Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila merupakan lima sila yang digunakan sebagai landasan dan pedoman Negara
Indonesia. Dengan burung Garuda sebagai lambangnya. Pancasila dalam bahasa sanskerta
artinya yakni panca yang berarti lima lalu sila yang berarti prinsip atau asas dari kehidupan
bermasyarakat. Pancasila sebagai dasar Negara berarti bahwa seluruh pelaksaan dan juga
penyelenggaraan pemerintah itu harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung yang
terdapat dalam pancasila dan tidak boleh bertentangan.1 (Oksep, A. 2015)
Pancasila sebagai ideologiNegara mengartikan bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan Indonesia yang berdasarkan pancasila. Segala peraturan-peraturan yang
berlaku di Indonesia semua harus bersumber dari Pancasila itu sendiri. Semua tindakan
kekuasaan atau kekuatan pada masyarakat harus berlandaskan peraturan hukum yang
berlaku. Hukum juga yang berlaku sebagai norma diNegara sehingga Indonesia menjadi
sebuah Negara hukum.2
Menurut Bunyamin, M (2008)3 upaya penerapan nilai-nilai Pancasila telah
dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960-an. Soekarno menguraikan apa saja
dasar yang harus dimiliki oleh Indonesia sebagai Negara merdeka. Beliau menyebutkan
beberapa hal yang pertama ada kebangsaan atau nasionalisme, lalu yang kedua
internasionalisme atau kemanusiaan, mufakat atau permusyawaratan, keadilan sosial,
kemudian yang kelima yakni ketuhanan dan kebudayaan. Lima hal itulah yang menjadi
prinsip kemudian diberinama Pancasila kemudian diusulkan sebagai Weltanschauung Negara
Indonesia yang merdeka.4
Berikut merupakan rincian dari kedudukan pancasila:
1. Pancasila sebagai dasar Negara merupakan sumber dari segala hukum sumber.
2. Pancasila adalah asas tertib hukum Indonesia dalam pembukaan UUD
1945 dan hal ini dijabarkan dalam empat pokok pikiran
3. Sebagai cita-cita hukum dasar Negara hukum tertulis maupun hukum tidak
tertulis.
4. Pancasila memiliki norma yang mengharuskan pemerintahan dan golongan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur
5. Sebagai sumber penyelenggara Negara. 5

2.2 Pancasila dan Liberalisme


2.2.1 Pengertian Liberalisme
Liberalisme adalah paham akan kebebasan. Individu diberi kebebasan untuk
berkembang tanpa terbatas dalam pemikiran, agama, pers dan politik, tapi kebebasan
bagi kaum liberal juga harus tetap dipertanggung jawabkan. Pandangan ini mulai
berkembang pada abad 18-19 di Prancis dan Inggris dengan penekanan pada kebebasan
Individu untuk mewujudkan kesejahteraan melalui perubahan dan inovasi organisasi
sosial.Gerakan kebebasan individu (liberalisme) kemudian menyebar keberbagai bidang,

1
Adhayanto,Oksep,2016:166-174.

2
Savitri,Alfira & Dewi,Dieni.2021:88-94.
3
Menurut Bunyamin, M .2008
4
Agustinus, W. D, 2015
5
Savitri,Alfira & Dewi,Dieni.2021:88-94.
seperti bidang politik, ekonomi,sosial dan budaya. Liberalisme lahir dari sistem kekuasaan
sosial berupa sistem merkantilisme, feodalisme, dan gereja roman Katolik. Umumnya
liberalisme ingin meminimalkan campur tangan negara dalam kehidupan sosial.
Liberalisme sebagai suatu ideologibisa dikatakan berasal dari falsafah humanisme yang
mempersoalkan kekuasaan gereja di zaman Renaissancedan juga dari golongan Whings
semasa Revolusi Inggris yang menginginkan hak untuk memilih raja dan membatasi
kekuasaan raja.6
Dalam sejarah Indonesia, demokrasi negara ini juga pernah menganut demokrasi
Liberal pada masa pemerintahan Soekarno. Walaupun sekarang Indonesia tidak
menganut sistem tersebut, tetapi pengaruh dan paham liberal masih bisa dirasakan
dalam berbagai aspek. Sehingga mengkaji pemikiran liberalisme masih sangat relevan dan
menarik.Hal ini disebabkan paham Liberalisme yang awalnya ingin menyuarakan
kebebasan invidu telah berdampak pada segala aspek, mulai dari aspek politik, ekonomi,
sosial dan budaya.6
Pengaruh Liberalisme semakin meluas dan mendunia terutama dipenghujung abad ke-
20 dengan runtuhnya Komunisme. Keruntuhan ideologi tersebut menempatkan liberalisme
sebagai satu-satunya paradigma yang harus “diimani” dan “diamini” seluruh negara,
bangsa dan umat manusia. Peradaban dunia seolah harus menerima tegaknya tata nilai
kemanusiaan baru menggantikan nilai-nilai tradisional yang berkembang sebelumnya,
dengan liberalisme sebagai pilar utamanya. Contohnya,kawasan Asia dan Amerika
Latin yang dulunya berpaham sosialisme, perlahan kini telah mengganti ideologinya
menjadi sistem demokrasi liberal.Hal ini tidak terlepas dari percaturan dunia pasca perang
dingin, yang dimenangkan negara-negara yang menganut paham Liberal.6

2.2.2 Sejarah Liberalisme


Sejarah liberalisme dimulai dari zaman Renaissance, sebagai reaksi atas
hegemoni kaum feodal pada abad pertengahan di Eropa. Saat itu kekuasaan gereja
mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia. Semua aturan kehidupan ditentukan
dan berada di bawah otonomi gereja. Hasilnya, manusia tidak memiliki kebebasan
dalam bertindak, otonomi individu dibatasi dan bahkan ditiadakan. Kondisi ini memicu
kritik dari berbagai kalangan, yang menginginkan otonomi individu dalam setiap
tindakan dan pilihan hidup. Menurut liberalisme, individu adalah pencipta dan penentu
tindakannya. Dengan konsep seperti ini, maka kesuksesan dan kegagalan seseorang
ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh tindakan-tindakannya dan pilihan-pilihan terhadap
tindakan tersebut.Intinya, manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya, manusia adalah
pribadi yang otonom.6
2.2.3 Pengaruh Liberalisme Dalam Tatanan Kehidupan
a. Bidang politik
Dengan menganut paham liberal, negara-negara kerajaan yang bersifat
feodal dan bertumpu pada kesetiaan raja dan keluarganya telah berubah. Paham
liberal telah melahirkan negara yang demokratis dengan semangat bertumpu
pada nasionalisme yang menekankan persamaan, persaudaraan dan keadilan. Contoh
negara tersebut seperti Prancis, Inggris,Jerman, Italia dan lainnya. Sistem politik
dari negara-negara ini tidak lagi terpusat kepada gereja (Paus) di Roma. Negara
dengan sendirinya menjadi kekuatan yang terbesar, tertinggi dan otonom yang
terinspirasi oleh rasa kebangsaan dan bukan lagi membangun “kerajaan Tuhan di
Bumi”. Oleh sebab itu, bentuk negara dibedakan dalam dua macam, yakni
negara dalam bentuk Republik dan kerajaan.6

6
Batubara,Ulfah & Siregar, Nabilah.2021:485-491.
Adapun negara yang bentuknya monarki absolut bergeser menjadi monarki
konstitusional atau monarki parlementer, seperti Inggris, Belanda, Belgia dan Spanyol.
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa pada awalnya suara raja dan suara Paus
adalah suara Tuhan, setelah pengaruh Liberalisme melanda Eropa, kekuatan suara
ada di tangan setiap warga. Dengan demikian suara rakyat adalah suara Tuhan (Fox
dei-Fox popule).6

b. Bidang ekonomi
Paham liberal juga masuk pada bidang ekonomi. Tokoh yang terkenal
adalam bidang ini adalah Adam Smith. Sistem ekonomi liberal adalah sistem
ekonomi dimana sebagian besar keputusan dalam perekonomian ditentukan oleh
masing-masing individu, bukan lembaga atau organisasi bahkan pemerintah.
Ekonomi liberal sering dikaitkan dengan dukungan terhadap pasar bebas dan
kepemilikan pribadi atas aset dan modal. Proteksionisme bertentangan dengan
ekonomi liberal karena dianggap tidak mendukung perdagangan bebas dan pasar
terbuka. Secara historis, ekonomi liberal muncul sebagai tanggapan akan
merkantilisme dan feodalisme. 6

c. Bidang pendidikan
Dunia pendidikan yang memiliki posisi strategis dalam struktur kebudayaan
setiap bangsa juga tidak luput dari keharusan menyesuaikan diri dengan tuntutan
liberalisasi. Pengaruh tersebut dalam pendidikan di Barat tampak pada paradigma
pendidikan progresifisme, yang memandang setiap individu sebagai pihak paling
tahu yang terbaik bagi dirinya sendiri. Sekolah ataupun guru tidak berhak
menentukan tata nilai yang harus dan tidak semestinya bagi siswa-siswanya.
Tujuan pendidikan tidak lagi dapat ditekankan pada kepentingan penyelenggara
dalam menebarkan misinya di tengah masyarakat. Sebaliknya, pendidikan dituntut
mempertimbangkan posisi dirinya sebagai fasilitator masyarakat dalam mencapai tujuan
dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperkembangkan diri. Seiring
menguatnya paradigma liberalis-kapitalis, pendidikan yang semula menjadi wahana
pewarisan budaya bergeser menjadi agen kapital. Pendidikan secara simultan
beralih posisi sebagai penopang industri. Keberadaan industri seakan menjadi jalan
akhir bagi proses pendidikan dengan arah, target serta reward yang secara material
semakin kongkrit.6

2.2.4 Pancasila dan Liberalisme


Dari perspektif komunitarisme Pancasila dapat memberikanpenekanan pada
beberapa persoalan sentral Indonesia yang moderen.Prinsip moderen seperti demokrasi
dan faham hak-hak asasi manusiayang menjadi titik pijak politik di Indonesia pasca
reformasi tetapmenunjuk pada pertanyaan seputar pandangan hidup, pertanyaan yang
berhubungan dengan substansi dan pemahaman tentang manusia.Pancasila adalah
jawaban atas pertanyaan ini. Faham hak asasi manusiasebagai sebuah konsep universal
membutuhkan locus kontekstualisasi di Indonesia agar menjadi bagian dari hidup
masyarakat. Pancasilamencegah bahaya privatisasi konsep hidup baik seperti
dipraktikkan dalam masyarakat liberal. Namun di sisi lain harus tetap disadari kalau
pancasila hanya menjadi relevan jika selalu terbuka ditafsir lagi dalamterang nilai-nilai
kemanusiaan universal seperti konsep HAM. Bahwa jawaban yang human atas
pertanyaan tentang orientasi makna dan nilai dapat ditemukan dalam sebuah masyarakat,
sangat bergantung pada vitalitas sosial dari tradisi, sumber-sumber kultural, agama,
model-model etos serta tatanan sosial di mana makna dan nilai tersebut dirawat dan
dihayati.
Pancasila merupakan suatu model pengawetan dan vitalisasi tradisi tersebut.
Untuk itu Pancasila harus selalu ditematisasi dalam diskursus di ruang publik. Dengan
demikianPancasila mengambil bagian dalam proses pembentukan kesadaran kolektif
bangsa Indonesia.Diferensiasi dan atomisasi sistem-sistem interaksi moderen hidup dan
hanya berfungsi atas dasar prasyarat-prasyarat kultural. Tatanan hukum negara yang
berpijak pada konsep hak-hak asasi manusia betulmerupakan syarat yang seharunya
(necessary condition), tapi bukan yang mencukupi (sufficient condition) bagi sebuah
tatanan masyarakat yangadil dan sejahtera. Juga konstitusi dan hukum yang paling
rasional sekalipun belum menjadi jaminan dalam berperang melawan.7

2.3 Pancasila dan Komunisme


2.3.1 Pengertian Komunisme
Idelogi komunisme mendasarkan pada satu keyakinanbahwa manusia pada
hakikatnya hanya mahkluk sosial saja. Dalam sistem komunisme pandangan hidup
bukan lagi masalah pribadi melainkan masalah partai. Komunisme juga radikal dan
doktriner, sehingga apabila ada yang tidak sesuai dengan mereka, mereka tidak segan-
segan ambil tindakan.Ideologi komunisme yang merupakan paham dimana modal dan
aset dimiliki bersama. Sehingga kepentingan bersama adalah yang terutama.

2.3.2 Pancasila dan Komunisme


Komunisme di Indonesia memiliki stigma buruk akibat bercampurnya dengan
unsur politik.Hal ini secara khusus tampak dalam proses pemilihan ketua partai di
Indonesia, di mana pada setiap Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga kepartaian
secara tidak langsung menyiratkan komunisme sebagai ideologi terlarang. Oleh
karenanya, muncul paradigma dalam masyarakat bahwa komunisme adalah ideologi
yang sesat. (Michael,2016).
komunisme diIndonesia memiliki stigma buruk akibatbercampurnya dengan
unsur politik.Komunisme dalam kajian ilmu hukumterutama ilmu negara adalah
ideologi yang selalu berkolerasi dengan sistem politik dan mencerminkan suatu gaya
hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu yaitu:
1. Gagasan monisme (sebagai lawandari pluralisme). Gagasan ini menolakadanya
golongan-golongan di dalammasyarakat sebab dianggap bahwasetiap golongan
yang berlainan aliranpikir.
2. Kekerasan dipandang sebagai alatyang sah yang harus dipakai untuk mencapai
komunisme. Paksaan ini dipakai dalam dua tahap: pertama terhadap musuh,
kedua terhadap pengikutnya sendiri yang dianggap masih kurang insaf.
3. Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme karena itu semua alat
kenegaraan seperti polisi, tentara, kejaksaan, dipakai untuk diabadikan kepada
tercapainya komunisme. Ini mengakibatkan suatu campur tangan negara yang
sangat luas dan mendalam di bidang politik,sosial dan budaya. (Michael,2016).
Ketika ideologi berubah menjadi alat propaganda maka di situlah terjadi
politisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komunisme di Indonesia
yang dianggap sebagai larangan melalui Ketetapan Majelis Permusya waratan
Rakyat Sementara Republik Indonesia No. XXV/MPRS/1966 tentang
Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang
Diseluruh Wilayah Negara Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia
7
Madung,Gusti,Otto.2015:231-251.
dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme (TAP MPRS No.
XXV/MPRS/1966) dimana pada bagiankonsiderans termaktub bahwa “Bahwa
faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme pada inti hakekatnya
bertentangan dengan Pancasila”.8

2.4 Pancasila dan Agama


Kehidupan beragama di Indonesia secara yuridisme mpunyai landasan yang kuat
sebagai mana termaktub dalam dasar negara maupun Undang-UndangDasar 1945.
Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung prinsip bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsayang beragamaatau bukan negarayang berdasarkan agama
tertentu dan bukan pula suatunegara sekuler yang memisahkan agama dengan urusan
negara.Indonesia memiliki falsafah negara Pancasila yang mengakui tentang
ketuhanan. Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara dan merupakan sumber dari
segala sumber hukum, maka apapun aturan atau hukum yangterbentuk harus
mengacu pada nilai-nilai Pancasila. Pengakuan agama atau kepercayaan terhadap
Tuhan Yang MahaEsa, serta jaminan terhadap penduduk yang beragama dan
menjalankan ibadah berdasarkan atas agama atau kepercayaan itu, merupakan ciri
negara berketuhanan Yang Maha Esa,dengan demikian bahwa Indonesia bukan
negara agama, karena tidak berdasarkan agama tertentu, juga bukan negara sekuler
karena tidak memisahkan antara urusan negara dan agama. Tetapi negara memberikan
perlindungan pada semua agama dan aliran kepercayaan. Ini berarti bahwa setiap
orang berhak atas kebebasan beragama atau berkepercayaan. Tidak seorang pun
boleh dikenakan pemaksaan yang akan mengganggu kebebasannya untuk menganut
atau memeluk suatu agama atau kepercayaan pilihannya sendiri, dan negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaannya.9
Berdasarkan pada Pasal 29 UUD 1945 besertatafsirnya tersebut,pemerintah
berkewajiban mengatur kehidupan beragama di Indonesia.Sebagai pelaksanaan Pasal 29
(2) UUD 1945 pemerintah mengeluarkan UU No.1/PNPS/1965tentang pencegahan
penyalah gunaan dan/atau penodaan agama yang dikukuhkan oleh UU No.5 Tahun
1969 tentang pernyataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai
Undang-Undang. Bentuk keikutsertaa pemerintah dalam persoalan agama adalah dengan
adanya pengakuan terhadap beberapa agama di Indonesia. Pengakuan ini muncul dalam
bentuk keluarnya Surat Edaran Menteri DalamNegeri No.477/74054/1978 yang antara
lain menyebutkan: Agama yang diakui pemerintah, yaitu Islam, Katolik,
Kristen/Protestan, Hindu,Buddha,dan Khong Hu Cu.
Pemerintah juga membentuk dan mengakui lembaga-lembaga seperti MUI,
WALUBI, PGI, KWI,dan HINDUDHARMA. Kelompok-kelompok inilah yang diberi
wewenang mengontrol bentuk-bentuk kegiatan dan tafsir keagamaan di masyarakat.
Kemurnian dan keshahihan tafsir yang benar padagilirannya akan dijadikan dalih untuk
mengontrol dan mengendalikan sejauhmana praktek-praktek keagamaan yang
dijalankan seorang individu ataukelompok masyarakat menyimpang atau tidak dari
garis-garis pokok ajaran keagamaan atau dikatakan sebagai induk agama. Dalam
APBN maupunAPBD tersedia anggaran untuk urusan keagaaman.
Pancasila sebagai dasar negara danfalsafah kenegaraan Indonesia diterima dan
ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila merupakan hasilkesepakatan luhur para
pendiri bangsa dalam mendirikan negara Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman

8
Michael,Tomi.2016:15-28
9
Budiyono.2014:410-423.
suku, ras, agama, dan budaya (Pluralitas).Pancasila yang secara sadar dan sengaja itu
ditempatkan dalam pembukaan UUD 1945 sebagai landasan kefilasafatan yang
mendasari dan menjiwaidalam penyusunuan ketentuan-ketentuan dalam Undang-
Undang Dasar itu.Dengan demikian, maka Pancasila melandasi kebijakan-kebijakan
dalam penyelenggaraan bernegara dan berbangsa yang dituangkan dalam politik
ukumnya,sejak berlakunya undang-undang dasar tersebut, maka penyusunan dan
pelaksanaan dari Sistem Tata Hukum Indonesia harus didijiwai Pancasila.9
Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa berpangkal pada satu keyakinan
bahwa alam semesta bersertaisinyasebagai suatu keseluruhan yang terjalin secara
harmonis adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.9
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono.(2014). Hubungan Negara dan Agama Dalam Negara Pancasila. Fiat Justica
Jurnal Ilmu Hukum,(8)3,410-423.
https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/305/265

Michael,Tomi.(2016). Korelasi Komunisme dalam Demokrasi di Indonesia. Jurnal Refleksi


Hukum,(1)1,15-28. https://ejournal.uksw.edu/refleksihukum/article/view/635/425

Casedi,Edi & Hidyat, Syamsul.(2017).Pemikiran Paham Komunis Persepektif


Pancasila.Jurnal Studi Islam,(18)2,110-119.
https://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/view/7429/4261

Madung,Gusti,Otto.(2015). Pancasila dalam Pusaran Diskursus Liberalisme Versus


komunitarisme.Jurnal Studi Islamdan Humaniora,(12)2,231-251.
https://www.researchgate.net/publication/311335495_Pancasila_dalam_Pusaran_Disk
ursus_Liberalisme_versus_Komunitarisme

Batubara,Ulfah & Siregar, Nabilah.(2021). Liberalisme John Locke dan Pengaruhnya dalam
Tatanan Kehidupan.Jurnal Education and Development,(9)4,485-491.
https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/3189/2060

Yunus,Fais.(2017).Radikalisme,Liberalisme dan Terorisme : Pengaruhnya Terhadap Agama


Islam.Jurnal studi Al-Qur’an;Membangun Tradisi Berpikir Qur’ani,(13)1,76-94.

Savitri,Alfira & Dewi,Dieni.(2021).Pancasila sebagai Dasar Negara dan Implementasinya


dalam Berbagai Bidang.Jurnal Pendidikandan Psikologi,(3)1,88-94.

Adhayanto, Oksep.(2016).Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam


Pembentukkan Peraturan Perundang-Undangan.Jurnal Ilmu Hukum,(5)2,166-174.

Anda mungkin juga menyukai