Anda di halaman 1dari 2

Menteri Agama Republik Indonesia telah menerbitkan Keputusan Menteri Agama KMA Nomor 633

Tahun 2020 tentang “Pedoman Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pada Kementerian Agama”.
Pedoman ini diterbitkan untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi padaKementerian Agama.
Keputusan Menteri Agama Nomor 536 Tahun 2018 sudah tidak sesuai dengan perkembangan
hukum, sehingga perlu diganti. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu ditetapkan
Keputusan Menteri Agama tentang “Pedoman Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Kementerian
Agama”.
Reformasi Birokrasi adalah upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahanmendasar
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan. Reformasi birokrasi tersebut meliputi manajemen
perubahan, deregulasi kebijakan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata laksana,
penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan
peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sejak tahun 2009 terus dijalankan secara konsisten dan
berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025. Saat ini pelaksanaan reformasi birokrasi telah memasuki periode
ketiga atau periode terakhir masa berlaku Roadmap, sekaligus berakhirnya masa berlaku Keputusan
Menteri Agama Nomor 582 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Lampiran Keputusan Menteri
Agama Nomor 447 Tahun 2015 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Agama Tahun
2015 -2019.
Pada periode pertama hingga periode kedua telah tercapai banyak kondisi yang mendukung sasaran
Reformasi Birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih, akuntabel, berkinerja tinggi, birokrasi yang efektif
dan efisien, dan birokrasi yang mempunyai pelayanan publik yang berkualitas. Birokrasi sebagai
pelaksana tugas pemerintah terus melakukan perubahan dalam mencapai sasaran Reformasi
Birokrasi dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik serta memudahkan dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat.

Apakah sudah ada perubahan pada 8 area tersebut?


Jawaban saya adalah “IYA”.
Yang mana pada AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI 2015-2019, tediri dari:
 Kelembagaan
 Peraturan Perundang-undangan
 Mental Aparatur
 Tatalaksana
 SDM Aparatur
 Akuntabilitas
 Pengawasan
 Pelayanan Publik

Yang kemudian dirubah beberapa poin pada AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI 2020-2024,
yakni:
 Manajemen Perubahan
 Deregulasi Kebijakan
 Penataan Organisasi
 Penataan Tatalaksana
 Penataan SDM Aparatur
 Penguatan Akuntabilitas
 Penguatan Pengawasan
 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Dapat dilihat diatas, terdapat tiga poin yang dirubah dari tahun sebelumnya.

Area perubahan mana yang masih menimbulkan masalah?

Program Reformasi Birokrasi yang sudah dimulai sejak 2010 dengan dikeluarkannya Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi(GDRB) 2010-2025. Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ini lalu dibuatkan Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
fase ke-1 dan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 fase ke-2. Pada 2020, Reformasi Birokrasi
akan masuk fase ke-3, yaitu sejak 2020-2024. Fase ke-1 di bawah kepemimpinan Presiden SBY serta
fase ke-2 dan ke-3 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Dalam rangka menjalankan
program Reformasi Birokasi pada kedua fase yang sudahberjalan, ditetapkanlah delapan area
perubahan, yaitu mentalitas ASN, pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan, tata laksana, peraturan
perundangan, dan pelayanan publik. Evaluasi terhadap capaian Reformasi Birokrasi fase pertama
dan fase keduapada kedelapan area perubahan menunjukkan hasil yang beragam.
Namun, tetap menunjukkan kurang signifikannya perubahan yang terjadi. Reformasi Birokrasi pada
area akuntabilitas pemerintah melalui pembangunan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (SAKIP) tampaknya merupakan area perubahan yang cukup signifikan. Area pelayanan
publik, walaupun memperlihatkan terjadinya sejumlah perubahan dengan dibangunnya mall
pelayanan publik dan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan, masih merupakan
area perubahan yang memprihatinkan. Data tentang kepatuhan pemerintah, terutama pemerintah
daerah kabupaten/kota sebagai ujung tombak pelayanan publik, terhadap peraturan perundangan di
bidang pelayanan publik (UU No 25 Tahun 2009 tentang PelayananPublik) masih tidak baik. Begitu
juga dengan evaluasi Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) pada 2018 dan 2019 memperlihatkan
masih sangat sedikit kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang menerapkan manajemen
sumber daya manusia (SDM) dengan baik. Area perubahan yang berkaitan dengan mentalitas
aparatur sipil negara (ASN) malah tidak terlihat program dan gaungnya. Kapabilitas dan integritas
ASN pun masih banyak dipertanyakan.

Anda mungkin juga menyukai