Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD FAHRIANSYAH

Nomor Induk : 030959066


Mahasiswa/NIM
Tanggal Lahir : 20 / 08 / 1993

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4425 / HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

Kode/Nama Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA S1

Kode/Nama UPBJJ : 49/ Banjarmasin

Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 14 Desember 2020

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD FAHRIANSYAH


NIM : 030959066
Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4425 / HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA S-1
UPBJJ-UT : BANJARMASIN

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS
THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Senin, 14 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

Muhammad Fahriansyah
1. Konsep hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam negara kesatuan republik
Indonesia dalam rangka otonomi yang seluas luasnya berdasarkan UUD 1945 adalah bahwa Negara Republik
Indonesia sebagai negara hukum yang berdasar sistem konstitusi maka dalam setiap tindakan hukum mengenai
konsep hubungan kewenangan antara pusat dan daerah harus dibangun melalui peraturan perundang-undangan, di
mana secara yuridis kewenangan adalah hak dan kekuasaan pemerintah yang sah secara hukum, maka dalam
konsep negara hukum segala tindakan pemerintah yang bersumber dari kewenangannya haruslah bersandarkan
pada asas legalitas. Oleh karenanya, kewenangan yang merupakan salah satu bentuk kekuasaan memiliki
legitimasi / keabsahan, yang nantinya terhadap hubungan kewenangan tersebut memiliki legitimate power. Dalam
peraturan perundang-undangan terkait pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana
yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah jelas tidak mencerminkan otonomi luas.

2. Pengelolaan keuangan negara dan daerah merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pemerintahan
di Indonesia. Untuk menentukan masalah kedudukan keuangan negara dan keuangan daerah seharusnya
diletakkan dalam konteks ketatanegaraan dan sistem pemerintahan yang dianut di Indonesia. Permasalahan yang
hendak diteliti adalah bagaimana hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam kerangka
pengelolaan keuangan negara dan keuangan daerah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Dalam
penelitian ini, bahan-bahan yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa dasar hukum pelaksanaan pengelolaan keuangan negara dan keuangan daerah memang berbeda namun
keduanya tetap berada dalam suatu hubungan tidak terpisahkan karena keduanya dilaksanakan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Kinerja pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara, baik pemerintah pusat maupun daerah belum
memuaskan masyarakat, hal ini salah satunya dikarenakan belum berakar pada norma-norma etika yang benar. Di
sisi lain menunjukkan bahwa pola penyelenggaraan pelayanan publik cenderung sentralistik dan didominasi
pendekatan kekuasaan, sehingga yang dirasakan oleh masyarakat adalah perilaku penyelenggara atau aparatur
dirasakan diskriminatif, berbelit-belit, dengan biaya mahal, sehingga pelayanan publik kurang memuaskan
masyarakat. Pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan berupa peraturan perundangundangan, mulai dari
undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri terkait dengan etika penyelenggaraan pelayanan
publik. Dengan diterbitkannya berbagai peraturan perundang-undngan terkait etika dan pelayanan publik
dimaksud, penyelenggaraan pelayanan publik akan lebih baik dan memuaskan masyarakat.

4. Penerapan sistem otonomi yang diamanatkan UUD 1945 berimplikasi pada terbaginya kekuasaan
pemerintah pusat pada pemerintah daerah, hal tersebut didasarkan pada asas desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan. berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah berhak membentuk perda untuk mengatur
daerahnya, disinilah muncul salah satu peran pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap pemerintah daerah dengan melakukan pengawasan terhadap perda dengan cara melakukan pengujian
perda. Pengujian perda tersebut bermuara pada mekanisme pembatalan perda yang dianggap bertentangan dengan
ketertiban umum dan hukum yang lebih tinggi. Namun disini terdapat inkonsisten yang dilakukan oleh pemerintah
dalam menggunakan instrumen hukum untuk membatalkan perda. Sudah tegaskan pada UU No. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah bahwa pembatalan perda dilakukan oleh Presiden dengan menggunakan Perpres,
sedangkan pada Permendagri No. 53 Tahun 2007 Tentang Pengawasan Peraturan Daerah Dan Peraturan Kepala
Daerah menyatakan bahwa pembatalan perda APBD, Pajak, Retribusi dan RTRW dilakukan berjenjang oleh
Mendagri untuk perda pemprov dengan menggunakan Permendagri dan oleh Gubernur untuk perda
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Pergub. Tetapi dalam prakteknya pembatalan perda secara keseluruhan
dilakukan oleh Mendagri dengan menggunakan Kepmendagri. Disinilah terjadi ketidakkonsistenan dari segi
kewenangan dan penggunaan instrumen hukum oleh pemerintah dalam melakukan pembatalan perda.

Anda mungkin juga menyukai