Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Florida Adolfina Numberi

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043301693

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4214/ Sistem Sosial Budaya Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 87/JAYAPURA

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban
No.1 pengertian pertama pengelolaan lingkungan yakni upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputih kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan,pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup (UU LH no.23 Tahun 1997)

Sementara itu, pada konteks lingkungan sosial yang dimaksud pengelolaan


lingkungan yakni berbagai upaya atau serangkaian tindakan untuk perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian/pengawasan dan evaluasi yang bersifat komunikatif
dengan mempertimbangkan:
1. ketahanan sosial (daya dukung dan daya tampung sosial setempat).
2. keadaan ekosistem.
3. tata ruang.
4. kualitas sosial setempat (kualitas objektifdan subjektif).
5. sumber daya sosial (potensi) dan keterbatasan (pantangan) yang bersifat
kemasyarakatan (yang tampak dalam wujud pranata, pengetahuan
lingkungan, dan etika lingkungan).
Sekalipun pengelolaan lingkungan hidup sepenuhnya menjadi utama
negara, tetapi secara garis besar ada dua jenis pengelolaan lingkungan hidup
yakni pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh negara dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan masyarakat lokal.
Pembedaan ini lahir dikarenakan perubahan sosial di masyarakat tidak
merata. Ada satu masyarakat yang belum sepenuhnya tersentuh kebijakan
negara, seperti masyarakat suku-suku di pedalaman atau di pulau-pulau kecil, di
mana aparat pemerintah jarang memonitor atau mengintervensi mereka, maka
sistem pengelolaan lokal yang dipilih. Sumber daya alam di sekitar mereka yang
telah ada jauh sebelum aturan formal lahir telah berkembang melalui ilmu
pengetahuan lokal yang diwariskan turun-temurun. Kearifan lokal merupahkan
salah satu contoh atau langkah dalam pengelolaan lingkungan itu.
Sementara itu, untuk masyarakat ketika kebijakan negara sudah
mengatur sepenuhnya maka pengelolaan lingkungan selalu diatur oleh kebijakan
negara itu. Sumber daya alam seperti tanah (lahan), air, udara, betul-betul
dikelola dengan mengikuti perundang-undang produk negera tersebut.

a. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia


Kebijakan mengelola lingkungan hidup harus mendapat perhatian serius sebab
lingkungan sangat dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan (stakeholders).
Tata kelola yang kurang baik akan menjadikan lingkungan sebagai arena
perebutan. Terlebih pada saat penduduk semakin padat dan pemenuhan
kebutuhan yang semakin meningkat,lingkungan, dan sumber daya alam di
sekitar akan dipilih sebagai penopang kebutuhan hidup.
Kewajiban negara untuk membuat regulasi untuk mengelola lingkungan.
Regulasi ini tidak hanya mengatur pemanfaatan, tetapi juga pemeliharaan dan
perlindungan. Perlindungan harus mengacu kepada kepentingan lingkungan,
pelestarian mengacu kepada kepentingan ekonomi sedangkan pemanfaatan
tetap harus memperhatikan faktor sosial budaya.
Perubahan-perubahan undang-undang pengelolaan lingkungan hidup,
sudah mencerminkan dinamika "kepedulian" terhadap isu lingkungan tersebut.
Seperti kita ketahui, UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 198' tentang
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemudian direvisi lahirnya UU
No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan terakhir lahirlah
UU No.32 Tahun 2009 tentang Penyelamatan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Hanya yang perlu diperhatikan bagaimana pelaksanaan atau eksekusi dari
kebijakan ini.
Kebijakan lingkungan hidup seperti dinyatakan di atas bisa dikatakan sebagai
instrumen wajib dengan memperhatikan struktur hierarkhi peraturan Yang
berlaku di Indonesia. Per-Undang-undangan itu secara lengkap bisa diringkaskan
sebagai berikut.
l. Landasan pertama : Pancasila
2. Landasan kedua :UUD 1945
3. Landasan Ketiga : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Landasan Keempat : Peraturan Pemerintah
5. Landasan Kelima : Keputusan Presiden
6. Landasan Keenam : Surat keputusan Menteri
7. Landasan Ketujuh : Peraturan Daerah Tk I dan Tk II

Terkait hal di atas dinyatakan oleh Ash Sidiqie sebagai konstitusi hijau, ketika
konstitusi negara telah banyak mengatur masalah lingkungan. Insu-umen-
instrumen wajib dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti: AMDAL. Sifat wajib
ini diperkuat melalui PP 29 Tahun 1986, yang selanjutnya direvisi menjadi PP
No.27 Tahun 1999 yang menyaratkan setiap pemrakarsa proyek harus
melakukan AMDAL termasuk Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL).
AMDAL sebagai instrumen wajib untuk berdirinya proyek tertentu. Biasanya,
perizinan tidak akan dikeluarkan sebelum pembuatan AMDAL belum selesai.
Dengan adanya AMDAL, dipastikan semua pihak tidak akan dirugikan. Selain
AMDAL, juga ada instrumen wajib Iain yang disebut KLHS (Kajian Lingkungan
Hidup Strategis) yakni proses sistematis dalam evaluasi dampak lingkungan hidup
yang diprakirakan akan terjadi akibat pelaksanaan kebijakan, rencana atau
program (KRP) yang dilakukan pada tahap awal dari suatu proses pengambilan
keputusan kegiatan pembangunan selain pertimbangan ekonomi dan sosial.
Pengertian Iain, menyatakan: KLHS merupakan pendekatan partisipatif dalam
pengarusutamaan isu-isu lingkungan dan sosial untuk mempengaruhi rencana
pembangunan, pengambilan keputusan (pembangunan) dan proses
implementasi (pembangunan) pada tingkatan strategis.
Risiko kerusakan lingkungan juga akan bisa diminimalkan. Hanya saja yang patut
diperhatikan bahwa penyelamatan dan pemeliharaan lingkungan tidak akan
berhasil jika pemerintah hanya cukup mengandalkan instrumen wajib, tetapi jika
instrumen wajib pada prosesnya tidak seperti diharapkan oleh banyak pihak
maka instrumen-instrumen sukarela seperti Audit Lingkungan, Analisa Risiko
Lingkungan, dan Iain-lain harus dilakukan.
Seperti dinyatakan Buttel (2003) bahwa dibutuhkan kemampuan masyarakat
untuk mendorong aparat negara untuk menjalankan peran tersebut dengan
diimbangi kekuatan masyarakat sipil untuk mendorong itu.
Tiga kekuatan penting yang bisa digerakkan dalam pola-pola gerakan lingkungan,
yakni negara, masyarakat dan aparat pemerintah.
(sumbernya halaman 8.19, 8.23, 8.24)

b. Lingkungan menjadi istilah yang sudah sangat populer, baik sebagai tiljuan
atau sebagai syarat-syarat dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai
tujuan dikenal ecodevelopment, sedangkan sebagai syarat-syarat
pembangunan dikenal istilah pembangunan berwawasan lingkungan atau
ada menyebutnya sebagai pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Sekalipun secara sepintas terdengar sama, tetapi
sesungguhnya pengertian dan penekanan kedua istilah ini pada praktik
politik cukup berbeda. Istilah pertama menunjuk kepada lingkungan sebagai
tujuan, oleh karena itu kadang dibaca secara ideologis. Lingkungan betul-
betul diprioritaskan dalam pembangunan, sehingga lingkungan
dinomorsatukan dengan tidak memberi toleransi pada apapun yang
merusaknya. Sedangkan,
istilah kedua masih memberikan ruang-ruang kepada pembangunan ekonomi
dan kepentingan rakyat. Sekalipun untuk pilihan yang kedua sering sulit
untuk dilakukan, intervensi dari kekuatan di luar negara sering tidak bisa
dilawan.
Partisipasi masyarakat menjadi unsur yang sangat penting dalam
pengelolaan lingkungan hidup, karena ia subjek dan objek pembangunan.
Masyarakat merupakan ujung tombak pembangunan. Peran masyarakat
tidak boleh ditinggalkan, sebab jika proyek berjalan dan menghasilkan risiko
tertentu, masyarakatlah yang akan menjadi korban pertama.
Dampak negatif proyek menjadi salah satu konsekuensi yang merupakan
dampak pembangunan. Untuk setiap pembangunan, dampak yang
diharapkan Yakni dampak-dampak positif Artinya, jika tidak bisa memberi
banyak manfaat kepada masyarakat, minimal pembangunan tidak
menghasilkan ekses merugikan. Pembangunan mampu mendorong berbagai
keuntungan bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya, pembangunan mampu
merubah masyarakat dari kurang berdaya menjadi berdaya dan dari
masyarakat tidak berkekuatan (powerless) menjadi memiliki kekuasaan. Dari
masyarakat yang sebelumnya apatis menjadi lebih aktif. Singkatnya,
pengelolaan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Dampak ekonomi positif misalnya, meningkatnya pendapatan masyarakat
sekitar. Eksplorasi minyak dan gas misalnya, harus menghasilkan peningkatan
standar kehidupan masyarakat sekitar, Jika di masyarakat sebelumnya angka
pengangguran tinggi, tetapi setelah beroperasinya proyek ekplorasi minyak
dan gas, masyarakat mendapat pekerjaan layak. Baik dalam pendapatan
maupun mobilitas vertikal.
Bukanlah yang diharapkan diterima masyarakat yaitu dampak ekonomi
negatif seperti tercerabutnya akses masyarakat dari lingkungan sekitar
mereka. Misalnya, bertahun-tahun masyarakat mengelola tambang emas
dengan peralatan tradisional, tetapi pada kehidupan mereka menjadi
tereksekusi ketika beroperasi perusahaan tambang asing yang
operasionalnya disetujui pemerintah.
Pada konteks ekologi juga yang diharapkan menghasilkan bentuk dampak
positif yakni lingkungan di sekitar masyarakat semakin lestari. Sebelumnya
masyarakat tidak mampu memberdayakan sumber daya alam di sekitar
mereka, kemudian datanglah proyek pembangunan sehingga masyarakat
menjadi berdaya. Pembangunan di sini mampu memberdayakan sumber
daya alam.
Sedangkan, dampak ekologi negatif yakni semakin rusaknya lingkungan yang
berada di sekitar masyarakat. Sungai-sungai yang tercemar dan matinya
biota-biota laut. Atau, hilangnya sumber-sumber air dan rusaknya
tanahtanah bekas penambangan, semua itü merupakan dampak negatif yang
akan terkait dengan keberlangsungan sistem sosial di masyarakat.
Hal yang sama ditanyakan dari dampak sosial. Apakah kohesi dan modal
sosial masyarakat semakin kuat atau justru rusak. Johny Purba menyatakan
dampak sosial yang diterima masyarakat bisa dilihat pada kondisi-kondisi
berikut: pengelompokan sosial (social grouping), media sosial (social media),
pranata sosial (social instition), penataan sosial (social alignment), dan
kebutuhan sosial (social needs).
Kunci unluk kontrol pengelolaan lingkungan yang dimainkan negara yakni
menggerakkan kelerlibatan masyarakat sebanyak mungkin dalam
pengelolaan lingkungan hidup itu. Telebih perundang-undangan LH sudah
mengatur dan menjamin partisipasi masyarakat dalam kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup.
(sumbernya ha;aman 8.25, 8.26)

Anda mungkin juga menyukai