Anda di halaman 1dari 15

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : CINDA APASSA WALENTY

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030360788

Tanggal Lahir : 08 JULY 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533/ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Kode/Nama Program Studi :50/ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ :15/PANGKALPINANG

Hari/Tanggal UAS THE :SENIN/21 DESEMBER 2020

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama Mahasiswa : CINDA APASSA WALENTY

NIM : 030360788

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533/ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Fakultas : FHISIP

Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UPBJJ-UT : PANGKALPINANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Tanjungpandan, 21 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

Cinda Apassa Walenty


1. Kepemerintahan Yang Baik /Good Governance (LAN 2005) :
1. United Nation Development Programme (UNDP) ; Kepemerintahan yang mengem bangkan
hubungan yg sinergis dan konstruktif diantara negara , swasta dan masyarakat dalammengelola,
memadukan dengan baik kepemerintahan (economic, politic,& administrative governance).
2. Peraturan Pemerintah nomor .101 tahun 2000 ; Kepemerintahan Yang Baik adalah
Kepemerintahan yang profesional (ahli), akuntabel, tanggung jawab dan tanggung
gugat,demokratis,transparan dan terbuka. Kepemerintahan yang baik disini, juga diartikan
sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, efisien, efektif
dengan menjaga dan mensinergikan interaksi yang konstruktif antara negara, swasta dan
masyarakat.Kata “ BAIK “ dimaksudkan mengikuti prinsip-prinsip dan kaidah - kaidah tertentu
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance.
Makna Good Governance yang dimaksudkan diatas adalah adanya satu mekanisme kerja, dimana
aktivitas pemerintahan berorientasi pada terwujudnya keadilan sosial dan pemerintah mampu
secara maksimal melaksanakan tiga fungsi dasarnya (service, development, empowerment).
Untuk itu diperlukan adanya :
1. Perlindungan yang nyata terhadap “ruang dan wacana” publik ;
2. Mengakui dan menghormati kemajemukan politik, dalam rangka mendorong partisipasi dan
mewujudkan desentralisasi , dan
3. Pemerintah mengambil posisi sebagai fasilitator dan advokator kepentingan publik.

2.

1. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat


mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah
dibangun bersama.
2. Menerapkan system kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan public tertentu sehingga
masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.
3. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada hasil
(outcome) sesuai dengan masukan yang digunakan.
4. Lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
5. Pada hal tertuntu pemerintah juga berperan untuk memperoleh pendapat dari masyarakat
dari pelayanan yang dilaksanakan.
6. Lebih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan
7. Lebih mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan.
8. Menerapkan system pasar dalam memberikan pelayanan.

3. 1. Mis Conduct yaitu melakukan sesuatu di kantor yang bertentangan dengan kepentingan


kantor.
2.    Deceitful practice yaitu praktek-praktek kebohongan, tidak jujur terhadap publik.
Masyarakat disuguhi informasi yang menjebak, informasi yang tidak sebenarnya, untuk
kepentingan birokrat.
3.    Korupsi yang terjadi karena penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya, termasuk
didalamnya mempergunakan kewenangan untuk tujuan lain dari tujuan pemberian
kewenangan, dan dengan tindakan tersebut untuk kepentingan memperkaya dirinya, orang
lain kelompok maupun korporasi yang merugikan keuangan negara.
4.    Defective Policy Implementation yaitu kebijakan yang tidak berakhir dengan implementasi.
Keputusan-keputusan atau komitmen-komitmen politik hanya berhenti sampai pembahasan
undang-undang atau pengesahan undang-undang, tetapi tidak sampai ditindak lanjuti menjadi
kenyataan.
5.    Bureaupathologis adalah penyakit-penyakit birokrasi ini antara lain:
a.    Indecision yaitu tidak adanya keputusan yang jelas atas suatu kasus. Jadi suatu kasus
yang pernah terjadi dibiarkan setengah jalan, atau dibiarkan mengambang, tanpa ada
keputusan akhir yang jelas. Biasanya kasus-kasus seperti bila menyangkut sejumlah
pejabat tinggi. Banyak dalam praktik muncul kasus-kasus yang di peti es kan.
b.   Red Tape yaitu penyakit birokrasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan
yang berbelit-belit, memakan waktu lama, meski sebenarnya bisa diselesaikan secara
singkat.
c.    Cicumloution yaitu Penyakit para birokrat yang terbiasa menggunakan katakata
terlalu banyak. Banyak janji tetapi tidak ditepati. Banyak kata manis untuk
menenangkan gejolak masa. Kadang-kadang banyak kata-kata kontroversi antar elit
yang sifatnya bisa membingungkan masyarakat.
d.    Rigidity yaitu penyakit birokrasi yang sifatnya kaku. Ini efek dari model pemisahan
dan impersonality dari karakter birokrasi itu sendiri. Penyakit ini nampak,dalam
pelayanan birokrasi yang kaku, tidak fleksibel, yang pokoknya baku menurut aturan,
tanpa melihat kasus-perkasus.
e.   Psycophancy yaitu kecenderungan penyakit birokrat untuk menjilat pada atasannya.
Ada gejala Asal Bapak senang. Kecenderungan birokrat melayani individu atasannya,
bukan melayani publik dan hati nurani. Gejala ini bisa juga dikatakan loyalitas pada
individu, bukan loyalitas pada publik.
f.     Over staffing yaitu Gejala penyakit dalam birokrasi dalam bentuk pembengkakan
staf. Terlalu banyak staf sehingga mengurangi efisiensi.
g.    Paperasserie adalah kecenderungan birokrasi menggunakan banyak kertas, banyak
formulir-formulir, banyak laporan-laporan, tetapi tidak pernah dipergunakan
sebagaimana mestinya fungsinya.
h.   Defective accounting yaitu pemeriksaan keuangan yang cacat. Artinya pelaporan
keuangan tidak sebagaiamana mestinya, ada pelaporan keuangan ganda untuk
kepentingan mengelabuhi. Biasanya kesalahan dalam keuangan ini adalah mark
up proyek keuangan.
4.Faktor Penyebab Korupsi

Secara sederhana, menurut Buku Pendidikan Anti Korupsi Perguruan Tinggi yang diterbitkan
oleh Kemendikbud RI, penyebab korupsi dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi
sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.

Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu,
aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang
dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.

Faktor eksternal bisa ditinjau dari aspek ekonomi seperti pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi
kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan
transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundangundangan dan lemahnya
penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung
perilaku anti korupsi

- Faktor Politik

Politik adalah salah satu penyebab korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas
politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Terkait dengan hal itu, Terrence Gomes (2000) memberikan
gambaran bahwa politik uang (money politik) sebagai use of money and material benefits in the
pursuit of political influence.

Korupsi pada level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian
perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi
yang disebabkan oleh konstelasi politik. Korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang)
pada pemilihan anggota legislatif ataupun pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembia-
yaan kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang
menyimpang.
- Faktor Hukum

Faktor hukum sebagai penyebab korupsi bisa lihat dari dua sisi, yaitu dari sisi aspek perundang-
undangan dan dari sisi lemahnya penegakan hukum. Substansi hukum yang tidak baik mudah
ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-
tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain
(baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi).

Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta
dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu
yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel dengan kenyataan yang
ada

- Faktor ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab korupsi. Hal ini dapat dijelaskan
dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak
benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh
orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan logika lurusnya hanya
dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup. Namum saat
ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi.

Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan
bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.

- Faktor Organisasi

Organisasi juga merupakan salah satu penyebab korupsi. Organisasi dalam hal ini adalah
organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat.
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil
terjadinya korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.

Apabila organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan
korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi

Anda mungkin juga menyukai