Anda di halaman 1dari 8

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Naela Elma Yanti 1, Titis Bella Puspita 2, Imroatul Latifil Adhima 3, Ulin Nuha
Ikhma’ul Mala 4, Zaini Fasya 5
1,2,3,4
Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah,
5Dosen pengampu pancasila, kaprodi S2 PGMI pascasarjana,
1naelaelamyanti@gmail.com,2titisbella6@gmail.com,3imroatullatifil73@gmail.com,4ulinnuh

a9678@gmail.com,5zainifasyao45@gmail.com

Abstrak: Pancasila adalah pedoman bangsa Republik Indonesia. Suatu pegangan bangsa
Indonesia yang menganut sebagai kekuatan untuk menciptakan kehidupan masyarakat
Indonesia adil dan makmur. Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar negara yang telah diterima
oleh seluruh warga negara Indonesia seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu merupakan kepribadian negara dan cara pandang hidup bangsa, yang telah
diuji kebenaran, kemampuannya, sehingga tidak ada kekuatan apapun yang mampu
memisahkan Pancasila dan Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Kata Kunci: Pancasila, Sejarah, Indonesia, Perjuangan
Abstract: Pancasila is the national guideline of the Republic of Indonesia. It is a guideline for
the Indonesian people who adhere to it as a force to create a fair and prosperous Indonesian
society. Pancasila has been established as the basis of the state which has been accepted by all
Indonesian citizens as stated in the preamble to the 1945 Constitution, which is the personality
of the state and the way of life of the nation, which has been tested for truth, its capabilities, so
that no force can separate Pancasila. and Indonesia from the life of the Indonesian people.
Keywords: Pancasila, History, Indonesia, Struggle

A.Pendahuluan
Pancasila sebagai dasar negara memiliki filosofis yang strategis. Mengandung makna
bahwa Ketuhanan yang mahaesa adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan berbangsa.
Sebab setiap manusia yang bertuhan yakin bahwa ajarannya tuhannya tidak akan
menyengsarakan umatnya. Artinya adalah orang yang beragama dengan baik, tentu akan
melakukan hal-hal yang baik. Baik untuk dirinya, baik untuk keluarganya, dan baik pula untuk
bangsa dan negaranya. Orang yang berbuat dzolim seperti korupsi, merampok, bertindak
anarkis, adalah mereka yang perlu dipertanyakan kualitas beragamanya.
Perjuangan bangsa menuju sebuah negara yang bermartabat telah dirintis oleh para
pemuda sekaligus pejuang bangsa sejak lama. Saat ini generasi bangsa ini harus tertantang
untuk melanjutkan pemikiran-pemikiran cerdas masa itu sehingga dapat membawa bangsa ini
lepas dari ikatan yang terikat. Pemikiran tersebut menjadi saat ini dibawa untuk perjuangan
mengisi bangsa ini bagaimana memajukan anak anak anak bangsa bermartabat melalui

1
bangsanya yang bermartabat. perlu batasan yang jelas apa itu martabat bangsa dan bagaimana
mencapainya. inilah seuail pemikiran dalam tulisan sederhana ini.
Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia merupakan cara
pandang untuk menilai peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya NKRI dan dasar
negaranya yaitu Pancasila. Pembentukan Pancasila tersebut tidsk terleps dari sejarah kerajaan-
kerajaan yang ada di nusantara dari zaman hindu, budha, dan islam. Sejarah perjuangan dan
berdirinya bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya berjalan sejak sekian abad yang
lalu,dengan berbagai cara dan bertahap. dengan itu sejarah perjuangan bangsa Indonesia
mempunyai hubungannya dengan sejarah lahirnya Pancasila.
Dalam jurnal ini penulis mendeskripsikan tentang pengertian pancasila dalam konteks
sejarah, sejarah perkembangan pancasila, dan fungsi pancasila sebagai kehidupan yang
bernegara.Sehingga pembaca dapat mengetahui dan mengerti arti dari pancasila dalam konteks
sejarah perjuangan, sejarah perkembangan pancasila serta fungsi dari pancasila sebagai
kehidupan bernegara.
B.Kajian Teori
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta Pancasila dalam bahasa
Sansekerta memiliki dua macam arti : “Panca” artinya Lima “syila” vocal i pendek : “batu
sendi” , “alas” atau “dasar” “syiila” vocal I panjang artinya “peraturan atau tingkah laku yang
baik, yang penting atau yang sesuai”.Dalam bahasa Indonesia diartikan “susila” memiliki
hubungan dengan moralitas.Pancasyila : “berbatu sendi lima” ; “Dasar yang memiliki lima
unsur”.Pancasyiila : Lima aturan tingkah laku yang penting.1
Menurut Soekarno, Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang turun-
temurun lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
hanya falsafah negara, tetapi juga falsafah bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berarti lima sendi, alas, dasar, atau peraturan
tingkah laku yang penting serta baik.
Menurut Notonegoro, Pancasila adalah dasar falsafah serta ideologi negara yang dapat
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar kesatuan.
Menurut Panitia Lima, Pancasila adalah lima asas yang merupakan ideologi negara.
Kelima silanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, berangkaian,
dan tidak berdiri sendiri.
C.Sejarah Perkembangan Pancasila
Sejarah perkembangan pancasila dalam bangsa
1.Pancasila Pra Kemerdekaan
Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang untuk
mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan
anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang. Hal ini mendorong

1
H Purwanta. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.Jurnal Candi (2018)

2
mereka untuk menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang
terpendam lumpur sejarah.
Begitu lamanya penjajahan di bumi pertiwi menyebabkan bangsa Indonesia hilang arah
dalam menentukan dasar negaranya. Dengan permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur
negarawan bangsa Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya.
Pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, tampil
berturut-turut untuk berpidato menyampaikan usulannya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara:
a.Peri Kebangsaan
b.Peri Kemanusiaan
c.Peri Ketuhanan
d.Peri Kerakyatan dan
e.Kesejahteraan Rakyat.
Selanjutnya Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teori- teori Negara,
yaitu:
a.Teori negara perseorangan (individualis)
b.Paham negara kelas
c.Paham negara integralistik.
Kemudian disusul oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima dasar
negara yang terdiri dari:
a.Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
b.Internasionalisme (peri kemanusiaan)
c.Mufakat (demokrasi)
d.Kesejahteraan sosial
e.Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan).
2. Pancasila Era Kemerdekaan
Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika
Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI
berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada
Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal
16 Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam
penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks
proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di
ruang makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya

3
sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Isi
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang tertuang
dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.
3. Pancasila Era Orde Lama
Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap
munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran”
Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945” dengan Pancasila
sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak
lainnya menyetujui ‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan
Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disahkan
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan tersebut tidak
mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99). Majelis (baca:
konstituante) ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan
Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet
tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli 1959 dan
diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana
Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).
Dekrit Presiden tersebut berisi:
a.Pembubaran konstituante
b.Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku
c.Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
4. Pancasila Era Orde Baru
Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut meliputi 36
butir, yaitu:
a.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
b.Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2) Saling mencintai sesama manusia.
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa dan teposeliro.

4
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan.
8) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
c. Sila Persatuan Indonesia
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Cinta tanah air dan bangsa
4) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
d.Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7) Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.
e.Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
2) Bersikap adil.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak-hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak bersifat boros.
8) Tidak bergaya hidup mewah.
9) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10) Suka bekerja keras.
11) Menghargai hasil karya orang lain.
12) Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
4.Pancasila Era Reformasi
Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform, sedangkan secara harfiah
reformasi mempunyai pengertian suatu kiprah yang memformat ulang, membereskan ulang,

5
membereskan ulang hal-hal yang menyimpang untukdikembalikan pada format atau bentuk
mulanya sesuai tambah nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga diartikan
perubahan dari paradigma pola tempo ke paradigma pola baru untuk menuju ke kondisi yang
lebih baik sesuai dengan harapan. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya
pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai
dasar negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum,
setiap perilaku baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan
hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam peluasan hukum,
Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak
boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan
dengan sila-sila pancasila. Pancasila pada Era Reformasi tidaklah jauh berbeda dengan
Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu pasif terdapat tantangan yang harus di
hadapi. Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sampai hari ini
tidak ada habisnya. Selain itu, globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia
karena semakin lama ideologi Pancasila semakin tergerus oleh liberalisme dan kapitalisme.
Apalagi tantangan pada saat ini bersifat terbuka, bebas, dan nyata.2
Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik. Puncak dari
keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah berbagai
gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai
gerakan moral politik yang menuntut adanya “reformasi” di segala bidang politik, ekonomi dan
hukum3. Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila. Dasar Negara itu untuk
sementara waktu seolah dilupakan karena hampir selalu identik dengan rezim Orde Baru. Dasar
negara itu berubah menjadi ideologi tunggal dan satu- satunya sumber nilai serta kebenaran.
Negara menjadi maha tahu mana yang benar dan mana yang salah. Nilai-nilai itu selalu ditanam
ke benak masyarakat melalui indoktrinasi 4. Dengan seolah-olah “dikesampingkannya”
Pancasila pada Era Reformasi ini, pada awalnya memang tidak nampak suatu dampak negatif
yang berarti, namun semakin hari dampaknya makin terasa dan berdampak sangat fatal
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam kehidupan sosial, masyarakat
kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-konflik horisontal dan vertikal secara
masif dan pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya bangsa
Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti
dengan rusaknya moral generasi muda. Dalam bidang ekonomi, terjadi ketimpangan-
ketimpangan di berbagai sektor diperparah lagi dengan cengkeraman modal asing dalam
perekonomian Indonesia. Dalam bidang politik, terjadi disorientasi politik kebangsaan, seluruh
aktivitas politik seolah-olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok dan golongan. Lebih
dari itu, aktivitas politik hanya sekedar merupakan libido dominandi atas hasrat untuk
berkuasa, bukannya sebagai suatu aktivitas.
Argumen tentang dinamika pancasila

2
MS Dewi, DA Dewi. PENERAPAN NILAI PANCASILA DARI ARUS SEJARAH PERJUANGAN DAN DAMPAK
GLOBALISASI. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha.2021
3
(Kaelan,2000:245)
4
(Ali, 2009: 50)

6
Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana
diketahui bahwa Soekarno adalah termasuk seorang perumus bahkan penggali dan pemberi
nama dasar negara. Dalam perjalanan pemerintahannya, ideologi Pancasila mengalami pasang
surut karena dicampur dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom.
Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto diletakan pada
kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang permasyarakatan P-4. Pada
masa Soeharto Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik ( Orpol ) dan
organisasi masyarakat ( Ormas ).
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan, tetapi
merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam
seloka " Bhinneka Tunggal Ika ". Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena
mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan.
D.Fungsi Pancasila
Fungsi dan kedudukan Pancasila mulai terancam di era reformasi yang ditandai dengan
runtuhnya rezim Orde Baru dan adanya krisis ekonomi yang mengakibatkan keterpurukan
hampir di semua bidang kehidupan. Kepercayaan terhadap pancasila mulai pudar. Era
reformasi telah banyak melahirkan perubahanperubahan signifikan yang terjadi dalam
kehidupan sosial, ekonomi, politik bahkan termasuk dalam dunia pendidikan. Pancasila mulai
tergeser saat terjadi krisis yang mengakibatkan keterpurukan di hampir semua bidang
kehidupan. Saat ini setelah reformasi terjadi selama 18 tahun kondisi bangsa Indonesia belum
sepenuhnya pulih dan stabil. Kondisi perekonomian warga Indonesia bisa dikatakan masih di
bawah standar. Angka pengangguran yang cukup tinggi penyebab salah satunya. Selain itu
sistem pendidikan yang selalu berganti-ganti setiap ada pergantian Menteri Pendidikan
semakin memperparah kondisi bangsa Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia masih termasuk
negara berkembang (Kristiono. (2017)).
E.Simpulan
1. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari kata sansekerta yaitu Panca,yang artinya Lima dan Syila artinya
peraturan.Maka Pancasila berarti Lima Peraturan.
2. Sejarah Perkembangan pancasila
a. Pancasila era pra kemerdekaan
b. Pancasila era kemerdekaan
c. Pancasila era orde lama
d. Pancasila era reformasi
3. Fungsi pancasila
Fungsi Pancasila dalam kehidupan bernegara yakni sebagai dasar negara, ideologi
negara, pandangan hidup, jiwa bangsa, kepribadian bangsa, sebagai perjanjian luhur,
sumber hukum, cita-cita dan tujuan bangsa, hingga falsafah hidup bangsa Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

H Purwanta. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.Jurnal Candi


(2018)
MS Dewi, DA Dewi. PENERAPAN NILAI PANCASILA DARI ARUS SEJARAH
PERJUANGAN DAN DAMPAK GLOBALISASI. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksha.2021
Sammy Ferrijana, Basseng & Triatmojo Sejati, Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara (Lembaga Administrasi Negara RI).

Anda mungkin juga menyukai