Anda di halaman 1dari 21

MODUL 5

‘’ PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA SD ‘’

By Team : Tari , Nurhasanah , Bilqis , Azzam.


Pendekatan WHOLE LANGUAGE dalam bahasa
dan Sastra Indonesia
LATAR BELAKANG
Pendekatan whole languange (PWL) tidak secara eksplisit disebut-sebut dalam kurikulum bahasa dan
sastra Indonesia.Pada awalnya,PWL lebih banyak dibahas pada tataran diskusi- diskusi .Ini berbeda
dengan “pendekatan kominaktif” atau “pendekatan kebermaknaan”yang secara eksplisit disebut dalam
kurikulum 1984 dan kurikulum –kurikulum selanjutnya .Akan tetapi,pikiran-pikiran dalam PWL banyak
diadopsi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

PWL lahir secara tidak langsung reaksi atas kelemahan-kelemahan pendekatan struktural yang
memperlakukan keterampilan berbahasa dan komponen bahasa secara terpisah- pisah.
Contoh dalam pendekatan structural misalnya :
Guru mengajarkan tata bahasa dan keterampilan berbahasa secara terpisah-pisah. Ia menyajikan
potongan-potongan bentuk bahasa kemudian dianalisisnya.Ketika mengajarkan frasa,ia menampilkan
potongan-potongan kelompok kata kemudian menganalisnya atas unsur diterangkan dan
menerangkan ,atas inti dan artibutnya ,dan sebagainya.
LANDASAN TEORITIS

 Dari ahli filsafat/psikologi ,PWL didasarkan pada pandangan


kontruvisme .Roberts (1996) menyatakan bahwa anak atau
siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran
aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu
(integrated) .Anak akan bersedia belajar jika yang
dipelajarinnya sesuai dengan kebutuhannya

 Pendekatan whole language (PWL) atau pendekatan


integrated whole language (PIWL),menurut
Richards,platt,&Platt (1992:405-406),adalah pendekatan
pengajaran bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) yang
dilaksanakan untuk merefleksikan prinsip-prinsip
pemerolehan B1 dan B2 yang didasarkan pada beberapa
prinsip.
01 02
Bahasa disajikan dalam Aktivitas-aktivas pembelajaran
keutuhan,bukan sebagai lebih bergerak dari keseluruhan
potongan-potongan ke bagian dari pada bagian ke
Peinsip – prinsip bahasa yang terisolasi keseluruhan.
atau terpisah-pisah.
pemerolehan B1 Dan B2
03 04
Keempat Bahasa dipelajari
keterampilan melalui interaksi
berbahasa sosial dengan
dioptimalkan orang lain.
 
 Sama dengan pendekatan pembelajaran pada umumnya,dalam whole
language pun memiliki sejumlah komponen .Menurut Routman
(dalam Suratinah dan Prakoso,2009:2.4) terdapat delapan komponen
WL,yakni :
A. Membaca nyaring (Reading Aloud)

KOMPONEN Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru
untuk siswanya (Suratinah&Prakoso).Membaca ini biasanya dilakukan
WHOLE oleh guru kelas rendah .Guru membacakan teks yang sedang dibacanya.
Guru membacakan sebuah buku dengan bersuara dan anak-anak
menyimak. Buku yang dibaca disesuaikan dengan minat dan usia
LAUNGUAGE perkembangan anak.
Manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Membantu siswa meningkatkan kemampuan menyimak
2. Memperkaya kosakata
3. Berlatih berkonsentrasi
4. Membantu siswa menemukan permodelan membaca nyaring yang
tepat
5. Menikmati dan mengapresiasi sebuah cerita
B. Menulis jurnal (Journal Writing)
C. Membaca Diam (Sustained Silent
Reading)
Jurnal adalah laporan sehari-hari yang
Anak-anak membaca mandiri dalam hati
sifatnya pribadi.Melalui jurnal siswa dapat
selama waktu tertentu secara terus menerus
mengungkapkan perasaanya tentang suatu hal
tanpa interupsi .Anak-anak tidak boleh
,menceritakan kejadian di
melakukan kegiatan apapun selain
sekitarnya ,melaporkan kegiatan yang sudah
membaca.
dikerjakannya dalam bentuk tulisan. Bagi SD
kelas rendah,menulis jurnal dapat dalam
bentuk yang amat sederhana dan pendek .
 
Guru tidak perlu menuntut yang terlalu
banyak kepada anak didiknya. Pada tahap D. Membaca bersama(Shared Reading)
ini ,yang penting anak sudah berani menulis
atas dasar pikiran dan imajinasinya. Dalam membaca bersama ,guru dan siswa
melakukan aktivitas membaca
bersama.Guru harus dapat menjadi model
membaca yang baik.Setiap siswa harus
memperhatikan buku yang dibacanya
E. Membaca terbimbing(Guided Reading)
Dalam membaca terbimbing,siswa membaca untuk memahami teks,kemudian mendiskusikannya dengan siswa yang lainnya .Guru
sebagai pengamat dan fasilitator

F. Menulis terbimbing ( Guided Writing)


Menulis terbimbing ini sejajar dengan membaca terbimbing .Guru sebagai fasilitator,pendorong,pemberi saran,bukan pengatur,bukan
pemberi petunjuk.
Guru memonitor proses menulis yang dilakukan siswa,

G. Membaca bebas (Independent Reading)


Dalam membaca bebas siswa berkesempatan menentukan sendiri materi yang ingin dibacannya .Dalam membaca bebas siswa
bertanggung jawab secara penuh terhadap bacaan yang sudah dipilihnya.

H.Menulis bebas( Independen Writing)


Dalam menulis bebas siswa memiliki kesempatan untuk menumpahkan segala ide tanpa interevensi dari guru.Siswa bertanggung
jawab penuh atas tulisannya .Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator saja.
 
MERANCANG PENGAJARAN
BERPENDEKATAN WHOLE LANGUAGE
PWL telah “memaksa “ para peranncang pengajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk
menyesuaikan rancangannya sesuai dengan konsep whole languange. Berikut ini dipaparkan
tujuan,materi pengajaran,peran siswa,guru dan materi,teknik pengajaran
,serta teknik penilaian yang sesuai dengan PWL

4. Teknik Mengajar
1. Tujuan pembelajaran
Banyak teknik mengajar yang dipilih guru untuk
Tujuan pembelajaran Bahasa 3. Peran siswa dan guru mengembangkan PWL , antara lain tanya
Indonesia adalah menguasai Dalam PWL siswa terlibat secara aktif dalam jawab,diskusi ,demontrasi,penugasan.
keterampilan berbahasa secara pembelajaran yang bermakna .Guru harus Teknik-teknik itu dapat mengembangkan empat
utuh,tidak terpisah-pisah membuat perencanaan yang dapat mengaktifkan keterampilan berbahasa secara simultan.
siswa .Guru lebih berperan sebagai fasilitator
2. Materi pengajaran pembelajaran .
Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat 5. Teknik penilaian
Materi diambil dari lingkungan
kemampuannya . Siswa berbagi tanggung jawab Untuk memperoleh gambaran
yang dekat dengan anak.Dengan
dalam pembelajaran kemampuan siswa yang
demikian ,ada sesuatu yang
sifatnya menyeluruh,penilaian
dapat dicontoh oleh siswa dalam
dilaksanakan selama proses
menguasai sesuatu.
belajar berlangsung
KB 2
Pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia
LATAR BELAKANG

Pendekatan komunikatif (PK) adalah sebuah pendekatan pengajaran


bahasa,khususnya pengajaran bahasa kedua(B2) dan pengajaran bahasa
asing.Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia ,PK ramai
dikembangkan dan diterapkan setelah pemberlakuan kurikulum 1984.
PK lahir dari situasi pengajaran bahasa di Inggris,Amerika Serikat,dan Kanada
.Sebelumnya,dinegara-negara itu perkembangan pandangan struktural mulai
surut.Pengajaran bahasa sebelumnya lebih mementingkan aspek struktur
dengan memisahkannya dari penggunaan bahasa yang nyata.Pengajaran
bahasa mengabaikan aspek komunikasi .Setelah itu mulai timbul
kesadaran bahwa tidak mungkin mengajarkan bahasa dengan
mengabaikan aspek komunikasi berbahasa. PK banyak mengadopsi
pandangan Hymes yang memandang bahasa dari sudut fungsi dan aspek
sosialnya .
LANDASAN TEORI

Pendekatan komunikatif mendapat dukungan dari dua kelompok ahli linguistik , yakni :

1. Ahli sosiolinguistik yang dipelopori oleh Dell Hymes (amerika)


2. Ahli linguistik sosial yang dipelopori oleh Firth dan Halliday(Inggris)
 
Kedua kelompok memiliki pandangan yang sama tentang hakikat bahasa,yakni :

• bahasa sebagai alat komunikasi yang tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial-
budaya”.Bahasa haruslah dipandang dari sudut fungsi dan aspek sosial .

• Perkembangan linguistik di Amerika mendapatkan momentumnya ketika Chomsky


melontarkan konsep “ kompetensi linguistik “,yakni kemampuan internal seseorang
untuk menciptakan dan memahami kalimat,termasuk kalimat yang tidak didengar
sebelumnya dan apakah sebuah bentukan itu kalimat atau bukan. Titik kajianlinguistik
adalah mengkaji kemampuan abstrak penuntur bahasa untuk membuat kalimat- kalimat
yang gramatikal.
Halliday menjabarkan pandangan Hymes melalui teorinya tentang 7 fungsi
bahasa berikut :
 
1. Fungsi instrumental (untuk mendapatkan sesuatu)
2. Fungsi aturan ( untuk mengendalikan tingkah laku individu lain)
3. Fungsi interaksi ( untuk menciptakan hubungan antar individu)
4. Fungsi pribadi ( untuk menyatakan perasaan dan makna)
5. Fungsi penggalingan pribadi (untuk belajar)
6. Fungsi imajinatif(untuk menciptakan imajinatif)
7. Fungsi penggambaran(untuk menyampaikan informasi)
MERANCANG PEMBELAJARAN PENDEKATAM KOMUNIKATIF

Pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif lebih bersifat humanistic.


Siswa ditempatkan pads posisi aktif sebagai pusat kegiatan pengajaran, dan Guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran.
Hal itu tampak pada trumusan tujuan,pemilihan bahan ,peran siswa, Guru, dan bahan serta teknik
pengajarannya.

2. Materi pengajaran
1. Tujuan pengajaran
Materi yang diajarkan pada kurikulum 1975
Tujuan yang ingin dicapai dalam menekankan pada sistem gramatikal disusun
pengajaran berpendekatan komunikatif berdasarkan analisis kontras. Penyusunan materi
selalu didasarkan pada
adalah terbina dan terkembangnnya
kesederhanaan ,keteraturan,frekuensi
kemampuan komunikatif atau kemunculan,dan tingkat kesukaran struktur
kompetensi komunikatif tersebut. Oleh karena itu,materi disusun dan
siswa.Kompetensi ini dibangun oleh ditata dari yang paling sederhana ke yang
pemahaman dan penguasaan aspek kompleks ,dan yang teratur ke yang tidak
gramatika/tata bahasa,semantitik,dan teratur,dan sebagainnya .
Dalam pendekatan komunikatif,pemilihan materi
pragmatik bahasa.
didasarkan pada hasil analisis kebutuhan (need
analysis) siswa.
3. Peran Siswa dan Guru
Dalam pengajaran bahasa 4. Teknik mengajar
komunikatif, peran siswa adalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra
sebagai ‘’ negosiator’’ antara Indonesia yang menekankan pada
kompetensi komunikatif,berbagai
dirinya sendiri,proses belajar dan
teknik dapat digunakan secara
objek yang dipelajari. Siswa lah bersama-sama .
yang harus aktif berinisiatif untuk Teknik –teknik itu antara lain Tanya
melakukan kegiatan komunikatif. jawab,diskusi,latihan,simulasi ,produ
Guru berperan sebagai ‘’ ksi dan demontrasi.
Fasilitator’’ dan sebagai pengarah
dalam proses belajar mengajar.

5. Teknik penilaian
Sesuai dengan orientasi pengajaran yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan siswa dititik beratkan pada tes kompetensi
komuniktif (TKK).TKK adalah tes yang
menitik beratkan pada kemampuan berkomunikasi pada situasi
tertentu.
Presentation Modul

03 “Pendekatan Kontekstual
dalam Pembelajara Bahasa dan
Sastra Indonesia”
LATAR BELAKANG

Salah satu pembaharuan dalam pendidikan , khususnya dalam pembelajaran


bahasa adalah dikenalkannya konep pembelajaran konstektual. Pendidikan
seharusnya sudah menerapkan berbagai pandangan dalam pembelajaran
kontekstual atau CTL ( Contextual Teaching and Learning ).
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari , sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas ,sedikit demi sedikit dan dari proses
mengokonstruksi sendiri,sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
 
 
LANDASAN TEORITIS

Terdapat dua teori atau pandangan yang melatar belakangi munculnya


pembelajaran kontekstual yakni :
1.Filsafat progrevisme
2.Teori kognitif
Dilihat dari pokok-pokok pikiran pendekatan kontekstual bukanlah khas
pembelajaran bahasa dan sastra karena tidak bersumber kepada teori tata bahasa
tertentu.Di Indonesia misalnya,pendekatan kontekstual ramai disebut-sebut
dalam kurikulum 2004 atau yang populer dengan kurikulum berbasis kompetnsi
(KBK) .Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia juga harus dikembangkan
dengan pendekatan kontekstual.
Selain teori progresivisme ,teori yang melatar belakangi pembelajaran
kontekstual adalah teori kognitif,dalam pandangan teori kognitif,siswa akan
belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.
PENGERTIAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Adapun 3 Istilah Rumusan Pembelajaran Konstekstual


menurut The Washington State Consortium for Contextual
Teaching and Learning (dalam Nurhadi,2003):

Pembelajaran kontekstual menurut


Johnson adalah suatu proses
Pengajaran Pengajaran dan
pendidikan yang bertujuan membantu
siswa melihat makna dalam bahan Kontekstual Pembelajaran
pelajaran yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkannya dengan
konteks kehidupan meraka sehari- 1 2 3
hari ,yaitu dengan konteks lingkungan
pribadi sosial dan budayanya.
Pembelajaran
Kontekstual
KOMPONEN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
 
 
Konstruktivisme (Constructivism)
Bertanya (Questioning)
Secara sederhana, menurut Nurhadi (2003) Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
komponen PK pertama ini dapat dilakukan
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
dengan merumuskan kalimat perintah: menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
“Kembangkan pemikiran bahwa anak akan kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri,
sendiri, menemukan sendiri, dan yakni :
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan • menggali informasi
keterampilan barunya!" Komponen pertama • mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui,
ini sebagai landasan filosofis pelaksanaan • mengarahkan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
3. Inkuiri (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan
sendiri melalui langkah-langkah tertentu. Guru harus merancang skenario kegiatan yang selalu merujuk pada kegiatan menemukan apa pun materi
yang diajarkannya. Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh siswa akan bersifat tahan lama dan kemudian menjadi bagian dari kehidupannya.
Komponen ketiga dilakukan dengan merumuskan kalimat perintah.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Belajar pada hakikatnya adalah kerja gotong-royong. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh
darisharing antarteman, antarkelompok,antar yang didalam kelasataupun yang diluar kelas, antara yang tahu dan yang belum tahu.
Kegiatan dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada yang doninan dalam komunikasi tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak
ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap komponen harus berasa bahwa setiap orang lain memiliki
pengetahuan, keterampilan, ataupengalaman yang berbeda yang perlu dipelajari oleh orang lain Orang lainadalah “sumber belajar”. Dalam
pembelajaran kontekstual, kelas adalahsumber belajar, bukan tempat belajar semata-mata.Komponen keempat dilakukan dengan merumuskan
kalimat perintah.

5. Permodelan (Modelling)
Sebuah pembelajaran haruslah menyediakan apa yang dapat ditiru", ada model yang dapat ditiru. Model dapat berasal dari
siswa yang sudah tahu, guru, atau dari orang-orang di luar sekolah. Guru bahasa dan sastra Indonesia harus dapat memberi
contoh melafalkan bunyi tertentu dapat memberi

6. Refleksi (Reflection) 
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan pada masa sebelumnya Menurut Suyanto (2002:11) melalui refleksi mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Thankyou.

Anda mungkin juga menyukai