Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : FRANSISKA KARUNIA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 022033435

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4320 / SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

Kode/Nama UPBJJ : 48 / PALANGKARAYA

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Perbedaan antarlembaga non-kementerian:
Kementerian adalah lembaga yang termasuk ke dalam unsur dari adanya kabinet.
Kementerian dipimpin oleh seorang menteri.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian adalah lembaga yang dibentuk oleh
Presiden secara khusus dalam bidang tertentu.
Perbedaan Kementerian dan LPNK :
1. • Kementerian dipimpin oleh seorang Menteri
• LPNK dipimpin oleh seorang kepala
2. • Para Menteri bertanggungjawab secara langsung kepada Presiden
• Kepala LPNK bertanggungjawab kepada Presiden melalui Kementerian
3. • Dasar hukum Kementerian berada pada UUD 1945
• Dasar hukum LPNK berada pada UU
2. Berikut perbedaan desentralisasi di negara kesatuan dan negara federal :
sistem pemerintahan yang berlaku di suatu negara secara garis besar dibagi
menjadi 2 jenis yaitu sistem pemerintahan negara kesatuan dan sistem
pemerintahan negara federal. Kedua sistem pemerintahan tersebut memiliki
perbedaan dan kali ini akan dibahas secara terperinci mengenai perbedaan dari
sistem tersebut.
• Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Sebelum dibahas mengenai perbedaan, kita harus tahu pengertian dari sistem
pemerintahan negara kesatuan yaitu suatu sistem pemerintahan yang memiliki
satu kekuatan tunggal dan dapat mengendalikan keseluruhan pemerintah.
Sedangkan negara kesatuan adalah suatu negara yang menggunakan sistem
pemerintahan berupa sistem pemerintahan tunggal atau pemerintah pusat. Pada
sistem pemerintahan kesatuan semua penguasaan kekuasaan serta administratif
ada di tempat utama.
Hampir di setiap negara di dunia menerapkan sistem pemerintahan negara
kesatuan. Hal ini dikarenakan dalam sistem pemerintahan kesatuan, pemerintah
memiliki kekuatan untuk memperluas ataupun mempersempit suatu kekuatan
yang dimiliki oleh unit sub-nasional. Jadi pemerintah berhak menghapus
kekuatan suatu unit yang diduga dapat membahayakan atau mengancam kesatuan
negara. Adapun contoh negara yang menganut sistem negara kesatuan yaitu
Indonesia, Belanda, Inggris dan Jepang.
Ciri – ciri negara kesatuan yaitu:
1. Hanya mempunyai satu undang – undang dasar, kepala negara, dewan menteri
serta dewan perwakilan rakyat.
2. Serta hanya memiliki satu kebijakan yaitu mengenai masalah sosial, ekonomi,
politik, kebudayaan, pertahanan dan keamanan.
3. Kedaulatan negara berupa kedaulatan ke dalam dan juga kedaulatan luar
ditangani oleh pemerintah pusat.
• Sistem Pemerintahan Negara Federal
Sistem pemerintahan negara federal tentu berbeda dengan sistem negara
kesatuan. Pemerintahan federal yaitu suatu pemerintahan nasional yang
pemerintahnya mempunyai wewenang dalam mendelegasikan wewenang kepada
salah satu anggota negara yang terpilih. Setidaknya terdapat dua tingkat
pemerintahan federal di dalam suatu negara, yaitu di dalam institusi umum atau
yang berada pada kekuasaan yang telah ditentukan oleh sebuah konstitusi negara.
Contoh negara yang menerapkan sistem negara federal yaitu Malaysia, Australia,
Amerika Serikat dan India.
Sedangkan ciri-ciri negara federal adalah:
1. Kepala negara dipilih oleh rakyat serta memiliki tanggung jawab kepada
rakyat.
2. Kepala negara memiliki hak veto yang telah diajukan oleh parlemen.
3. Setiap negara bagian mempunyai kekuasaan asli namun tidak memiliki
kedaulatan.
4. Setiap negara bagian mempunyai wewenang untuk menyusun atau
menrencanakan undang – undang dasarnya sendiri dan yang terpenting harus
sesuai dengan sistem pemerintahan pusat.
5. Pemerintah pusat mempunyai kedaulatan terhadap setiap negara bagian dalam
mengatur urusan luar dan sebagian urusan dalam negara bagian.
Perbedaan Negara Federal dan Negara Kesatuan
1. Kekuatan Sistem Pemerintahan
• Negara kesatuan: Tetap berada di dalam pusat serta pemerintah pusat
mempunyai wewenang dalam membuat keputusan sementara.
• Negara federal: Sebagian besar kekuasaan kecuali kekuasaan yang memiliki
keterkaitan dengan urusan internasional didelegasikan pada pemerintah
daerah ataupun provinsi.
2. Bentuk pemerintahan
• Pemerintah negara kesatuan: mempunyai satu pemerintahan yang disebut
dengan pemerintah pusat.
• Pemerintah negara federal: mempunyai dua pemerintahan, pertama berada di
posisi sentral dan yang kedua berada di tingkat negara bagian atau provinsi.
3. Konstitusi
• Pemerintah negara kesatuan: terkadang ada yang memiliki konstitusi ataupun
tidak memiliki konstitusi.
• Pemerintah negara federal: harus mempunyai suatu konstitusi.
4. Jika terjadi masalah
• Pemerintah negara kesatuan: pengadilan tinggi tidak mampu memberikan
penghakiman ataupun ucapan untuk undang – undang atau undang – undang
yang disahkan oleh parlemen.
• Pemerintah negara federal: jika terjadi permasalahan antara institusi di dalam
pemerintah federal, pengadilan akan ikut campur dalam menangani urusan
tersebut.
5. Kekuasaan
• Pemerintah negara kesatuan: kekuasaan dan otoritas terbagi atas pemerintah
tingkat bawah jika diperlukan.
• Pemerintah negara federal: terdapat hirarki kekuasaan yang berasal dari
tingkat fedaral hingga tingkat negara begian dan lokal.
6. Sistem peraturan
• Pemerintah negara kesatuan: terdapat peraturan yang sama dan berlaku di
seluruh negeri di bawah sistem pemerintahan.
• Pemerintahan negara federal: terdapat variasi dalam peraturan dan peraturan
antara di tingkat pusat dengan negara bagian.
7. Membuat kesepakatan
• Pemerintah negara kesatuan: meskipun bukanlah praktek secara umum,
namun suatu negara atau daerah yang independen harus mendapat izin dari
pemerintah pusat. Ada kemungkinan izin bisa saja dicabut kapanpun oleh
pemerintah pusat.
• Pemerintah negara federal: pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat
membentuk sebuah kesepakatan untuk dijalankan bersama – sama.
8. Kekuatan devolusi
• Pemerintah negara kesatuan: dibentuk oleh daerah pemerintahan itu sendiri.
• Pemerintah negara federal: kekuatan berada pada pemerintah pusat, akan
tetapi dimulai dari tingkat bawah terlebih dahulu.
9. Status warga negara
• Pemerintah negara kesatuan: tidak peduli berasal dari mana warna negara baik
berasal dari negara bagian yang terhubung di dalam pemerintahan pusat,
rakyat tetep menjadi bagian warga pemerintah pusat serta wilayahnya juga
dianggap sebagai wilayah pemerintahan nasional.
• Pemerintahan negara federal: warga negara sangat bergantung pada
komponen negara di tempat warga negara itu berada.
10.Batasan tertentu
• Pemerintahan negara kesatuan: bentuk pemerintahan yang demokratis pada
desentralisasi otoritas dan kekuasaan serta rakyat diberi kebebasan.
• Pemerintah negara federal: sangat mirip dengan sistem pemerintahan
diktaktor, konsep sentralisasi kekuasaan dan juga wewenang, serta tidak
terdapat kebebasan untuk memilih dan juga berekspresi bagi rakyatnya.
11.Dalam kasus darurat serta ketepatan waktu
• Pemerintah negara kesatuan: lebih responsif
• Pemerintah negara federal: lebih mengutamakan formalitas serta aspek hukum
12.Biaya anggaran
• Pemerintah negara kesatuan: terdapat rantai komando yang cukup sempit
sehingga membutuhkan biaya anggaran dalam mengelola kantor atau fasilitas
publik namun masih tetap rendah secara signifikan.
• Pemerintah negara federal: membutuhkan biaya anggaran sangat banyak
untuk dijaga dengan benar sebab sejumlah orang akan diminta untuk memilih
jabatan politik.
Demikian penjelasan mengenai perbedaan antara negara kesatuan dan negara
federal.
3. Dampak negative penyeragaman pelaksanaan pemerintahan desa bagi desa-desa
di Indonesia: Sejak diundangkannya,(UU No.22 tahun 1999) kajian tentang
format otonomi daerah tidak pernah sepi dari perdebatan, terlebih setelah pada
tahapan implementasi dari UU. tersebut ternyata kemudian ditemukan adanya
kelemahan dan dampak negatif yang ditimbulkan. Bukan tidak mungkin
perdebatan itu akan terus berlanjut meskipun Undang-undang Nomor 32 tahun
2004 yang merupakan pengganti dari UU tersebut telah diterbitkan. tidak tertutup
kemungkinan suara sumbang terhadap keberadaan kedua UU tersebut hanyalah
fenomena temporal sebagai dampak dari suasana dan semangat reformasi yang
sedang menggelinding termasuk euphoria-nya, sekaligus sebagai bagian dari
proses penyesuaian kearah terciptanya keseimbangan-keseimbangan baru. Oleh
sebab itu dapat dikatakan bahwa untuk memberikan penilaian plus/minus
terhadap kedua UU tersebut diusianya yang relatif muda, masih terlalu dini, dan
tidaklah fair apabila yang lebih banyak ditonjolkan semata kelemahannya tanpa
mengetengahkan hal-hal positif yang telah dicapai. Namun demikian, juga sukar
untuk disangkal bahwa otonomi daerah yang antara lain dimaksudkan untuk
pemerataan pembangunan, ada kecenderungan telah memunculkan “raja-raja”
kecil baru di daerah yang lebih menitik beratkan perhatiannya pada upaya
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ketimbang pada upaya
mensejahterakan masyarakat. Secara umum, akar masalahnya dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori. Pertama, adalah disebabkan oleh tidak
ada dan atau tidak jelasnya filosofi/konsep yang mendasarinya dan kemungkinan
adanya kekeliruan dalam substansi materi, misalnya penetapan titik berat
otonomi pada Kabupaten/Kota tanpa memperhatikan kondisi Kabupaten/Kota
yang sangat beragam. Kedua, berkaitan dengan proses implementasi, yang antara
lain disebabkan oleh perbedaan pengetahuan dan penafsiran, perbedaan
kepentingan dan berbagai perbedaan yang lain, termasuk perbedaan kebutuhan,
kemampuan dan kondisi dari masing-masing daerah, serta berbagai sumber daya
yang lain yang ada di daerah. Dalam konteks ini, juga termasuk adanya tarik ulur
antara pihak-pihak yang memiliki orientasi konsep penyelenggaraan negara yang
berbeda. Pihak pertama adalah yang percaya bahwa sentralisasi merupakan satu-
satunya sistem yang mampu mencegah disintegrasi bangsa, sedangkan pihak
lainnya ingin mengedepankan desentralisasi sebagai kiat untuk mempercepat
pencapaian cita-cita nasional. Indikator paling nyata dapat dilihat dari substansi
materi PP 25/2000 yang dalam banyak hal mencoba menarik kembali ke
pemerintah pusat beberapa kewenangan daerah otonom yang ditetapkan pada
UU 22/99, termasuk penarikan kembali kewenangan dalam bidang pertanahan.
Tarik ulur antara kedua kutub di atas, seyogyanya segera dihentikan, karena
permasalahan yang dihadapi bukan terletak pada bentuk dan atau format
penyelenggaraan negara, tetapi pada pencapaian cita-cita nasional, sebagaimana
dicantumkan pada pembukaan UUD 1945. Bentuk negara bukanlah tujuan
(ends) tetapi hanya merupakan sarana (means) untuk mencapai cita-cita bangsa.
Tarik ulur dan perdebatan format penyelenggaraan negara yang usianya sama
dengan usia republik ini perlu segera diakhiri dengan suatu kebijakan nasional
tertinggi (perpektif presiden) yang mengikat semua komponen bangsa.
Kebijakan tersebut tentunya harus menyeluruh dan independen tanpa
mengabaikan derajat kompetensi lembaga-lembaga tinggi negara serta
jajarannya.

Anda mungkin juga menyukai