Anda di halaman 1dari 6

Ideologi negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas.

Ideologi negara
merupakan konsensus (mayoritas) warga negara tentang nilai-nilai dasar negara yang ingin
diwujudkan melalui kehidupan negara itu. Nilai-nilai dasar tersebut disepakati sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Nilai-nilai dasar tersebut berisi seperangkat
gagasan mengenai kebaikan bersama (public good) atau gambaran tentang masyarakat dan
negara yang paling baik. Karena terkait dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang
tidak lain adalah kehidupan politik, ideologi negara sering juga disebut sebagai ideologi politik.

Sebuah ideologi politik dapat bertahan dalam menghadapi perubahan di masyarakat, tetapi bisa
pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal itu tergantung pada daya tahan ideologi
tersebut. Untuk mempertahakan ideologi maka ideologi tersebut harus mempunyai tiga dimensi,
yaitu
         Mencerminkan realita yang hidup dalam masyarakat dimana ia muncul untuk pertama kalinya,
paling kurang realita pada saat awal kelahirannya.
         Kadar atau kualitas idealisme yang terkandung dalam ideologi atau nilai dasarnya. Kualitas ini
menentukan kemampuan ideologi dalam memberikan harapan ke dalam berbagai kelompok atau
golongan yang ada dalam masyarakat.
         Kemampuan ideologi dalam mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuha
atau perkembangan masyarakat. Mempengaruhi berarti ikut mewarnai proses perkembangan.
Sedangkan menyesuaikan diri berarti bahwa masyarakat berhasil menemukan tafsiran terhadap
nilai dasar yang terdapat di ideoogi tersebut dengan realita yang muncul.

Sebuah ideologi juga akan mendasari segala sistem peraturan yang ada dalam suatu negara,
termasuklah sistem perekonomian suatu negara. Ideologi akan mempengaruhi corak, cara dan
proses dalam tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Terkadang perbedaan ideologi
juga akan menyebabkan pertentangan. Kekuatan Ideologi tergantung pemahaman penganutnya
mengenai ideologi itu sendiri, sehingga menjadi panduan kehidupan bagi mereka. Nah berikut ini
beberapa macam jenis ideologi dari sekian banyak jumlahnya.

Ideologi Kapitalis
adalah suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik perorangan atau milik sekelompok kecil
masyarakat sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Bapak ideologi kapitalisme adalah
Adam Smith dengan teorinya The Wealth of Nations yaitu kemakmuran  bangsa-bangsa akan
tercapai melalui ekonomi persaingan bebas, artinya ekonomi yang  bebas dari campur tangan
negara. Kepemilikan kapital perorangan atau kepemilikan kapital oleh sekelompok kecil
masyarakat adalah dewa di atas segala dewa, artinya semua yang ada di dunia ini harus dijadikan
kapital perorangan atau kelompok kecil orang untuk memperoleh keuntungan melalui sistem
kerja upahan, di mana kaum pekerja (buruh) sebagai produsen diperas, ditindas, dan dihisap oleh
kaum kapitalis. Kapitalis erat kaintannya dengan kaum Borjuis, kaum bangsawan atau pemilik
modal yang hidup dengan penuh kemewahaan.

Masyarakat Eropa pada saat itu secara garis besar terbagi atas dua, yakni kaum aristokrat dan
para petani. Kaum aristokrat diperkenankan untuk memiliki tanah, golongan feodal ini pula yang
menguasai proses politik dan ekonomi, sedangkan para petani berkedudukan sebagai penggarap
tanah yang dimiliki oleh patronnya, yang harus membayar pajak dan menyumbangkan tenaga
bagi sang patron.
Bahkan di beberapa tempat di Eropa, para petani tidak diperkenankan pindah ke tempat lain yang
dikehendaki tanpa persetujuan sang patron (bangsawan). Akibatnya, mereka tidak lebih sebagai
milik pribadi sang patron. Sebaliknya, kesejahteraan para penggarap itu seharusnya ditanggung
oleh sang patron. Industri dikelola dalam bentuk gilde-gilde yang mengatur secara ketat,
bagaimana suatu barang diproduksi, berapa jumlah dan distribusinya. Kegiatan itu dimonopoli
oleh kaum aristokrat. Maksudnya, pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak-hak istimewa
gereja, peranan politik raja dan kaum bangsawan, dan kekuasaan gilde-gilde dalam ekonomi
merupakan bentuk-bentuk dominasi yang melembaga atas individu.
Ideologi Komunis
Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana paham kapitalis
berakar kepada mengutamakan kepentingan individu pemilik modal dan
mengesampingkan buruh. Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme.
Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi
ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme". Dalam
komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika secara
ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar, namun
pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai
membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa
berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi "tumpul"
dan tidak lagi diminati.

Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan,


dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan
dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat
membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme.
Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama
dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran
yang rasional dan nyata. Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat
meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme
diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara
yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.

Ideologi Liberalis
Liberalisme sebagai suatu ideologi pragmatis muncul pada abad pertengahan di kalangan
masyarakat Eropa sebagai pengganti sistem Kapitalis di Eropa. Dalam konteks perkembangan
masyarakat itu muncul industri dan perdagangan dalam skala besar, setelah ditemukan beberapa
teknologi baru. Untuk mengelola industri dan perdagangan dalam skala besar-besaran ini jelas
diperlukan buruh yang bebas dan dalam jumlah yang banyak, ruang gerak yang leluasa,
mobilitas yang tinggi dan kebebasan berkreasi. Kebutuhan-kebutuhan baru itu terbentur pada
aturan-aturan yang diberlakukan secara melembaga oleh golongan feodal. Dengan banyak aturan
membuat usaha-usaha yang ada hampir bangkrut, di tambah munculnya sistem komunis baru
yang lebih kuat. Akhirnya mau tidak mau, para eknomom memutuskan mencari paham baru
yang hampir sama tapi lebih merkayat. Akhirnya muncullah liberalisme sebagai jalan keluar.

Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh
golongan intelektual yang digerakkan oleh keresahan ilmiah dan artistik umum pada zaman itu.
Keresahan intelektual tersebut disambut oleh golongan pedagang dan industri, bahkan hal itu
digunakan untuk membenarkan tuntutan politik yang membatasi kekuasaan bangsawan, gereja
dan gilde-gilde.

Kemudian Ideologi kapitalisme diperbaharui dan dikembangkan  oleh Keynes dengan teorinya
Campur Tangan Negara dalam Ekonomi khususnya dalam menciptakan kesempatan kerja,
menetapkan tingkat suku bunga, tabungan, dan investasi,  W.W. Rostow dengan teorinya The
Five Stage Scheme, Harrod-Domar dengan teorinya Tabungan dan Investasi, Mc Clelland
dengan teorinya The Need for Achievement, Reagan dan Tacher dengan teorinya Neo-
Liberalisme atau Globalisasi Pasar Bebas atau teori Kedalualatan Pasar Bebas. Pelaksanaan
teori-teori tersebut di atas didukung oleh IMF (international Monetary Fund), World Bank, dan
para konglomerat internasional.

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama atau ideologi liberalisme adalah
sebuah ideologi yang mengutamakan kepentingan individu dan mengenyampingkan kepentingan
negara. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan
yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu.

Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberal adalah yang memungkinkan
individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya. Dalam masyarakat
yang baik, semua individu harus dapat mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini
mengharuskan para individu untuk bertanggung jawab pada segala tindakannya baik itu
merupakan sesuatu untuknya atau seseorang. Seseorang yang bertindak atas tanggung jawab
sendiri dapat mengembangkan kemampuan bertindak. Menurut asumsi liberalisme inilah, John
Stuart Mill mengajukan argumen yang lebih mendukung pemerintahan berdasarkan demokrasi
liberal. Dia mengemukakan tujuan utama politik ialah mendorong setiap anggota masyarakat
untuk bertanggung jawab dan menjadi dewasa. Hal ini hanya dapat terjadi manakalah mereka
ikut serta dalam pembuatan keputusan yang menyangkut hidup mereka. Oleh karena itu,
walaupun seorang raja yang bijaksana dan baik hati, mungkin dapat membuat putusan yang lebih
baik atas nama rakyat dari pada rakyat itu sendiri, bagaimana pun juga demokrasi jauh lebih baik
karena dalam demokrasi rakyat membuat sendiri keputusan bagi diri mereka, terlepas dari baik
buruknya keputusan tersebut.

Ideologi Sosialis
Sosialisme ialah suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik bersama seluruh masyarakat
atau milik negara sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Ideologi ini adalah
pengembangan dari ideologi Komunis. Kepemilikan bersama kapital atau kepemilikan kapital
oleh negara adalah dewa di atas segala dewa, artinya semua yang ada di dunia ini harus dijadikan
capital bersama seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui sistem kerja
sama, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama, dan distribusi hasil kerja berdasar
prestasi kerja yang telah diberikan. Ideologi sosialisme hakikatnya adalah menelanjangi
keserakahan kapitalisme. Bapak ideologi   sosialisme adalah Karl Marx dengan teorinya
Materialisme, Dialektika dan Materialisme Historis, dan Das Kapital. Kemudian ideologi
sosialisme dikembangkan oleh Althusser dengan teorinya Strukturalisme, Antoni Gramsci
dengan teorinya Hegemoni, Samir Amin dan Adr Gunder Frank dengan teorinya
Ketergantungan, Max, Hokreimer, Hebert Marcuse, Theodor W. Adorno dengan teori kritisnya
yang ingin membebaskan manusia dari belenggu penindasan dan penghisapan, tetapi anti
dogmatisme yang artinya Marxisme tidak boleh dijadikan dogma (keyakinan membuta).

Ideologi Fasis
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan
kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga
otoriter sangat kentara. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa
Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya
ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini
merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah. Pada abad ke-20, fasisme muncul
di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham
yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme
berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi
bahkan rasialisme dan rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai
mereka membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah.

Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia
menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya
rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara seperti Yunani,
Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh
kekerasan. Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar
ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu—di mana
kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi hukum—mengirimkan
gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan milisi fasis mereka, yang
melumpuhkan rakyat dengan rasa takut. Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam
hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni,
struktur pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi
rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan salah satu
malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta orang.

Ideologi Nazi
Nazisme, Naziisme, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus),
merujuk pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman,
Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah
kepemimpinan Adolf Hitler. Kata ini juga merujuk pada kebijakan yang dianut oleh
pemerintahan Jerman pada tahun 1933—1945, sebuah periode yang kemudian dikenal
sebagai Jerman Nazi atau Reich Ketiga. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrim
kanan dan rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani). Partai
yang semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP) ini didirikan pada tanggal 5 Januari 1919
oleh Anton Drexler. Hitler kemudian bergabung dengan partai kecil ini pada bulan September
1919, dan menjadi pemimpin propaganda, mengubah nama partai itu (1 April 1920), dan menjadi
pemimpin partai pada tanggal 29 Juli 1921. Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan
sebuah kombinasi dari berbagai ideologi dan kelompok yang memiliki kesamaan pendapat
tentang penentangan Perjanjian Versailes dan kebencian terhadap Yahudi dan Komunis yang
dipercaya berada di balik perjanjian tersebut.
Post Modernisme dan Post Marxisme
Kedua ideologi ini lahir karena kontradiksi antara kapitalisme dan sosialisme yang makin
menajam. Mereka mencari jalan keluar, pemikir kapitalis mencari jalan keluar berupa Post
Modernisme sedangkan pemikir sosialis mencari jalan keluar berupa  Post Marxisme. Kedua
ideologi ini hakikatnya adalah revisionisme, mengaburkan paham kapitalisme dan sosialisme.

Post Modernisme ialah ideologi tentang hak untuk berbeda (The Right of Different) yang
menolak penyelamatan manusia dari penghisapan manusia atas manusia yang dikumandangkan
oleh ideologi sosialisme, dan menolak hegemoni dan dominasi kapital terhadap kehidupan
manusia. Hakikatnya post modernisme menolak ideologi kanan (kapitalisme) dan ideologi kiri
(sosialisme). Menurut George Ritzer (jurnal The American Sosilogist No 10, 1975 yang dikutip
oleh Widodo Dwi Putro, Kompas, 23 September 2002), konfik kanan-kiri yang menang adalah
kanan (kapitalisme) karena kapitalisme mempunyai kekuatan kapital dan kekuasaan politik.
Kemenangan kapitalisme atas sosialisme dewasa ini (akhir abad 20) dikukuhkan oleh tesis
Francis Fukuyama dalam The End of History and The Last Man, yang menjelaskan bahwa
evolusi terakhir ideologi manusia adalah demokrasi liberal karena diterima diseluruh dunia dan
menerima kapitalisme sebagai cara produksi yang paling efektif, produktif, dan efisien.
Selanjutnya Fukuyama menjelaskan bahwa dewasa ini kekuasaan tertinggi manusia adalah
Konsumerisme karena ideologi inilah yang paling otoriter pada kehidupan manusia, dan ideologi
ini disebut The Late Capitalisme (kapitalisme akhir). Kesadaran manusia tidak lagi dipersatukan
oleh ideologi kapitalisme dan sosialisme tetapi oleh konsumerisme dan daya tarik gaya hidup
manusia tidak peduli pada ideology kapitalisme dan sosialisme tetapi tertarik pada gaya hidup.

Post Marxisme adalah ideologi kaum intelektual bekas kaum Marxist yang ingin memperbaiki
nasib rakyat jelata melalui program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintahan
bourjuis. Post-Marxisme berlawanan dengan Marxisme yaitu ideologi kaum buruh yang ingin
memperbaiki nasibnya melalui suatu revolusi sosial. Dua ideologi itu memiliki sejarah yang
berbeda. Ideologi Marxisme, lahir  dari kesadaran kaum buruh untuk mengubah nasibnya dari
penindasan dan penghisapan kaum kapitalis melalui revolusi sosial. Marxisme merupakan sejata
idiil kaum buruh, dan buruh menjadi senjata materiil Marxisme. Di atas kemenangan revolusi
sosial itu didirikan pemerintahan Demokrasi Rakyat kemudian berkembang menjadi Diktatur
Proletariat yang mempunyai tugas utama memperbaiki nasib kaum buruh dan kaum miskin
lainnya. Sedangkan ideologi Post-Marxisme, lahir dari bekas kaum Marxist yang mengkritik
beberapa point teori Marx antara lain teori revolusi dan teori Negara Diktatur  Proletariat. Di
samping itu post marxisme lahir dari kekosongan posisi sosial pada saat perjuangan kelas pekerja
(kaum kiri) mengalami kemunduran, dan lahir dari pengaruh kaum Neo-Liberalisme dengan tesis
globalisme, di mana kesejahteraan sosial harus diatur oleh “Kedaulatan Pasar Bebas”. Dalam
tesis globalisme, kapital, ilmu, teknologi, dan tenaga ahli adalah bebas mengarungi samudera dan
bebas menjelajah ke pelosok penjuru dunia untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Analisis konflik ideologi antara kapitalisme dan sosialisme merupakan keharusan sejarah.
Karena kapitalisme ingin mempertahankan pemilikan perorangan atas alat-alat produksi dan
ingin mempertahankan penghisapan manusia atas manusia melalui sistem kerja upahan di mana
besarnya upah ditentukan oleh pemilik kapital. Sedangkan sosialisme ingin membebaskan
manusia dari belenggu rantai penghisapan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa melalui
revolusi di mana alat-alat
produksi harus menjadi  milik bersama seluruh masyarakat, digunakan bersama, dan hasilnya
untuk memenuhi kepentingan hidup bersama di bawah pengaturan negara.
              
Baik post marxisme maupun post modernisme hanya sebagai buah pikiran berdasar
pikiran, bukan buah pikiran berdasar kondisi obyektif kehidupan sosial, akhirnya keduanya akan
ditelan dan hilang  oleh sejarah perkembangan masyarakat, karena hakikatnya sejarah adalah
sejarah konflik kepentingan kehidupan riil (kehidupan ekonomi) antara golongan penguasa
dengan golongan yang dikuasai, kemudian berkembang menjadi  konflik ideologi.

Ideologi Pancasila
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila
merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.
Kerena Pancasila merupakan ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan kesatuan
tersebut jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan. Ini
membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai suatu yang harus kita yakini karena
cocok bagi bangsa Indonesia.

Pengertian sifat dasar Pancasila sebagai ideologi negara diperoleh dari sifat dasarnya yang
pertama dan utama (pokok), yakni dasar negara yang dioperasionalkan secara individual maupun
sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita
kemerdekaan Indonesia: masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Untuk
mencapai cita-cita itulah Pancasila berperanan sebagai ideologi negara.

Sedemikian pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dijelaskan melalui
Ketetapan MPR No.XX/MPRS/1966 (dan berbagai penegasannya hingga kini) sebagai berikut:
“Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang terperinci yang mengandung
cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan yang memuat Pancasila
sebagai Dasar Negara merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, dan oleh sebab itu tidak dapat diubah oleh siapa pun juga, termasuk MPR hasil pemilihan
umum, yang berdasarkan pasal 3 UUD berwenang menetapkan dan mengubah UUD, karena
mengubah isi Pembukaan berarti pembubaran negara.”

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran sseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi  lain di dunia, namun Pancaasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat,
nilai kebudayaan serta religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk Negara. Dengan kata lain perkataan unsure – unsure yang merupakan
materi Pancasila tidak lain diangkat dari pandangaan hidup masyarakat Indonesia sendiri.
Sehingga bangsa ini merupakan kausa maaterialistis ( asal bahan ) Pancasila.

Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia, dengan pedoman Pancasila para pedahulu kita bisa
mempersatukan berbagai golongan dan kelompok. Secara simbolis memang pancasila adalah alat
pemersatu bangsa yang merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia,
dan berdasarkan sejarah Pancasila juga merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena
menjadikan bangsa Indonesia bersatu.

Anda mungkin juga menyukai