NIM : J1D022075
KELAS : B
Menurut hasil survey Wahid Institute, radikalisme dan intoleransi, 1.520 responden dengan
metode multistage random sampling, 11 juta orang Indonesia bersedia melakukan tindakan radikal.
0,4% penduduk Indonesia pernah melakukan tindakan radikal dan 7,7% mau bertidak radikal. Mbak
Yenni mengatakan bahwa ceramah yang sarat kebencian merupakan penyebab radikalisme di
Indonesia. Ini menjadi perhatian bahwa kita sudah dalam kondisi untuk mengantisipasi gerakan
radikal. Survey yang dilakukan oleh Lembaga Kajian dan Perdamaian Islam pada 2010-2011, survey
yang mengambil 993 responden siswa SMP dan SMA. 50% responden menyetujui adanya aksi radikal
atas nama agama, 14,2% menyetujui aksi terorisme, 84,8% setuju dengan penegakan syariat agama,
dan 25% menyatakan pancasila tidak lagi relevan sebagai ideologi.
Ini potret dari kehidupan bermasyarakat yang selama ini menjadi bagian kehidupan kita.
Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi Pancasila, tetapi jangan ubah Pancasila yang sudah menjadi
kesepakatan para pendiri bangsa. Ideologi pancasila berdasarkan nilai-nilai pancasila. Ada
pengakuan atas hak pribadi dan hak sosial. Pancasila bukanlah jalan tengah bagi liberalisme dan
komunisme, tetapi jalan lurus yang berbeda dari jalan itu. Dinamika pancasila sebagai ideologi pada
masa pemimpin-pemimpin Indonesia:
1. Pada masa pemerintahan Soekarno yaitu pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa.
Penegasan ini ditegaskan di berbagai pidato Bung Karno dalam kurun waktu 1945-1960.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, pada 1960-1965, Soekarno mementingkan asas
nasakomnya, yaitu nasionalis, agama, dan komunis sebagai landasan politik bangsa
Indonesia.
2. Kemudian pada masa pemerintahan Soeharto, pancasila sebagai asas tunggal bagi
organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. Lahirnya TAP MPR No. 2 Tahun 1978
tentang Ekaprasetya Pancaskarsa muncul penataran P4, terjadi tafsir tunggal atas Pancasila
sehingga digunakan untuk melegitimasi kekuasan, dan akhirnya dikritik oleh banyak pihak.
3. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie. Yang pertama adalah penghapusan penataran P4,
termasuk pembubaran Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan, Pedoman Penghayatan,
dan Pengamalan Pancasila (BP7) berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999 tentang
pencabutan Keppres no. 10 tahun 1979. Sebenarnya dalam Keppres tersebut dinyatakan
akan dibentuk lembaga serupa. Namun hingga saat ini, lembaga khusus yang
mengembangkan, mengkaji, dan mengawasi Pancasila itu belum ada.
4. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur, muncul wacana
penghapusan TAP MPRS No. 66 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan paham
komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan adalah kebebasan pendapat dan perhatian
terhadap ideologi Pancasila cenderung lemah. Pancasila dan NKRI harga mati, ini adalah
konsep di era Gus Dur.
7. Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo ini mengupayakan adanya lembaga yang
menyosialisasikan kembali Pancasila, kemudian berubah menjadi Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila atau BPIP dan menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan libur
nasional. Melontarkan istilah “Saya Indonesia, Saya Pancasila”. Dari berbagai periodesasi
pemerintahan dari Bung Karno sampai Presiden Jokowi ada tantangan ideologi, baik
eksternal, globalisasi, ideologi, transnasional, kolonialisasi bentuk baru. Dan juga tantangan
internal terkait dengan etnisisme dan tidak heran jika banyak kasus karena lemahnya
ideologi bangsa, radikalisme, dan gerakan transnasionalime, baik gerakan ke kanan maupun
ke kiri. Isu-isu bangkitnya komunis selalu diberitakan. Maka, kita harus menjaga dan
berpegang dengan ideologi dalam berbangsa dan bernegara.
✓ TAMBAHAN MATERI
Dalam sidang BPUPKI pertama, yang dibahas adalah dasar negara Indonesia.
Kemudian, sidang kedua yang dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945 membahas tentang
rancangan Undang-Undang Dasar. Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada sidang pertama BPUPKI, Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno menyampaikan
beberapa usulan tentang falsafah atau dasar negara Indonesia. Penyampaian ini didasarkan
pada arahan Ketua BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat pada pidato pembukaan sidang.
Radjiman mengatakan bahwa untuk mendirikan negara yang merdeka, maka dibutuhkan
suatu dasar negara.
Usulan lisan:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan, dan
5. Kesejahteraan Rakyat
Usulan tertulis:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3, Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Soepomo turut menegaskan bahwa negara Indonesia merdeka bukan negara yang
menyatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat serta tidak menyatukan
dirinya dengan golongan paling kuat (golongan politik atau
ekonomi yang paling kuat).
Soekarno menyatakan usulan dasar negara dengan sebutan Panca Dharma. Lalu, dengan
anjuran para ahli bahasa, rumusan dasar negara yang diusulkan Soekarno ini dinamakan
Pancasila.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial, dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada sidang pengesahan UUD 1945. Pada sidang ini, PPKI
mengesahkan UUD 1945 di mana terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara pada
alinea keempat Pembukaan UUD 1945.