PENDAHULUAN
Dr. Joseph M Juran salah satu Guru dalam Bidang Manajemen Kualitas memberikan definisi
tentang manajemen kualitas sebagai kumpulan aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan
kualitas dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kualitas adalah bagian dari setiap Agenda Manajemen Atas (Top
Management). Manajemen Atas merupakan salah satu Pengendali Organisasi dalam
menjalani Visi dan Misi Perusahaan, dan untuk mencapai Sasaran serta Cita-cita Bisnis yang
telah dicanangkan, maka perlu adanya Agenda Kerja yang terintegrasi di semua lapisan
organisasi.
2. Tujuan dan Sasaran Kualitas selalu masuk dalam Rencana Bisnis (Business Plan). Tumbuh
Kembang Perusahaan diawali dengan Business Plan yang jelas, setelah Anda mempunyai
Business Model yang akan dijalankan, selanjutnya kelengkapan dari sisi Infrastruktur dan
Substansi Bisnis harus didukung dengan sebuah Perencanaan yang Strategis. Kualitas
menjadi salah satu poin penting dalam Business Plan.
3. Tujuan dan Sasaran selalu fokus pada Pelanggan dan Kesesuaian Kompetisi Pasar serta
mengacu pada Peningkatan Kualitas Tahunan. Tidak ada namanya Bisnis jika Anda tidak
melakukan Penjualan. Dan penjualan sangat relevan dengan pelanggan. Sedemikian
Peningkatan Kualitas akan terkait dengan Keinginan dan Kebutuhan Pelanggan dan Pasar.
4. Sasaran Manajemen Kualitas selalu disebar dalam Tingkatan Pengambil Tindakan
(Execution Level). Rencana yang Strategis dan Matang tidak akan terwujud dalam sebuah
Performa dan Kinerja yang Sukses jika hanya menjadi Wacana di tingkat Pengambil
Kebijakan. Karena itulah Manajemen Kualitas akan disebarkan diseluruh Pengambil
Tindakan atau Level Eksekusi.
5. Pelatihan atau Training dilaksanakan disemua Tingkat. Untuk membuat sebuah Rencana
Strategis berhasil diperlukan persamaan persepsi dan pemahaman akan Manajemen Kualitas.
Anda perlu melakukan Sosialisasi dan Pelatihan tentang Manajemen Kualitas disemua
Lapisan Organisasi.
6. Pengukuran Manajemen Kualitas berlaku menyeluruh di semua level organisasi. Proses
yang berjalan dengan Baik pada akhirnya memberikan Hail yang baik pula, dan untuk
menghindari adanya Penyimpangan dan Penyalahgunaan Wewenang atau Kebijakan,
diperlukan Pengukuran Kerja yang bersifat Periodik ataupun Tentative, sehingga Manajemen
Kualitas bernilai sempurna sejak direncanakan sampai dilaksanakan.
7. Pengawasan atau Monitoring dari Manajemen Atas terhadap Hasil yang telah dicapai
dengan Sasaran yang diinginkan. Pengukuran akan diimbangi dengan Pengawasan atau
Monitoring. Jika terdapat Kendala yang masih dalam lingkup toleransi, maka Rencana
Strategis masih dapat diteruskan dengan sedikit modifikasi lainnya.
8. Adanya Penghargaan atau Reward kepada level dengan Kinerja Terbaik. Bagaimana pun,
sebuah Kerja memerlukan Apresiasi dan Penghargaan. Reward membangkitkan Semangat
dan Passion setiap Karyawan Anda dalam mencapai Kinerja Maksimal.
9. Sistem Penghargaan (Reward) selalu mengalami Perbaikan dari waktu ke waktu. Setiap
Waktu reward dan penghargaan perlu disesuaikan menurut Situasi dan Kondisi Kerja. Tidak
mungkin penghargaan tahun sebelumnya masih menjadi acuan di tahun ini.
Manajemen Kualitas adalah fundamental dalam sebuah strategi perusahaan. Ketika
Organisasi selalu bermain dalam lingkungan kualitas yang baik, maka hasil dan kinerja akan
berlaku untuk jangka panjang.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui arti dan tujuan dari manajemen kualitas?
2. Mengetahui Bagaimana perencanaan standar kualitas, penentuan dan pengawasannya?
3. Mendiskripsikan tenteng inspeksi?
4. Mengetahui Bagaiamana sistem pengawasan kualitas statistical dan model Jepang?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya manajemen kualitas (Quality Management) atau manajemen kualitas terpadu
(total quality management) didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan performansi
secara terus menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua
sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
ISO 8402 (quality vocabulary) mendefinisikan “manajemen kualitas sebagai semua aktivitas
dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-
tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti
perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan
kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung
jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus
dikendalikan oleh manajemen puncak (top management), dan implementasinya harus
melibatkan semua anggota organisasi.”
Arnold Palmer Hospital menemukan bahwa kualitas merupakan obat kuat untuk memperbaiki
operasi. Mengelola kualitas membantu mambangun strategi diferensiasi, biaya rendah, dan
respon cepat sukses. Kualitas adalah faktor penentu keberhasilan bagi perusahaan-
perusahaan. Peningkatan kualitas membantu perusahaan meningkatkan penjualan dan
mengurangi biaya yang kemudian akan meningkatkan keuntungan. Peningkatan penjualan
sering terjadi saat perusahaan mempercepat respon mereka, merendahkan harga jual, dan
meningkatkan reputasi mereka dengan produk-produk yang berkualitas.
Suatu strategi kualitas yang berhasil dimulai dengan lingkungan organisasi yang membantu
perkembangan kualitas yang berhasil dan diikuti oleh pemahaman prinsip kualitas; upaya
untuk melibatkan para pekerja dalam aktivitas yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
kualitas.
Berdasarkan pandangan yang demikian, maka posisi inspektor menjadi penting. Mereka
melakukan pengawasan dengan mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Untuk
memudahkan kerja mereka, maka penggunaan konsep statistik yang dikembangkan untuk
dapat diaplikasikan dalam pengendalian variabel produk seperti panjang, lebar, berat, tinggi,
daya tahan melalui pengambilan sampel untuk menguji penerimaan kualitas produk.
Pemanfaatan konsep statistik di bidang manajemen kualitas saat itu diprakarsai oleh para ahli
seperti Walter A. Stewart, H.F. Dodge, dan H.G. Romig.
Periode kedua (1940-1985). Manajemen kualitas pada periode awal yang berfokus semata
pada inspeksi, ternyata dalam perkembangannya tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan
terkait kualitas, sehingga juga tidak membuat perusahaan menjadi lebih berdaya saing.
Persoalan-persoalan kualitas yang tak dapat diatasi oleh manajemen kualitas yang semata
berfokus pada inspeksi telah mendorong perubahan pandangan. Yang dulu dikatakan bahwa
persoalan peningkatan kualitas dapat diatasi dengan inspeksi, berubah menjadi bahw
persoalan peningkatan kualitas tidak dapat diatasi semata dengan inspeksi, namun perlu suatu
pengendalian kualitas. Berdasarkan pandangan yang demikian, maka tanggung jawab kualitas
dialihkan ke bagian quality control independent.
Pada periode kedua ini, pertama kali diiperkenalkan konsep total quality control oleh
Feigenbaun pada tahun 1960 yang kemudian dikembangkan menjadi total quality control
organizationwide di tahun 1970 dan menjadi konsep total quality system pada tahun 1983.
Pengendalian kualitas berkembang menjadi penjaminan kualitas yang berfokus kepada proses
dan kualitas produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan analisis, kinerja teknis, dan
petunjuk operasi untuk peningkatan kualitas. Aspek kualitas mulai dievaluasi melalui
penerapan fungsi-fungsi manajemen kualitas.
Periode ketiga (1985-1990). Pada masa ini muncul kesadaran bahwa manajemen kualitas
hanya akan efektif bila dilaksanakan secara komprehensif dan holistik. Mulai dari awal
proses hingga hasil akhir, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja di shop floor. Pada
periode ini pula diperkenalkan konsep total quality management. Selanjutnya Total Quality
Management berkembang menjadi learning organization yang menggunakan filosofi
continous quality improvement dan menggunakan konsep manajemen pengetahuan.
Mengapa inti bisnis dalam era globalisasi yang akan datang harus berfokus pada kualitas?
Karena kualitas dalam era globalisasi telah menjadi harapan dan keinginan semua orang
khususnya pelanggan. Oleh karena itu, para pelaku bisnis dan produsen harus terus berusaha
mengembangkan konsepsi dan teknologi kualitas sejalan dengan trend globalisasi. Bahkan
banyak perusahaan yang secara progresif mencari pola manajemen yang dianggap paling
efektif untuk menyiasati kualitas dalam era globalisasi. Pola manajemen kualitas yang
dianggap paling efektif tersebut harus mampu menjadi strategi kompetisi yang paling dapat
diandalkan.
Keberhasilan organisasi untuk menjadikan manajemen kualitas sebagai unggulan daya saing
harus mempunyai empat kriteria persyaratan :
1. Manajemen kualitas harus didasari oleh kesadaran akan kualitas dan dalam semua kegiatan
harus selalu berorientasi pada kualitas, baik kualitas proses maupun kualitas produk.
2. Manajemen kualitas harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dengan memberlakukan,
mengikutsertakan dan memberi inspirasi kepada karyawan.
3. Manajemen kualitas harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat, terutama digaris depan sehingga antusiasme keterlibatan
karyawan untuk mencapai tujuan bersama menjadi kenyataan, bukan hanya slogan kosong.
4. Manajemen kualitas harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip dan
kebijaksanaan dapat mencapai setiap tingkat dalam organisasi.
Salah satu negara yang sangat berhasil dalam menerapkan manajemen kualitas yang bersifat
kemanusiaan adalah Jepang. Tetapi, manajemen kualitas tidak secara eksklusif hanya akan
berhasil di suatu negara tertentu. Manajemen kualitas dapat berhasil dengan sukses
diorganisasi apapun, berapapun besarnya, apapun kebangsaannya, apapun produk atau
jasanya, apapun industrinya dan apapun peluang pasar yang dilayaninya.
Namun demikian, keberhasilan menerapkan manajemen kualitas sebagai unggulan daya saing
tidaklah cukup dengan hanya memenuhi keempat kriteria persyaratan tersebut.
Keberhasilan menerapkan manajemen kualitas ditentukan pula oleh lima faktor utama, yaitu :
1. Produk atau jasa adalah titik fokus pencapaian tujuan organisasi.
2. Produk atau jasa yang berkualitas tidak mungkin dicapai tanpa kualitas proses.
3. Kualitas proses tidak mungkin dicapai tanpa ada organisasi yang tepat.
4. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai.
5. Tidak mungkin keempat faktor yang lain dapat berhasil tanpa komitmen.
Kelima faktor tersebut menjadi lima pilar dalam Total Quality Management, yaitu
produk,proses,organisasi,kepemimpinan dan komitmen.
Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan yang sangat tajam terjadi baik di pasar domestik
maupun di pasar internasional/global. Agar perusahaan dapat berkembang dan paling tidak
bisa bertahan hidup, perusahaan tersebut harus mampu menghasilkan produk barang dan jasa
dengan mutu yang lebih baik, harganya lebih murah, promosi lebih efektif, penyerahan
barang ke konsumen lebih cepat, dan dengan pelayanan yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan para pesaingnya.
Kondisi demikian mempunyai arti, bahwa perusahaan yang akan memenangkan persaingan
dalam segmen pasar yang telah dipilih harus mampu mencapai tingkat mutu, bukan hanya
mutu produknya, akan tetapi mutu ditinjau dari segala aspek, seperti mutu bahan mentah dan
pemasok harus bagus (bahan baku yang jelek akan menghasilkan produk yang jelek pula),
mutu sumber daya manusia (tenaga kerja) yang mampu bekerja secara efisien sehingga harga
produk bisa lebih murah dari pada harga pesaingnya, promosi yang efektif (bermutu),
sehingga mampu memikat para pembeli sehingga pada gilirannya akan meningkatkan jumlah
pembeli. Mutu distribusi yang mampu menyerahkan produk sesuai dengan waktu yang
dikehendaki oleh pembeli, serta mutu karyawan yang mampu melayani pembeli dengan
memuaskan. Inilah yang dimaksud mutu terpadu secara menyeluruh (total quality). Banyak
perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global, karena memasarkan produk yang sangat
bermutu.
Bagi perusahaan/organisasi ingin mengikuti perlombaan bersaing untuk meraih laba/manfaat
tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total Quality Management. Philip Kolter
mengatakan : “Quality is our best assurance of custemer allegiance, our strongest defence
against foreign competition and the only path to sustair growth and earnings”. Ada hubungan
yang erat antara mutu produk (barang dan jasa), kepuasan pelanggan, dan laba perusahaan.
Makin tinggi mutu suatu produk, makin tinggi pula kepuasan pelanggan dan pada waktu yang
bersamaan akan mendukung harga yang tinggi dan seringkali biaya rendah. Oleh karena itu
program perbaikan mutu bertujuan menaikkan laba.
Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas juga memiliki pengaruh lain. Ada tiga
alasan lain penyebab kualitas itu penting.
1. Reputasi perusahaan.
Suatu organisasi menyadari reputasi akan mengikuti kualitas apakah itu baik atu buruk.
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan
pekerjanya, dan hubungan pemasoknya. Promosi diri tidak akan dapat menggantikan produk
berkualitas.
2. Kehandalan produk
Pengadilan terus berusaha menghukum organisasi-organisasi yang merancang, memproduksi,
atau mendengarkan prouk atau jasa yang penggunaan nya mengakibatkan kerusakan atau
kecelakaan. Peraturan seperti Consumer produk safety Act membuat standar produk
melarang produk yang tidak dapat memenuhi dtandar tersebut. Makanan yang tidak bersih
yang menyebabkan penyakit, baju tidur yang panas, ban yang mudah pecah,atau tangki bahan
bakar mibil yang dapat meledak pada tekanan tertentu bisa menyebabkan pengeluaran yang
besar dari sisi hukum, penyelesaian kasus atau kerugian yang memaan biaya besar, dan
publiisitas yang buruk.
3. Keterlibatan global
Dimasa teknologi seperti sakarang, kualita adalah suatu perhatian internasional, sebagaimana
halnya MO. Bagi perusahaan dan negara yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi
global, produk mereka harus memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara
global. Produk yang berkualitas rendah akan mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca
pembayaran negara.
2.6. Biaya Kualitas
Adalah biaya akibat melakukan hal yang salah, yaitu harga yang harus dibayar karena tidak
sesuai dengan standar. Ada empat kategori utama yang dikaitkan dengan biaya kualitas,
yaitu:
Biaya Pencegahan
Biaya yang terkait dengan mengurangi kemungkinan komponen atau jasa
mengalami kerusakan. Contoh: pelatihan, program peningkatan kualitas.
Biaya Penaksiran
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses, komponen, dan jasa. Contoh:
biaya pengujian, laboraturium, dan pemriksa.
Kegagalan internal
Biaya yang diakibatkan oleh produksi komponen atau jasa yang rusak sebelum diantarkan ke
pelanggan. Contoh: rework, scrap, dan waktu tunggu akibat mesin rusak
Biaya eksternal
Biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat. Contoh: rework, barang
yang dikembalikan, kewajiban, kehilangan kepercayaan, dan biaya pada masyarakat.
Tiga biaya pertama yang disebutkan diatas dapat diperkirakan, namun untuk biaya eksternal
sangat sulit untuk dihitung. Pada kondisi keseimbangan, biaya produk yang berkualitas
hanyalah sebagian dari keuntungan. Philip Crosby dan Genichi berpendapat bahwa organisasi
yang kalah adalah organisasi yang gagal berupaya agresif di bidang kualitas.
Bagi seorang manajer operasi, memberikan produk dan jasa yang sehat, aman, dan
berkualitas kepada pelanggan adalah salah satu pekerjaan yang terpenting. Kurangnya proses
desain dan produksi, pengembangan produk-produk berkualitas rendah tidak hanya
mengakibatkan biaya produksi yeng lebih tinggi tetapi juga dapat menimbulkan kecelakaan,
tuntutan hukum, dan bertambahnya peraturan pemerintah. Jika sebuah perusahaan yakin telah
memperkenalkan sebuah produk yang layak dipertanyakan, maka tindakan tanggung jawab
harus didasari oleh perbuatan etis.
Sebuah perusahaan manufaktur harus menerima tangggung jawab untuk setiap produk
berkualitas rendah atau produk-produk yang terkontaminasi yang mereka pasarkan kepada
masyarakat. Ada banyak pihak berkepentingan yang terlibat dalam produksi dan pemasaran
produk-produk berkualitas rendah, termasuk pemegang saham, para pekerja, pelangan,
pemasok, distributor dan kreditor. Dalam hal etika, setiap perusahaan harus mengembangkan
nilai inti yang menjadi panduan sehari-hari untuk semua orang.
A. ISO 9000
Kualitas secara global sangat penting sehingga dunia bersatu menciptakan kualitas, ISO
9000. ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000
yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi.
ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for
Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab
untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan
ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to
date dan relevan untuk organisasi.
E. ISO 14000
Proses internasionalisasi kualitas yang terus terbukti dengan dikembangkannya ISO 14000.
ISO 14000 merupakan standar manajemen lingkungan yang mengandung lima elemen pokok:
manajemen lingkungan, audit, evaluasi kinerja, pelabelan, dan penilaian siklus hidup. Standar
baru ini memiliki beberapa kelebihan:
Citra publik yang positif dan ekspos yang berkurang terhadap kewajibannya
Pendekatan sistematis yang baik untuk pencegahan polusi melalui minimalisasi dampak
ekologis dari produk dan aktivitas perusahaan
Ketaatan dengan persyaratan peraturan dan peluang untuk mendapatkan keunggulan
bersaing
Berkurangnya kebutuhan untuk melakukan audit majemuk
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di masa
yang akan datang adalah:
Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut (follower).
Membantu terciptanya tim work.
Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan.
Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan.
Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah.
Tujuh konsep program TQM yang efektif yaitu perbaikan berkesinambungan, Six Sigma,
pemberdayaan pekerja, benchmarking, just-in-time (JIT), konsep Taguchi, dan pengetahuan
perangkat TQM
1. Perbaikan Berkesinambungan
TQM membutuhkan perbaikan berkesinambungan yang tidak pernah berhenti yang
mencakup orang, peralatan, pemasok, bahan, dan prosedur. Dasar filosofi ini adalah setiap
aspek dari operasi perusahaan dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah kesempurnaan yang
tidak akan pernah dapat diraih, tetapi selalu diupayakan.Walter Shewhart, pelopor
manajemen kualitas, mengembangkan sebuah model lingkaran yang dikenal sebagai PDCA
(plan, do, check, act) yang menurutnya adalah suatu perbaikan berkesinambungan versinya
sendiri.
2. Six Sigma
Six sigma adalah program untuk menghemat waktu, meningkatkan kualitas, dan menurunkan
biaya. Six sigma juga merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yaitu suatu strategi karena
berfokus pada kepuasan pelanggan total, disiplin karena mengikuti six sigma improvement
model formal, dan sekumpulan perangkat (lembar perangkat, diagram sebabakibat, diagram
pareto, diagram alir, histogram, dan statistical process control/SPC) untuk memperoleh dan
mempertahankan kesuksesan dalam bisnis.
3. Pemberdayaan Pekerja
Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja pada setiap langkah proses produksi.
Secara konsisten, literatur bisnis menyatakan 85% permasalahan kualitas terletak pada bahan
dan proses, bukan pada kinerja pekerja. Oleh karena itu, tugas yamg diperlukan adalah
merancang peralatan dan proses yang dapat memproduksi kualitas yang diinginkan. Saat
terjadi ketidakcocokan kualitas, kesalahannya jarang terletak pada para pekerja. Entah
produknya dirancang dengan salah atau pekerjanya tidak dilatih dengan benar. Walaupun
pekerja dapat membantu menyelesaikan masalah, jarang terjadi kasus dimana pekerja yang
menyebabkan masalah tersebut. Teknik untuk memberdayakan pekerja yaitu :
1. Membina jaringan komunikasi yang melibatkan pekerja
2. Membentuk para penyelia yang bersikap terbuka dan mendukung
3. Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan tsaf kepada para pekerja di bagian produksi
4. Membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi
5. Menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim-tim dan lingkaran-lingkaran kualitas
4. Benchmarking
Benchmarking merupakan pemilihan standar kinerja yang mempresentasikan kinerja terbaik
dari suatu proses atau aktivitas. Benchmarking meliputi pemilihan standar produk, jasa, biaya
atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses atau aktivitas serupa dengan
proses atau aktivitas Anda. Langkah menetapkan benchmark antara lain:
1. Menetapkan apa yang akan dijadikan benchmark
2. Membentuk tim benchmark
3. Mengiden tifikasi mitra-mitra benchmark
4. Mengumpulkan dan menganalisis informasi benchmark
5. Mengambil tindakan untuk menyamai atau melebihi benchmark.
Ukuran-ukuran kinerja khusus yang digunakan dalam benchmark meliputi persentase cacat,
biaya per unit atau per pesanan, waktu proses per unit, waktu respon layanan, imbal hasil
investasi, tingkat kepuasan pelanggan, dantingkat ingatan pelanggan. Benchmarking
internal dilakukan saat sebuah organisasi cukup dan memiliki bayak divisi atau unit bisnis.
datanya biasanya jauh lebih mudah diakses daripada data dari luar perusahaan luar dan
terdapat suatu unit internal yang memiliki kinerja lebih tinggi dan dapat diteladani.
6. Konsep Taguchi
Genichi Taguchi memberikan tiga konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas produk dan
proses, yaitu ketangguhan kualitas (quality robustness), fungsi kerugian kualitas (quality loss
function-QLF) dan kualitas berorientasi sasaran (target-oriented quality) Produk berkualitas
tangguh (quality robust) adalah produk yang dapat diproduksi secara beragam dan konsisten
dalan segala kondisi manufaktur dan lingkungan yang kurang baik dan bukan menghilangkan
penyebabnya. Taguchi menyarankan bahwa menghilangkan pengaruh biasanya lebih murah
daripada menghilangkan penyebab, dan lebih efektif dalam memproduksi produk yang
tangguh. Dengan cara ini, variasi kecil dalam bahan dan proses tidak akan mengganggu
kualitas produk.
Quality loss function (QLF) mengidentifikasikan semua biaya yang berkaitan dengan kualitas
rendah dan menunjukan bagaimana biaya ini meningkat jika kualitas produk semakin jauh
dengan keinginan pelanggan. Biaya ini tidak hanya meliputi ketidakpuasan pelanggan, tetapi
juga biaya garansi dan jasa, biaya pemeriksaan internal, perbaikan, scrap, dan biayabiaya
yang dianggap sebagai biaya bagi masyarakat. Kualitas berorientasi sasaran (targetoriented
quality) merupakan sebuah filosofi perbaikan terus menerus untuk membuat kualitas produk
tepat sesuai dengan sasaran.
7. Perangkat TQM
Lembar periksa, adalah suatu formulir yang dirancang untuk mencatat data. Karakteristik
Data dapat dicatat dengan mudah.
Data dapat dipahami dengan mudah.
Mencegah terjadinya data hilang (missing data).
Dapat menentukan sumber persoalan.
Memungkinkan pemecahan persoalan dengan cepat.
Dipakai untuk memeriksa beberapa item secara bersamaan.
Memungkinkan pengklasifikasian/penstrataan data.
Inspeksi ialah suatu cara memastikan operasi telah mencapai kualitas yang diharapkan.
Inspeksi meliputi pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pemeriksaan produk
dengan tujuan menemukan proses yang buruk sesegera mungkn. Perlu diingat, inspeksi tidak
memperbaiki kekurangan dalam sistem atau atau cacat pada produk atau mengubah suatu
produk dan meningkatkan nlainya. Inspeksi hanya berfungsi menemukan kekurangan atau
cacat.
Inspeksi utamanya berfokus pada dua masalah besar, yaitu :
(1) Kapan inspeksi dilakukan
(2) Dimana inspeksi dilakukan, Memutuskan kapan dan dimana inspeksi dilakukan
bergantung pada jenis proses dan nilai tambah pada setiap tahap.
Meski begitu, inspeksi bukanlah solusi sempurna yang tidak memiliki kekurangan. Pada
suatu percobaan, 110 produk cacat digabungkan dengan lot produk yang sempurna kemudian
dilakukan inspeksi. Hasilnya, pada inspeksi pertama, pengawas hanya menemukan 68 barang
cacat, tiga kali tahap inspeksi untuk menemukan 30 barang cacat berikutnya, dan 2 barang
cacat tidak pernah ditemukan. Karena itu, proses yang baik dan pemberdayaan pekerja
merupakan solusi yang lebih baik daripada melakukan inspeksi. Inspeksi terbaik adalah
inspeksi yang dilakukan pada sumber produksi. Hal ini disebut inspeksi sumber. Idenya
adalah setiap pemasok, proses, dan pekerja memperlakukan langkah berikutnya dalam proses
sebagai pelanggan sehingga memastikan produknya tiba dengan sempurna di pelanggan
sebenarnya.
Inspeksi dapat dibantu dengan dengan penggunaan daftar periksa dan pengendalian seperti
perangkat yang aman dari kesalahan yanag disebut poka-yoke. Poka-yoke adalah alat atau
teknik bebas kesalahan yang memastikan produksi produk yang baik setiap saat. Contohnya
mulut selang pompa bensin, ukuran standar kartos kentang gorang di McDonald’s, dan
perlatan paket operasi di rumah sakit. Pada organisasi berorientasi jasa, titik inspeksi
ditetapkan pada lokasi yang luas. Inspeksi terbagi dua berdasarkan karakteristik
kualitas. Inspeksi atribut adalah inspeksi yang menggolongkan barang cacat atau baik tanpa
mencantumkan keterangan derajat kecatatan. Inspeksi variabel adalah inspeksi yang
menggolongkan barang ke dalam suatu kontinum seperti dimensi, ukuran, berat, kecepatan,
dan kekuatan. digunakan dalam cara yang terbaik untuk mencapai hasil akhir yang
diinginkan.
2.11. Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal dan Model Jepang
Terdapat 2 elemen yang perlu dilakukan pengawasan (dilihat dari sistem operasi) yaitu:
1. Pengawasan input → yang dilakukan dengan sampling penerimaan (acceptance
sampling). Untuk menentukan diterima/ditolaknya suatu item, seperti dalam menerima bahan
baku, komponen atau sub komponen.
2. Pengawasan proses transformasi → dilakukan dengan pengawasan proses (process
control).Dilakukan secara teratur pada saat proses sedang berlangsung untuk menentukan
apakah elemen sistem mengalami kerusakan atau salah fungsi.
Tipe pengawasan yang bisa digunakan baik pada pengawasan proses maupun sampling
penerimaan adalah melakukan:
1. Pemeriksaan terhadap variabel (control by variable) → berkaitan dengan berat, panjang,
derajat, intensitas atau variabel lain yang dapat diskala.
2. Pemeriksaan terhadap atribut (control by attribute) → mempertimbangkan variabel dikotomi,
seperti benar-salah, baik-cacat, tepat waktu-terlambat, berat-ringan, panas-dingin, lemah-
kuat, panjang-pendek, dan karakteristik lain yang tidak perlu diukur dengan ketepatan yang
lebih selain ya atau tidak.
Selanjutnya, kami akan membahas mengenai konsep manajemen dan organisasi yang
dikembangkan dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi. Konsep tersebut adalah Total
Quality Control (Pengendalian Mutu Terpadu) diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W.
deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaoru Ishitawa dengan menerapkan Quality
Control Circle (QCC) atau gugus Kendali Mutu (GKM).
GKM adalah salah satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja
industri/jasa. Terbukti bahwa salah satu factor keberhasilan industrialisasi di Jepang adalah
penerapan GKM secara efektif. Karena keberhasilan ini, sejumlah negara industri maju dan
sedang berkembang termasuk Indonesia, menerapkan GKM diperusahaan-perusahaan
industri guna meningkatkan mutu, produktivitas dan daya saing. GKM adalah sekelompok
kecil karyawan yang terdiri dar 3 – 8 orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela
secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan
pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses
pemecahan masalah.
GKM merupakan bagian integral dari PMT dalam suatu organisasi. Tujuan GKM ini adalah
untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan / instansi terutama sumber
daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas.