Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

PANCASILA

Nama : Yayan Indrawadi


NIM : L1A020119
Dosen : Valencia Husni S.AP., M.Si.

SOAL :
1. Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia mengalami perkembangan dalam
beberapa era. Jelaskan hal-hal penting mengenai perkembangan Pancasila dalam era-
era tersebut, dan jelaskan bagaimana penilaian Saudara tentang perubahan-perubahan
yang dilakukan oleh MPR/DPR terhadap UUD 1945 pada era reformasi saat ini?
2. Jelaskan bagaimana menurut Saudara mensosialisasikan Pendidikan Pancasila agar
tujuan Pendidikan Pancasila bisa berhasil dan menghindari bangsa dari konflik-kinflik
SARA.
3. Berikan komentar Saudara mengenai hegemoni barat terhadap ekonomi, politik, sosial
dan budaya termasuk ideologi, apakah ideologi Pancasila lebih baik dari pada ideologi
lainnya? Apakah ideologi Pancasila mampu melawan ideologi liberalis?
4. Jelaskan pemahaman Saudara tentang fungsi pokok yang dimiliki Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, dan jelaskan juga tentang jenis dan
hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.
5. Bagaimanakah pertentangan pancasila dengan komunisme, dan apa konsekuensinya
dalam kenegaraan RI?

JAWAB :
1. Peristiwa penting yang terjadi :
 Pancasila Era Pra-Kemerdekaan

Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang untuk
mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan
memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang; hal ini mendorong mereka untuk
menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam
lumpur sejarah.
Setelah sidang pertama BPUPKI dilaksanakan, terjadi perdebatan sengit yang disebabkan
perbedaan pendapat. Karena apabila dilihat lebih jauh para anggota BPUPKI terdiri dari elit
Nasionalis netral agama, elit Nasionalis Muslim dan elit Nasionalis Kristen. Elit Nasionalis
Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam sebagai dasar Negara, namun dengan kesadaran yang
dalam akhirnya terjadi kompromi politik antara Nasionalis netral agama dengan Nasionalis
Muslim untuk menyepakati Piagam Jakarta (22 Juni 1945) yang berisi “tujuh kata”: “…
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa” (Risalah Sidang BPUPKI, 1995; Anshari, 1981;
Darmodihardjo, 1991). Kesepakatan peniadaan tujuh kata itu dilakukan dengan cepat dan
legowo demi kepentingan nasional oleh elit Muslim: Moh. Hatta; Ki Bagus Hadikusumo,
Teuku Moh. Hasan dan tokoh muslim lainnya. Jadi elit Muslim sendiri tidak ingin republic
yang dibentuk ini merupakan negara berbasis agama tertentu.
 Pancasila Era Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika Serikat
yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI berganti
nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika
dan sekutunya. Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945
terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks proklamasi
sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di ruang makan
Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis
oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang menandatangani
teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
 Pancasila Era Orde Lama

Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap munculnya
Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran” Presiden/
Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945” dengan Pancasila sebagaimana
dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak lainnya
menyetujui ‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan
Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disahkan
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan tersebut tidak
mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99). Majelis (baca:
konstituante) ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan
Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet
tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli 1959 dan
diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana
Merdeka.

 Pancasila Era Orde Baru

Setelah jatuhnya Ir. Soekarno sebagai presiden, selanjutnya Jenderal Soeharto yang
memegang kendali terhadap negeri ini. Dengan berpindahnya kursi kepresidenan tersebut,
arah pemahaman terhadap Pancasila pun mulai diperbaiki. Pada peringatan hari lahir
Pancasila, 1 Juni 1967 Presiden Soeharto mengatakan, “Pancasila makin banyak mengalami
ujian zaman dan makin bulat tekad kita mempertahankan Pancasila”. Selain itu, Presiden
Soeharto juga mengatakan, “Pancasila sama sekali bukan sekedar semboyan untuk
dikumandangkan, Pancasila bukan dasar falsafah negara yang sekedar dikeramatkan dalam
naskah UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan.
 Pancasila Era Reformasi

Puncak dari Rezim Orde Baru ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, yang kemudian
melahirkan Gerakan Reformasi di segala bidang politik, ekonomi dan hukum Era Reformasi
memunculkan fobia terhadap Pancasila. Segala hal yang berbau Pancasila seolah harus
dihindari karena merepresentasikan Orde Baru Segala kesalahan Orde Baru dilimpahkan
kepada Pancasila Adanya fobia terhadapa Pancasila sebagai jiwa bangsa melahirkan berbagai
konflik yang mengancam disintegrasi bangsa pada masa awal Reformasi . Misal konflik
Ambon, Poso, Sambas dan Sampit, GAM, Ninja Banyuwangi, dll Diskursus tentang
Pancasila kembali menghangat dan meluas mulai tahun 2006. Sekretariat Wapres Republik
Indonesia, pada tahun 2008/2009 secara intensif melakukan diskusi-diskusi untuk
merevitalisasi dan sosialisasi nilai-nilai Pancasila.
Menurut saya, keputusan yang diambil oleh DPR/MPR sudah cukup baik, selama keputusan
yang diambil tersebut tidak melenceng dari UUD dan Pancasila.
2. Menurut saya, pendidikan Pancasila bisa disosialisasikan sejak dini melalui keluarga,
orang tua terhadap anak-anaknya dengan memberikan pengertian atau pengajaran dan contoh
sederhana akan makna dan perilaku yang mencerminkan Pancasila. Dapat pula diberikan di
sekolah dengan memasukkan Pendidikan Pancasila ke dalam kurikulum atau dalam sebuah
masyarakat. Tentunya dalam berbagai kesempatan dengan penyampaian yang jelas dan
mudah diterima.
3. Hegemoni merupakan dominasi ideologi, moral, dan nilai-nilai terhadap budaya
masyarakat lain, maka secara tidak langsung, adanya hegemoni ini menyebabkan lenyapnya
sistem resistensi nilai-nilai setempat. Ancaman hegemoni datang dari berbagai bidang, tidak
terkecuali bidang pendidikan. Namun, yang merupakan kepentingan sebenarnya dari global
barat adalah dominasi ekonomi dan politik atas seluruh negara non-Barat, dan untuk
melancarkan kepentingannya itu, Barat memakai banyak cara, dari yang paling halus sampai
yang berdarah-darah.
Jika dibandingkan dengan ideologi lainnya, seperti libelarisme, maupun sosialisme, Pancasila
memiliki sejumlah kelebihan, seperti Pancasila mengakui adanya Tuhan, Pancasila
menghargai setiap manusia dan masih banyak lagi, tetapi belom tentu pancasila lebih baik
dari ideologi lainnya, tergantung pada cita-cita suatu bangsa.
Peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting.
sebagai ideologi terbuka , Pancasila pada prinsipnya dapat menerima unsur – unsur dari
bangsa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai – nilai dasarnya. Oleh karena itu, kita
harus pandai-pandai dalam menyaring budaya yang masuk, dan menjadikan pancasila sebagai
tolak ukur untuk menyaring setiap budaya yang masuk.
4. Pancasila merupakan sumber dari segala hukum, artinya segala penetapan atau
pembentukan hukum, penerapan dan pelaksanaannya harus sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dimana fungsi pokok pancasila sebagai sumber hukum yang pada hakikatnya
adalah suatu pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang
merupakan suasana kebatinan dan watak dari bangsa Indonesia.
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam UU No. 12
Tahun 2011. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan sesuai urutan dari yang tertinggi adalah: 
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

UUD 1945 adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945
merupakan peraturan tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional. 

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)

Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR meliputi Ketetapan
MPR Sementara dan Ketetapan MPR yang masih berlaku.

3. UU atau Perppu

UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat


(DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Perppu adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut: Perppu diajukan ke DPR dalam
persidangan berikut. DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan perubahan.
Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

4. Peraturan Pemerintah (PP)

PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan


UU sebagaimana mestinya. PP berfungsi untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

5. Peraturan Presiden (Perpres)

Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk


menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. 

6. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi

Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

7. Perda Kabupaten atau Kota

Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama Bupati atau Walikota.

5. Pertentangan Pancasila dengan Komunisme yaitu karena komunisme tidak percaya dengan
adanya Tuhan. Dan konsekuensinya bagi bangsa Indonesia jika menganut ideologi
komunisme adalah maka negara Republik Indonesia tidak akan menjadi negara yang
beragama.

Anda mungkin juga menyukai