PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
b. Identifikasi kasus :
Pada artikel tersebut, berisi tentang salah satu WNI bernama Tina yang memilih
menganut atheis dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Tina mengaku bahwa
salah satu alasan semakin kuatnya untuk menjadi atheis bermula pada saat ia tergabung
dalam komunitas Free-Thinker yang berasal dari berbagai macam negara dan ideologi.
Free-thinker sendiri secara umum adalah orang-orang yang berpikir bebas atau
independen yang mengandalkan rasionalitas, sehingga tak mengakui otoritas apapun.
Free-Thinker menolak atau setidaknya bersikap skeptis terhadap dogma religi. Pilihan
menjadi atheis di Indonesia membuatnya hingga saat ini (2019) mengalami banyak
kesulitan, sehingga ia menjadi tertutup dalam sehari-harinya.
c. Pemecahan kasus :
Ditinjau dari sisi ideologi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, apa yang
dilakukan oleh Tina merupakan suatu hal yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Hal ini sangat bertentangan dengan bunyi sila pertama Pancasila, yaitu “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Pada sila pertama Pancasila, sudah sangat jelas menunjukkan bahwa
ideologi di Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satunya adalah setiap WNI wajib
dan bebas untuk menganut agama dan beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
Sementara itu, atheis secara jelas bukan merupakan cerminan dari ideologi Pancasila
tersebut. Justru merupakan salah satu cerminan dari negara yang menganut ideologi
liberal, yaitu memberikan kebebasan kepada warganya untuk menganut agama dan
melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan kebebasan untuk tidak
percaya terhadap Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan
warganya untuk menilai dan mengkritik agama.
IV. Penutup
a. Kesimpulan
Demokrasi liberal di Indonesia berlangsung pada tahun 1950 hingga juli 1959.
Sistem politik pada masa demokrasi liberal di Indonesia mendorong lahirnya partai-
partai politik. Hal ini dikarenakan menganut sistem multipartai atau lebih dari satu
partai. Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu, sehingga
masalah agama dalam negara sangat ditentukan oleh kebebasan individu. Berdasarkan
pandangan filosofis, dalam sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara
negara dengan agama atau bersifat sekuler. Hal itu berbeda dengan ideologi Pancasila
yang bukan merupakan negara sekuler yang memisah-misahkan agama dengan negara.
Ideologi liberalisme tidak cocok dengan Indonesia karena ideologi tersebut
bertentangan dengan elemen bangsa Indonesia.
b. Saran
Daftar Rujukan
Gunadha, R., Tanjung, R. 2019. Mereka Hidup Tanpa Tuhan, Pengakuan Orang-orang Ateis di
Indonesia, (Online), (https://www.suara.com/news/2019/07/10/080500/mereka-hidup-
tanpa-tuhan-pengakuan-orang-orang-ateis-di-indonesia ), diakses 18 Februari 2022.
Setiawan, J., Permatasari, W. I., & Kumalasari, D. (2018). Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Pada Masa Demokrasi Liberal Tahun 1950-1959. HISTORIA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Sejarah, 6(2), 365-378.
Utama, A. S., & Dewi, S. (2018). Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia serta
Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi.