Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TUTORIAL 1

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif Pendidikan SD

Kode dan Naman Mata Kuliah : PDGK 4104 Perspektif Pendidikan SD


Nama Mahasiswa : Lilis Tita Mulyani
NIM : 857475499
Prodi : PGSD Masukan Sarjana
UPBJJ : UT- Bandung
Pokjar : Pacet

UPBJJ BANDUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
TUGAS TUTORIAL KE-1
TUGAS TUTORIAL KE-1
Kode/Nama Mata Kuliah/SKS : Perspektif Pendidikan di SD
Program Studi : PGSD
Nama Penulis : Teguh Ibrahim, M.Pd.
Nama Penelaah : Riza Alrakhman, M.Pd.
Status : Tutor
Tahun Pengembangan 2023-1
Skor Sumber
No Tugas Tutorial Maksimal Tugas
Tutorial
Modul 1,2,3 dan 4
1. Kajian Filsafat memiliki ruang lingkup yaitu
metafisika, epistemologi, logika dan aksiologi. Coba
Anda deskripsikan pengertian dari setiap istilah
tersebut kemudian implikasikan esensinya pada kajian
filsafat pendidikan !

2. Pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara tentang


pendidikan bermuara pada nation & character
building melalui olah pikir, olah rasa, olah hati, olah
karsa dan olah raga agar terciptanya idealitas human
dignity.

Coba Anda pahami kalimat tersebut, baca referensi


artikel di google scholar kemudian kemukakan
pendapat secara kritis !
3. Seorang guru perlu memahami karakteristik
kehidupan dan perkembangan religi peserta didiknya
dengan baik. Ini bertujuan agar bisa guru bisa
menguatkan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia
yang dimiliki peserta didiknya demi keselamatan
hidup di dunia dan di akhirat. Jawablah pertanyaan
berikut :

a. Jelaskan perkembangan agama/religiusitas


pada anak-anak menurut Ernest Harms,
sajikan contoh aktivitas dari setiap tahapan
perkembangan tersebut.
b. Jelaskan sifat agama pada anak yang
mencakup : Unreflective, egosentris,
antromorphis, spontanitas, verbal-ritualis,
numinous, dan imitatif.
4. “Guru medioker kerjanya ngomong, guru senior
kerjanya mendemonstrasikan kewibaaan dan
power, guru terpuji kerjanya menjelaskan
perkara rumit dengan cara simpel, guru hebat
kerjanya menginspirasi” (William, W)

Coba uraikan kutipan tersebut dengan analisa Anda


dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang guru !
5. Dalam kajian psikologi pendidikan teori tentang
kecerdasan sudah berkembang sangat pesat. Seorang
Pakar berkata : “Manusia hendaknya mengasah
kecerdasan intelektualnya, memupuk kecerdasan
personalnya, merawat kecerdasan sosialnya, serta
menjaga nyala kecerdasan spiritualnya”. (Arvan
Pradiansyah)

Coba uraikan kutipan tersebut dengan deskripsi yang


kritis dan kreatif, sajikan contoh aplikasinya dalam
kehidupan !

6. Dalam kajian landasan etno-pedagogik sunda pada


pertemuan ketiga sudah dibahas beberapa strategi
pewarisan budaya masyarakat sunda pada generasi
penerusnya yaitu melalui papagon hirup, kakawihan,
pakaian adat, tarian adat, alat musik, rumah adat,
permainan tradisional, budaya botani, adat pernikahan
dan banyak lagi.

Coba Anda pilih tiga strategi pewarisan budaya


tersebut, ambil satu contoh budaya sunda dari masing-
masing kategori yang Anda pilih. Kemudian
deskripsikan :

a. Artefak budaya – (menjelaskan tentang profil


budaya dimulai dari nama, sejarah,
karakteristik, komponens dan informasi
penting yang memuat identitas budaya
tersebut
b. Nilai budaya – (menjelaskan tentang nilai apa
saja yang terkandung pada budaya tersebut)
c. Filosofi budaya – (Nasihat bijaksana / hikmah
yang dapat dipetik dari budaya tersebut )

* coret yang tidak sesuai


Jawaban

Jawaban Nomor 1

➢ Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles mendefinisikan


metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan
yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang dijumlahkan. Istilah
metafisika sejak lama digunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu
Aristoteles. Oleh karena itu, istilah metafisika 10 pun berasal dari bahasa Yunani: meta ta
physika yang berarti “hal-hal yang terdapat sesudah fisika”. Dewasa ini metafisika
dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun untuk
menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam.
Metafisika juga sering disamakan artinya dengan ontologi. Sebenarnya, ontologi adalah
bagian dari metafisika. Secara sederhana metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang
filsafat atau bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai
hakikat ada yang terdalam.

➢ Kattsoff berpendapat epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula,
susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar ialah:
Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan kita?
Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat? Apakah yang
merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-corak pengetahuan apakah yang ada?
Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu?
Apakah kesalahan itu?

➢ Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat


bahan tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yakni logika deduktif dan
logika induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat
dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu
premis tertentu atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling
mudah ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi dan akan lebih sulit bila yang
diperhatikan ialah isi proposisi-proposisi tersebut. Logika yang membicarakan susunan-
susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas susunannya,
dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal.

Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-
proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika induktif
mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju ke
pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian, atau dari
suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat
tersebut.

Bagi logika deduktif ada suatu perangkat aturan yang dapat dikatakan hampir-hampir
otomatis; bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian itu, kecuali hukum-
hukum probabilitas. Yang termasuk pertanyaanpertanyaan terpokok di dalam logika yaitu
sebagai berikut: a. Apakah aturan-aturan bagi penyimpulan yang sah? b. Apakah ukuran-
ukurannya bagi hipotesis yang baik? c. Apakah corak-corak penalaran yang logis itu? d.
Apakah yang menyebabkan tersusunnya sebuah definisi yang baik.
➢ Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak nilai, apakah
pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada manusia yang menilainya; mengapa
terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan
nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian.

Implikasi esensi pada kajian filsafat pendidikan !

➢ Hubungan Filsafat dan Pendidikan


Filsafat mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan, baik pendidikan dalam arti
teoretis maupun praktik. Setiap teori pendidikan selalu didasari oleh suatu sistem filsafat
tertentu yang menjadi landasannya. Demikian pula, semua praktik pendidikan yang
diupayakan dengan sungguh-sungguh sebenarnya dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati
yang menjadi ideologi pendorongnya. Pemikiran filsafati tersebut berusaha untuk
diwujudkan dalam praktik pendidikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat
Barnadib (1994: 4) bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya merupakan penerapan suatu
analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Dewey (via Barnadib, 1994: 4) seorang
filsuf Amerika yang sangat terkemuka mengatakan bahwa filsafat merupakan teori umum
dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Selanjutnya,
Barnadib (1994: 5) mengatakan bahwa hubungan filsafat dan pendidikan dapat dibedakan
menjadi dua berikut ini.
1. Hubungan keharusan Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang
lebih baik, sedangkan pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam
kehidupan manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, dengan
berbekal teori-teori pendidikan yang diberikan antara lain oleh pemikiran filsafat.
2. Dasar pendidikan Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk
manusia, maka dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup.
Konsep-konsep ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan
metodologi pendidikan. Sebaliknya, pengalaman pendidik dalam realita menjadi
masukan dan pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan pemikiran
pendidikan. Filsafat memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifatnya das Sollen
(yang seharusnya), sedangkan praksis pendidikan berusaha mengimplementasikan
dasar-dasar tersebut, tetapi juga memberi masukan dari realita terhadap pemikiran
ideal pendidikan dan manusia. Jadi, ada hubungan timbal balik di antara keduanya.

➢ Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga
pendidikan tenaga keguruan dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait
pendidikan. Pemikiran mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan
pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa lebih
kritis dalam memandang persoalan pendidikan. Di samping itu, mahasiswa yang
mempelajari dan merenungkan masalah-masalah hakiki pendidikan akan memperluas
cakrawala berpikir mereka sehingga dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan
Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan sudah
sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis
di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan dengan menggunakan
kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.
➢ Ruang Lingkup Kajian Filsafat Pendidikan
Hal-hal yang menjadi kajian filsafat pendidikan sangat luas cakupannya, sebagai berikut.
1. Merumuskan secara tegas sifat hakiki pendidikan
2. Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.
3. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik
pendidikan (sistem pendidikan)
6. Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang menjadi tujuan
pendidikan.

Jawaban Nomor 2

Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
didasari dari filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara. Yakni olah hati (etika), olah pikir
(literasi), olah karsa (estetika), dan olah raga (kinestetik).

Lantas dari filosofi itu diharapkan muncul nilai-nilai karakter siswa dimulai dari religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab dll.

Kemudian dari nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul dari filosofi pendidikan karakter Ki
Hajar Dewantara, nantinya akan mengkristalisasi menjadi lima nilai utama karakter, yaitu religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Hasil dari proses tadi adalah individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil
pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat (olah pikir), individu yang memiliki kerohanian
mendalam, beriman dan bertakwa (olah hati), individu yang memiliki integritas moral, rasa
berkesenian dan berkebudayaan (olah rasa dan karsa), serta individu yang sehat dan mampu
berpartisipasi aktif sebagai warga negara (olah raga).
Jawaban Nomor 3

Agama ialah suatu ajaran religi yang dianut oleh setiap individu, mempercayai adanya Tuhan dan
beriman kepada-Nya, dan sebuah sistem yang mengatur tata kepercayaan dan peribadatan manusia
kepada Tuhan serta sistem yang mengatur tata pergaulan manusia dengan manusia yang lain,
manusia dengan lingkungannya.

Perkembangan agama pada anak usia dini. Menurut Ernest harms ada 3 tahap perkembangan
agama pada anak, yaitu sebagai berikut.

1. Tingkat dongeng atau yang biasa disebut dengan the fairy tale stage

Tahap ini berada pada umur anak 3-6 tahun. Dalam tahap perkembangan ini, anak masih
banyak menggunakan daya fantasinya dalam menyerap ajaran agama yang diterimanya.
Pemikirannya mengenai Tuhan akan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosinya,
sehingga dalam menanggapi agama, anak akan lebih menggunakan daya fantasinya seperti
dalam dunia dongeng.

2. Tingkat Kenyataan atau The Realistic Stage

Pada tahap ini, anak melewatinya antara umur 7-15 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai
pada tingkat pemikiran bahwa Tuhan ini sebagai pencipta alam beserta isinya. Anak yang
pada tahap awal perkembangannya berhubungan dengan Tuhan dengan dunia fantasinya
telah berubah atau berganti dengan menggunakan logika atau pikirannya. Mengapa
demikian? Karena menurut teori tahap perkembangan dan pembentukan logika anak
dimulai pada awal umur 7 tahun. Jadi, wajarlah jika pada usia ini anak mulai diajarkan
dengan benar dan dibiasakan dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut oleh orang
tuanya.

3. Tingkat Individu atau The Individual Stage

Dalam tahap perkembangan ini, usianya ialah 15 tahun ke atas. Konsep ini terbagi dalam
3 tahap yaitu sebagai berikut :
a. konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif. Pada tahap ini masih
dipengaruhi sebagian kecil oleh dunia fantasi dalam memahami agama.

b. konsep keagamaan yang bersifat personal, yaitu pada tahap ini murni pandangan
agamanya bersifat personal.

c. konsep keagamaan yang humanistik. Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana
seorang individu telah sampai pada tahap dimana ia memandang ajaran Agama telah
menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

Dari beberapa tahap pemaparan perkembangan agama pada anak, dan anak usia dini berada
pada tahap pertama, yaitu tingkat dongen atau the fairy tale stage. Dari penjelasan yang
begitu singkat di atas dapat di simpulkan bahwa peran orang tua, guru TK atau PAUD
mempunyai peran penting dalam mengenalkan agama pada anak usia dini. Jika terjadi
kesalahan sekecil apapun itu, maka itu akan berpengaruh pada pemahaman agamanya
ketika ia beranjak remaja.

Dan yang paling susah dalam mengenalkan agama pada anak usia dini yaitu konsep tentang
keTuhanan. Belum terlalu banyak orang atau para orang tua yang memahami betul
bagaimana cara yang tepat atau strategi yang benar dalam mengajarkan konsep ke Tuhanan
ini kepada anak. Karena jika salah mengenalkan pada anak tentang konsep keTuhanan ini,
maka kedepannya anak ketika dewasa akan terpengaruh terus tentang konsep ke Tuhanan
yang salah ini, dan dapat berakibat fatal pada pemahaman agamanya dan dapat membuat
anak menjadi pribadi yang tidak memiliki agama atau Atheis.

Tambahan sedikit tentang pengajaran agama pada anak dalam konsep islam. Metode
pengajaran agama untuk anak yang saya rekomendasikan untuk para orang tua yaitu
metode pengajaran Ali r.a. yaitu dengan didiklah anak anak kalian dengan 7 kali 3 tahun
(7 tahun pertama, 7 tahun kedua dan 7 tahun ke3).

Tujuh tahun pertama cara pendidikan agama untuk anak ialah dengan mendidik dengan
kelembutan. Disini bisa diketahui bahwa cara mengajarkan agama pada anak usia dibawah
7 tahun dengan kelembutan. Jelaskan konsep keagamaan pada anak dengan sikap dan suara
yang lembut serta usahakan memakai bahasa anak yang mudah ia mengerti, jangan
menghardik anak jika ia tidak faham-faham tentang apa yang kita ajarkan pada mereka.

Misalkan ketika kita mengajarakan anak mengaji. Jika anak kesusahan dalam mengeja
huruf hijaiyyah janganlah sekali-kali memarahinya karena ketidakbisaannya itu, tetapi
sebagai orang tua atau pendidik anak usia dini harus tetap sabar dalam mengajarinya
sampai ia bisa mengucapkan huruf hijaiyyah dengan benar meskipun itu lama, tetaplah
motivasi anak itu dengan nada dan sikap yang lembut.

Tujuh tahun kedua yaitu umur 7 sampai 14 tahun. Ajarkan agama pada anak dengan
ketegasan bukan dengan kekerasan apalagi sampai memukul anak. Banyak yang salah
menanggapi tentang hadist nabi tentang ajarkanlah anakmu shalat saat usia 7 tahun dan
pukullah mereka jika ia tidak melaksanakannya. kata pukullah disini sebagian besar orang
tua salah tanggapan mengenai kata ini.

Pukullah disini dimaksudkan bukan sebagai memukul dengan kekerasan fisik pada anak
jika tidak shalat, karena jika engkau para orang tua memukul anakmu ketika ia tidak
melaksanakan shalat, maka anak melaksanakan shalat itu bukan karena suatu kewajiban
dan keharusan yang dilakukan seseorang sebagai peribadatan kepada Allah, melainkan
anak itu akan melaksanakan shalat karena takut akan pukulan orang tuanya, maka nilai
ibadah shalat anak akan sia-sia dan hubungan regional anak dengan Allah SWT tidak akan
terbentuk.

Lalu kata pukullah dimaksudkan seperti apa? Dimaksudkan sebagai ketegasan orang tua
dalam mengajarkan anak shalat. Ketegasan disini bukan berarti harus tegas dengan
malakukan pukulan fisik, tetapi orang tua harus tegaskan dalam perkataan dan
perbuatannya bahwa melaksanakan shalat itu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh setiap orang muslim.

Lakukan dengan perbuatan, ketika masuk waktu shalat, ajaklah anak bersama kita untuk
melaksanakan shalat bersama-sama, jangan orang tua hanya berbicara shalatlah nak tetapi
orang tuanya sendiri yang tidak atau menunda shalat. Jadi pada 7 tahun kedua ini orang tua
dalam mengajarkan agama pada anak haruslah bersikap tegas, ini boleh dilakukan, ini
tidak boleh dilakukan. Tapi ini orang tua jangan tegas dalam perkataan saja, tapi tegas
jugalah pada perbuatan. Dalam arti jangan melarang anak namun kita sendiri yang
melaksanakan larangan itu.

Tujuh tahun ketiga yaitu umur 14 tahun sampai 21 tahun. Pada tahap terakhir ini, kata Ali
r.a ajarkan pada anak agama dengan mengajaknya musyawarah. Bermusyawarah dalam
hal ini yaitu ajak serta anak bermusyawarah dalam membicarakan masalah agama
mempersilahkan anak mengeluarkan pendapatnya mengenai pandangannya terhapad
islam, dan sebagai orang tua, luruskanlah pemikiran anak itu jika ada kekeliruan dengan
menghadirkan landasan-landasan yang benar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Janganlah langsung mengatakan pada anak bahwa pemikirannya itu salah, tetapi ajaklah
bermusyawah dengan menjelaskan sesuai apa yang diajarkan oleh Allah SWT.

Jawaban Nomor 4

Pembagian jenis guru ke dalam 4 kategori ini pertama kali dicanangkan oleh William Arthur Ward,
salah satu pakar dan praktisi dunia pendidikan yang terkemuka. Dengan quote nya yang sangat
terkenal, yaitu

“The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The
great teacher inspires” – William Arthur Ward

Perlu diakui, selama ini sekolah-sekolah telah terjebak dalam materialisme kurikulum pendidikan.
Kebanyakan guru hanya berorientasi pada aspek kognitif dari proses belajar mengajar. Guru hanya
sebagai agen pendidikan yang bertugas meyuapi pengetahuan pada anak-anak, tanpa berpikir
potensi apa saja kah yang terdapat pada anak didiknya. Anak-anak terbatas pada sistem yang
mengekang mereka. Mereka tidak bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensinya karena
terperangkap oleh orientasi kognitif. Menurut saya, hal ini turut menjadi salah satu faktor utama
yang membuat siswa mencari kegiatan negative di luar sekolah. Mereka telah merasa jenuh dan
bosan hanya duduk mendengarkan dan membaca buku.

Jika kita melihat dari sisi guru, masalah utama bagi guru dalam dunia pendidikan bukan lagi
tertumpu pada kesejahteraan guru. Dulu, memang perlu diakui bahwa pendapatan seorang guru
yang relatif kecil bisa menjadi serangan psikologis bagi profesi seorang guru. Walaupun bisa
dibilang saat ini masih ada banyak guru yang masih merasakan hal itu, namun kita perlu melihat
juga adanya tunjangan sertifikasi guru adalah upaya pemerintah menutup celah bobroknya sistem
pendidikan. Selain itu, dengan kemajuan tingkat teknologi yang semakin pesat, bisa dimanfaatkan
guru untuk mengasah kreatifitas mereka untuk menambah pundi-pundi. Akan tetapi, tunjangan
sertifikasi guru dan perkembangan teknologi nampaknya belum merubah guru menjadi good
teacher, superior teacher apalagi great teacher.

1. MEDIOCRE TEACHER (Tells). Pertama kali kita mendengar kata “medioker” saja
rasanya tingkatan kategori guru ini sangat rendah sekali. Inilah kategori guru yang sangat
menjengkelkan bagi sebagian besar siswa. Beberapa ciri yang paling menonjol dari guru
medioker adalah monoton, mata lebih banyak melihat buku dan membacanya, selalu duduk
atau berdiri di depan ruang kelas, pendapat yang mereka keluarkan bersifat absolut dan
masih banyak lagi.

Dari beberapa pelatihan yang saya pernah lakukakan, mayoritas perilaku guru saat
mengajar masih dalam tahap ini. Guru medioker ini terkesan pergi ke sekolah hanya untuk
menggugurkan kewajibannya sebagai seorang guru. Bayangkan saja selama 2 x 45 menit
jam belajar, siswa hanya mendengar suara guru dan pemandangan kelas yang sangat amat
monoton. Saya selalu katakan disetiap pelatihan yang saya berikan, “bagi anda yang
merasa masih pada tahap ini, segeralah berhenti menjadi seorang guru, atau cepat bergegas
untuk berubah!”.Lalu dijaman yang serba modern ini, apakah perilaku mereka berubah?
Jawabannya bisa “iya” dan bisa “tidak”. Jujur saja, salah satu contohnya, saya masih
banyak melihat guru yang telah menggunakan media belajar Microsoft Power Point namun
apa yang ditampilkannya hanya berupa teks yang panjang seperti buku dan dibaca ulang.
Guru medioker pun biasanya susah menerima hal baru dan sulit untuk menerima kritik.
Mereka berpendapat apa yang mereka lakukan sudah benar dan menutup diri mereka untuk
berkembang. Guru pada tahap ini mempunyai dampak yang meluas dan cenderung negatif.
Guru seperti ini hampir tidak disenangi oleh seluruh siswa karena cara mengajarnya, guru
juga kemungkinan dikomplain oleh orang tua siswa, bahkan mungkin sampai kearah
penurunan rasa hormat siswa kepada guru. Ketika potensi siswa tidak mampu dimunculkan
oleh guru, maka dapat melahirkan siswa yang bosan untuk belajar di sekolah dan lebih
senang menghabiskan waktu untuk melakukan tindakan-tindakan negatif.
2. GOOD TEACHER (Explains). Good teacher, merupakan kategori dimana guru satu
langkah lebih baik dibanding guru medioker. Guru pada tahap ini selain mampu
berceramah berdasarkan buku, mereka juga bisa menjelaskan materi dengan analisa yang
baik dari latar belakang ilmu yang dimilikinya. Selain itu, gaya mengajarnya juga masih
bersifat teacher center . Nah, teacher center ,kondisi dimana kesan diskriminasi terhadap
pendapat siswa terjadi di dalam ruang kelas.Ada sedikit anekdot yang mungkin bisa
menggambarkan seperti apakah kondisi teacher center tersebut, “Pasal 1 : Guru selalu
benar, Pasal 2 : Jika guru salah, kembali pada pasal 1. Cukup menggelitik namun cukup
masuk diakal untuk menggambarkan bagaimana kondisi teacher center itu. Menurut Pakar
NLP Anthony Robbins, “tragedi terbesar dalam dunia pendidikan adalah, sebagian besar
guru kita memahami mata pelajaran, namun tidak memahami murid-murid mereka”. Bila
guru hanya mampu menerangkan dan terampil daam men-transfer pengetahuan, maka
suatu saat guru pada tahap ini dapat digantikan dengan media teknologi modern. Saya
selalu beranggapan bahwa cara mengajar guru pada tahap ini bak memasukan cairan
apapun ke dalam gelas, yang belum tentu gelas itu mampu menampung cairan tersebut.
3. SUPERIOR TEACHER (Demonstrates). Kebalikan dari good teacher yang teacher
centered , superior teacher telah membuat suasana kelas menjadi lebih interaktif dan
kreatif. Tidak ada lagi yang namanya diskriminasi pendapat dari para peserta didik, semua
siswa berhak menyatakan pendapat, sanggahan, kritik dan saran baik kepada materi, guru
mapun siswa lain. Guru yang superior malakukan cara atau mendemonstrasikan dengan
dasar materi pembelajaran kepada siswa.

Guru pada jenis ini sudah jauh lebih baik dibanding 2 jenis sebelumnya. Dalam proses
pembelajaran guru superior selalu membawa alat-alat pembelajaran untuk disajikan kepada
siswa. Alat-alat demonstrasi pada jaman sekarang sangat penting sekali keberadaannya,
baik itu yang bersifat teknologi ataupun konvensional (sederhana). Siswa pun lebih mampu
mengingat jika materi-materinya diwakili oleh suatu peragaan yang unik, sehingga siswa
tidak hanya mampu menyebutkan materinya tapi juga sudah mampu mengetahui seperti
apa bentuk secara visual materi yang mereka pelajari. Selain itu, guru superior juga sudah
menggunakan active learning yang dimaksudkan bahwa saat proses pembelajaran harus
menciptakan peran serta anak didik seluas-luasnya. Misalnya keberanian untuk
mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang
mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Pola pembelajaran seperti inilah sebuah
perubahan paradigma lama yang didominasi guru (teacher centered) menjadi student
centered yang memprioritaskan peserta didik untuk berperan penuh dalam proses belajar
mengajar.

4. GREAT TEACHER (Inspires). Jenis guru ini lah yang sangat dibutuhkan bangsa ini
maupun dibelahan dunia manapun. Jenis guru yang selalu diharapkan oleh semua peserta
didik. Guru yang mempunyai x-factor dalam setiap proses pembelajarannya, guru yang
menjadikan pekerjaannya adalah ibadah, dan guru yang merasa berdosa jika tidak bisa
menginspirasi peserta didiknya. Great Teacher mampu menentukan dan menemukan arah
dan masa depan peserta didik yang dampaknya otomatis guru itu akan menjadi teladan
siswa dalam menjalani kehidupannya baik di sekolah, rumah, lingkungan, dan masa
depannya kelak. Untuk itu, kehadiran great teacher sangatlah penting untuk melahirkan
siswa yang berkarakter mulia.

Guru terbaik (great teacher) adalah guru yang mampu menemukan dan melejitkan potensi anak
didiknya sehingga potensi anak didik tersebut bisa menjadi profesinya dikemudian hari.
Setidaknya, untuk menjadi guru terbaik diperlukan tiga hal penting yang harus dipersiapkan guru,
yaitu: 1. Motivasi, 2. Pengetahuan dan 3. Keterampilan.

Terdapa di kategori apa kah kita? Mau kah kita upgrade diri kita?

Jawaban Nomor 5

• Aspek intelektual: adalah aspek yang berkaitan dengan kecerdasan peserta didik,
kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan bernalar atau berpikir. Maksud dari
mengasah kecerdasan adalah kita harus mengasah kemampuan berfikir artinya kita harus
terus belajar selagi ada waktu dan kesempatan jangan berhenti untuk belajar dalam hal
apapun kita sebagai manusia harus senantiasa menuntut ilmu tiada jemu agar kecerdasan
intelektual kita semakin berkembang.
• Kecerdasan personal adalah kecerdasan pribadi, atau biasanya dikenal dengan
kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Apa perbedaan keduanya? Kecerdasan
intrapersonal merupakan kemampuan untuk merefleksi diri sendiri. Sebaliknya,
kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami orang lain.

Maksud dari memupuk kecerdasan personal adalah kita harus memupuk kemampuan kita
dalam hal merefleksi diri, mengetahui sejauh mana kekurangan dan kelebihan kita dalam
segala hal agar kita dapat memperbaiki diri. Memupuk Kemampuan dalam memahami
orang lain juga penting agar kita dapat mengetahui setiap karakter masing-masing anak
ataupun orang yang kita hadapi dalam keseharian kita

• Aspek sosial: aspek ini berkaitan dengan kecakapan seseorang dalam menjalin interaksi
dengan sesama manusia dan menjadi bagian dari masyarakat.

Maksud dari merawat kecerdasan sosial adalah sebagaimana kita telah berinteraksi dengan
sesama manusia hubungan atau apa yang sudah terjalin antara sesama manusia hendaknya
harus kita jaga dan rawat agar kehidupan sosial kita dengan sesama manusia tetap terjaga
dan tetap harmonis.

• Aspek spiritual: aspek ini berkaitan dengan aspek ketuhanan, suasana batin seseorang,
kecerdasan jiwa yang mempengaruhi sikap seseorang. Kecerdasan spritual ialah
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui
langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya.

Sangat penting bagi kita menjaga nyala kecerdasan spiritual, karena apabila kita tidak
menjaga nyala kecerdasan spiritual maka kita akan kehilangan arah dan tuntunan hidup.
Menjaga perilaku kita, menjaga ibadah kita serta segala hal yang bersifat ketuhanan
merupakan hal yang sangat penting dan harus kita lakukan agar kita menjadi manusia yang
seutuhnya yang lebih baik.
Jawaban Nomor 6

Strategi yang dapat dilaksanakan, di antaranya


1. Memanfaatkan ruang publik untuk aspek budaya, misalnya kita dapat menerapkan
permainan kepada anak mengenai berbagai macam “kaulinan urang sunda” di lingkungan
sekolah yang dapat dipadukan dengan kakawihan atau lagu-lagu sunda karna “kaulinan
urang sunda” biasanya diiringi dengan lagu-lagu atau kakawihan.
2. Penerapan budaya sunda dalam penyelenggaraan pendidikan,
Dibeberapa sekolah ada Kepala sekolah yang menerapkan kepada anak didiknya untuk
menyanyikan pupuh atau kakawihan setiap satu minggu sekali sebelum masuk ke kelas
untuk memulai pelajaran semua anak mulai dari kelas bawah sanapi kelas atas
dikumpulkan dilapangan dan menyanyikan pupuh atau kakawihan .
3. Penggunaan adat sunda (nyunda)
Di sekolah-sekolah di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bandung beberapa sekolah
mengharuskan anak-anak setiap satu minggu sekali untuk memakai pakaian adat pangsi
untuk murid laki-laki dan kabaya untuk murid perempuan yang dipaiak setiap hari Kamis.
Menurut saya hal itu merupakan strategi yang baik agar anak mengetahui pakaian adat
sunda.
DAFTAR PUSTAKA

Finaka, W. Andrean. (2018). Kegiatan Kegiatan Pendidikan Karakter. Diunduh 05 Mei 2023 dari
https://indonesiabaik.id/infografis/kegiatan-kegiatan-pendidikan-karakter

Lafendry, Ferdinal. (2016). 4 Kategori Guru. Diunduh 05 Mei 2023 dari


http://pelatihguruterbaik.com/396-2/

Rukiyati, dkk. (2018). Mengenal Filsafat Pendidikan. Diunduh 05 Mei 2023 dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131763780/pendidikan/bpk-mengenal-filsafat-
pendidikan.pdf

Sabariah, (2017). Konsep Dasar Pengajaran Agaman Anak Usia Dini. Diunduh 05 Mei 2023 dari
https://www.kompasiana.com/sabariah209/58b28e24b79373b80605b0f9/konsep-dasar-
pengajaran-agama-anak-usia-dini?page=3&page_images=1

Varlord. (2023). Diunduh 05 Mei 2023 dari https://brainly.co.id/tugas/17668891

Anda mungkin juga menyukai