Anda di halaman 1dari 3

4.

Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia


Pancasila lahir pada 1 Juni. Pancasila diresmikan pada 18 Agustus 1945 pasca kemerdekaan.
Histori Pancasila menjadi ideologi negara Indonesia tidak semata-mata berjalan lancar, banyak
dinamika dan tantangan yang harus dihadapi. Dalam pembentukan ideologi atau dasar negara
Indonesia mendapat tantangan serta rintangan mulai dari direncanakannya dasar negara, melalui
banyak pendapat serta usulan dari beberapa tokoh kemerdekaan, hingga akhirnya Pancasila yang
menjadi dasar negara Indonesia. Tidak sampai situ, Pancasila tetap mendapat rintangan serta
mengalami dinamika yang harus dilalui.
Dalam catatan sejarah bangsa, Pancasila pernah akan diganti dengan ideologi lain oleh
masyarakat Indonesia. Ditambah dengan Pancasila lahir pada era orde baru yang mana kondisi
politik dan sosial berada di garis kekacauan, sosial budaya mengalami masa pergantian yang
semula masyarakat terjajah mengarah pada masyarakat bebas atau merdeka. Berikut ini beberapa
dinamika Pancasila sebagai dasar negara Indonesia:
A. Periode 1945 – 1950
Pada masa ini, Pancasila mengalami masalah, karena Pancasila akan diganti dengan
ideologi lain yang ditandai dengan :
1. Pemberontakan PKI Madiun tepat 18 September 1948. Pemberontakan ini
dikendalikan Sumo, dengan maksud membangun negara Soviet Indonesia yang
beridoelogi komunisme yang berarti Pancasila akan diganti dengan ideologi
komunisme.
2. Pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia, dipelopori Sekarmaji
Marjian Kartosawiryo dengan tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) yang
dikerahkan pemimpinnya, yaitu Sekarmaji Majian Kartosawiryo pada 14 Agustus
1949. Didirikannya Negara Islam Indonesia (NII) adalah bertujuan untuk
menggantikan ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila dengan syariat Islam, tetapi
aksi ini gagal karena Sekarmaji ditangkap pada 4 Juni 1962.
B. Periode 1950 – 1959
Ideologi pada masa ini tetaplah Pancasila, namun saat penerapan nilai Pancasila
cenderung ke liberal. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui melihat sila ke-4 yang bukan
lagi musyawarah mufakat, tetapi mengambil suara terbanyak. Sama halnya sila ke-3 yang
tertulis “Persatuan Indonesia” berada pada ambang permasalahan karena muncul
pertentangan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemberontakan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI), dan Perjuangan Rakyat Semesta (permasta) yang hendak lepas dari
NKRI.
C. Periode 1952 – 1965
Demokrasi pada masa ini tidak berada pada kekuasaan rakyat. Nilai-nilai
Pancasila tetap diterapkan, namun berada di bawah kekuasaan presiden Sukarno,
akibatnya terjadi kesalah pahaman terhadap Pancasila sebagai konstitusi.
Alhasil presiden Sukarno menjadi sewenang-wenang, diangkat menjadi presiden dengan
masa jabatan selamanya, dan mengaitkan nasionalisme, kepercayaan atau agama,
komunisme yang ternyata tidak pas untuk NKRI.
Tantangan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yaitu digabungkan atau
digantikan oleh ideologi lain, ditolak oleh Sebagian kelompok masyarakat, berikut ini
perbedaan Pancasila dengan ideologi lainnya:

A. Pancasila dengan Liberalisme


Ideologi liberalisme adalah ideologi yang banayak diketahui oleh masyarakat
dunia. Ideologi liberal umumnya diterapkan oleh masyarakat barat.
Liberalisme yang diterapkan oleh individu bangsa barat cenderung mementingkan
kebebasan, sedangkan haluan yang masyarakat Indonesia pegang adalah melihat
manusia sewajarnya makhluk individu juga makhluk sosial.

Negara berideologi liberal mengizinkan masyarakatnya untuk memeluk agama


dan melakukan ibadah sepadan dengan agama yang dianut, juga negara liberal
mengizinkan warganya unuk tidak memeluk agama apapaun atau tidak percaya
Tuhan (atheis), bahkan mengkritik atau agama sesuai pandangannya. Dapat
disimpulkan bahwa ideologi liberal bersifat sekuler, juga dapat disimpulkan bahwa
ideologi liberal tidak cocok dengan NKRI yang kaya akan bebagai agama, budaya,
suku, dan ras, maka dari itu ideologi liberal tidak pernah diterima di Indonesia.

B. Pancasila dengan Komunisme


Sama seperti ideologi liberlis, ideologi komunis tidak pernah diterima oleh
masyarakat Indonesia karena pada umumnya negara yang menganut ideologi
komunis tidak percaya akan Tuhan (atheis). Berbanding balik dengan Indonesia yang
menjungjung tinggi nilai ketuhanan dan bedasar atas Tuhan Yang Maha Esa. Ideologi
komunis dinilai kurang menghargai manusia selayaknya makhluk perorangan karena
prestasi dan hak milik tidak diakui. Pemerintahan cenderung totaliter yang berarti
segala aspek kehidupan warganya diawasi oleh pemerintahan dan juga berpotensi
terjadi penindasan oleh pemerintahan. Ideologi juga bersifat otoriter yang bermakna
pemerintahan di atas segalanya dengan kata lain sewenang-wenang yang membuat
pengnutnya dituntut bersikap dogmatis (mengikuti ajaran tanpa kritik sama sekali).

Ideologi komunis sangat berbanding terbalik dengan ideologi Pancasila yang


bersifat terbuka, dan memberikan kesempatan untuk berpikir kritis juga rasionalis
terhadap segala aspek. Pancasila juga bersifat berkembang sesuai zaman yang dapat
menjawab berbagai tantangan dari masa ke sama, seperti Pancasila dalam
menghadapi globalisasi yang terjawab pada sila ke-2, era globalisasi memang dapat
mengubah manusia sepenuhnya sila ke-2 dapat menjadi penawar globali yang
menghantui anak bangsa dengan memegang teguh kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Pancasila juga dapat menjadi penenang saat pandemi covid memasuki Indonesia,
dengan memegang teguh serta menerapkan sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia yang
mengandung nilai gotong royon, dapat disimpulkan bahwa dengan bergotong-royong,
bahu-membahu antar masyarakat Indonesia atau antar profesi dapat membantu negara
Indonesia dari pandemi covid.

Penolakan ideologi komunis di Indonesia diperkuat dengan adanya ketentuan


MPR No. 25/MPRS/1966 perihal pembubaran PKI.
C. Pancasila dengan agama
Menurut Latif (2011: 57) dari zaman dahulu sampai menjelang kemerdekaan,
masyarakat Nusantara sudah melampaui beribu tahun pengaruh oleh bermacam-
macam agama. Berkisar 14 abad di bawah pemahaman Hinduisme dan Budhisme,
berkisar 7 abad di bawah cengakam Islam, dan berkisar 4 abad dalam pemahaman
Kristen.

Menurut Hartono (1992: 5), semboyan negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika,
yang seutuhnya tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrua, yang
memiliki arti meskipun berbeda, namun tetap satu, karena tidak ada agama yang
berbeda tujuan.
Ketuhanan dalam prinsip ideologi negara Indonesia juga selaras dengan pidato Ir.
Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara.

D. Pancasila dengan kelompok yang menolak


Menjadi ideologi negara yang beraneka ragam suku, budaya, ras, agama,
perbedaan latar belakang masyarakat yang berbeda tentunya menjadi sebuah
tantangan tersendiri bagi Pancasila yang menjadi ideologi di negara yang serba
beragam ini. Tidak menutup kemunkinan bahwa ada sekelompok masyarakat yang
tidak setuju bahkan menentang Pancasila menjadi ideologi negara Indonesia.
Penolakan Pancasila yang menjadi ideologi negara dapat dilihat dengan adanya
beberapa pemberontakan seperti pemberontakan PKI Madiun yang bertujuan
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Adanya pemberontakan
Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia yang ingin merubah ideologi Pancasila
dengan Syariat Islam.
Segala bentuk penolakan terhadap Pancasila terkalahkan dengan adanya
kecocokan pandangan masyarakat yang menilai Pancasila lah ideologi yang paling
cocok untuk diterapkan di Indonesia yang serba beragam, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan karena hal yang melatarbelakangi terbentuknya Pancasila adalah
agama, budaya, adat-istiadat sehingga dinilai cocok dengan bangsa Indonesia yang
penuh keragaman.

Anda mungkin juga menyukai