pertanian dan


Departemen Kehutanan.
2) Departemen Perhubungan berkembang menjadi dua yaitu Departemen Perhubungan
dan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
3) Departemen Perdagangan dan Koperasi berkembang menjadi dua yaitu Departemen
Perdagangan dan Departemen Koperasi.
4) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi berkembang menjadi dua yaitu
Departemen Perdagangan dan Departemen Koperasi.

b. Bidang lembaga-lembaga pemerintah Non-Departemen

1) Pembentukan Kantor-Kantor Wilayah (KANWIL) Badan Administrasi Kepegawaian


Negara (BAKN) tingkat provinsi yang dilakukan secara bertahap (Keppres No.53 Tahun
1980).
2) Penyempurnaan organisasi Biro Pusat Statistik (BPS) karena perananya dianggap
semakin penting (PP No.6 Tahun 1980)
3) Penyempurnaan kedudukan dan fungsi Badan Urusan Logistik (BULOG) (Keppres No 39
Tahun 1978)
4) Peningkatan fungsi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) (Keppres No. 51 Tahun
1979)
5) Penambahan satu jabatan Deputi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPENAS) (Keppres No.19 Tahun 1983)
6) Penggiatan dan pengefektifan fungsi Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN)
(Keppres NO.64 Tahun 1983)
7) Penambahan satu jabatan deputi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM)
(Keppres No. 33 Tahun 1981) dan perbaikan tata kerja dalam menyusun daftar skala
prioritas (Keppres No.78 Tahun 1982)
8) Perluasan organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Keppres No.31
Tahun 1982)
9) Pembentukan Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila sebagai lembaga baru yang mempunyai tugas untuk
meningkatkan penghayatan dan pengalaman pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa), UUD
1945, serta GBHN oleh masyarakat (Keppres No.10 Tahun 1979)
10) Pembentukan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk pengalihan
tugas dan fungsi Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara kepada BPKP
(Inpres No. 14 Tahun 1983). Sebagai lembaga baru BPKP mempunyai tugas pokok
merumuskan kebijaksanaan menyelenggarakan pengawasan umum atas penguasaan
dan pengurusan keuangan serta menyelenggarakan pengawasan pembangunan
(Keppres No. 31 Tahun 1983)

c. Bidang sekretariat negara


Penyempurnaan Sekretariat Negara ini terakhir dilakukan berdasarkan Keppres
No.19 Tahun 1983 dengan maksud untuk lebih memantapkan pelaksanaan fungsinya.

d. Bidang penyempurnaan hubungan kerja


Adalah untuk memperlancar jalur komunikasi guna tercapainya korrdinasi yang
lebih baik antarlembaga atau departemen yang melaksanakan program pembangunan
yang memperoleh prioritas tinggi seperti program-program peningkatan dan pengadaan
produksi pangan, pembinaan golongan ekonomi lemah, perbaikan lingkungan hidup,
perbaikan gizi rakyat, tata penyelenggaraan transmigrasi, keluarga berencana,
peningkatan kepariwisataan dan sebagainya.
2. Penerapan T-Form pada Birokrasi Pemeirntah di Indonesia
Organisasi birokrasi pemerintah yang diterapkan di lembaga-lembaga pemerintah
tidak sama kecuali susunan organisasi departemen-departemen dari pusat sampai ke
daerah. Khususnya organisasi departemen pemeirntah sama tingkat maupun sebutan nama
jabatannya yaitu terdiri dari empat tingkat yaitu :

Menteri → Direktorat Jendral → Direktorat → Sub Direktorat → Seksi

↓ ↓ ↓ ↓

Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV

Supaya organisasi departemen dan lain-lain dapat bergerak dengan lincah maka
sudah tiba masanya menerapkan secara adaptif pemikiran T-Form dalam organiasi
pemerintah ini. Adapun dasar pertimbangannya adalah :

 Eselon organisasi yang ideal paling tinggi dua tingkat dibawah eksekutif supaya
komunikasi itu lebih lancer dan efektif.
 Struktur yang tinggi disamping lamban digerakkan untuk mengantisipasi keadaan
lingkungan yang cepat berubah juga menjadi ajang KKN yang menyebabkan rusaknya
ekonomi karena biaya ekonomi tinggi.
 Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka fungsi departemen banyak berkurang
karena sebagian besar dialihkan ke daerah.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka organisasi departemen


pemerintah yang terlalu tinggi tersebut perlu direformasikan dengan cara memotong dua
atau tiga eselonya dibawah Menteri sehingga menjadi satu atau dua tingkat saja karena
kedudukan eselon ini adalah sebagai perantara saluran komunikasi dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas.

Penerapan model T-Form dalam organisasi menuntut beberapa persyaratan, yaitu :


1) Melakukan perubahan sikap aparat birokrasi yang sudah terbiasa berorientasi ke atas
kepada berorientasi ke bawah. Dengan demikian setiap orang dalam organisasi akan
dapat bersikap proaktif dan memberdayakan dirinya mengantisipasi gejala yang timbul di
lingkungan setiap saat.
2) Mempersiapkan aparat yang bermutu tinggi dengan cirri-ciri penuh kreatif dan inovatif
dan mampu menghadapi tantangan lingkungan yang cepat berubah. Untuk ini setiap
orang harus dapat membuat hali dirinya sendiri supaya dapat terlibat dan didayagunakan
dalam sistem T-Form ini.
3) Strategi pelayanan secara terkotak-kotak harus diganti dengan strategi pemberian
pelayanan satu atap untuk mempercepat pelayanan kepada pengguna jasa. Dengan
demikian, akan timbul anggapan di mata eksternal bahwa organisasi departemen itu satu
secara keseluruhan.
4) Aparat birokrasi di persiapkan untuk mahir berkomunikasi melalui computer terutama
yang berhubungan dengan sistem teknologi informasi.

Perubahan organisasi dengan menerapkan T—Form organisasi ini tentu akan


melahirkan pro dan kontra di kalangan berbagai pihak. Pihak yang pro adalah kalangan yang
berpikiran maju melihat masa depan negara dan juga pengguna jasa birokrasi pemerintah
yang selama ini merasakan bagaimana sakitnya dipungli ketika berurusan dengan aparat
birokrasi. Sedangkan pihak yang kontra adalah mereka ingin mempertahankan status quo
atau yang takut terhadap perubahan budaya organisasi yang dipertahankan selama ini
anatar lain takut akan kehilangan jabatan dan prestise atau mereka yang komit ber KKN.

Perubahan organisasi dengan menerapkan T-Form ini adalah perubahan yang bersifat
mendasar sehingga diperlukan kesepakatan dan dukungan dari penguasa tertinggi. Untuk ini
diperlukan kemauan politik (political will) dari pengambil kebijakan negara tentang
perubahan struktur dan sistem birokrasi pemerintah ini. Kalau ada political will ini maka T-
Form (struktur rendah) ini diharapkan dapat mempercepat pelayanan dalam mendukung
pengguna jasa yang akan berkompetisi secara global. Sekaligus dapat menghapus atau
meminimalkan budaya KKN dikalangan aparat birokrasi. Dengan demikian, pandangan
masyarakat umum terhadap birokrasi akan berubah dari yang selama ini dilayani oleh
masyarakat pengguna jasa kepada yang melayani mereka.

Anda mungkin juga menyukai