PERTEMUAN
ke 6 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NASIONAL
Deskripsi:
Meneruskan materi minggu yang lalu mengenai kedukan dan peran pancasila sebagai
dasar negara di bagia ini kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Nasional. Pancasilanya satu
tetapi memiliki kedudukan dan peranan sebagai dasar Negara dan ideologi nasional, serta filsafat
(pandangan hidup bangsa). Di bawah ini akan dibahas Pancasila sebagai ideologi nasional
mencakup pengertian ideology, berbagai Ideologi negara dan Pancasila sebagai ideologi.
Kompetensi :
Mahasiswa memahami Pancasila Sebagai Ideologi dan mampu menjelaskan perbedaan kedudukan dan peran pancasila sebagai
ideology nasional dengan Pancasila sebagai dasar Negara.
Pendahuluan
Istilah ideologi secara etimologis merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata
yaitu idea dan logia, berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos, yang berarti, gagasan, ide,
cita-cita buah pikiran yang mendalam, idaman dsb. Dengan demikian ideologi berarti hasil
pemikiran atau gagasan yang mendalam merupakan hasil pemikiran filsafati. Ideologi
merupakan suatu ajaran, doktrin, teori yang tersusun secara sistematis yang di dalamnya
terdapat gambaran tentang masyarakat yang dicita-citakan serta petunjuk cara
mewujudkanya. Antara filsafat (pandangan hidup), dasar negara dan ideologi itu terdapat
hubungan yang saling terkait, bahwa suatu pandangan hidup apabila telah dijadikan landasan
berfikir yang mendalam dan memberikan motivasi akan menjadi ideologi. Filsafat
( Pandangan hidup )bangsa lebih abstrak sifatnya sedangkan ideologi bangsa atau ideologi
nasional lebih konkrit yaitu dalam bentuk pedoman dalam kehidupan berbangsa sedangkan
dasar Negara itu hubungannya dengan hukum-hukum dan aturan dalam kehidupan Negara.
Destutt de Tracy (abad 18-19) pertama kali menggunakan istilah ideologi yang berarti
ilmu tentang gagasan. Sedangkan Karl Marx mengemukakan bahwa ideologi adalah
pandangan hidup (segala ajaran tentang masyarakat dan Negara) yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan golongan atau kelas tertentu dalam bidang politik atau sosial.
Sementara itu Heuken SJ (1988) dalam hubunganya dengan Negara ideologi diartikan
sebagai “Konsensus (Mayoritas)” warga Negara tentang nilai-nilai dasar Negara yang ingin
diwujudkan dengan mengadakan Negara mereka itu. Dengan kata lain ideologi adalah
konsensus tentang nilai-nilai dasar suatu masyarakat yang bernegara. Apabila hal ini
dikaitkan dengan Pancasila maka nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah
mengkristal sebagai pandangan hidup dan ideologi tersebut yang berfungsi sebagai
konsensus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dijalankan. Berikutnya
Terry Engleton (1991) dalam Tilaar (2003) mengatakan bahwa ideologi adalah suatu
pandangan dunia/ Weltanschauung yang berasal dari kebudayaan dan agama atau kombinasi
dari keduanya. Ideologi yang berkaitan dengan agama disebut syahadat, merupakan rumusan
dari agama tertentu yang sifatnya transenden karena berasal dari wahyu. Ideologi sebagai
ide-ide yang menuntun kehidupan dalam bermasyarakat (Guiding Principles). Terdapat
perbedaan antara ideologi dan syahadat, bila syahadat berasal dari wahyu, sedangkan
ideologi berdasarkan pikiran yang mendalam atau rasio dan perasaan manusia. Perlu
dipahami bahwa tidak semua rasio atau ide, gagasan, pemikiran yang mendalam bisa
dikatakan ideologi, karena untuk disebut ideology harus memenuhi unsur-unsur ideologi.
Amin Suyitno-Gultom RM (199 ) mengatakan bahwa ideologi adalah hasil pemikiran yang
sistematis, mendalam yang tumbuh dalam usaha manusia memahami dan menguasai situasi
sosial yang sedang berubah atau mau diubah dan menggambarkan situasi baru yang dicita-
citakan serta strategi untuk mencapainya. Bertolak dari pengertian ideologi diatas, kita dapat
memahami unsur-unsur pokok ideologi yaitu:
a. Idea, gagasan yang mendalam dan sistematis dapat digunakan untuk memahami
situasi sosial tertentu atau memberi gambaran kondisi masa lalu dan masa kini.
b. Memberi gambaran terhadap situasi masyarakat baru yang dicita-citakan atau
diidealkan yang mestinya lebih baik dibandingkan saat dulu dan kondisi sekarang.
c. Memberi langkah-langkah petunjuk pelaksanaan/strategi/cara untuk mewujudkan
masyarakat yang dicita-citakan atau diidam-idamkan tersebut.
Setiap bangsa dan Negara didunia ini hampir dapat dipastikan memiliki suatu
ideologi yang menjadi landasan untuk menilai dan sebagai acuan dalam menggambarkan
tujuan kehidupan yang dicita-citakan serta cara untuk mewujudkan cita-cita tersebut sesuai
dengan ideologi yang dianutnya.
Ideologi suatu bangsa, Negara senantiasa terkait erat dengan falsafah atau pandangan
hidup yang berakar dan bersumber dari nilai-nilai luhur yang dimiliki dan diyakini
kebenaranya oleh bangsa, Negara yang bersangkutan sehingga antar bangsa, Negara akan
memiliki ideologinya masing-masing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh dibawah
ini:
a. Negara barat yang memilki pandangan bahwa manusia sebagai makhluk individu.
Memiliki kebebasan yang mutlak maka melahirkan Ideologi Liberalisme, dimana
setiap orang bahkan setiap bangsa, Negara memiliki kebebasan yang sebebas-
bebasnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Hal ini berakibat adanya
penjajahan oleh bangsa barat terhadap bangsa Indonesia dan bangsa lainya. Bahkan
setelah PD I (1914-1918) hingga PD II (1939-1945) dan samapai saat ini kita
mengenal ideologi neo liberalisme yang memberikan penekanan pada kebebasan
individu dan persaingan bebas antar bangsa, Negara terutama pada bidang ekonomi
dan politik.
b. Sebagai dampak dari ideologi liberalis di Negara-negara barat (Eropa) yang
mengupayakan adanya pasar bebas dan perekonomian berkembang pesat maka
melahirkan ideologi baru yaitu kapitalisme yang bertujuan untuk meraih keuntungan
yang besar. Ideologi kapitalisme yang berkembang dengan pesatnya melahirkan
Negara-negara yang kaya dan kuat.
c. Negara-negara yang kuat dan kaya senantiasa untuk berupaya mengembangkan baik
kekuatanya dan kekayaannya dengan ekspansi ke wilayah Negara-negara lain, hal ini
melahirkan ideologi baru yaitu ideologi kolonialisme. Negara-negara barat saling
bersaing mencari wilayah baru guna memperoleh sumber kekayaan alam ataupun
tempat pemasaran produk dari Negara kolonial (penjajah) terhadap Negara jajahan.
Namun kini gaya kegiatan ideologi kolonial tidak lagi semata-mata penguasaan
terhadap fisik geografis tetapi dengan pola hubungan ketergantungan khususnya
dalam bidang ekonomi. Sebagai Negara yang kaya, berupa menguasai khususnya
bidang ekonomi dari berbagai Negara yang sedang berkembang dengan menanamkan
modal dan menguasai pasar global sehingga Negara tersebut senantiasa bergantung
terhadap Negara pemodal itu. Inilah wujud halus dari ideologi kolonialisme, apalagi
kalau sampai terjadi intervensi dalam bidang-bidang yang lain dengan dalih
kerjasama untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
d. Dampak dari praktek ideologi liberalisme, ideologi kapitalisme dan ideologi
kolonialisme ternyata tetap menimbulkan kesenjangan antara Negara kaya dengan
Negara miskin atau menimbulkan kelas masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
Sehubungan hal diatas maka lahirlah ideologi sosialisme yang merupakan jawaban
atas krisis sebagai akibat penerapan ideologi liberalis dan kapitalis di dunia barat.
Apabila ideologi liberalis menekan pada kebebasan individu manusia yang
berdampak munculnya penjajahan, kemiskinan, penderitaan dsb. Ideologi sosialisme
bertolak dari pandangan bahwa manusia itu mempunyai sifat sosial sehingga
diharapkan mampu mewujudkan hidup dalam kondisi kebersamaan, sehingga yang
ada pada setiap individu adalah kewajiban sedangkan hak individu sangat dibatasi.
Pokok-pokok ajaran sosialisme menurut Heuken SJ (1988) dalam Sulasmono (2000)
dapat disimak dalam kutipan ini.
1. Penghapusan atau pembatasan hak milik pribadi atas alat-alat produksi;
pengambil- alihan alat-alat produksi (atau sebagiannya) oleh Negara atau
langsung oleh kaum buruh; pembagian kembali milik pribadi.
2. Perlindungan kaum buruh terhadap penghisapan, kemiskinan, pengangguran;
jaminan kerja bagi semua; pembentukan koperasi produktif kaum buruh untuk
ikut dalam penentuan kebijaksanaan perusahan melalui wakil-wakil buruh
perusahaan atau melalui sertifikat-sertifikat buruh; partisipasi dalam laba
perusahaan atau ikut dalam memiliki perusahaan.
3. Perubahan struktur kekuasaan ekonomi dengan jalan pengawasan terhadap
perusahaan-perusahaan monopoli, pengembangan perusahaan-perusahaan milik
Negara, perancangan produksi dan pembagian hasil produksi oleh Negara.
4. Perubahan struktur kekuasaan dengan memaksakan pengakuan terhadap
kesamaan kedudukan semua warga-negara, atau dengan penyerahan kekuasaan
kepada kelas yang bekerja (‘diktatur proletariat’) saja.
5. Perjuangan melawan privilese-privilese (hak istimewa) pendidikan yang dimiliki
oleh kelas menengah dan kelas atas.
Secara sederhana sosialisme itu dapat dibedakan menjadi dua yaitu sosialisme non
marxis atau sosialisme demokratis yaitu sosialisme yang dipengaruhi oleh nilai-nilai religius
atau ajaran agama tertentu (misal Kristen Protestan di Jerman) sehingga kehidupan beragama
masyarakat memperoleh pengakuan. Disamping itu terdapat aliran sosialisme yang
dipengaruhi oleh marxisme dan inilah yang berkembang menjadi ideologi komunisme
(Sulasmono dkk, 2002).
a. Hak cipta milik perseorangan tidak diakui/dihapus semua alat produksi dikuasai oleh
Negara.
b. Upah diberikan sesuai kebutuhan masing-masing orang.
c. Menganut sistem diklator partai komunis atau demokrasi timur/ demokrasi sosialis.
d. Untuk mewujudkan tujuan Negara segala cara dikhalalkan termasuk melakukan
kekerasan, pembunuhan masal (misal peristiwa madiun 1948, peristiwa G.30.S.PKI
1968, peristiwa Rusia, RRT, Kamboja dsb) bahkan alat-alat Negara sering digunakan
untuk mewujudkan Negara komunisme.
e. Menganut pandangan materialisme dan atheis, sehingga menyangkal adanya Tuhan
dan kebutuhan jiwa rohani manusia disangkal.
f. Penindasan terhadap kebebasan pribadi dan kebebasan beragama.
g. Menolak kebhinekaan/keanekaragaman baik dalam masyarakat/Negara, karena
masyarakat/Negara yang ingin didirikan adalah tanpa kelas.
Sebagaimana pembanding tentang ciri-ciri Negara komunisme dapat disimak dari pendapat
Miriam Budihardjo (1980) dalam Sulasmono dkk (2002) tentang nilai-nilai yang terkandung
dalam komunisme sbb:
Mussolini,B, tahun 1922-1943 merintis Ideologi Fasisme sebagai upaya menentang ideologi
liberalisme dan kolonialisme. Istilah Fasisme dalam kamus politik dijelaskan bahwa “perkataan
ini diturunkan dari fascio di com-bat-timento, artinya “persatuan perjuangan”. Fasisme Italia ini
bersifat anti liberal, anti komunis dan membentuk Negara yang otoriter serta totaliter, dimana
ekonomi, kebudayaan, pendidikan kaum muda ditunjukkan demi kepentingan Negara, yang
ditentukan oleh partai fasis. Mereka mempunyai simbol dari serumpun tongkat pemukul atau
anak panah yang melambangkan persatuan yang ketat dan kokoh serta tangguh. Dalam arti
umum, fasisme digunakan untuk aliran dan partai politik radikal kanan yang menghendaki
Negara yang otoriter (dan totaliter). Dalam arti ini, misal, rejim Franco”. Sistem pemerintahan
yang berideologi fasisme dengan cara totaliter dan otoriter. Pada tahun 1933 Hilter (Jerman)
mencetuskan ideologi nazisme yang mengajarkan bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang
paling unggul dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Pada perang dunia ke II Fasismenya
Nussoline pernah bersekutu dengan Nazismenya Hitler serta Jerman pernah menjadi Negara
yang kuat.
Pancasila yang isinya terdiri dari lima sila, merupakan kesatuan yang utuh sudah
semestinya dapat dipakai untuk menganalisis (menilai) situasi dan kondisi masyarakat,
bangsa dan Negara baik pada masa depan, masa kini dan mengambarkan masyarakat yang
dicita-citakan serta strategi/cara mewujudkan yang terkait dengan sila I, II, III, IV, dan V.
Bagi bangsa Indonesia Pancasila Sebagai filsafat (pandangan hidup bangsa), ideologi
nasional, dan dasar Negara. Filsafat Pancasila berisi gagasan-gagasan/ ide-ide besar yang
menjadi orientasi dalam hidup berbangsa, sedangkan Pancasila sebagai ideologi lebih
menjadi pedoman/ etika dalam kehidupan berbangsa (etika sosial, etika politik) dan
Pancasila sebagai dasar negara ini hubungannya dengan hukum-hukum dan aturan-aturan
yang berlaku dalam kehidupan bernegara. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang
ideologi di bawah ini akan disajikan dari berbagai pendapat sbb: Oesman (1992)
mengemukakan tentang peran Pancasila sebagai ideologi sebagai berikut:
Secara sederhana sifat ideologi dapat dipilah menjadi dua yaitu ideologi terbuka dan
tertutup. Suatu ideologi dikatakan bersifat tertutup apabila ide-ide, pemikiran, gagasan-
gagasanya dimutlakkan secara totaliter, contoh ideologi komunis/marxis pada masa lalu.
Sedangkan ideologi yang bersifat terbuka apabila dalam implementasinya senantiasa
dianalisis/ditafsir ulang oleh setiap generasi sesuai dengan dinamika jamanya tetapi tetap
menjaga kelestarian kaidah dasar Negara yang fundamental (statsfundamentalnorma).
Pancasila sebagai ideologi nesional NKRI masuk dalam katagori ideologi yang
bersifat terbuka, karena dalam implementasinya antar generasi ataupun antar waktu
senantiasa melakukan analisis/penafasiran ulang sesuai dengan dinamika jaman yang begitu
cepat mengalami perubahan dan perkembangan. Dengan kata lain ideologi yang bersifat
terbuka yaitu ideologi yang senantiasa bisa berinteraksi dengan perkembangan atau dinamika
jaman.
Walaupun Pancasila merupakan ideologi yang bersifat terbuka tidak berarti tanpa
batas tetapi terdapat rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar, yaitu:
Berpijak dari uraian diatas maka jelaslah bahwa ideologi Pancasila dalam
implementasinya tidak dapat disamakan dengan ideologi lainnya. Hal ini dikarenakan sumber
nilai-nilainya berbeda, contoh ideologi liberalisme menekankan pada kebebasan individu,
ideologi sosialisme marxis (komunis) menekankan pada sisi sosial manusia dan mengabaikan
sisi hak pribadi manusia, dan tidak mentolelir keberagamaan. Adapun ideologi Pancasila
yang bertolak dari pandangan monodualis, mendambakan keseimbangan antara hak pribadi
dengan kewajiban sosial dan menjunjung tinggi keberagamaan.
Tabel.1
Catatan: perbedaan ini sifatnya secara teoritis tetapi dalam praktek kehidupan nyata
mengalami dinamika sesuai perkembangan jaman.
Penutup
Daftar Pustaka
Tim Dosen (2013),Pancasila: Materi Pengayaan Matakuliah Pancasila, Salatiga, Tisara Grafika