Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PARTISIPASI 2

MEMBUAT RANGKUMAN MODUL 2 DAN 3

Nama : Ferawati
NIM : 858053154
Kelas / Semester :A/3
Dosen Penggampu : Muhammad Asyura, M.Pd

MODUL 2
PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

KEGIATAN BELAJAR 1
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses pemilihan kemampuan berbahasa
secara alamiah. Proses pemerolehan bahasa memiliki karakteristik berikut:
1. Berjalan secara sepontan, tanpa sadar dan tanpa beban.
2. Terjadi secara langsung dalam situasi informasi, tanpa melalui pembelajaran formal.
3. Didorong oleh kebutuhan, baik kebutuhan untuk memahami maupun dipahami orang lain.
4. Berlangsung secara terus-menerus dalam konteks berbahasa yang nyata dan bermakna.
5. Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa, menyimak/mendengarkan dan berbicara.
Kegiatan pemerolehan bahasa melibatkan dua kemampuan. Pertama, kemampuan
resfrensif, yaitu kemampuan menyerap, menerima, dan memahami tuturan orang lain. Kedua,
kemampuan produktif, yaitu kemampuan mengahasilkan turunan, untuk mengekspresikan diri
atau menanaggapi rangsangan bahasa yang disampaikan oleh orang lain.

B. Teori Pemerolehan Bahasa


Ada tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahasa pertama.
1. Pandangan Nativistis
Menurut pandangan nativistis, setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan
bawaan atau alami untuk dapat berbahasa.
2. Pandangan Behavioristis
Menurut pandangan behavioristik, penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan
yang di berikan lingkungan.
3. Pandangan Kognitif
Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oelh
daya kognitifnya. Lingkungan tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap
perkembangan intelektual dan bahas anak, kalau si anak tidak melibatkan secara aktif
dengan lingkunganya.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


Ada empat faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak yaitu:
1. Faktor Biologis
Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau potensi bawaan yang
memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis yang menentukan penguasaan
bahasa anak adalah otak (sistem syaraf), alat dengar, dan alat ucap.
2. Faktor Lingkungan Sosial
Setiap anak memiliki kemampuan bawaaan dan kelengkapan berbahasa, namun demikian,
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasanya, seorang anak memerlukan
lingkungan sosial sebagai contoh atau model berbahasa, memberi rangsangan, dan
tanggapan dan melakukan latihan dan uji coba berbahasa dalam konteks yang sesunggihnya.
3. Faktor Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dan bernalar termasuk
memecahkan masalah. Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat diamati langsung, kecuali
melalui perilaku.
4. Faktor Motivasi
Motivasi itu bersumber dari dalam dan luar diri anak. Dalam belajar bahasa, anak tidak
melakukannya demi bahasa itu sendiri. Anak belajar bahasa karena adanya kebutuhan dasar
yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, sakit, serta perhatian dan kasih sayang. Inilah yang
disebut dengan motivasi Instrinsik, yang berasal dari diri anak itu sendiri. (Goodman, 1986;
Tompkinn dan Hoskisson, 1994) dalam Solchan T.W. dkk, (2021:2.12).

D. Strategi Pemerolehan Bahasa


Strategi dalam belajar suatu bahasa, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengingat
Mengingat maminkan perananan penting dalam belajar bahasa atau belajar apapun. Setiap
pengalaman indrawi yang dilakui anak, dicatat dalam benaknya. Ketika ia menyentuk,
menyerap, mencium, mendengarkan, dan melihat sesuatu, memori anak merekamnya.
2. Meniru
Dalam belajar bahasa anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini bisa berupa
mencontoh secara kratif atau menginspirasi.
3. Mengalami langsung
Mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah mengalami langsung kegiatan
berbahasa dalam konteks yang nyata. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus
memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya.
4. Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong perkembangan kemampuan berbahasa
anak dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa; sebagai penjual atau
pembeli dalam bermain dagang-dagangan, tanpa disadari mereka sedang bermain drama,
sekaligus mereka berlatih berbicara dan menyimak.

E. Tahap-Tahap Memperoleh Bahasa


Ada empat tahap perkembangan bahasa pada anak yaitu:
1. Tahap pralinguistik
Pada tahap ini bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi vokal
atau konsonan tertentu, tetapi umumnya bunyi-bunyi tersebut belumlah mengacu pada kata
atau kalimat dengan makna tertentu.
Fase ini berlangsung sejak nak lahir hingga berumur sekitar 12 bulan.
a. Pada umur 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi refleksif untuk menyatakan
rasa lapar, haus, sakit, atau ketidaknyamanan, serta bunyi-bunyi vegetatif yang berkaitan
dengan aktivitas tubuh, seperti batu, bersin dan lain-lain.
b. Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mendekut dan mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang
biasanya bunyi mirip konsonan.
c. Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi yang agak utuhdengan rentang
yang agak lama.
d. Pada umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh.
2. Tahap satu-kata atau Holofrasis
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12-18 bulan. Pada tahap ini anak menggunakan
satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang di sampaikannya.
Contohnya:
“Mimi!” sambil menunjuk cangkir. (saya mau minum)
Kata-kata itu umumnya berkaitan dengan kegiatan rutin anak, pemanggilan orang-orang
sekitar, dan benda atau objek yang dekat dengan anak (Nelson dalam Solchan T.W. dkk,
2021: 2.18).
3. Tahap dua-kata
Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24 bulan. Pada tahap ini kosakata dan
gramatika anak berkembang dengan cepat seiring dengan otak dan ucapannya.
4. Tahap telegrafis
Antara usia 2-3 tahun anak telah menghasilkan ujaran dalam bentuk kalimat-kaliamat
pendek. Ciri yang paling mencolok pada fase ini bukanlah pada jumlah kata yang dihasilkan
anak, tetapi pada variasi bentuk kata yang sudah mulai muncul.
Seiring dengan bertambahnya usia dan perkembnagan otak dan perangkat biologis lainnya
maka kemampuan anak pun (kaidah bahasa dan kaidah berbahasa) akan semakin meningkat
sehingga mendekati tuturan orang dewasa.

KEGIATAN BELAJAR 2
A. Pengertian dan Cara Memperoleh Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua (B2) adalah bahasa yang di pelajari dan dikuasai anak setelah
menguasai satu bahasa. Dalam konteks anak Indonesia, yang menyandang bahasa (B2) itu dapat
bhasa daerah, bahasa Indonesia atau bahasa asing. Tergantung pada bahasa mana yang pertama
di kuasai anak lebih dahulu.
Belajar B2 dapat di lakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Terpimpin, melalui belajar khusus.
2. Alamiah, melalui kegiatan langsung berbahasa dalam suasana nyata.
3. Terpimpin dan alamiah.
Dari ketiga cara tersebut, yang paling efektif mempercepat penguasaan B2 adalah cara yang
ketiga.

B. Teori Memperoleh Bahasa Kedua


Ada tujuh teori yang menonjol yang dikemukakan dalam memperoleh B2 yaitu:
1. Model akulturasi, yang memandang penyesuaian budaya sangat mempengaruhi
pemerolehan B2. Pengaruh itu ditentukan oleh jarak sosial dan psikologi antara kelompok
pembelajar B2 dengan masyarakat asli pemiliki B2 tersebut.
2. Teori akomodasi, yang menyatakan bahwa cara pembelajaran B2 membatasi diri dalam
berhubungan dengan masyarakat “pemili” B2. Identifikasi hubungan antara kedua kelompok
akan menimbulkan memotivasi yang mempengaruhi keberhasilan pemerolehan B2.
3. Teori Wacana, yang berpendapat bahwa pembelajaran B2 akan menemukan makna bahasa
melalui keterlibatannya dalan berkomunikasi. Semakin sering pembelajar terlibat dalam
komunikasi alamiah (dalam konteks berbahasa langsung) maka akan semakin baik
kemampuan B2-nya.
4. Model monitor, yang menyatakan tampilan berbahasa pembelajar B2 ditentukan oleh cara
mereka menggunakan monitor. Penggunaan monitor yang berlebihan akan menghambat
penguasaan bahasa pembelajar.
5. Model kompetensi variabel, yang berpendapat bahwa cara seseorang mempelajari bahasa
akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang di pelajarinya. Produk
penggunaan bahasa terdiri atau berbagai macam produk bahasa (wacana) dari yang tidak
terencana sampai yang terencana.
6. Hipotesis universal, yang menyatakan bahwa bahasa anatara anak (interlangue) akan terisi
dengan kaidah-kaidah bahasa yang bersifat universal. Pola-pola bahasa yang sesuai dengan
kesemestaan bahasa akan lebih mudah dipahami dari pada pola-pola khusus. Penguasaan
terstruktur B1 akan membantu pembelajar dalam memperoleh B2.
7. Teori neorofungsional, yang berpandangan adanya hubungan antara pemeroleh B2 dengan
anatomi otak syaraf dan sistem otak.
MODUL 3
PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA

KEGIATAN BELAJAR 1
A. Hakikat Pendekatan, Metode, dan Teknik
1. Pendekatan
Pendekatan ialah sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa asumsi
atau seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan sesuatu. Oleh sebab itu,
pendekatannya bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Di
dalam pengajaran bahasa, pendekatan merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan
tentang hakikat bahasa, dan pengajaran bahasa yang diyakini oleh guru bahasa. Pada
dasarnya para ahli membagi pandangan tentang proses belajar itu menjadi dua aliran, yaitu
aliran empiris dan aliran rasionalis.
Aliran empiris mempunyai beberapa nama, yaitu behavioris, aliran mekanis, dan aliran
Bloomfield.
Prinsip-prinsip pokok aliran ini adalah:
1) Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan.
2) Bahasa adalah serangkaian kebiasaan.
3) Ajarkanlah bahasanya, bukan tentang bahasanya.
4) Bahasa adalah apa-apa yang dikatakan oleh para pemakainya, bukan apa yang oleh
seseorang seharusnya dikatakan demikian.
5) Tidak ada satu bahasa pun yang persis sama dengan bahasa yang lain.
Aliran kedua, yaitu aliran rasionalis yang terkenal juga dengan nama aliran mentalis,
atau aliran Noam Chosky. Aliran ini memandang bahwa perbuatan berbahasa itu adalah
perbuatan mental.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh kaum rasionalis:
1) Suatu bahasa yang hidup ditandai oleh kreativitas yang dituntut oleh aturan-aturan,
2) Aturan-aturan tata bahasa nyata bertalian dengan tingkah laku kejiwaan,
3) Manusialah satu-satunya makhluk yang dapat belajar bahasa;
4) Bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat dipakai dalam berpikir.
2. Metode
Pada umumnya metode diartikan sebagai “cara mengajar”. Metode pada hakikatnya
adalah suatu prosedur untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi
hal-hal berikut:
1) Pemilihan bahan.
2) Urutan bahan.
3) Penyajian bahan.
4) Pengulangan bahan.
Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey dalam Solchan T.W. dkk, (2021: 3.11).
Terdapat lima belas macam metode, yaitu:
a. Direct Method
Direct Method atau Metode Langsung ialah metode pengajaran bahasa yang di dalam
pelaksanaannya guru langsung menggunakan bahasa sasaran, yaitu bahasa yang
diajarkan. Dari pihak siswa tidak boleh menggunakan bahasa ibu atau bahasa
pertamanya selama pembelajaran berlangsung.
b. Natural Method
Natural Method yang disebut juga Metode Murni atau Metode Alamiah adalah metode
yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda, gambar-
gambar, atau peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-hari.
c. Psychological Method
d. Phonetic Method
e. Reading Method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat pada tahun 1929-an
baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Tujuannya ialah antara lain,
untuk memberi pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks ilmiah yang
mereka perlukan dalam studi mereka. Metode ini dapat juga diterapkan untuk
pembelajaran bahasa Indonesia di SD dengan jalan dimodifikasi disesuaikan dengan
kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Metode ini cocok kalau diterapkan di SD
kelas tinggi.
f. Grammar Language Method
g. Translation Method
h. Grammar Translation Method
i. Eclectic Method
Eclectic artinya ‘memilih secara bebas’. Dalam hubungannya dengan metode pengajaran
bahasa, bebas di sini yang dimaksud adalah bebas untuk menambah atau
mengombinasi/mencampur antara metode yang satu dengan lainnya yang dianggap
cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia
Metode Campuran.
j. The Unit Method
k. Language Control Method
l. Mim-Mem Method
m. Practice-theory Method
n. The Dual Language Method
o. Cognate Method
Metode-metode yang dapat diterapkan di dalam pengajaran bahasa Indonesia di SD dan
menunjang pendekatan yang disarankan oleh kurikulum bahasa Indonesia yang sedang
diberlakukan, yaitu pendekatan komunikatif, integratif, tematis, CBSA, dan
keterampilan proses, yaitu Direct Method, Natural Method, Reading Method, Eclectic
Method.
4. Teknik
Kata teknik mengandung makna cara-cara, dan metode juga mengandung makna
“penyajian bahan” yang dalam hubungan ini, yaitu ‘cara penyajian bahan’ maka kedua
istilah ini adakalanya dipakai dalam arti yang sama. Metode berhubungan dengan pemilihan
bahan, pengurutan bahan, penyajian bahan, dan pengulangan bahan, itulah sebabnya
mengapa metode dikatakan bersifat prosedural. Sedangkan teknik mengacu pada makna
cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas sehingga dikatakan bersifat
implementasional.
Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai
dalam pembelajaran mata pelajaran lain), seperti berikut ini:
1) Teknik Ceramah
2) Teknik Tanya Jawab
3) Teknik Diskusi Kelompok
4) Teknik Pemberian Tugas
5) Teknik Ramu Pendapat
6) Simulasi

B. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa


Sejak diberlakukannya Kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus
menerapkan pendekatan komunikatif, CBSA, dan pendekatan keterampilan proses (PKP).
Setelah diberlakukan Kurikulum 1994 pendekatan dalam pembelajarn bahasa yang harus
diterapkan guru selain ketiga pendekatan di atas ditambah dengan pendekatan tematik, dan
integratif.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah sebabnya sejak
diberlakukan Kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa digunakan pendekatan komunikatif.
Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk
melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulis.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD

A. Pembelajaran Terpadu Lintas Materi


Pengorganisasian materi dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD
dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI atau di jenjang SMP,
atau SMA dimulai dengan pemilihan tema, misalnya lingkungan. Jadi, belajar bahasa tidak
mungkin tanpa tema. Tema ini merupakan wadah untuk belajar bahasa. Untuk melatih keempat
keterampilan berbahasa dimulai dengan pemilihan/penentuan tema, setelah itu baru kita
rencanakan langkah-langkah pembelajarannya. Jika yang menjadi fokus pembelajaran adalah
keterampilan membaca maka waktu dalam pertemuan di kelas dialokasikan membaca yang
lebih banyak daripada keterampilan yang lain.

B. Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum


Di samping pembelajaran terpadu lintas materi dalam suatu mata pelajaran (memadukan
materi keterampilan berbahasa), keterpaduan tersebut dapat juga dilaksanakan lintas kurikulum.
Artinya yang dipadukan itu antara beberapa mata pelajaran, misalnya pelajaran bahasa
Indonesia dipadukan dengan Sains.
Pada hakikatnya belajar apa pun modal utamanya yang harus dimiliki siswa adalah
keterampilan baca-tulis (dua aspek keterampilan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia).
Kemampuan dan keterampilan baca-tulis, khususnya keterampilan membaca, harus segera
dikuasai oleh para siswa di SD karena kemampuan dan keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD.

Anda mungkin juga menyukai