Anda di halaman 1dari 34

BAB X

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL

A. Aspek Ideologi
Ideologi merupakan kesatuan gagasan dasar mengenai manusia dan
kehidupannya termasuk di dalamnya adalah kehidupan bernegara. Dengan kata lain
ideologi adalah kesatuan gagasan dasar mengenai wujud masyarakat yang dicita-
citakan serta prinsip-prinsip untuk mewujudkan masyarakat tersebut. Dengan
pemahaman seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa setiap ideologi memiliki gambaran
mengenai wujud masyarakat yang dianggap baik sehingga harus diupayakan
pencapaiannya dengan sungguh-sungguh.
Kehidupan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari sebuah ideologi. Ideologi
berperan sebagai prinsip penga-rah dalam membangun visi bersama mengenai masa
depan masyarakat pendukungnya serta memberikan daya gerak pada masyarakat yang
bersangkutan untuk beraktivitas menuju tercapainya masyarakat yang dicita-citakan.
Disamping itu, ideologi juga merupakan salah satu faktor pemersatu masya-rakat, sebab
dengan menganut faham ideologi yang sama maka tumbuhlah rasa solidarias atau
kesetiakawanan di antara masyarakat yang bersangkutan sehingga dapat mengatasi
berbagai perbedaan yang ada di antara mereka.
1. Ideologi di Dunia
Di dunia ini terdapat beberapa ideologi besar yakni ideologi yang cukup banyak
penganutnya. Ideologi itu adalah liberalisme, komunisme, sosialisme, dan ideologi
agama.
a) Ideologi Liberal
Ideologi liberal muncul dan berkembang sebagai reaksi atas pemerintahan yang
absolut dan sistem kehidupan yang dogmatis di Eropa pada abad pertengahan. Dalam
sistem pemerintahan yang absolut dan kehidupan yang dogmatis masyarakat tidak
memiliki kebebasan untuk berpikir dan bertindak. Dalam suasana semacam itu mereka
merindukan adanya kebebasan, karena dalam belenggu absolutisme masyarakat tidak
merasakan kebahagiaan. Sebagai reaksi terhadap pemerintahan yang absolut dan
dogmatis, maka lahirlah ideologi liberal yang menuntut kebebasan individu.
Masyarakat yang dicita-citakan menurut ideologi liber-al adalah masyarakat yang
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada setiap individu untuk melaksanakan
hak-haknya.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 112


Ideologi liberal menganggap pengakuan dan penghargaan terhadap hak asasi
manusia sebagai suatu hal yang sangat penting, karena hal itu merupakan wujud
penghargaan terhadap harkat dan martabat individu. Mereka juga menjunjung tinggi
asas demokrasi, sebagai wujud kesadaran bahwa rakyat adalah pemilik kekuasaan
sedangkan pemerintah menjalankan pemerintahan atas nama rakyat. Dengan demikian
tidak ada hak bagi pemerintah untuk bertindak sewenang-wenang dengan mengabaikan
hak-hak rakyat, bahkan sebaliknya rakyat dapat senantiasa mengontrol tindakan
pemerintah. Liberalisme juga menjunjung tinggi prinsip negara hukum, sebab hanya
dengan penegakan hukum secara baik akan ada kepastian hukum dalam masyarakat,
yang berarti juga kepastian akan hak-hak individu. Akhirnya ideologi liberal menolak
faham dogmatisme, karena dogmatisme merupakan pengekangan atas kebebasan
individu untuk berpikir dalam menemukan kebenaran. Disamping itu dogmatisme
menafikan kritik, yang berarti menutup kemungkinan adanya pemikiran-pemikiran
alternatif.
Ideologi tersebut kemudian mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik politik,
ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.

b) Ideologi Komunis
Faham ini terutama bersumber pada ajaran Karl Marx. Ajaran tersebut kemudian
dijabarkan oleh Engels, dan Lenin. Karena sumbernya adalah ajaran Karl Marx, maka
ajaran komunisme sering dikatakan sebagai Marxisme. Komunisme muncul dan
berkembang sebagai reaksi terhadap berkembangnya kapitalisme yang diletakkan di
atas landasan kepemilikan faktor produksi oleh perseorangan. Kapitalisme ini
berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri pada abad XVIII dimana dengan
revolusi industri itu produksi barang bisa dilakukan secara mudah dan murah. Akibatnya
terjadi akumulasi modal pada pihak tertentu sehingga memungkinkan pengembangan
industri lebih lanjut. Berkembang-nya kapitalisme menciptakan polarisasi masyarakat
yakni golongan majikan dan buruh, atau golongan borjuis dan proletar. Masyarakat yang
dicita-citakan oleh ideologi komunis adalah masyarakat tanpa kelas atau masyarakat
yang sama rasa sama rata. Untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan itu,
hampir semua faktor produksi dikuasai oleh negara, dan pemilikan kekayaan oleh
individu sangat dibatasi.
Dalam pandangan komunisme proses transformasi sosial menuju terwujudnya
masyarakat komunis harus dilakukan melalui revolusi, yang “nota bene” adalah

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 113


kekerasan (Ebenstein, 1994:7). Mengapa demikian, karena ideologi kelas yang
berkuasa yang dalam hal ini adalah kelas borjuis menganggap bahwa sistem ekonomi
yang sedang berjalan adalah paling efisien dan paling adil. Oleh karena itu, mereka
akan berusaha mempertahankan sistem yang sedang berjalan, yang berarti
mempertahankan penguasaan faktor-faktor produksi di tangan mereka. Karena itulah
peralihan faktor produksi dari tangan perseorangan untuk kemudian ditempatkan di
bawah penguasaan negara harus dilakukan melalui sebuah revolusi (kekerasan).
Beberapa karakter yang dibawakan ideologi komunis di antaranya adalah
atheisme. Agama dianggap sebagai titik kebuntuan pikiran manusia. Agama memelihara
kekolotan sehingga dipandang sebagai penghambat kemajuan (Darmodihardjo,
1983:66). Disamping itu, komunisme membawakan sifat dogmatisme yang berlebihan,
menolak demokrasi, serta mengingkari hak asasi individu karena dalam pandangan
komunis hak-hak individu hampir tidak ada, sedangkan yang ada adalah hak-hak kolektif
(komunal). Karena itu pula hak milik perseorangan sangat dibatasi dan hampir semua
dikuasai oleh negara.

c) Agama sebagai Ideologi


Dalam sejarah Eropa pada abad pertengahan agama memegang peranan penting
dalam kehidupan ketatanegaraan. Antara kehidupan kenegaraan dengan kehidupan
keagamaan tidak dapat dipisahkan. Pemimpin agama sekaligus menjadi pemimpin
negara, dan hukum agama juga menjadi hukum negara. Dengan demikian sumber
hukum yang utama dalam negara adalah kitab suci agama tertentu. Sistem kenegaraan
yang demikian didasarkan pada teori teokrasi, bahwa terbentuknya negara merupakan
perwujudan kehendak Tuhan di muka bumi, dan kekuasaan pemerintah negara
merupakan manifestasi kekuasaan Tuhan. Dalam hal yang demikian berarti bahwa
agama sekaligus menjadi ideologi. Teori teokrasi memberikan keabsahan terhadap
kehidupan negara dan agama menentukan kehidupan kenegaraan dengan segala
konsekuensinya.
Agama sebagai ideologi dalam perkembangan sejarah pernah diterapkan di
Eropa Barat dengan mendasarkan pada ajaran agama Katolik, dan di Timur Tengah
yang mendasarkan pada ajaran agama Islam.
Dalam sejarah ketatanegaraan di Eropa, Paus memiliki kekuasaan yang besar dan
Injil dijadikan dasar hukum berla-kunya berbagai peraturan. Raja yang memerintah
harus mendapatkan pengesahan dari Paus. Demikian juga halnya dengan kekuasaan

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 114


kekalifahan dalam dunia Islam. Hal ini ditunjuk-kan dalam masa permulaan
perkembangan Islam, dimana Islam dijadikan ideologi dalam kehidupan kenegaraan.
Dalam sejarah perkembangan Islam kita mengenal adanya kekhalifahan yang
berkembang di kawasan Timur Tengah (Darmodiharjo, 1983:55).
Hal semacam itu sampai sekarang masih dijumpai di negara-negara tertentu
seperti di Vatikan yang mendasarkan pada agama Katolik, di Arab Saudi dan di
Pakistan, yang mendasarkan pada agama Islam.

2. Ideologi Pancasila
Pancasila selain sebagai pandangan hidup dan dasar negara juga menjadi
ideologi negara. Sebagai ideologi negara, Pancasila memberikan gambaran mengenai
wujud masyarakat yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Wujud masyarakat yang
dicita-citakan, yaitu masyarakat yang dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam
kelima sila dari Pancasila. Oleh karena itu Pancasila menjadi sesuatu yang harus
diperjuangkan perwujudannya.
Sebagai ideologi negara, Pancasila juga berperan mempersatukan bangsa
Indonesia. Dengan ideologi Pancasila bangsa Indonesia yang diwarnai oleh berbagai
macam keanekaragaman dapat dipersatukan. Salah satu peranan Pancasila yang
menonjol sejak permulaan penyelenggaraan negara Repub-lik Indonesia adalah
fungsinya dalam mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang
berkepribadian dan percaya pada diri sendiri (Puspowardoyo, 1991:45)
Ideologi Pancasila memiliki kekhasan berkenaan dengan kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan. Kekhasan tersebut sesuai dengan sila-sila dalam
Pancasila, dan secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, bahwa kita percaya akan adanya Tuhan sebagai pencipta dunia dengan
segala isinya. Karena itu kita harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua,
penghargaan kepada sesama umat manusia, apapun suku bangsa dan bahasanya.
Sebagai umat manusia, kita adalah sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu
sesuai dengan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil adalah perlakuan yang sama
terhadap sesama manusia, dan beradab berarti perlakuan itu sesuai dengan derajat
kemanusiaan. Kita menghargai hak asasi manusia, dengan mewujudkan harmoni dan
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Ketiga, bangsa Indonesia menjunjung tinggi
persatuan bangsa. Dalam hubungan ini, kepentingan pribadi harus ditempatkan dalam
kerangka persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan kepentingan pribadi tidak kemudian

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 115


kepentingan bangsa dikorbankan. Keempat, bahwa kehidupan bermasyarakat dan
bernegara berdasarkan sistem demokrasi dengan mementingkan musyawarah.
Musyawarah tidak mendasarkan pada kekuasaan mayoritas atau minoritas, akan tetapi
hasil musyawarah itu sendiri. Hal itu sejalan dengan sila keempat dari Pancasila.
Kelima, adalah keadilan sosial bagi hidup bersama. Keadilan dalam kemakmuran
menjadi cita-cita bangsa (Darmodiharjo, 1983:86-87)

3. Ketahanan di Bidang Ideologi


Ketahanan nasional di bidang ideologi dapat digambar-kan sebagai kondisi
ideologis dalam masyarakat yang mampu membangkitkan visi kebersamaan untuk
membangun masa depan bangsa demi tercapainya masyarakat yang dicita-citakan,
serta menangkal pengaruh-pengaruh negatif dari ideologi lain yang mengganggu
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengganggu upaya pencapaian tujuan
nasional.
Kondisi ketahanan ideologis semacam itu akan ditentukan oleh keadaan ideologi
itu sendiri dan tingkat penyerapan, penghayatan, serta perwujudan nilai-nilai ideologi
tersebut dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.
Berkenaan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi, sejauhmana tingkat
ketahanan di bidang ideologi akan tampak dari dimensi realitas, dimensi idealitas, dan
dimensi fleksibilitas dari ideologi tersebut. Dilihat dari dimensi-dimensi tersebut, ideologi
akan membawakan peran-nya dengan baik dalam mewujudkan ketahanan nasional
apabila:
Dari dimensi realitas, nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu benar-benar
menggambarkan realitas sosio budaya masyarakat pendukungnya. Dari dimensi
idealitas, ideologi itu mampu memberikan keyakinan pada para pendukungnya bahwa
dengan ideologi tersebut masyarakat akan dapat menuju kehidupan yang dicita-citakan
bersama. Kalau ideologi sudah tidak mampu lagi memberikan keyakinan terse-but,
maka ideologi itu akan ditinggalkan oleh para pendu-kungnya. Dari dimensi fleksibilitas,
ideologi itu mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat, dengan
tersedianya ruang bagi adanya penafsiran-penafsiran atau inter-pretasi baru yang
sesuai dengan perkembangan jaman serta kesediaan ideologi itu menerima pengaruh-
pengaruh positif yang datang dari luar.
Selanjutnya ideologi yang secara formal digunakan tetapi secara aktual tidak
benar-benar menjadi acuan dalam kehidupan ideologi itu tidak akan membawakan

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 116


makna apa-apa. Oleh karena itu disamping keadaan ideologi seperti diuraikan di atas,
sejauhmana ideologi akan mendukung pembinaan ketahanan nasional tergantung pada
perwujudan ideologi itu dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Demikian pula dengan ideologi Pancasila yang merupakan ideologi nasional.
Ideologi Pancasila tidak akan bermakna apabila nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila tidak dijadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Karena itulah maka untuk mewujudkan ketahanan nasional yang mantap, secara
ideologis perlu diupayakan perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam bermasyarakat dan
bernegara. Berkenaan dengan hal tersebut kita dapat mengemukakan adanya 2 (dua)
macam perwujudan ideologi Pancasila, yaitu perwujudan secara subjektif dan
perwujudan secara objektif. Perwujudan secara subjektif adalah perwujudan ideologi
Pancasila oleh setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat, yang tampak dari sikap
dan perilaku setiap orang yang memancarkan nilai-nilai Pancasila, baik dalam hubungan
vertikal dengan Sang Pencipta maupun dalam hubungan horisontal dengan sesama
manusia. Perwujudan secara objektif adalah perwujudan ideologi Pancasila dalam
pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Sejak beberapa tahun belakangan Indonesia mengalami persoalan ideologi yang
cukup besar pengaruhnya terhadap kehidupan nasional, baik persoalan yang berasal
dari dalam maupun dari luar. Dari dalam, dengan bergulirnya reformasi yang membuka
peluang kebebasan, telah memunculkan berbagai pemikiran, gagasan, ataupun
keinginan dari masyarakat yang kadang-kadang substansinya telah menyimpang dari
nilai-nilai ideologi yang disepakati oleh bangsa Indonesia. Sedangkan dari luar, pasca
perang dingin negara-negara berkembang termasuk Indonesia dihadapkan pada
tekanan ideologi liberal yang semakin kuat, yang terkemas dalam issue-issue
keterbukaan, demoktarisasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Dengan dmeikian nilai-nilai ideologi nasional harus berhadapan dengan munculnya
pemikiran liberal dari kelompok masyarakat tertentu yang belum tentu relevan dengan
sistem nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia.

B. Aspek Politik
1. Pengertian Politik
Secara etimologis kata “politik” berasal dari bahasa Yunani “polis” yang kurang
lebih artinya sama dengan kota (city) atau negara kota (city state). Dari asal kata

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 117


tersebut kemudian timbul istilah lain yaitu “polite” yang artinya warga negara, “politikos”
artinya kewarganegaraan.
Selanjutnya kata “politik’ memiliki cakupan makna yang sangat luas. Demikian
luasnya cakupan maknanya sehing­ga sulit mengartikan kata “politik” untuk mencakup
aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Banyak pakar memberikan pengertian yang
berbeda mengenai hal tersebut. Perbedaan itu terjadi karena masing-masing
memberikan penekanan yang berbeda terhadap aspek tertentu yang ada di dalamnya.
Karena sulitnya merumuskan pengertian yang memadai tentang politik, maka untuk
dapat memahami politik yang lebih penting dilakukan adalah berusaha memahami
konsep-konsep yang terkandung di dalamnya, karena pada akhirnya penger-tian politik
dapat dilihat dari konsep-konsep tersebut.
Ada beberapa konsep yang terkait dengan politik, antara lain adalah konsep
kekuasaan, negara, pemerintah, kebijakan, dan alokasi nilai.
Dalam tulisan ini politik diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembuatan serta pelaksanaan suatu kebijakan. Dengan demikian politik berkenaan
dengan masalah bagaimana kebijakan itu disusun dan bagaimana kebijakan itu
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu agar menjamin
terlaksananya usaha dan pencapaian cita-cita. Dalam pengertian semacam itu
kehidupan politik dapat dipahami sebagai suatu mekanisme input - proses - output, yang
secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut:

Tambah Gambar

Input dalam sebuah sistem politik adalah aspirasi dan dukungan masyarakat.
Aspirasi menjadi bahan dalam penyusu-nan kebijakan yang sesuai dengan keinginan
masyarakat, sedangkan dukungan diperlukan untuk membangun pemerintahan yang
legitimate, sehingga mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Fungsi input dalam

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 118


politik dijalankan oleh lembaga infrastruktur politik, seperti partai politik, kelompok
kepentingan atau organisasi massa, tokoh-tokoh politik, serta media massa. Aspirasi
dan dukungan tersebut selanjutnya diproses oleh pemerintah (dalam arti luas) sehingga
menghasilkan output berupa kebijakan yang otoritatif, yaitu kebijakan yang mengikat
seluruh warga masyarakat. Dengan demikian fungsi output dalam sistem politik
dijalankan oleh lembaga suprastruktur politik, yang terdiri dari lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Selanjutnya akan terjadi mekanisme umpan balik, dimana kebijakan pemerintah
akan dinilai oleh masyarakat. Apabila kebijakan itu sesuai dengan aspirasi masyarakat
maka dukungan kepada pemerintah menjadi semakin kuat dan pemerintah yang ada
semakin legitimate. Sebaliknya apabila kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan
aspirasi masyarakat, maka masyarakat akan mengurangi dukungannya terhadap
pemerintah, dan legitimasi pemerintah menjadi semakin berkurang.
Kehidupan politik suatu negara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan,
baik lingkungan domestik maupun lingkungan internasional. Oleh karena sistem politik
perlu memiliki kemampuan atau kapabilias domestik dan kapabilitas internasional,
dalam arti mampu mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kecenderungan
domestik dan interna-sional, serta mengurangi pengaruh negatif yang datang darinya.

2. Kehidupan Politik di Indonesia


Negara Indonesia adalah negara yang menganut prinsip demokrasi. Demokrasi
berarti pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Dalam demokrasi dipahami bahwa rakyat adalah sumber kekuasaan, sedangkan
pemerintah menjalankan kekuasaan atas nama rakyat. Kekuasaan rakyat tidak
dilaksanakan secara langsung melainkan melalui perwakilan. Oleh karena itu, setiap
lima tahun sekali di Indonesia diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih wakil-
wakil rakyat yang akan duduk dalam badan perwakilan atau permusayawaratan rakyat
(DPR/MPR). Adanya pemilihan umum yang bebas dan adanya lembaga perwak-ilan
rakyat merupakan dua hal yang tidak dapat dilepaskan dari negara demokrasi.
Namun demikian bukan berarti bahwa adanya dua unsur tersebut telah menjamin
terwujudnya demokrasi. Ada substan-si lain yang harus diwujudkan dalam negara
demokrasi yaitu perlindungan terhadap hak asasi warga negara sebagai wujud
penghargaan atas harkat dan martabat kemanusiaan, serta adanya supremasi hukum
dalam arti hukum benar-benar dilak-sanakan sebagaimana mestinya, sehingga hukum

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 119


benar-benar menjadi pengendali kekuasaan dan pengendali perilaku setiap warga
masyarakat.
Walaupun demokrasi mengandung substansi nilai yang universal, namun
bagaimana pelaksanaannya harus disesuaikan dengan sistem nilai yang ada dalam
masyarakat di mana demokrasi itu diterapkan. Demokrasi di Indonesia adalah
demokrasi yang dilandasi oleh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai
kesatuan sila-sila yang bulat dan utuh.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa politik antara lain berkenaan dengan
bagaimana kebijakan disusun dan bagaimana kebijakan dilaksanakan. Berkenaan
dengan itu terdapat mekanisme “input - proses - output”. Sebagai negara yang
menganut prinsip demokrasi, maka input sistem politik adalah aspirasi dan dukungan
rakyat. Dengan demikian apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintah hendaknya
mencerminkan kehendak rakyat, karena sesuai dengan prinsip demokrasi sumber
kekuasaan adalah rakyat. Pemerintah menjalankan kekuasaan dari dan untuk rakyat.
Atas dasar hal tersebut pemerintah harus memperoleh dukungan rakyat agar
kedudukan pemerintah memiliki legitimasi atau dasar keabsahan.
Mekanisme kehidupan politik sebagaimana di atas melibatkan berbagai macam
lembaga, baik lembaga dalam kawasan infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.
Infras-truktur politik yaitu struktur politik yang ada dalam kehidupan masyarakat,
sedangkan suprastruktur politik adalah struktur politik yang ada dalam pemerintahan.
In-frastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok kepentingan (interest group),
kelompok penekan (pressure group), tokoh-tokoh politik, dan media komunikasi politik
atau media massa; sedangkan suprastruktur politik di pusat terdiri dari lembaga-
lembaga negara seperti MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi
dan Komisi Yudisial. Di daerah adalah lembaga-lembaga pemerintahan daerah, yaitu
Kepala Daerah dan DPRD
Fungsi yang dijalankan oleh infrastruktur politik adalah fungsi pendidikan politik,
artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, seleksi kepemimpinan, dan komunikasi
politik. Fungsi yang dijalankan oleh suprastruktur politik adalah fungsi penentuan
kebijakan/peraturan, pelaksanaan kebijakan/peraturan, serta penghakiman atas
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan/peraturan.
Dikaitkan dengan bekerjanya sistem politik, infra struktur politik menjalankan
fungsi input, yaitu menjadi sarana bagi penyaluran aspirasi dan dukungan masyarakat
kepada pemerintah, dan suprastruktur politik menjalankan fungsi output, yaitu mengolah

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 120


aspirasi serta memanfaatkan dukungan masyarakat untuk menghasilkan kebijakan yang
otoritatif yakni kebijakan yang harus dilaksanakan oleh segenap warga masyarakat.
Salah satu persoalan politik yang belakangan sangat dirasakan adalah terkait dengan
banyaknya partai-partai politik. Walaupun keberadaan partai politik merupakan unsur
yang sangat diperlukan dalam sistem demokrasi, namun jumlah partai politik yang
terlalu banyak juga menjadi persoalan tersendiri dalam mengelola kehidupan politik.
Terlalu banyaknya partai politik memperbesar peluang terjadinya friksi-friksi politik dalam
masyarakat, dan konsensus-konsensus politik menjadi lebih sulit untuk diwujudkan.
Terlebih ketika masing-masing partai politik tersebut orientasi politiknya terlalu sempit
sehingga perbedaan kepentingan lebih mudah menciptakan friksi di antara mereka.
Kondisi yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan politik
masyarakat, di mana kepada masyarakat sering dipertontonkan perseteruan di antara
elit politik sehingga kecenderungan berkonflik dalam masyarakat pun menjadi semakin
besar. Apalagi masyarakat Indonesia yang bercorak paternalistik, di mana perilaku para
elit politik menjadi acuan berperilaku bagi warga masyarakat kebanyakan.
Persoalan lain yang masih sangat dirasakan dalam kehidupan politik di Indonesia
adalah tingkat kesadaran politik masyarakat yang masih rendah. Rendahnya kesadaran
politik tersebut pada satu sisi tampak dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam
kehidupan politik, dan pada sisi lain adalah kurangnya kesadaran untuk mentaati
peraturan perundangan yang berlaku serta kesepakatan-kesepakatan yang dibangun
bersama. Disamping itu juga masih kuatnya primor-dialisme dalam masyarakat. Dengan
kuatnya primordialisme, maka sering tampak pengutamaan kepentingan kelompok atau
golongan atas kepentingan bangsa dan negara, dan seringnya terjadi friksi dalam
masyarakat yang terkait dengan aspek-aspek primordial seperti agama, suku, ras, dan
sebagainya.
Akhirnya berkenaan dengan politik luar negeri, Indonesia masih tetap berpegang
pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif. Bebas menentukan pendirian politik
dan menegakkan prinsip yang sesuai dengan cita-cita dan kepribadian nasional, serta
tidak hanya menjadi objek akan tetapi senantiasa aktif berperan dalam percaturan politik
internasional. Dalam suasana heterogenitas kepentingan negara-negara di dunia
diperlukan daya penyesuaian yang tinggi. Oleh karena itu, politik luar negeri harus
bersifat moderat dalam hal yang tidak prinsip dan tetap teguh dalam menegakkan
prinsip dasar dalam Pembukaan UUD 1945.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 121


3. Ketahanan di Bidang Politik
Bertolak dari pemahaman tentang politik sebagaimana diuraikan di atas, maka
ketahanan nasional di bidang politik akan terwujud oleh adanya indikator-indikator
sebagai berikut:
a). Pemerintah yang memiliki legitimasi yang kuat, yaitu pemerintah yang didukung oleh
rakyat karena diangkat melalui sebuah proses yang demokratis.
b). Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan aspirasi masya-rakat sehingga tingkat
resistensi atau penolakan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menjadi
sangat kecil, dan dukungan terhadap pemerintah menjadi semakin besar.
c). Masyarakat yang memiliki kesadaran politik yang tinggi, yaitu kesadaran akan hak
dan kewajiban sebagai warga negara, sehingga mampu menyediakan input yang
kritis dan konstruktif bagi berlangsungnya pemerintahan. Termasuk dalam hal ini
adalah masyarakat yang sadar menaati berbagai peraturan perundangan yang
berlaku.
d). Penegakan supremasi hukum sebagai pengendali bagi pengajuan tuntutan, proses
konversi tuntutan menjadi kebijakan pemerintah, serta pengendali pelaksanaan
kebijakan pemerintah untuk seluruh masyarakat.
Atas dasar itu maka upaya mewujudkan ketahanan nasional di bidang politik perlu
dimulai dengan pembentukan pemerintahan yang memiliki legitimasi yang kuat, yakni
melalui pemilihan umum yang dilaksanakan secara demokratis. Kemudian pemerintah
perlu benar-benar memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga segala kebijakan yang diambil benar-benar melayani kepentingan masyarakat.
Dengan demikian resistensi (penolakan) masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
sangat kecil, yang berarti berkurangnya friksi antara pemerintah dengan masyarakat. Di
lain pihak perlu dilakukan pendidikan politik kepada masyarakat agar masyarakat
memiliki kesadaran politik yang tinggi, yakni kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara, termasuk kesadaran untuk mentaati berbagai peraturan perundangan
yang berlaku sebagai aturan main yang telah disepakati. Dengan demikian setiap warga
negara menjadi partisipan yang bertanggungjawab dalam kehidupan politik. Semua itu
perlu ditopang oleh penegakan supremasi hukum dengan memberikan sanksi kepada
siapapun yang melakukan pelanggaran, serta menempatkan hukum sebagai pengendali
kekuasaan dan bukan sekedar alat kekuasaan.
Kaitannya dengan politik luar negeri, dalam rangka ketahanan nasional hubungan
luar negeri perlu diarahkan untuk meningkatkan kerjasama regional dan internasional di

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 122


berbagai bidang atas dasar saling menguntungkan, serta meningkatkan citra positif
Indonesia di luar negeri.
Disamping itu perkembangan, perubahan dan gejolak internasional perlu terus
diikuti dan dikaji dengan seksama agar dapat memperkirakan secara dini dampak
negatif yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional serta menghambat pelaksanaan
pembangunan dan pencapaian tujuan nasional.
Langkah bersama negara berkembang untuk memperkecil ketimpangan dan
mengurangi ketidakadilan dengan negara industri maju perlu terus ditingkatkan dengan
melaksanakan perjanjian perdagangan internasional serta kerjasama dengan lembaga-
lembaga keuangan internasional.
Dengan terpenuhinya indikator-indikator tersebut akan terwujud kondisi politik
yang dinamis dan mampu mendukung terwujudnya ketahanan nasional yang mantap.
Namun demikian pengembangan pemikiran tersebut masih perlu dilakukan, dan oleh
karenanya diskusi tentang hal itu masih sangat diper-lukan.

C. Aspek Ekonomi
1. Ekonomi Secara Umum
Ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah pemenuhan kebutuhan hidup menjadi
persoalan tersendiri karena upaya untuk memenuhi kebutuhan itu harus berhadapan
dengan aspek kelangkaan tersedianya barang-barang keperluan hidup (scarcity). Oleh
karena itu, orang harus berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup meliputi kegiatan produksi barang dan jasa dan
mendisribusikannya kepada konsumen atau pemakai.
Kegiatan produksi dalam perekonomian melibatkan fak-tor-faktor produksi berupa:
a) tenaga kerja,
b) modal,
c) teknologi,
d) sumber daya alam,
e) manajemen.
Kondisi faktor-faktor produksi tersebut akan mempengaruhi keadaan
perekonomian dalam masyarakat.
Dalam tataran makro, kegiatan ekonomi dibingkai dalam sebuah sistem ekonomi.
Secara umum sistem ekonomi dapat diartikan sebagai suatu kumpulan (set) dari

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 123


mekanisme dan lembaga pengambil keputusan serta pelaksanaan keputusan untuk
berproduksi, memperoleh pendapatan, dan mengkonsumsi dalam wadah suatu negara.

2. Ekonomi Indonesia
Pengelolaan dan pengembangan ekonomi Indonesia dida-sarkan pada pasal 33
UUD 1945 sebagai berikut:
a) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
b) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
d) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkedailan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. ****)
e) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang. ****)
Sistem perekonomian sebagai usaha bersama berarti setiap warga negara
mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda perekonomian
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal itu berarti bahwa perekonomian tidak
hanya dijalankan oleh pemerintah dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
akan tetapi masyarakat ikut melaksanakan kegiatan perekonomian dalam bentuk usaha-
usaha swasta dalam berbagai lapangan usaha. Dalam perekonomian Indonesia juga
tidak dibenarkan adanya praktek monopoli dan monopsoni yang dapat merugikan
masyarakat. Disamping adanya BUMN dan perusahaan swasta dalam perekonomian
Indonesia juga ada badan usaha yang dinamakan koperasi.
Selanjutnya dinyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ini tidak lain dalam rangka
menghindari terjadinya monopoli atas bahan-bahan kebutuhan yang sangat vital bagi
masyarakat oleh pihak tertentu, sehingga merugikan bahkan juga mengacaukan
kehidupan masyarakat. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara. Dikuasai dalam hal ini tidak sama artinya dengan dimiliki,
melainkan diatur pemanfaatannya demi kemakmuran seluruh rakyat. Jadi negara
sebagai pihak yang menguasai berkewajiban untuk mengatur pemanfaatan bumi, air,

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 124


dan kekayaan alam yang ada agar dapat mendatangkan kemakmuran bagi seluruh
rakyat.
Ketentuan itulah yang kemudian menjadi landasan serta memberikan pemahaman
mengenai apa yang disebut sebagai sistem ekonomi kerakyatan, dan mengenai apa
yang harus dijabarkan dalam berbagai kebijakan ekonomi untuk menjawab berbagai
tantangan dalam kehidupan perekonomian.
Sistem ekonomi kerakyatan maknanya sama dengan demokrasi ekonomi
(participatory economy), dalam pasal 33 UUD 1945 dinyatakan bahwa produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota
masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-
seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluar-gaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah ialah koperasi.
Peranan negara dalam sistem ekonomi kerakyatan sesuai dengan pasal 33 lebih
ditekankan pada segi penataan kelembagaan melalui pembuatan peraturan perundang-
undangan. Penataan itu baik menyangkut cabang- cabang produksi yang menguasai
hajat hidup orang banyak, maupun sehubungan dengan pemanfaatan bumi, air, dan
segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Tujuannya adalah untuk menjamin
agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran
orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang yang
memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang ber-kuasa (Baswir,
1999:5).

3. Ketahanan di Bidang Ekonomi


Ketahanan ekonomi nasional merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan
banyak dimensi. Dimensi-dimensi itu melip-uti (Sudibyo,1994:1 dst.):
a) Stabilitas ekonomi
Indikator yang paling tampak dari stabilitas ekonomi nasional adalah tingkat
inflasi, kurs rupiah terhadap mata uang asing, dan tingkat bunga. Semakin kecil
tingkat inflasi, stabilnya kurs rupiah terhadap mata uang asing, serta rendahnya
tingkat bunga merupakan indikator stabilitas ekonomi.
b) Tingkat integrasi ekonomi
Tingkat integrasi ekonomi menyangkut keterkaitan antar sektor dan antar
daerah. Semakin terintegrasinya perekonomian nasional, semakin kokohlah

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 125


ekonomi tersebut sehingga memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap
goncangan-goncangan ekonomi yang terjadi.
c) Ketahanan sistem ekonomi terhadap goncangan dari luar sistem ekonomi
Ekonomi nasional dikatakan memiliki ketahanan apabila perekonomian
nasional tidak rentan atas terjadinya gejolak di luar sistem ekonomi seperti gejolak
sosial dan politik, misalnya kerusuhan massa.
d) Margin of savety dari garis kemiskinan dan tingkat pertumbuhan ekonomi
Semakin jauh perekonomian dari garis kemiskinan, semakin tinggi tingkat
ketahanannya. Jarak tersebut dapat diukur dengan proporsi penduduk yang berada
di bawah garis kemiskinan, atau jarak pendapatan per kapita dari tingkat
pendapatan per kapita pada garis kemiskinan. Disamping itu ketahanan ekonomi
juga dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonominya.
e) Keunggulan kompetitif produk-produk ekonomi nasional
Dalam lingkungan ekonomi pasar yang semakin terbuka, keunggulan
kompetitif produk-produk suatu perekonomian merupakan salah satu indikator
ketahanan ekonomi. Keunggulan kompetitif tersebut dipengaruhi oleh muatan
teknologi dan manajemen serta biaya transaksi. Oleh karena itu untuk
meningkatkan daya saing produk perlu dilakukan perbaikan teknologi dan
manajemen, deregulasi, penyederhanaan dan penyempurnaan birokrasi, dan
peningkatan keterbukaan poli-tik.
f) Kemantapan ekonomi dari segi besarnya (size) ekonomi nasional
Dalam lingkungan ekonomi internasional yang terbuka, besarnya (size)
perekonomian sangat mempengaruhi ketahanan ekonomi. Sebagaimana sebuah
kapal di tengah samodra, besarnya kapal sangat menentukan ketahanan kapal
tersebut terhadap goncangan ombak dan terpaan angin. Semakin besar sebuah
perekonomian, semakin memperkuat dirinya untuk selfsuffi-cient.
g) Tingkat integrasi ekonomi nasional dengan ekonomi global.
Dalam lingkungan ekonomi internasional yang semakin terbuka, tingkat
integrasi ekonomi nasional dengan ekonomi global sangat penting, karena hal itu
merupakan indikasi kemampuan ekonomi nasional untuk menyesuaikan diri dengan
irama dan dinamika pasar internasional.
Disamping apa yang disebutkan di atas, masalah pertum-buhan ekonomi dan
pemerataan merupakan dua hal yang harus mendapatkan perhatian bersama, sebab
pemerataan ekonomi tanpa pertumbuhan, yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 126


Sedangkan pertumbuhan tanpa pemerataan akan menjadikan kesenjangan sosial, yang
pada gilirannya akan membang-kitkan kecemburuan sosial.
Untuk mewujudkan ketahanan nasional di bidang ekonomi perlu dilakukan
pembinaan hal-hal sebagai berikut:
1) Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah negara Indonesia, melalui
ekonomi kerakyatan serta menjamin kesinambungan pembangunan nasional dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
2) Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan diri dari hal-hal sebagai berikut:
a. Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi yang
bermodal tinggi dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
b. Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat
dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit
ekonomi di luar sektor negara.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli
yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan keadilan sosial.
3) Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antara sektor pertanian, industri, serta jasa.
4) Pembangunan ekonomi yang merupakan usaha bersama atas dasar asas
kekeluargaan di bawah pengawasan anggota masyarakat, memotivasi dan
mendorong peran serta masyarakat secara aktif. Keterkaitan dan kemitraan antar
para pelaku dalam wadah kegiatan ekonomi, yaitu Badan Usaha Milik Negara,
koperasi, badan usaha swasta, dan sektor informal harus diusahakan demi
mewujudkan pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.
5) Pemerataan pembangunan dan pemanfaatn hasil-hasilnya senantiasa dilaksanakan
dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian pembangunan antar wilayah
dan antar sektor.
6) Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis untuk
mempertahankan serta meningkatkan eksistensi dan kemandirian perekonomian
nasional. Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya nasional secara
optimal serta sarana iptek tepat guna, dalam menghadapi setiap permasalahan dan
dengan tetap memperhatikan kesempatan kerja. (Lemhanas, 2000).

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 127


4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan di Bidang Ekonomi
Tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan terhadap kelangsungan ekonomi
suatu bangsa hakikatnya ditujukan kepada faktor produksi dan pengolahannya.
Maka pembinaan faktor produksi serta pengolahannya di dalam produksi dan
distribusi barang dan jasa merupakan penentu kebijaksanaan ekonomi baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.
Negara-negara berkembang dalam pengelolaan faktor produksi menjadi produk
barang dan jasa mempunyai ciri sebagai berikut:
1) Bumi dan sumber alam
a. Belum ada kemampuan sepenuhnya untuk memanfaatkan kekayaan alam,
karena:
- kurang modal,
- belum memiliki keterampilan teknologi yang memadai, dan tingkat
managemen yang belum memenuhi harapan.
b. Bencana alam seperti banjir dan musim kering yang hanya dikuasai dengan
pengendalian sungai dan banjir.
c. Struktur ekonomi agraris merupakan tekanan berat atas areal tanah dan
lingkungan dengan konsekuensi sosial yang amat luas.
d. Negara yang tidak mempunyai kekayaan alam sangat tergantung kepada impor
bahan baku yang banyak memerlukan devisa sehingga perkembangan
industrinya lamban.
2) Tenaga kerja
Pertambahan penduduk yang cepat bisa menguntungkan, karena tersedianya
tenaga kerja yang cukup, namun harus disertai dengan peningkatan keterampilan
teknologis dan perluasan kesempatan kerja. Apabila kebijaksanaan ini tidak ditempuh
maka akan menimbulkan pengangguran kelihatan atau tak kelihatan. Untuk jangka
panjang perlu ditempuh penanggulangan sebagai berikut:
a. peningkatan keterampilan teknologi
b. transmigrasi
c. industrialisasi
d. keluarga berencana, dan
e. distribudi penduduk secara ekonomi geografis yang dipadukan dengan masalah
keamanan nasional.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 128


3) Faktor modal
Modal dapat diperoleh dari tabungan, pajak, reinvestasi perusahaan, pendapatan
ekspor, dan modal asing.
Negara berkembang menghadapi kekurangan modal, dan pemupukan modal
dalam negeri terbatas, misalnya disebabkan:
a. pendapatan masyarakat rendah, sehingga tidak memungkinkan adanya tabungan,
b. dasar tarif pajak dan aparatur pemungutan pajak masih terbatas,
c. kemampuan investasi modal perusahaan masih kurang. Pendapatan ekspor
biasanya habis untuk pembiayaan impor.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut perlu diusahakan penanaman modal luar
negeri (PMA) yang berupa bantuan atau pinjaman Pemerintah maupun swasta yang
harus diarahkan untuk peningkatan produksi dalam negeri. Dengan demikian dapat
dijamin kemampuan pembayaran kembali dan mengurangi ketergantungan negara
kepada bantuan modal asing. Peningkatan kapasitas produksi bukan hanya bertujuan
peningkatan volume produksi melainkan juga memperoleh teknologi baru, keterampilan
kerja, kepemimpinan perusahaan, dan perluasan kesempatan kerja.
Penggunaan teknologi tidak dapat menciptakan lapangan kerja secara luas, oleh
karena itu negara berkembang perlu mengambil kebijaksanaan pembangunan industri
yang pada permulaannya masih bersifat labour intensif, atau maksimal menggunakan
teknologi elektra (intermediate technology).
Untuk jangka panjang perlu ditempuh strategi pembangunan yang bertujuan:
a. memberikan pendidikan keterampilan secara masal dan terarah
b. industrialisasi untuk perluasan lapangan kerja
c. peningkatan produksi barang dan jasa untuk konsumsi dalam negeri dan untuk
ekspor barang setangah jadi dan barang jadi.
d. pembinaan permodalan bagi pengusaha golongan ekonomi lemah.
4) Faktor teknologi
Negara berkembang berusaha mempercepat pertumbuhan ekonomi mencapai
swadaya nasional melalui pemasukan teknologi mutakhir. Teknologi memerlukan modal
besar, dan karena lemah permodalannya, maka memerlukan bantuan luar negeri atau
penanaman modal asing. Penggunaan teknologi memerlukan pertimbangan-
pertimbangan, misalnya:

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 129


a. Labour intensive (padat karya). Penggunaan labour intensif berakibat kurangnya
pengangguran, namun biaya produksi mahal, dan dengan sendirinya barang
produksi kurang mampu bersaing di pasaran dunia.
b. Teknologi intermediate, atau teknologi elektra. Penggunaan teknologi ini dapat
mengurangi pertentangan antara kepentingan peningkatan produksi secara cepat
dengan kepentingan menciptakan kesempatan kerja secara luas.
c. Teknologi mutakhir atau technocratium. Kenyataan menunjukkan bahwa penerapan
teknologi mutakhir tidak terlepas dari konsekuensi sosial ekonomis. Penerapan
teknologi mutakhir bagi masyarakat yang masih tradisional memerlukan
pelaksanaan yang bertahap, karena harus diadakan penyesuaian sosial budaya
yaitu perubahan sikap mental yang minimal mau menghargai dan maksimal mampu
menguasai dan memanfaatkan teknologi mutakhir tersebut.
5) Hubungan dengan ekonomi luar negeri
Dalam era globalisasi dewasa ini, kebanyakan negara melaksanakan ekonomi
terbuka, sehingga timbul pengaruh-mempengaruhi antara ekonomi dalam negeri dengan
luar negeri. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh negara berkembang di bidang
hubungan ekonomi luar negeri adalah sebagai berikut:
a. melebarnya jurang pemisah antara negara maju dengan negara berkembang,
karena pertumbuhan ekonomi yang tidak sama.
b. akibat perkembangan tersebut ialah berupa kemerosotan harga bahan ekspor
tradisional dan menurunnya hasil produksi negara berkembang.
c. makin tinggi kapasitas produksi dan volume ekspor negara industri, makin mudah
keadan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan pasaran internasional.
d. adanya pengelompokan negara maju menjadi masyarakat ekonomi misalnya M.E.E.
yang hanya dapat diimbangi oleh negara yang sudah sangat maju industrinya, dapat
merugikan negara berkembang karena pelakuan diskriminatip terhadap ekspor hasil
pertanian dan bahan mentahnya.
6) Prasarana atau infrastruktur
Prasarana merupakan segala sesuatu yang diperlukan untuk menunjang produksi
barang dan jasa. Prasarana adalah faktor utama bagi pertumbuhan dan kelangsungan
ekonomi negara. Usaha subversip dan infiltrasi baik dalam suasana damai, apalagi
dalam keadaan perang selalu menjadikan prasarana sebagai sasaran utama dari pihak
lawan.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 130


7) Faktor managemen
Managemen adalah tata cara mengelola perusahaan. Public administration adalah
managemen atau tatacara perusahaan oleh aparatur negara, sedangkan busines
management adalah tatacara perusahaan oleh pihak swasta. Tantangan yang
ditimbulkan oleh perkembangan faktor produksi menuntut untuk ditanggulangi lewat
kemampuan managemen. Oleh sebab itu diperlukan usaha peningkatan kemampuan
aparatur negara maupun pihak swasta secara terus menerus, dan pihak swasta perlu
ditumbuhkan kemampuan wiraswasta yang sepadan.

D. Aspek Sosial Budaya


Aspek sosial dan budaya biasa ditulis secara bersama-sama walaupun secara
konseptual masing-masing sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Aspek sosial
menyangkut masyarakat, yang berarti mengacu pada orang-orangnya, sedangkan
aspek budaya menyangkut kebudayaannya, yang berarti mengacu pada sistem nilai,
sistem ide, kepercayaan, teknologi, pencaharian, dan sebagainya yang terdapat dalam
masyarakat yang bersangkutan. Namun dalam kenyataan masyarakat dan kebudayaan
memang merupakan dua hal yang tak dapat dipisah-kan, sebab di mana ada
masyarakat di situ ada kebudayaan, betapapun sederhananya kebudayaan itu. Dapat
dikatakan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang inheren dengan masyarakat.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri hidup
bersama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang
sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut (Horton
dan Hunt, 1987:59)
Definisi klasik tentang kebudayaan sebagaimana dikemukakan oleh Sir Edward
Tylor adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh
seseorang sebagai anggota masyarakat. Secara lebih sederhana Horton dan Hunt
(1987:58) menyatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami
bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa kebudayaan adalah integrasi sistem pola-
pola perilaku hasil belajar yang merupakan ciri khas anggota suatu masyarakat dan
yang bukan merupakan warisan biologis (Hoebel, dalam: Djojomartono,1990:10)

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 131


Dari beberapa pengertian tentang kebudayaan tersebut tampak bahwa
kebudayaan mengandung cakupan yang sedemikian luas karena menyangkut berbagai
hal yang menyertai kehidupan manusia baik yang bersifat materiil maupun non mater-iil.
Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan
kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari
lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Karena itulah
dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif manusia
terhadap tantangan yang datang dari lingkungannya.
Aspek sosial biasanya mengacu kepada masalah struktur sosial dan pola
hubungan sosial yang ada di dalamnya, sedangkan kalau kita bicara aspek budaya,
mengacu pada kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
Atas dasar itu, maka dua hal tersebut akan dibicara-kan dalam bahasan berikut.
1. Struktur Sosial di Indonesia
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri-nya yang bersifat unik.
Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan
suku-bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas
dan lapisan bawah yang cukup tajam (Nasikun,1993:28)
Pelapisan sosial tersebut berkaitan dengan berbagai aspek. Dari aspek politik ada
pelapisan diantara orang-orang yang memegang kekuasaan (elite) dan rakyat biasa
(massa). Dari aspek ekonomi ada kelompok masyarakat ekonomi kaya, ekonomi
menengah, dan masyarakat miskin. Dari aspek pendidikan ada kelompok masyarakat
berpendidikan tinggi, menengah, dan masyarakat berpendidikan rendah. Demikianlah
kiranya masih dijumpai aspek-aspek lain yang dapat menim-bulkan pelapisan sosial.
Pluralitas masyarakat yang bersifat multi dimensional telah menimbulkan
persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horisontal,
sementara sratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada masyarakat Indonesia akan
memberi bentuk pada integrasi nasional yang bersi-fat vertikal.
Perbedaan sosial baik secara vertikal maupun horisontal pada akhirnya harus juga
dilihat sebagai perbedaan kepentingan yang akan membuka kemungkinan terjadinya
benturan serta friksi antarkelompok yang mengganggu ketahanan nasional. Konflik
antarsuku, antarpemeluk agama, antara pekerja dan pengusaha, dan kerusuhan massa
yang berlatar belakang kecemburuan sosial, merupakan wujud konkrit dari konflik

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 132


kepentingan tersebut, walaupun kita juga tidak dapat mengabaikan kemungkinan
adanya kepentingan-kepentingan lain di balik kejadian-kejadian tersebut.
Oleh karena itu maka persoalan yang timbul dari struk-tur masyarakat Indonesia
yang demikian adalah bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat
nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan nasional yang mantap. Untuk itu
diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang dapat melayani serta mengendalikan
berbagai kepentingan dalam masyarakat itu secara berkeadilan serta menerapkan
strategi integrasi yang relevan.

2. Kondisi Budaya di Indonesia


Struktur horisontal dan struktur vertikal masyarakat Indonesia sebagaimana
diuraikan di atas pada aspek budaya menimbulkan keanekaragaman budaya daerah. Di
Indonesia dijumpai bermacam- macam suku bangsa, dengan kebudayaan daerah yang
menyertai keberadaan suku tersebut. Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan
daerah dengan pendukung yang paling banyak jumlahnya.
Disamping kebudayaan suku bangsa tersebut masih dijumpai pula adanya
kebudayaan peranakan Arab, peranakan Cina, peranakan Belanda, peranakan Spanyol,
dan peranakan Portugis, yang tidak sepenuhnya sama dengan kebudayaan di Tanah
Arab, Cina, Belanda, Spanyol, maupun Portugis sendiri. Setiap generasi masing-masing
golongan kebudayaan peranakan ini mengembangkan kebudayaannya sehingga
menjadi kebudayaan tersendiri. Masing-masing pemeluk agama yang berbeda juga
memiliki kebudayaannya sendiri. Ucapan dan tulisan penganut agama tertentu, serta
perilaku yang diwujudkan dalam keadaan tertentu, sering mencerminkan unsur- unsur
dari kebudayaan yang terkait dengan agama yang dianut, seperti penggunaan kata-kata
bahasa Arab oleh penganut agama Islam, dan penggunaan kata-kata bahasa Latin oleh
penganut agama Katolik (Bachtiar,1992:18).
Demikian pula lapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku yang
diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan
berpakaian, kebiasaan konsumsi makanan, dan sebagainya. Semua itu menambah
keanekaragaman tampilan budaya masyarakat Indonesia.
Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan- kebudayaan lain
dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan nasional atau
kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan daerah tertentu
dan tidak sama artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di kepulauan

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 133


Indonesia. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan kita bersama, yakni kebudayaan
yang mempunyai makna bagi kita bangsa Indonesia.
Apa yang disebut kebudayaan bangsa (berarti juga kebudayaan nasional) dalam
penjelasan UUD 1945 dirumuskan sebagai puncak- puncak kebudayaan di daerah-
daerah di seluruh Indonesia. Perkataan “puncak-puncak kebudayaan” itu artinya adalah
kebudayaan yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa
di Indonesia, dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah Indone-sia.

3. Media Jejaring Sosial


Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi khususnya dengan
munculnya internet, telah membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat. Hubungan antar orang yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dalam dunia
yang nyata telah berkembang sedemikian rupa menjadi hubungan yang juga melalui
dunia maya (cyber), yaitu dengan memanfaatkan internet. Pemakai internet
menggunakan internet tersebut untuk menciptakan media jejaring sosial seperti
facebook, twitter, instagram, dan sebagainya untuk melakukan komunikasi satu sama
lain. Berkembangnya media jejaring sosial tersebut telah membawa pengaruh yang
sangat besar dalam kehidupan masyarakat utamanya dalam membangun relasi atau
jaringan yang merambah berbagai aspek kehidupan. Jejaring sosial ada yang
membangun relasi yang terkait dengan kehidupan politik, kehidupan ekonomi,
kehidupan sosial budaya, dan masih banyak yang lain. Jejaring sosial yang terbangun
juga melampau batas-batas suku, agama, budaya, dan sebagainya. Begitu juga secara
spasial melampaui batas kawasan, batas negara, batas benua, karena bisa dilakukan
dengan siapapun dan di manapun pasangan dalam jejaring itu berada.
Media jejaring sosial dapat menjadi sarana terbangunnya solidaritas kelompok
yaitu terbentuknya “group-group” dalam dunia maya di antara orang-orang yang memiliki
asal-usul, pandangan, selera, hobi yang sama misalnya. Media jejaring sosial juga dapat
menjadi sarana pembentukan opini publik dan sarana kontrol dalam relasi sosial,
sekurang-kurangnya dapat menjadi salah satu sarana berkomunikasi antar manusia
melalui dunia maya. Dengan demikian ada bangunan sosial yang lebih kohesif yang
bisa terbangun melalui jejaring sosial.
Namun di samping fungsinya yang demikian, media jejaring sosial juga
memunculkan persoalan baru yang berpotensi menciptakan gangguan dalam kehidupan
masyarakat dan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 134


Media jejaring sosial dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab untuk melakukan tindak kejahatan seperti penipuan, pembobolan
rekening di bank dan sebagainya. Begitu juga dari media jejaring sosial juga muncul
masalah seperti pencemaran nama baik seseorang yang berujung pada tuntutan hukum
dari pihak yang merasa namanya dicemarkan atau kepentingannya terganggu.
Singkatnya bahwa kehadiran media jejaring sosial di samping membangun solidaritas di
antara orang-orang dalam masyarakat juga menciptakan gangguan dalam kehidupan
sosial yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Perangkat
aturan hukum yang baru juga perlu disiapkan untuk menghadapi persoalan-persoalan
tersebut.

4. Ketahanan di Bidang Sosial Budaya


Ketahanan di bidang sosial budaya dapat digambarkan sebagai kondisi dimana
masyarakat Indonesia yang diwarnai berbagai keanekaragaman dan menggambarkan
adanya pelapisan dalam berbagai aspeknya dapat terwujud integrasi sosial yang
mantap. Dalam aspek kebudayaan sistem nilai budaya masyarakat Indonesia mampu
menanggapi berbagai pengaruh perubahan dengan cara mempertahankan nilai-nilai
budaya asli yang dianggap baik serta kesediaan untuk menerima pengaruh yang datang
dari luar demi kemajuan bangsa.
Untuk itu segala perbedaan yang ada dalam masyarakat hendaknya tidak
ditanggapi sebagai keadaan yang menghambat persatuan dan kesatuan bangsa,
melainkan sebagai kekayaan bangsa yang dapat dijadikan sebagai sumber bagi
pengembangan kehidupan nasional. Dalam hal ini sikap eksklusivisme yang berlebihan
perlu dihindari. Dengan kata lain perbedaan yang ada tidak dilihat sebagai sebuah
pertentangan, akan tetapi sebagai kondisi yang saling melengkapi secara fungsional. Di
situlah pentingnya pemahaman serta penghayatan makna Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam pandangan fungsionalisme struktural, suatu sistem sosial terintegrasi atas
dasar dua landasan, yaitu;
Pertama, masyarakat terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara
sebagian besar anggota masyarakat akan nilai-nilai kemasyarakatan yang fundamenal.
Kedua, masyarakat terintegrasi karena warga masyarakat sekaligus menjadi anggota
dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Dalam kondisi demikian maka
suatu konflik yang terjadi di antara satu kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 135


segera akan ternetralisasi oleh loyalitas ganda (cross-cutting loyalties) dari para
anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial (Nasikun, 1993:62).
Mengacu pada aspek yang disebut pertama, maka aktualisasi Pancasila memiliki
peranan yang sangat penting dalam mewujudkan integrasi masyarakat, karena
Pancasila merupakan wujud kesepakatan nilai yang bersifat fundamental dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengacu pada aspek kedua,
pengembangan organisasi masyarakat yang bersifat lintas suku, lintas agama, lintas
budaya, dan lintas perbedaan lainnya merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka mewujudkan integrasi masyarakat, yang berarti juga mendukung ketahanan
sosial.
Di bidang kebudayaan, ketahanan budaya antara lain ditentukan oleh kemampuan
kita menanggapi secara arif pengaruh nilai-nilai budaya dari luar untuk
mengembangkan atau memperkaya, serta meningkatkan kualitas budaya nasional. Hal
itu berarti bahwa kita tidak boleh bersikap a-priori terhadap nilai-nilai budaya sendiri
maupun terhadap nilai budaya yang datang dari luar.
Guna memperkokoh ketahanan budaya perlu dikembangkan sistem nilai budaya
yang mendukung terjadinya perubahan ke arah kemajuan; sebab kemajuan masyarakat
tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi seperti tersedianya modal atau biaya yang
cukup, akan tetapi juga ditentukan oleh faktor non-ekonomi, yang dalam hal ini adalah
sistem nilai budaya yang mendukung kemajuan itu sendiri. Sistem nilai budaya
dimaksud seperti kedisiplinan dan menghargai waktu, orientasi ke masa depan, tidak
hanya berserah pada nasib, percaya akan kemanfaatan iptek, dan sikap menghargai
materi tanpa harus menjadi seorang yang materialistis.
Ketahanan budaya juga perlu diwujudkan dengan memberikan ruang dan
kesempatan bagi bermacam-macam kebudayaan daerah untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik sehingga memperkaya kebudayaan nasional. Untuk itu
diperlukan sikap saling menghargai di antara pendukung kebudayaan daerah yang
berbeda, serta kesediaan untuk mensikapi berbagai persoalan kebudayaan dengan
perspektif sistem nilai dalam masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dan bukan
dengan perspektif sistem nilai pihak lain. Di sinilah diperlukan kesadaran multikultural
yakni kesadaran akan keberadan diri di tengah-tengah komunitas yang di dalamnya
diwarnai oleh adanya perbedaan-perbedaan, baik perbedaan suku, agama,
kebudayaan, dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian setiap perbedaan
selayaknya dipandang sebagai suatu kenyataan yang wajar, kenyataan yang harus

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 136


diterimia sebagaimana adanya, dan tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan
terjadinya perpecahan.

E. Aspek Pertahanan dan Keamanan


1. Pokok-pokok Pengertian tentang Hankam
Pertahanan dan keamanan merupakan daya upaya seluruh rakyat Indonesia
dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Pertahanan dan keamanan Republik Indonesia dilaksanakan
dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan seluruh potensi nasional
termasuk kekuatan seluruh rakyat secara terpadu dan terkoordinasi. Penyelenggaraan
pertahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah satu fungsi utama
pemerintah dan negara Republik Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai intinya, guna
menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan ketahanan
nasional.
Pertahanan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan negara untuk
menghadapi tantangan yang datang dari luar (tantangan eksernal); sedangkan
keamanan merupakan upaya untuk menghadapi tantangan yang datang dari dalam
(tantangan internal). Fungsi pertahanan terutama menjadi tanggungjawab TNI,
sedangkan fungsi keamanan menjadi tanggungjawab Polri. Namun demikian dalam
kenyataan keduanya saling terkait dan sulit dipisahkan satu sama lain. Oleh karenanya
pembedaan semacam itu lebih merupakan pembedaan dalam kerangka konseptual,
namun dalam prakteknya keduanya saling bekerjasama dalam memperkokoh
pertahanan dan keamanan negara.
Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia dilandasi
oleh landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional
Wawasan Nusantara. Sesuai dengan landasan tersebut pertahanan dan keamanan
negara merupakan hak dan kewajiban seluruh warga negara untuk mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, terwujudnya keamanan, serta
tercapainya tujuan nasional. Pertahanan dan keamanan negara diselenggarakan
dengan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (sishankamrata) yang bersifat
total, kerakyatan, dan kewilayahan.
Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Indonesia pada akhirnya tidak dapat
dilepaskan dari pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai. Ungkapan
yang sering kita dengar dalam hal ini adalah “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 137


lebih mencintai kemerdekaan dan kedaula­tan”. Dengan ungkapan tersebut berarti
bahwa bangsa Indone-sia ingin bersahabat dengan semua bangsa di dunia serta tidak
menghendaki terjadinya peperangan. Karena itu bangsa Indonesia senantiasa berusaha
menyelesaikan setiap masalah dengan negara lain melalui cara-cara damai. Namun
bangsa Indonesia bersedia berperang apabila ada pihak yang mengganggu
kemerdekaan dan kedaulatannya. Bagi bangsa Indonesia perang merupakan jalan
terakhir yang terpaksa ditempuh apabila cara damai tidak dapat menyelesaikan
masalah.

2. Postur Kekuatan Hankam


Postur kekuatan Hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan dan
gelar kekuatan. Untuk membangun postur kekuatan Hankam dapat digunakan 4 (empat)
pendeka-tan, yaitu pendekatan ancaman, pendekatan misi, pendekatan kewilayahan,
dan pendekatan politik. Dalam hal ini perlu adanya pembagian tugas dan fungsi antara
pertahanan dan keamanan.
Sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara, pembangunan kekuatan Hankam
perlu diarahkan pada upaya mempertahankan seluruh wilayah negara, baik wilayah
darat, wilayah laut, dan wilayah udara. Disamping itu pengembangan kekuatan Hankan
perlu dilakukan dengan mengantisipasi kemungkinan ancaman dari luar pada masa-
masa yang akan datang, sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi militer yang
telah memiliki daya gempur yang tinggi serta jangkauan yang sangat jauh. Ketepatan
dalam mengidentifikasi serta merumuskan hakikat ancaman merupakan hal yang sangat
penting, sebab kekeliruan dalam mengidentifikasi serta merumuskan hal tersebut akan
mengakibatkan postur kekuatan Hankam yang dibangun menjadi tidak efektif dalam
menghadapi ancaman yang datang. Ancaman di masa yang akan datang yang perlu
diwaspadai adalah serangan langsung lewat udara dan laut oleh kekuatan asing yang
memiliki kepentingan tertentu terhadap Indonesia.
Berbagai gejolak dalam negeri juga tidak menutup kemungkinan akan
mengundang campur tangan asing dengan alasan menegakkan HAM, demokrasi, dan
menjaga lingkungan hidup sebagaimana hal-hal tersebut telah menjadi issue global
pada saat sekarang. Oleh karena itu, maka penanganan masalah dalam negeri secara
baik merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi kemungkinan datangnya
campur tangan asing.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 138


Perumusan hakikat ancaman perlu mempertimbangkan kondisi geografis
Indonesia serta tingkat perkembangan ilmu dan teknologi. Wilayah Indonesia yang dua
pertiganya merupakan wilayah laut menempatkan laut dan udara di atasnya sebagai
mandala perang yang pertama kali akan terancam, karena digunakan sebagai “initial
point” untuk memasuki wilayah darat. Atas dasar itu, maka pembangunan postur
kekuatan Hankam pada masa yang akan datang perlu diarahkan pada terwujudnya
keseimbangan antara Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara untuk
kekuatan pertahanan serta Polri untuk kekuatan keamanan.
Bergesernya geopolitik ke arah geoekonomi mengandung implikasi semakin
canggihnya diplomasi guna menncapai tujuan politik dan ekonomi. Suatu hal yang perlu
menjadi perhatian dalam hal itu adalah bahwa pihak-pihak asing yang mempunyai
kepentingan terhadap Indonesia sebelum melakukan agresi akan berusaha
menggunakan saluran diplomasi dan membangun opini untuk mencari dukungan
internasional seba-gai pembenaran atas tindakannya. Kemajuan teknologi di bidang
informasi akan sangat memudahkan hal itu, terlebih lagi ketika dunia internasional
berada dalam situasi “unbalance of power” seperti apa yang terjadi sekarang ini.
Dinamika perkembangan lingkungan strategis mengisya-ratkan bahwa pergeseran
geopolitik ke arah geoekonomi membawa perubahan besar dalam penerapan kebijakan
dan strategi negara-negara dunia dalam mewujudkan kepentingannya. Penerapan cara-
cara baru telah meningkatkan eskalasi konflik regional dan konflik dalam negeri yang
mendorong keterlibatan superpower di dalamnya. Menghadapi keadaan semacam itu,
postur kekuatan Hankam yang perlu dibangun adalah kekuatan Hankam yang memiliki
profesionalisme yang tinggi untuk melaksanakan:
a) Pertama, kegiatan intel strategis dalam semua aspek kehidupan nasional.
b) Kedua, melaksanakan upaya pertahanan darat, laut, dan udara.
c) Ketiga, memelihara dan menegakkan keamanan dalam negeri secara berlanjut
dalam semua aspek kehidupan nasional.
d) Keempat, membina potensi dan kekuatan wilayah dalam semua aspek kehidupan
nasional untuk meningkatkan ketahanan nasional.
e) Kelima, memelihara stabilitas nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh
dan berlanjut.
Dengan mempertimbangkan keterbatasan biaya yang tersedia, serta mengacu
pada pengembangan kekuatan Hankam di negara lain yang menggunakan pendekatan

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 139


misi, yaitu hanya untuk melindungi diri dan bukan untuk invasi, maka konsep “standing
armed forces” perlu dikembangkan, dengan susunan kekuatan sebagai berikut:
Pertama, perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata yang merupakan
kekuatan TNI yang selalu siap, dan yang dibina sebagai kekuatan cadangan serta bala
potensial yang terdiri atas Polri dan Ratih sebagai fungsi perlawanan rakyat.
Kedua, perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas ratih dengan fungsi Tibum,
Linra, Kamra, dan Wanra.
Ketiga, komponen pendukung perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata sesuai
dengan bidang profesinya dengan memanfaatkan semua sumber daya nasional, sarana
dan prasarana, serta perlindungan masyarakat terhadap bencana perang dan bencana
lainnya.

3. Ketahanan di Bidang Hankam


Ketahanan nasional di bidang Hankam dapat digambarkan sebagai kesiapsiagaan
bela negara yang berisi kemampuan dan ketangguhan melalui penyelenggaraan
sishankamrata untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
kesinambungan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Upaya
pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
Pembangunan dan penggunaan kekuatan Hankam harus diselenggarakan oleh
manusia-manusia yang berbudi luhur, bijaksana, menghormati hak azasi manusia serta
menghayati makna nilai dan hakikat perang dan damai. Kelangsungan dan
perkembangan kehidupan bangsa memerlukan dukungan manusia-manusia yang
bertanggungjawab dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan.
Tentara Nasional Indonesia sebagai kekuatan pertahanan, dalam keadaan damai
dikembangkan dengan kekuatan kecil, profesional, efektif, efisien, dan modern bersama
segenap kekuatan perlawanan bersenjata dalam satu wadah TNI, disusun dalam
sishankamrata dengan strategi penangkalan. Sedangkan Polri sebagai kekuatan
keamanan, dikembangkan sebagai kekuatan yang mampu melaksanakan penegakan
hukum serta memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Dalam rangka ketahanan nasional di bidang Hankam, perlengkapan dan peralatan
untuk mendukung pembangunan kekuatan Hankam sedapat mungkin dihasilkan oleh
industri dalam negeri. Dengan demikian akan mengurangi ketergantungan pada negara
lain dalam pengembangan kekuatan Hankam.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 140


Ketahanan nasional di bidang Hankam akan sangat dipengaruhi oleh partisipasi
dan dukungan masyarakat dalam mempertahankan dan mengamankan negara. Dengan
kata lain ketahanan nasional di bidang Hankam sangat tergantung pada kesadaran
akan hak dan kewajiban warga negara dalam pembelaan negara.
Dalam bidang keamanan, upaya mewujudkan keamanan yang mantap harus
berhadapan dengan berbagai tantangan baik tantangan keamanan yang berdimensi
keamanan itu sendiri maupun tantangan keamanan yang berdimensi politik, ekonomi,
sosial budaya, dan sistem hukum.
Tantangan yang berdimensi keamanan itu sendiri seperti konflik antar pemeluk
agama dan konflik antar ethnis, gerakan separatis, terorisme, kriminalitas yang semakin
meningkat, budaya kekerasan yang semakin intens, serta penghakiman publik yang
semakin menggejala dengan tindakan yang di luar batas kemanusiaan. Tantangan
keamanan yang berdimensi politik seperti, pemaksaan kebijakan politik yang
mengakibatkan timbulnya penolakan berupa tindakan-tindakan yang dapat mengganggu
kemanan, euphoria reformasi dengan tuntutan demokrasi melalui cara-cara anarkhis
yang justru bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi. Tantangan keamanan yang
berdimensi ekonomi seperti meningkatnya angka pengangguran, terjadinya PHK
sebagai akibat kebangkrutan industri karena persaingan global dan pelarian modal ke
luar negeri, serta terjadinya kesenjangan kaya-miskin yang membangkitkan
kecemburuan sosial. Tantangan keamanan yang berdimensi sosial budaya seperti
pergeseran tata nilai dalam masyarakat yang dapat menimbulkan konflik di antara
pendukung nilai-nilai tradisional dengan pendukung nilai-nilai baru, korupsi kolusi dan
nepotisme (KKN) yang masih tetap subur, serta melonggarnya ikatan-ikatan sosial yang
rentan terhadap timbulnya masalah keamanan. Sedangkan yang derdimensi hukum
adalah seperti tumpang tindihnya (overleaping) di antara aturan-aturan untuk menangani
suatu perkara serta kesadaran hukum yang masih kurang baik pada masyarakat
maupun paa aparat penegak hukum.
Bersamaan dengan perkembangan teknologi terutama teknologi di bidang
komunikasi juga muncul tantangan baru di bidang keamanan yaitu munculnya kejahatan
di dunia maya (cyber crime) yakni modus kejahatan dengan memanfaatkan internet.
Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku
masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas
(borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 141


signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi saat ini selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia,
sekaligus menjadi sarana efektif untuk melakukan perbuatan melawan hukum.Saat ini
telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum
telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah
hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian
pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum
telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Istilah lain yang juga digunakan
adalah hukum teknologi informasi (law of information technology), hukum dunia maya
(virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat
kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik
dalam lingkup lokal maupun global (Internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi
berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara
virtual.
Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan
penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya
dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan
melalui sistem elektronik. Sehubungan dengan itu, dunia hukum sebenarnya sudah
sejak lama memperluas penafsiran asas dan normanya ketika menghadapi persoalan
kebendaan yang tidak berwujud, misalnya dalam kasus pencurian listrik sebagai
perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan siber tidak lagi sederhana karena
kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu negara, yang mudah diakses kapan
pun dan dari mana pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi maupun pada
orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya pencurian dana kartu kredit
melalui pembelanjaan di internet. Di samping itu, pembuktian merupakan faktor yang
sangat penting, mengingat informasi elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam
sistem hukum acara Indonesia secara komprehensif, melainkan juga ternyata sangat
rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam
waktu hitungan detik. Dengan demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa
demikian kompleks dan rumit.
Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi
elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (electronic commerce)
telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa konvergensi di bidang teknologi informasi, media, dan informatika

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 142


(telematika) berkembang terus tanpa dapat dibendung, seiring dengan ditemukannya
perkembangan baru di bidang teknologi informasi, media, dan komunikasi. Kegiatan
melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber (cyber space), meskipun
bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang nyata.
Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan
kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu
banyak kesulitan dan hal yang lolos dari pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang
siber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya
bersifat elektronik. Dengan demikian, subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula
sebagai Orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata. Dalam kegiatan
e-commerce antara lain dikenal adanya dokumen elektronik yang kedudukannya
disetarakan dengan dokumen yang dibuat di atas kertas. Berkaitan dengan hal itu, perlu
diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi
informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena
itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu
pendekatan aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk
mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik,
pendekatan hukum bersifat mutlak karena tanpa kepastian hukum, persoalan
pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal.
Dengan modus kejahatan tersebut kepolisian perlu melengkapi dirinya dengan
penguasaan teknologi informasi agar dapat melakukan deteksi dini serta penanganan
kejahatan secara efektif dalam rambu-rambu ketentuan hukum yang berlaku.
Sehubungan dengan itu telah ada perangkat hukum yaitu Undang-undang No. 8 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Soal-soal Latihan
1. Pengembangan pemikiran tentang Ketahanan Nasional dilatarbelakangi oleh hal-hal
tertentu.
a. Jelaskan latar belakang pengembangan pemikiran tentang Ketahanan Nasional
b. Jelaskan hubungan antara Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional!
2. Ketahanan Nasional sebagai metode menggunakan metode berpikir komprehensif-
integral dalam menata kehidupan nasional.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode berpikir komprehensif-integral!

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 143


b. Jelaskan cara menyelesaikan masalah Aceh dengan menggunakan metode
berpikir komprehensif-integral!
3. Ketahanan Nasional diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.
a. Jelaskan peran tiap gatra dalam Ketahanan Nasional dalam penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan!
b. Jelaskan mana yang lebih penting mewujudkan kesejahteraan dulu ataukah
keamanan dulu!
4. Kehidupan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari sebuah ideologi.
a. Mengapa demikian. Jelaskan!
b. Masyarakat seperti apa yang dicita-citakan menurut ideologi liberal, ideologi
komunis dan ideologi Pancasila. Jelaskan!
5. Antara infra struktur dan supra struktur secara realitas harus mampu berjalan
harmonis dan mampu beerjasama.
a. Jelaskan perbedaan infra struktur dan supra struktur di Indonesia, berikan
contoh!
b. Bagaimana menurut saudara peranan infra struktur dan supra struktur yang
paling ideal di Indonesia?
6. Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis ekonomi, selain itu yang lebih
menguatirkan adalah adanya disintegrasi, seperti Aceh dan irian Jaya.
a. Bagaimana sikap yang terbaik bagi bangsa Indonesia dalam mencari jalan
keluar permasalahan Aceh dan Irian Jaya menurut saudara?
b. Apa dampak disintegrasi terhadap kehidupan politik Indonesia?
7. Sementara para pakar berpendapat bahwa masalah pemenuhan kebutuhan hidup
merupakan persoalan yang terkait dengan aspek perekonomian yakni meliputi
tenaga kerja, modal, teknologi, sumber daya alam, dan manajemen.
a. Jelaskan pengaruh kualitas manajemen terhadap aspek perekonomian dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan warga negara!
b. Mengapa bangsa Indonesia yang relatif memiliki sumber daya alam melimpah
belum mampu menopang kesejahteraan para warga negaranya?
8. Secara yuridis formal pengelolaan dan pengembangan ekonomi Indonesia telah
diatur melalui pasal 33 UUD 1945, sehingga memiliki kekuatan yang mengikat pada
semua pihak yang terkait.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 144


a. Mengapa di era Orde Baru kesempatan usaha perekonomian tertentu dapat
dikuasai secara perseorangan?
b. Mengapa cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup
orang banyak perlu dikuasai oleh negara?
9. Di era globalisasi tidak terbendung masuknya budaya asing.
a. Bagaimanakah sikap saudara terhadap budaya aisng?
b. Bagaimanakah pengaruh budaya asing terhadap Ketahahan Nasional di bidang
sosial budaya?
10. Kita mengenal konsep Ketahanan, Pertahanan dan Keamanan.
a. Jelaskan perbedaan dan kaitannya antara ketiga hal tersebut!
b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ketahanan Nasional di bidang keamanan!

Bahan Diskusi
1) Pendekatan komprehensif integral atas masalah-masalah yang mengganggu
ketahanan nasional, seperti:
a) Kenakalan remaja
b) Narkotika dan obat-obat terlarang
c) Meningkatnya kriminalitas
d) Korupsi, kolusi, dan nepotisme
2) Fenomena kemiskinan dalam masyarakat dilihat dari ketersediaan sumber daya
alam dan keadaan penduduk.
3) Aktualisasi Ideologi Pancasila di era global sebagai upaya pembinaan ketahanan
ideologi.
4) Keterkaitan antara gatra politik dan gatra ekonomi dalam pembinaan ketahanan
nasional.
5) Sistem nilai budaya masyarakat dan pengaruhnya terhadap perkembangan
kehidupan ekonomi.
6) Pembinaan integrasi dan ketahanan nasional dalam konteks masyarakat pluralis.
7) Demokrasi dan hak asasi manusia dalam perspektif pembinaan ketahanan nasional.
8) Globalisasi dan kemajuan iptek dalam perspektif pembinaan ketahanan di bidang
hankam.

ASPEK SOSIAL DALAM KETAHANAN NASIONAL 145

Anda mungkin juga menyukai