Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN IPS

DI KELAS V MI MIFTAHUL ULUM UJUNGWATU DONOROJO JEPARA

Pak Ihsan adalah guru kelas V MI Miftahul Ulum di daerah pelosok desa di kecamatan
paling ujung kota Jepara. Adapun jumlah siswa kelas V yaitu 24 siswa.
Suatu hari dalam pelajaran IPS, salah satu topik yang akan disampaikan adalah hutan homogen
dan hutan heterogen. Seperti biasa ketika masuk kelas Pak Ihsan mengucapkan salam yang
disambut dengan salam serempak penuh semangat oleh anak-anak. kemudian Pak Ihsan meminta
anak-anak mengeluarkan modul IPS dan selanjutnya Pak Ihsan memulai pelajaran dengan
menuliskan pokok bahasan Sumber Daya Alam, dengan topik/subtopik hutan heterogen dan
hutan homogen. Setelah itu terjadi peristiwa seperti berikut.
Pak Ihsan: "anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang hutan homogen dan heterogen,
siapa yang tahu apa itu hutan homogen dan hutan heterogen."
Anak-anak terdiam, tidak ada yang menjawab, sebagian dari mereka ada yang menjawab
dalam bahasa daerah, tetapi jawaban tersebut diajukan kepada temannya bukan kepada guru,
setelah itu terdengar suara cekikikan.
Pak Ihsan: "kalau anak-anak tidak tahu, perhatikan ke papan tulis."
Pak Ihsan menuliskan definisi atau pengertian hutan homogen dan hutan heterogen di papan
tulis, kemudian meminta salah seorang siswa membacanya. Anak yang ditunjuk, membaca
dengan terbata-bata dan ucapannya tidak begitu jelas. Pak Ihsan kemudian meminta anak-anak
mencatat definisi tersebut dan menghafalkannya. Lima menit kemudian Pak Ihsan menghapus
tulisan di papan tulis dan meminta anak-anak secara bergiliran  menyebutkan apa yang dimaksud
dengan hutan homogen dan hutan heterogen. Ternyata hanya ada 7 anak yang mampu
menyebutkan definisi itu dengan benar, bahkan mengucapkan kata homogen dan heterogenpun
masih susah. Pak Ihsan berusaha menahan amarahnya, dan meminta anak-anak membaca
berulang-ulang catatan mereka, sehingga pada pelajaran yang akan datang anak-anak sudah hafal
definisi tersebut. Pembelajaranpun dilanjutkan dengan meminta anak-anak secara bergilir
membaca manfaat hutan dari modul pelajaran IPS sampai waktu istirahat tiba.
Alternatif Pemecahan Masalah :
1. Tiga penyebab anak-anak tidak dapat menhafal definisi hutan homogen dan hutan heterogen.
a. Karena lemahnya penguasaan anak terhadap Bahasa Indonesia.
b. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam penemuan informasi (dalam hal ini definisi)
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami gagasan dan informasi yang baru.
c. Dalam proses pembelajaran, guru kurang memperhatikan aspek perkembangan kognitif
siswa.
2. Tiga upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran IPS lebih bermakna, berikut alasannya:
a. Memilih pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi
yang diajarkan serta situasi dan kondisi saat ini. Materi tertentu memerlukan pendekatan
yang tertentu pula, karena pendekatan merupakan bagian integral dari proses pencapaian
tujuan. Untuk kasus diatas pendekatan yang paling cocok adalah pendekatan lingkungan,
karena situasi saat itu dan kondisi lingkungan sekolah sangat kondusif untuk dijadikan
sumber dan alat bantu belajar.
b. Model pembelajaran yang diambil harus sesuai dengan karakteristik siswa SD. Menurut
Robert J. Havighurt, anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau melaksanakan dan
meragakan sesutu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru
harus mampu merencanakan model pembelajaran yang memungkinkan adanya : Unsur
permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam kelompok dan
anak terlibat aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi. 
c. Pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
Menurut Piaget, anak SD/MI berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada
anak usia ini, pembelajaran akan mudah dipahami jika dikemas secara konkret (dapat
dilihat dan diraba). Jika pembelajaran yang dilakukan mampu menghubungkan  persepsi
awal siswa dengan informasi baru yang akan dipelajari. Menurut David Ausubel
pembelajaran akan bermakna jika peserta didik mampu menghubungkan informasi atau
materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam
struktur kognitifnya.
3. Rencana Perbaikan Pembelajaran
a. Identifikasi Masalah
Masalah yang teridentifikasi pada kasusu diatas adalah:
1) Respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru sangat rendah.
2) Siswa sulit menghafal definisi atau memahami konsep yang diajarkan.
3) Kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Indonesia Rendah.

b. Analisis Masalah
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap pembelajaran yang dilakukan Ibu Subari,
diduga yang menjadi faktor penyebab sehingga muncul masalah diatas adalah:
1) Guru kurang menguasai kompetensi keterampilan bertanya, akibatnya guru tidak
mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif sehingga ia
terpaksa menjawab pertanyaannya sendiri.
2) Model pembelajaran yang dilakukan guru kurang memperhatikan aspek
perkembangan kognitif dan karakteristik siswa.
3) Guru tidak mampu melibatkan siswa secara katif dalam proses penemian konsep
(definisi)
4) Guru tidak mampu memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.
5) Guru kurang mampu menciptakan situasi belajar yang dapat mendorong
berkembangnya kemampuan berbahasa.

c. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis diatas, masalah yang menjadi fokus perbaikan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bentuk pertanyaan bagaimana yang dapat mendorong siswa untuk merespon
pertanyaan yang diajukkan guru.
2. Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat membantu siswa mempermudah
menghafal dan memahami definisi atau konsep yang dipelajari.
3. Proses pembelajaran yang bagaimana dapat membantu menumbuhkembangkan
kemampuan berbahasa siswa.
d. Tujuan Perbaikan
1) Siswa mampu merespon setiap pertanyaan yang diajukkan guru
2) Siswa mampu menghafal definisi atau memahami konsep yang diajarkan
3) Kemampuan berbahasa siswa bertambah/meningkat

e. Langkah Perbaikan
Pendekatan yang digunakan : Pendekatan lingkungan
Metode yang digunakan : Ceramah, observasi, tanya jawab dan diskusi

1) Sebelum Pembelajaran 
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus sudah menyiapkan lembar kerja yang
berisi beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir logis,
sistematis dan kritis, diantaranya:
a) Apa persamaan dan perbedaan antara hutan pinus yang ada di sebelah utara
sekolah kita dengan hutan belantara yang ada di sebelah barat sekolah kita.
b) Dari ciri-ciri yang kalian temukan dari kedua jenis hutan tersebut manakah yang
merupakan hutan homogen dan manakah yang merupakan hutan heterogen.
c) Selanjutnya coba kalian definisikan apa yang dimaksud dengan hutan homogen
dan hutan heterogen.

2) Kegiatan Awal
a) Menyampaikan salam dan menanyakan keadaan siswa
b) Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
(1) Bagaimana cara anak-anak pergi ke sekolah?
(2) Sumber daya alam apa yang diperlukan oleh mobil agar bisa berjalan?
(3) Coba sebutkan jenis-jenis sumber daya alam yang kita bahas minggu lalu?
(4) Siapa yang pernah melihat hutan? Apa saja yang ada di hutan?
(5) menyampaikan tujuan dan alternatif pembelajaran yang akan ditempuh
3) Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, dan kepada masing-masing
kelompok diberikan lembar kerja yang berisi pertanyaan diatas
b) Guru memberikan penjelasan sikap tentang tugas yang akan diselesaikan melalui
mekanisme kerja kelompok.
c) Selanjutnya guru membimbing siswa keluar kelas menuju lokasi yang telah
ditentukan. Sejalan dengan ini guru bisa mengajak siswa sambil menyanyikan
lagu misalnya "Naik-naik ke puncak gunung" Karena setiap pertanyaan harus
dijawab melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berfikir kreatif,
siswa dibimbing untuk mengamati peristiwa yang terjadi,mencari keterangan
menganilis data, mensintesis dan membuat kesimpulan. Mengajar adalah
membina siswa bagaimana belajar, berfikir, dan bagaimana mencari informasi
sehingga pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
dapat menciptakan suasana belajar secara aktif dan kreatif serta mengembangkan
kemampuan berfikir. Jadi posisi guru berada diantara siswa dengan sumber belajar
dan berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk ini:
d) Bawalah siswa ke lokasi yang memungkinkan mereka dapat mengamati kedua
jenis hutan tersebut (dalam hal ini tidak perlu mengajak mereka ke dalam hutan)
e) Masing-masing kelompok dibimbing untuk mengamati dan mencari jawaban dari
pertanyaan yang diajukan guru dalam LKS:
(1) Siswa diajak untuk memperhatikan kedua jenis hutan tersebut
(2) Beberapa siswa diminta untuk menyebutkan apa yang dilihatnya
(3) Guru memperkenalkan istilah homogen dan heterogen, bahwa hutan pinus
merupakan  hutan homogen dan hutan belantara merupakan hutan heterogen.
(4) Dalam kelompoknya siswa diminta menyimpulkan apa yang disebut hutan
homogen dan hutan heterogen.
f) Siswa kembali ke dalam kelas, dan masing-masing kelompok diberi kesempatan
untuk melaporkan hasil pengamatan (merupakan salah satu cara untuk memupuk
kemampuan berbahasa siswa). Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk
menyanggah atau bertanya (untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa)
g) Guru memajang gambar hutan lebat, hutan yang mulai gundul, dan gambar orang
yang sedang menebang kayu di hutan.
h) Siswa diminta mengawasi gambar dan menceritakan apa yang dilihat pada
gambar.
i) Berdasarkan pada jawaban siswa, guru menjelaskan manfaat hutan bagi
kehidupan. Siswa dilibatkan penuh melalui tanya jawab, sehingga guru hanya
memantapkan jawaban siswa.

4) Penutup
a) Melalui tanya jawab, guru mengajak siswa merangkum jenis dan manfaat hutan
bagi kehidupan.
b) Guru memberikan latihan tertulis, dengan menuliskan pertanyaan di papan tulis.
Siswa menjawab di buku latihan.
c) Siswa memeriksa latihan secara silang, setelah secara bersama-sama menentukan
jawaban yang benar.
d) Melakukan umpan balik dan tindak lanjut.

f. Alasan mengapa langkah perbaikan dibuat seperti itu:


1. Pembelajaran sesuai dengan perkembangan kognitif anak SD. Menurut Piaget, anak
SD pada umumnya berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Mereka
akan lebih cepat menyerap informasi jika informasi dikemas secara konkret.
2. Pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. Menurut Robert J. Havighurt,
anak SD memiliki 4 karakteristik yaitu senang bermain, bergerak, belajar dan bekerja
dalam kelompok dan senang melaksanakan atau melakukan atau memeragakan
susuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implementasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di
dalamnya, anak berpindah dan bergerak, anak bekerja dalam kelompok dan terlibat
langsung dalam pembelajaran.
3. Sesuai dengan teori belajar dari David Ausubel. Pembelajaran akan bermakna jika
peserta didik mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan
konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya.

Anda mungkin juga menyukai