Anda di halaman 1dari 18

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : AGUS AFRIDA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 858033184

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4502/ PENG KUR DAN BEL DI SD

Kode/Nama UPBJJ : 47/ PONTIANAK

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN NO 1

merangkum dari berbagai sumber tentang fungsi kurikulum. Dengan mengetahui pengertian


kurikulum yang merupakan sebuah rencana pembelajaran, pembaca  mestinya akan sadar kalau fungsi
kurikulum ini sangatlah penting dalam kemajuan pendidikan, baik di Indonesia maupun di dunia.

Dengan adanya kurikulum, kita bisa mengetahui kemana tujuan sebuah pendidikan dijalankan.
Singkatnya pada lingkup sekolah, kita akan mengetahui kemana arah pembelajaran yang akan
diterima di sekolah tersebut. Karena itulah, kurikulum hukumnya wajib ada di setiap institusi
pendidikan.

Di Indonesia, telah terjadi beberapa kali pergantian kurikulum. Tentunya dari berbagai pergantian
tersebut ada sisi positif maupun negatif. Kurikulum di Indonesia dikembangkan dan disepakati oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan guru-guru atau tenaga
pengajar. (pengertianparaahli.com)

Tentu saja setiap negara memiliki kurikulum yang berbeda-beda pula, hal ini tergantung kepada
bagaimana tujuan dari pendidikan masing - masing negara tersebut.

Fungsi kurikulum

Fungsi kurikulum secara luas adalah dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
merupakan alat atau usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan tersebut
diantaranya adalah:

1. Tujuan Nasional (Pendidikan Nasional)


2. Tujuan Institusional (Lembaga atau Institusi)
3. Tujuan Kurikuler (Bidang Studi)
4. Tujuan Instruksional (Penjabaran Bidang Studi)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fungsi kurikulum dapat dibagi kedalam beberapa
pengelompokan berdasar pihak yang berkaitan dengan kurikulum tersebut.

Fungsi Kurikulum untuk Peserta didik

Bagi peserta didik, fungsi kurikulum adalah sebagai sarana untuk mengukur kemampuan diri dan
konsumsi pendidikan. Hal ini berkaitan juga dengan pengejaran target - target yang membuat peserta
didik dapat mudah memahami berbagai materi ataupun melaksanakan proses pembelajaran setiap
harinya dengan mudah.

Selain itu, juga diharapkan agar peserta didik mendapatkan pengalaman -pengalaman baru yang di
masa depan dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangannya, dan bisa menjadi bekal kehidupan
nantinya. (satujam.com)

Selain itu, fungsi kurikulum bagi peserta didik adalah mempermudah mereka dalam memetakan
jadwal yang akan mereka buat nantinya. Dengan jadwal ini, mereka dapat membagi waktu untuk
mengerjakan pekerjaan - pekerjaan yang harus dikerjakan sesuai dengan tuntunan oleh guru atau
pendidik nantinya.
Kurikulum akan mempermudah peserta didik dalam memetakan apa yang harus ia kerjakan dari
waktu ke waktu. Sesuai dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam 3 atau 6 bulan sekali.

Fungsi Kurikulum untuk Pendidik

Sedangkan bagi pendidik ataupun guru, fungsi kurikulum akan sangat berguna dalam penerapan cara
mengajar nantinya. Pendidik atau guru akan merasa sangat terbantu dengan adanya kurikulum.
Karena mereka dapat mengajar dengan mengikuti struktur yang telah dibuat dalam penyampaian
materi maupun evaluasi yang akan dilakukan terhadap peserta didik nantinya.

Fungsi kurikulum di sini juga bisa disebut sebagai pedoman kerja bagi pihak pendidik atau guru.
Dengan adanya kurikulum, pendidik atau guru dapat mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
peserta didik dalam menyerap ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

Fungsi kurikulum untuk Orang tua

Orangtua tentunya menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam pendidikan anaknya. Oleh
karena itu fungsi kurikulum pun sangat berpengaruh bagi orang tua peserta didik.

Orangtua merupakan sosok yang harus bersinergi dengan pihak sekolah dalam pembentukan karakter
maupun pembelajaran ilmu bagi peserta didik. Oleh karena itu, orang tua diwajibkan untuk tahu
kurikulum yang dipakai oleh sekolah anaknya. Karena nantinya orang tua juga harus menuntun dan
memberikan pengajaran pada anak sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.

Selain itu, fungsi kurikulum lainnya bagi orang tua adalah sebagai gambaran bagaimana anaknya
belajar dan apa saja yang didapatkan anaknya selama di sekolah. Jadi, orang tua juga bisa
mengevaluasi anak maupun sekolah dalam penerapan kurikulum pembelajaran.

Yang paling penting, fungsi orang tua tentunya juga signifikan dalam mendukung penerapan
kurikulum, baik bagi anak yang merupakan peserta didik dan juga bagi pendidik dalam memudahkan
proses belajar mengajar. (wawasan-edukasi.web.id)

Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah dan Dinas Pendidikan

Sedangkan yang terakhir, fungsi kurikulum bagi sekolah dan dinas pendidikan adalah untuk
menyeragamkan pengetahuan dalam suatu kelompok. Bagi sekolah tentunya dalam ruang lingkup
sekolah, dan dinas pendidikan dalam ruang lingkup yang lebih besar.

Hal ini tentunya ditentukan dengan berbagai pertimbangan dan keputusan yang terbaik untuk
kehidupan dan kesejahteraan.

Selain itu, hal ini juga dapat menyesuaikan pendidikan yang memang dibutuhkan di sebuah tempat
yang tentunya memiliki letak geografis, keadaan sosial, dan budaya masing -masing. Dimana di
Indonesia memiliki berbagai ragam budaya yang tentunya menjadi pertimbangan pula.

JAWABAN NO 2
BAGAI buah simalakama, seiring majunya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), semakin besar pula
tantangan dunia pendidikan yang dihadapi. Peran Iptek ialah bagian sangat penting dalam rotasi zaman.
Banyak pengamat dan ilmuwan sepakat bahwa abad ke-21 juga dikatakan sebagai era globalisasi. Era yang
mana persaingan semua ruang lingkup menjadi ukuran atas kemampuan penguasaan Iptek. Demikian juga
dampak yang muncul terhadap dunia pendidikan. Mampukah sistem pendidikan kita menjawab semua
tantangan itu? Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam mencari solusi dari akar permasalahan yang
dihadapi pendidikan kita. Masalah dasar juga masih menjadi ‘benang merah’ sistem pendidikan kita yang
sampai saat ini masih belum tuntas untuk menjawab tantangan abad ke-21. Berbagai kendala yang
merintangi akses pendidikan era globalisasi seharusnya sudah mampu dipecahkan sebab dengan berjalannya
kemajuan Iptek tentu akan menimbulkan perubahan dan pergeseran secara luas. Perubahan dan pergeseran
ini terjadi karena dampak dari efek domino yang dimunculkan pengembangan sumber ilmu pengetahuan dan
teknologi dunia. Menyinggung sistem pendidikan kita secara formal tentu tidak terlepas dari pemberlakuan
kurikulum yang dipakai sebagai standar nasional. Awal pemberlakuan Kurikulum 2013 atau yang dikenal
sebagai K-13 beberapa tahun silam, terjadi pro dan kontra, terutama di kalangan akademisi. Akan tetapi,
seiring waktu berjalan kurikulum ini menjadi sebuah pilihan dan kebutuhan yang tepat bagi standar
pendidikan nasional. Kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi yang mewajibkan peserta didik aktif
dalam pembelajaran karena dalam konteks era globalisasi akan banyak terjadinya pergeseran dan perubahan
nilai-nilai etika budaya, terutama perubahan pada krisis moral. Kendala pendidikan Pemberlakuan Kurikulum
2013 tentu bertujuan memenuhi standar pendidikan nasional yang berkarakter. Sebagaimana mengacu pada
UU No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa kurikulum ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam bingkai K-13 ini telah mencakup integrasi UU itu.
Dengan kata lain, kurikulum ini ialah kurikulum terpadu yang mengintegrasikan skill, theme, concept, and
topic. Konteks itu banyak dipakai negara maju, AS, salah satu contohnya. Tentu konteks itu diharapkan
menjadi salah satu faktor untuk mengukur sejauh mana kurikulum ini dapat memberi output (hasil), juga
bagaimana metode pembelajaran dan penilaian. Jika di atas disampaikan bahwa kemajuan Iptek juga akan
berdampak pada tantangan pendidikan, bukanlah sebuah analisis tanpa sebab. Mungkin dengan berbagai
cara sistem pendidikan kita mampu menjawab tantangan Iptek. Akan tetapi, kendala dasar harus segera
dituntaskan karena tujuan pendidikan nasional berwawasan kebangsaan menyeluruh, yang tidak
mengecualikan antara perkotaan dan pedesaan. Saat ini kita masih menghadapi beberapa kendala, antara
lain: keterbatasan akses pendidikan (ruang kelas), jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru yang
masih kurang di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Kendala itu tentu harus segera didorong
menuju percepatan pembangunan yang berorientasi SDM. Jika perlu dibuatkan rumusan atau kerangka
landasan hukumnya! Kita tidak lagi pada posisi uji coba dalam sistem pendidikan nasional sebab salah satu
pendukung yang berbasis teknologi digital (online) sudah merambah di mana-mana. Teknologi itu bisa
dimanfaatkan sebagai sumber informasi cepat. Kemajuan teknologi sekaligus juga menciptakan daya bersaing
SDM yang makin ketat. Tidak dapat dimungkiri bahwa dinamika era sekarang lebih banyak menggantungkan
sistem pembelajaran yang menggunakan kecepatan teknologi. Sumber ilmu pengetahuan seakan terjadi
eksodus besar-besaran dalam memanfaatkan teknologi digital (online). Itu akan berbanding lurus dengan
terjadinya isu-isu global, sejurus kepentingan politik yang dianggap lebih penting dalam kerangka kesatuan
bangsa. Isu-isu itu juga memunculkan dampak yang tidak sedikit dalam proses pembenahan sistem
pendidikan kita. Salah satunya, isu-isu yang sangat populer di kalangan masyarakat, yaitu hoaks. Kita boleh
berbangga ketika salah seorang anak bangsa menjuarai kompetisi inovasi teknologi tingkat Asia Tenggara.
Pelajar itu telah menemukan situs pencarian hoaks. Penemuan alat pendeteksi hoaks memanfaatkan
teknologi machine learning dan kecerdasan buatan. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkannya juga seperti
sederhananya alat penciptaan antivirus sekaligus bermunculan virus baru lainnya. Adanya konten manipulasi
yang sering diistilahkan sebagai deepfake juga memanfaatkan kecerdasan buatan. Itu menjadi lahan baru
para pebisnis teknologi. Pertanyaannya, apakah sistem pendidikan kita siap membaca, mengaplikasikan,
dalam pembelajaran yang bisa menghasilkan output sesuai tantangan era globalisasi? STEM dan HOTS Saat
AS menggagas pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran STEM (science, technology,
engineering, and math) karena pada saat itu telah terjadi kemerosotan bagi sebagian besar anak-anak di AS.
Hal itu jika terus berlanjut akan berpengaruh pada masa depan AS. Teknologi ini sangat berperan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan membentuk karakter peradaban yang lebih maju. Bagaimanapun,
secara esensi pendidikan sangat memerlukan metode pembelajaran yang efektif dalam menjawab tantangan
hingga memberikan nilai ukur yang akurat. Melalui kerja sama dengan United States Agency for International
Development (USAID), Indonesia mulai mengembangkan model pembelajaran berbasis STEM. Sebagai
sebuah usaha tentunya kita berharap tidak hanya menjadi retorika di lingkungan pendidikan hingga
mencoreng dunia pendidikan. Maka itu, di sini pentingnya penjagaan sistem pendidikan melalui kekuatan
yuridis formal terpadu. Sistematika kurikulum yang berlaku menjadi domain penting dalam membentuk
karakter masa depan hingga mampu menjawab semua tantangan. Menyoal higher older thinking skills (HOTS)
ialah bagaimana cara penerapan model ini untuk mengoptimalisasikan peran guru. Peran guru sangat penting
dalam menghadapi pendidikan abad ke-21. Dalam skematik HOTS, guru dituntut dapat menerapkan
Kurikulum 2013 tidak hanya berperan untuk tugas pengajaran, tetapi juga dituntut memberikan output (hasil)
yang mampu menjawab tantangan era globalisasi. Bagaimana mampu menjawab perubahan dan pergeseran
nilai estetika untuk memberikan arti dalam pembentukan karakter anak didik. Jadi, STEM dan HOTS hanyalah
sebuah model pedoman yang bukan dianggap mampu menjawab tantangan, melainkan bagaimana proses
pengaplikasiannya.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/263807/tantangan-kurikulum-pendidikan-abad-ke-21

JAWABAN NO 3

Menurut Slameto (1995: 2) pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Materi pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar diajarkan dalam rangka mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif siswa terhadap Bahasa Inggris. Untuk itu,
materi yang diberikan hendaknya tersaji secara menarik, berkualitas, dan sesuai dengan tingkat
perkembangan usia anak SD. Daya tarik ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
mengembangkan kemampuan awal untuk berbahasa Inggris.

Rasa senang belajar Bahasa Inggris berkaitan dengan sikap dan persepsi positif mengenai belajar.
Sikap dan persepsi positif sangatlah penting dalam belajar karena tanpa itu seseorang tidak dapat
belajar dengan berhasil (Udin S. Winataputra, 1994: 12). Dengan kata lain, bila seseorang ingin
berhasil dalam belajar, ia harus

(26)

xxvi

memiliki sikap dan persepsi yang positif seperti merasa senang berada dalam ruangan, senang
terhadap cara guru mengajar, dan senang terhadap sumber belajar yang digunakan, dan sebagainya.
Sehubungan dengan sikap dan persepsi positif, proses pembelajaran harus diusahakan untuk
menumbuhkan dan memelihara sikap dan persepsi positif terhadap mata pelajaran. Jika tidak, proses
pembelajaran tidak akan mencapai tujuan yang seharusnya.

Tentunya, rasa senang mempelajari Bahasa Inggris tidak terlepas dari beberapa hal yang saling
berkaitan dalam proses pembelajaran, seperti peran guru, metode, media, materi, pendekatannya
dalam membantu dan memudahkan proses pembelajaran.

Peran guru merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran. Dalam usaha mencapai
keberhasilan pembelajaran, guru memerlukan metode tertentu yang tepat. Guru yang baik pada
umumnya selalu berusaha untuk menggunakan metode mengajar yang paling efektif, dan memakai
alat peraga atau media yang tepat pula. Demikian juga, dalam memilih materi, guru harus
menyesuaikan dengan tingkat kemampuan minat dan kebutuhan siswa.
Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tugas mendorong, membimbing dan memberi fasilitas
belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mengelola segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi
pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam segala fase dan proses
perkembangan siswa. Secara lebih rinci tugas guru berpusat pada: mendidik dengan

(27)

xxvii

titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri (Slameto, 1995: 97).

Demikian pula guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau memindahkan ilmu pengetahuan pada
siswa, akan tetapi lebih dari sekedar itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan
kepribadian siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan
menciptakan tujuan.

Menurut Baradja (1989: 66) seorang guru Bahasa Inggris yang profesional harus memenuhi
sekelompok persyaratan sebagai berikut : (1) dapat berbahasa Inggris dengan baik, (2) menguasai
ilmu Bahasa Inggris dengan cukup baik, (3) menguasai prinsip-prinsip ilmu bahasa, (4) mempunyai
pengetahuan yang cukup baik tentang kebudayaan penutur asli Bahasa Inggris, (5) mempunyai
pengetahuan yang cukup luas, dan (6) mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk
melaksanakan tugas sebagai seorang fasilitator.

Tidak dapat dipungkiri bahwa para guru Bahasa Inggris di Indonesia pada umumnya menggunakan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar (as a medium of instruction). Mereka beralasan untuk
membenarkan tindakan ini secara klise mencari jalan pintas dan penggunaan Bahasa Inggris para
siswa masih sangat rendah. Tentunya jika sesekali berbahasa Indonesia tentu masih ditoleransi, akan
tetapi tidak terus menerus. Guru yang tidak mau menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dengan dalih apa pun tentu akan merugikan para siswanya. Siswa yang

(28)

xxviii

seharusnya diexpose lebih banyak dengan Bahasa Inggris tidak mendapatkan

kesempatan ini, dan sebagai dampak dari semua ini patut lah kalau kemampuan siswa dalam
berbahasa Inggris tidak memuaskan.

Dari paparan di atas muncullah berbagai pertanyaan berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Inggris di
sekolah dasar sebagai muatan lokal. Mengapa Bahasa Inggris hanya diselenggarakan pada SD tertentu
saja? Bagaimana menentukan guru

yang berkemampuan dalam Bahasa Inggris? Bagaimana pelaksanaan

pembelajarannya? Bagaimana dampak yang dihasilkan? Apakah memang sesuai dengan kebutuhan
lingkungan setempat? Siapakah yang menentukan bahwa SD tertentu diberikan mata pelajaran
Bahasa Inggris, atas kemampuan orang tua kah, kebijakan sekolah yang bersangkutan, ataukah ada
kepentingan-kepentingan yang lainnya? Itulah beberapa persoalan yang mendorong dilakukan
penelitian ini.

JAWABAN NO 4

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam
Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan
pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.

Di dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Bagian Umum dijelaskan bahwa pembaruan pendidikan memerlukan strategi tertentu, dan salah
satu strategi pembangunan pendidikan nasional ini adalah ... “2. pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi.”

Pasal 35 Undang-undang Nomor Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa ... “(2) Standar
nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan
bahwa “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yanga telah disepakati.”

Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem-
bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.

Dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran tersebut diperlukan suatu
kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman bagi para pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis


Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

1. Landasan Penyusunan Kurikulum 2013


1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan
dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik,
penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya.  

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional.  

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk
pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal
tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :

 Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan
masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini,
dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian
kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan
generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan
kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan
orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
 Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini,
prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus
termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik.  Proses pendidikan adalah suatu
proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan
makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan
psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya
tersebut dipelajari untuk  menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan
dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam
kehidupan berbangsa masa kini.
 Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum
adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama
disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
 Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa
lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang
lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum
2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam
berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

 
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi,
nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

2. Landasan Yuridis Kurikulum 2013

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradabann bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa
yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar
pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan  kehidupan bangsa di masa mendatang.

Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan
potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa.
Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan  budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan
dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana
peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri.  Kemampuan menjadi pewaris dan
pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan
intelektual, sikap dan kebiasaan, ketrampilan sosial memberikan dasar  untuk secara aktif
mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota ummat
manusia. 

Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek
kehidupan yang mencerminkan karakter bangsa masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena
itu, konten pendidikan  yang dikembangkan kurikulumi tidak berupa prestasi besar bangsa di masa
lalu semata tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa
mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik
yang dihadapi masyarakat, bangsa dan ummat manusia dikemas sebagai konten pendidikan. Konten
pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait
dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam
membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memposisikan pendidikan  sebagai sesuatu yang
tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan
bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya bangsa di masa
lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan  masa kini.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari
pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai
warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warian budaya
dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik
menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan
pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang menjadi konten
pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan  paling tidak satu sampai dua dekade dari
sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan
dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan
disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang
produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.

Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang
bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian
diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa,
masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan
kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan
bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk
membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan 
keberlanjutan kehidupan bangsa dan warganegara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi
kehidupan tersebut kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya,
mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan
kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan
masa depan yang lebih baik lagi.

Adapun Landasan Filosofis Kurikulum 2013 Adalah Sebagai Berikut:

 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


 PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
 PP No 23 tahun 2014 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan
 Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
 Permendikbud No 64 tahun 2013 tentang Standar Isi
 Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
 Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
 Permendikbud No 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Kurikulum Kompetensi SD
 Permendikbud No 71 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran Layak

1. Tujuan Penyusunan Kurikulum 2013

Kurikulum disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan di SMP Hidayatut Thullab. Tujuan pengembangan kurikulum di SMP Hidayatut Thullab
adalah tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu dapat
diukur, dan terjangkau. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan tujuan sebagai berikut :

1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar mata pelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar,
dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; kompetensi dasar dikembangkan
didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

1. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda
dari pelaksanaan kurikulum 2006. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan
terdapat maka dipeloleh 14 prinsip utama pembelajaran yang perlu guru terapkan.

Ada pun 14 prinsip itu adalah:

1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; pembelajaran mendorong siswa
menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberitahu
siswa karena itu materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal
pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta
lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan
pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena
atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu
pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber;
pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang
kepada siswa  sumber belajar seperti informasi dari buku siswa,  internet, koran, majalah,
referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah,
atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk
materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu
dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis
sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks.
Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind maping, gambar,
diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat
dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar.
Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi
pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan.
Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa
bersama-sama, serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar
beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak, serta
penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang kontraproduktif
terhadap perkembangan siswa.
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi; di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak
tunggul. Siswa melihat awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari
tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari
tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan
itu, benar menjadi beragam.
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;pada waktu lalu
pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam bentuk lisan guru,
fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya,
gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa melihat, meraba, merasa
dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar, namun dengan
menggunakan panca indra lainnya.
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka
dalam bentuk pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangku perkembangan
sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan membacan,
menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan
bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan
berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan  dan pemberdayaan siswa sebagai
pembelajar sepanjang hayat;ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak
dini untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam
ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak,
berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan dengan
kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global. Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan
teknologi, bicara yang santun  merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya
lokal, namun bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso
sung tulodo),  membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);di sini guru perlu
menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi teladan, meberi contoh bagaimana
hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi
teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa
tumbuh mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; karena itu
pembelajaran dalam kurikulum 2013 memerlukan waktu yang lebih banyak dan
memanfaatkan ruang dan waktu secara integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan
waktu dalam kelas.
12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah
siswa, dan di mana saja adalah kelas.Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak
hanya dibatasi dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar
untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk
mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat
mengembangkan sistem yang terbuka.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tIK) untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk
memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar
dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan
pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam
hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa
akan jomplang daripada  siswa yang memeroleh pelajaran menggunakannya.
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa; cita-cita, latar
belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara belajar, cara
berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu pembelajaran harus melihat
perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan indah jika dikembangkan menjadi
kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan
biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi kelompoknya.
Demikian materi tentang prinsip pembelajaran yang disarikan dari materi pelatihan implementasi
Kurikulum 2013.

JAWABAN NO 5

1. Prinsip Umum
1. a.       Prinsip Relevansi

Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah kurikulum. Prinsip ini juga bisa
dikatakan sebagai rohnya sebuah kurikulum. Artinya apabila prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah
kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada lagi artinya; kurikulum menjadi tidak bermakna.
Prinsip relevansi mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sehingga para siswa mempelajari iptek yang benar – benar
terbaru yang memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan dengan
perkembangan jaman. Relevan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, artinya suatu kurikulum
harus sesuai dengan potensi intelektual, mental, emosional dan fisik para siswa. Apabila prinsip tidak
terlaksana dalam kurikulum yang nyata maka potensi yang dimiliki anak tersebut tidak berkembang
sebagai potensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan kehidupannya. Relevan dengan
kebutuhan karakteristik masyarakat artinya kurikulum harus membekali para siswa dengan sejumlah
keterampilan pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Apabila tidak
terlaksana maka siswa tidak dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

1. b.       Prinsip fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas terkait dengan keluwesan dalam tahap implementasi kurikulum. Penerapan
prinsip fleksibilitas dalam kurikulum adalah bahwa suatu kurikulum harus dirancang secara fleksibel
atau luwes sehingga pada saat diimplementasikan memungkinkan untuk dilakukan perubahan untuk
disesuaikan dengan kondisi yang ada yang tidak terprediksi saat kurikulum itu dirangcang. Contoh
yang paling sederhana adalah pada saat sebuah kurikulum dirancang, pembelajaran akan dilaksanakan
dengan menggunakan media LCD projector atau OHP/OHT namun pada saat hari H terjadi
pemadaman listrik di lokasi. Bagi kurikulum yang memenuhi prinsip fleksibilitas kondisi ini tidak
menghambat keberlangsungan pembelajaran. Dengan sedikit melakukan perubahan pada aspek media
yang digunakan pembelajaran tetap berlangsung namun tetap mengarah pada pencapaian tujuan yang
diharapkan. Jika prinsip fleksibilitas ini tidak digunakan dimungkunkan tujuan pembelajaran yang
direncanakan tidak terlaksana.

1. c.        Prinsip kontinuitas

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus – putus.
Artinya bagian – bagian, aspek – aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak
terlepas – lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai
dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, dan tingkat perkembangan siswa. Oleh
karena itu, pengalaman – pengalaman yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan
antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
pendidikan yang lain juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Dengan prinsip ini, tampak
jelas alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran.

1. d.       Prinsip efisiensi

Kurikulum mudah dilaksanakan menggunakan alat – alat sederhana dan memerlukan biaya yang
murah. Kurikulum yang terlalu menuntut keahlian – keahlian dan peralatan yang sangat khusus serta
biaya yang mahal merupakan kurikulum yang tidak praktis dan sukat dilaksanakan. Dana yang
terbatas harus digunakan sedemikian rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Waktu yang tersedia bagi siswa belajar di sekolah juga terbatas harus dimanfaatkan secara tepat
sesuai dengan mata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga di sekolah juga sangat
terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didayagunakan secara efisien untuk
melaksanakan proses pembelajaran.

1. e.        Prinsip efektifitas

Walaupun prinsip kurikulum itu mudah, sederhana, dan murah, keberhasilannya harus diperhatikan
secara kuantitas dan kualitas karena pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan
penjabaran dari perencanaan pendidikan. Misal, keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan dan sumber
keterbacaan, harus digunakan secara tepat guna oleh siswa dalam rangka pembelajaran, yang
kesemuanya demi untuk meningkatkan efektivitas atau keberhasilan siswa.

2.      Prinsip Khusus

a.            Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-
komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup
tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan
khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:

1)       Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen – dokumen
lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan

2)       Survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan yang dikirimkan melalui
angket atau wawancara dengan mereka

3)      Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpunmelalui angket,
wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa

4)      Survei tentang manpower.

5)      Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.

6)      Penelitian.

1. b.                               Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan

Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para
perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:

1. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang
khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit
menciptakan pengalaman belajar.
2. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3. Unit – unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah
belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan
situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan
penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.
4. c.            Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar 

Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.

1. Apakah metode/teknik belajar – mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan


pelajaran?
2. Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasisehingga dapat melayani
perbedaan individual siswa?
3. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
4. Apakah metode/ teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif,
afektif dan psikomotor?
5. Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, ataumengaktifkan guru atau kedua-
duanya?
6. Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah dan di rumah,
juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan di masyarakat?
8. Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yangmenekankan “learning by
doing” di samping “learning by seeing and knowing”.
9. d.            Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran

Proses belajar – mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat – alat bantu
pengajaran yang tepat.

1)      Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat
tersebut tidak ada apa penggantinya?

2)      Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa
yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?

3)      Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket
belajar, dan lain – lain?

4)      Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?

5)      Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

1. e.         Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:.

1)      Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah – langkah sebagai berikut:

 Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranahranahkognitif, afektif, dan


psikomotor.
 Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku – tingkah laku murid yang dapat diamati.
 Hubungkan dengan bahan pelajaran.
 Tuliskan butir-butir test.

2)      Merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapahal:

 Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akanditest?


 Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
 Apakah testtersebut berbentuk uraian atau objektif?
 Berapa banyak butir test perlu disusun?
 Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?

3)      Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-halsebagai berikut:

 Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?


 Apakah digunakan formula guessing?
 Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
 Skor standar apa yang digunakan?
 Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?

Ketika prinsip-prinsip khusus ini  tidak terlaksana maka kurikulum tidak memiliki acuan, isi/tujuan
kurikulum bertolak belakang (tidak searah) dengan tujuan pendidikan,  sehingga kurikulum tidak
berkembang dan menghasilkan suatu sistem pendidikan yang lebih baik.

JAWABAN NO 6

Kurikulum Teknologis

Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah pesat. Perkembangan teknologi tersebut
mempengaruhi semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak dulu pendidikan telah
menggunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun, sekarang seiring dengan
kemajuan teknologi  banyak alat (tool) seperti audio,video, overhead projector, film slide, dan motion
film, serta banyak alat-alat lainnya. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya
kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:

1. Perangkat lunak (software) atau disebut juga teknologi sistem (system technology). Pada bentuk
ini, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis yang menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan.

2. Perangkat keras (hardware) atau sering disebut juga teknologi alat (tools technology).Pada bentuk
ini, lebih menekankan kepada penyusuna program pengajaran atau rencana pelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem.

Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologis pendidikan (kurikulum teknologis),
yaitu:

1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku.
Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus,
yang disebut objektif atau tujuan instruksional.
2. Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat tertentu ada tugas-
tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut.

–          Penegasan tujuan kepada siswa.

–          Pelaksanaan pengajaran


–          Pengetahuan tentang hasil

–          Organisasi bahan ajar

–          Evaluasi

Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu:

1. Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum


yang lain.
2. Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan
hendaknya memberikan hasil yang sama.

Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan
dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan
program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu. Dalam pengembangan
kurikulum teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik serta
media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan
media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan
kurikulum teknologis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ktsp berdasarkan ketiga model kurikulum tersebut di atas.

v  Tahapan pengembangan kurikulum menurut hamalik, tahapan pengembangan kurikulum


ada7 yaitu:

1. Tahap pertama studi kelayakan dan kebutuhan


2. Tahap kedua penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
3. Tahap ketiga pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
4. Tahap keempat pelaksanaaan uji coba kurikulum di lapangan.
5. Tahap kelima pelaksaan kurikulum
6. Tahap keenam pelaksaan penilaian dan pemantauan kurikulum
7. Tahap ketujuh pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian.

Dari ketujuh tahapan ini ada beberapa tahapan yang memiliki kelemahan yaitu:

 tahap keempat  pelakasaan uji coba kurikulum dilapangan

è pelaksanaan  uji cobanya tidak merata pada seluruh sekolah yang lokasinya  sulit dijangkau,
memerlukan biaya yang sangat banyak,dan juga keterbatasan tenaga kerja dan keterbatasan fasilitas.

 Tahap kelima pelaksanaan kurikulum

Dalam pelaksanaannya kadangkala tidak sesuai antara teori dan praktek dilapangan

Contoh:  dalam pelaksanaan RPP dimungkinkan dalam penyampaian materi atau pelaksanaan
pembelajaran tidak sesuai dengan RPP yang telah dirancang, hal ini bisa disebabkan karena faktor
waktu, guru, siswa, maupun lingkungan, dan kebanyakan guru membuat RPP itu hanya sekedar
formalitas (untuk melunasi kewajibannya sebagai guru yang akan diserahkan kepada kepala sekolah
untuk mendapatkan tunjangan.

 Tahap ketujuh pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian


Kebanyakan pengembang kurikulum setelah mengevaluasi  kurikulum tidak merevisi kurikulum
tersebut melainkan membuat kurikulum yang baru, hal inilah yang membuat kurikulum itu tidak
semakin baik melainkan menimbulkan permasalahan baru.

Anda mungkin juga menyukai