Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ISLAM MASUK KE JEPANG

OLEH:

NAELA ELMA YANTI

NIS : 131235030006190031/NISN : 0041754738

MADRASAH ALIYAH QOMARUL HIDAYAH TUGU

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,taufik serta
hidayah Nya sehingga penyusun Laporan Karyawisata ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir kelas 12 semester 2 Tahun Pelajaran
2021/2022. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat dilaksanakan atas bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak,untuk itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat :

1. KH. Ahmad Bajuri selaku Kepala Madrasah Aliyah Qomarul Hidayah Tugu.
2. Bapak Suyatno selaku guru pembimbing penyusunan makalah masuknya islam ke Jepang
yang senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan.
3. Para guru pengampu mata pelajaran yang telah mencurahkan dan berbagi ilmu serta
pengetahuannya kepada kami.
4. Orang Tua dan saudara tercinta yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis serta
tetap semangat.
5. Serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kata sempurna.Untuk itu,kritik dan saran
yang berisfat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaanya.Apa
bila ada kesalahan dalam penulisan ,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Trenggalek,06 Maret 2022

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang terkenal dengan salah satunya berbagai macam kuilnya yang terdapat di daerah
Jepang.Kuil di Jepang terdiri atas dua jenis, yakni Otera dan Jinja.Otera adalah tempat
peribadatan Ajaran Shinto, dan Jinja adalah tempat peribadatan Ajaran Budha.Oleh karena itu,
mayoritas penduduk Jepang menganut Ajaran Shinto dan Budha.Namun, dengan seiring
berjalannya waktu banyak penduduk Jepang yang telah memeluk Agama Islam.Di Jepang pun
banyak warga negara asing yang memeluk agama Islam yakni, warga negara asing yang berasal
dari Timur Tengah dan dari berbagai macam negara di Benua Asia yang mayoritas memeluk
Agama Islam.Islam di Jepang biasanya dianut oleh orang Turki, Arab, Melayu, India, Pakistan
dan Indonesia yang melakukan studi atau bekerja di Jepang.Islam dalam bahasa Jepang adalah
Isuramukyou.Bila dibandingkan dengan negara- negara lain di Timur Jauh, maka hubungan Islam
dengan masyarakat Jepang dapat dikatakan relatif baru. Sebelum masa Meiji atau kurang lebih
dari 250 tahun, Jepang melakukan isolasi dirinya dari negara lain, dan pada masa kekaisaran
Tokugawa lahirlah politik isolasi.Politik ini dilaksanakan karena banyaknya misionaris Kristen
yang datang untuk menyebarkan agama Kristen.Dengan berkembangannya agama Kristen akan
menjadi mimpi buruk bagi kaisar, maka kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan
dengan Negara asing dan selama kaisar berkuasa agama Kristen dilarang dan semua orang asing
dilarang masuk keJepang, kecuali dengan pedagang- pedagang Belanda yang dinilai
menguntungkan. Hal ini hanyadilakukan di satu tempat yaitu di pulau Dejima, Nagasaki. Setelah
kekaisaran Tokugawa berakhirpada tahun 1867 dan digantikan dengan kekaisaran Meiji, maka
Jepang telah membuka dirinyauntuk melakukan interaksi dengan negara- negara lain. Dengan
cara ini Jepang dalam beberapadekade dapat menjajarkan dirinya dengan negara- negara Barat.
Dengan keterbukaan Jepang ini,Isalam dapat berinteraksi dengan JepangPerkenalan masyarakat
Jepang dengan Islam dimulai pada akhir abad ke-19, yaitu dengandilakukannya penerjemahan
tentang sejarah kehidupan nabi Muhammad SAW kedalam bahasaJepang dan Islam mendapat
tempat dalam kalangan intelektual pada tahun 1877.

Hubungan lebih lanjut terjalin pada tahun 1890, yaitu ketika Turki Usmani mengirim
sebuah kapal yang bergelar Ertughrul ke Jepang dengan tujuan melakukan hubungan diplomatik
dan untuk memperkenalkan orang Muslim dengan orang Jepang.

Pada saat perang dunia pertama pecah, terjadi penyebarandan perkembangan agama Islam di
Jepang melalui komunitas Muslim di Asia Tengah, mereka datang ke Jepang untuk berdakwah.
Dari pendatang tersebut maka banyak dari rakyat Jepang memeluk agama Islam karena kesan
dari perilaku yang mereka kerjakan.

3
Pada abad ke-20 Syiar Islam di Jepang baru dimulai, yang pertama kali menyebarkan
Islam di Jepang adalah umat muslim dari suku Tartar yang melarikan diri dari ekspansi negara
Rusia.Suku Tartar berasal dari negara Turki, Orang yang berasal dari suku Tartar yang pertama
kali tiba di Jepang adalah Abdul Rashid Ibrahim.Abdul Rashid Ibrahim pun mulai mensyiarkan
agama Islam dan beliaupun berjasa dalam penyebaran Agama Islam di Jepang. Sejak saat itu,
jumlah umat muslim di Negeri Matahari pun terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya
orang suku Tartar yang datang ke Jepang.

Pada abad ke-20, Islam telah berkembang di Jepang, terbukti dengan banyaknya
organisasi keislaman bermunculan pada abad ini, salah satunya adalah Japan Muslim
Association, organisasi pertama orang asli Jepang yang pertama didirikan, yang kemudian
bermunculan organisasi lain seperti International Islamic Center, Islamic Center Japan, Islamic
Culture Society Japan, Japan Islami Congress dan sebagainya. Melalui organisasi-organisasi
inilah dakwah Islam di Jepang dilakukan.Kemudian dilanjutkan pada masa perang dunia ke dua,
ditengah-tengah politik ekspansi Jepang, timbul minat tinggi di kalangan bangsa Jepang terhadap
rakyat Asia Tenggara,dikarenakan banyak orang yang beragama Islam di wilayah Asia Tenggara,
maka timbullah kebutuhan untuk melakukan penelitian terhadap agama Islam. Dibentuklah
berbagai lembaga penelitian, organisasi-organisasi maupun perkumpulan-perkumpulan kajian
Islam, bahkan berbagai majalah dan buku yang berkaitan dengan hal tersebut diterbitkan. Adapun
organisasi-organisasi dan penerbitan-penerbitan mengenai Islam adalah Isuramu Bunka Kenkyu-
sho (Islamic Culture Institute) menerbitkan Isuramu Bunka (Islamic Culture), Kaikyo-ken
Kenkyu-sho (Muslim World Research Institute) menerbitkan Kaikyo-ken (Muslim World), Dai-
Nippon Kaikyo Kyokai (Great Japan Association) menerbitkan Kaikyo Sekai (Muslim World),
Tokyo Isuramu Kyodan (Tokyo Islamic congress) dan Ministry of Foreign Affairs (Goverment of
Japan) menerbitkan Kaikyo Jijo (Islamic News). Pada pertengahan tahun 1920-an, komunitas
umat muslim di Jepang semakin berkembang dengan kedatangan para pengusaha tekstil dari
India.Mereka menambah jumlah umat muslim yang sebelumnya terdiri dari para imigran suku
Tartar dan beberapa orang Timur Tengahtermasuk staf Kedutaan Besar Mesir.

Pada tahun 1928, umat muslim di Kobe membentuk sebuah komite pembangunan masjid
yang dipimpin oleh Ferozuddin, seorang pengusaha tekstil yang kaya dari India. Para pengusaha
India, Arab dan Mesir, yang sering bepergian ke luar negeri, berusaha mengumpulkan dana
dengan meminta sumbangan dari umat muslim yang kaya di negara mana pun yang mereka
singgahi. Ada beberapa hal yang perlu ditekankan di sini bahwa hanya sedikit muslim Jepang
yang dilibatkan dalam pembangunan masjid tersebut, serta tidak ada satu pun muslim Jepang
yang menjadi Imam di tiap masjid pada saat itu karena, pada saat itu muslim Jepang masih
belajar banyak tentang agama Islam.

4
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, mendirikan sebuah Masjid yang megah di kota Kobe sebagai
tempat peribadatan umat Muslim di Jepang. Masjid berasal dari bahasa Arab yang artinya
bersujud. Masjid tersebut diberi nama Masjid Kobe, sesuai nama kotanya yaitu Kobe.

 Adapun identifikasi masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut:


1. Agama Islam bukanlah agama mayoritas yang dipeluk olehmasyarakat Jepang. Pada
tahun 1877, agama Islam mulai diperkenalkan oleh muslim Turki, itulah awal kedatangan
agama Islam di Jepang.
2. Untuk penyebaran agama Islam secara luas, dakwah Islamiah mulai dijalankan dan
dibentuklah komunitas muslim yang dibentuk oleh para pelajar dan pekerja muslim Turki
dan Timur- Tengah.
3. Selain membentuk komunitas muslim untuk berdakwah. Pada tahun 1935,dibangunlah
masjid pertama yang menjadi masjid kebanggaan umat muslim Jepang yaitu, Masjid
Kobe.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas, dakwah agama Islam di Jepang pada abad ke-20 pun
sudah mulai berkembang. Oleh karena itu, lambat laun di bangunlah tempat peribadatan umat
muslim di Jepang yaitu, Masjid Kobe pada tahun 1935. Dengan penjelasan tentang dakwah
islamiah dan pembangunan tempat peribadatan umat muslim di atas dan dengan minimnya
tulisan-tulisan mengenai sejarah Islam di Jepang, membuat penulis tertarik untuk menulis karya
ilmiah.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dari penulis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana awal kedatangan Agama Islam di Jepang?


2. Bagaimana dakwah Agama Islam di Jepang?
3. Bagaimana terlaksananya pembangunan Masjid Kobe yang menjadi kebanggaan
umat Islam di Jepang?

1.5 Tujuan Penelitian

Rumusan Tujuan Penelitian ini menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian ini selesai
dilakukan. Oleh sebab itu Rumusan Tujuan Penelitian harus konsisten dengan Rumusan Masalah
dan mencerminkan pila proses penelitiannya. Rumusan Tujuan Penelitian tidak boleh sama sama
dengan rumusan maksud penulisan skripsi yang ditulis pada halaman sampul luar dan halaman
sampul dalam.

5
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana awal kedatangan Islam di Jepang .


2. Untuk memahami kehidupan sosial beragama di Jepang.
3. Untuk mengetahui terlaksananya pembangunan Masjid di kota Kobe.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis:

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai dakwah
islamiah di Jepang serta terlaksananya pembangunan masjid di kota Kobe.

2. Bagi Pembaca:

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pembaca demi menambah pengetahuan
dan wawasan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penulis memakai landasan teori, yaitu:

1. Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama


Menurut Rosidi (1981:80), Pengertian agama bagi orang Jepang berbeda dengan orang
Indonesia.Pengertian agama bagi orang Indonesia lebih mengarah kepada agama samawi,
agama yang memiliki nabi dan kitab suci.Bagi orang Jepang Shinto lebih merupakan
kepercayaan yang memuja nenek moyang tanpa adanya nabi dan kitab suci. Rosidi
(1981:80) juga mengungkapkan bahwaorang Jepang mengaku beragama Buddha dan
Shinto, tetapi orang-orang muda mempunyai kecenderungan untuk mengaku bahwa
mereka sebenarnya tidak meyakini suatu agama pun. Bagi mereka agama hanya
merupakan ikatan- ikatan yang hanya menjadi beban, karena banyak hal dalam agama
yang mereka peluk, baik Buddha maupun Shinto tidak memuaskan logika mereka yang
kritis. Sedangkan menurut Ishizawa (2005), di Jepang, setelah agama Buddha dan Shinto
agama terbanyak lain adalah Kristen yang mulai berkembang. Diantaranya ada pula orang
yang menganut dua agama sekaligus.Bahkan banyak pula orang yang tidak menganut
agama apapun.Menganut salah satu agamadianggap tidakpenting oleh masyarakat
Jepang.Bagi sebagian besar pemuda Jepang, agama tidak berguna untuk menghilangkan
rasa pesimis, cemas, atau gelisah. Pemuda Jepang sangat tidak peduli akan agama. Pada
umumnya orang Jepang tidak tahu ajaran agama dan tidak punya minat pada
ajarannya.Datang ke kuil atau melakukan suatu ritual dan perayaan, bagi orang Jepang itu
merupakan kebiasaan bukan merupakan kegiatan agama. Orang asing yang berada di
negara Jepang, bila memikirkan tentang agama orang Jepang sangatlah membingungkan,
apakah orang Jepang memiliki agama atau tidak.
Orang asing yang pertama kali datang ke negara Jepang pada saat hari raya
Natal,mereka akan sangat terkejut karena, ada banyak sekali pohon natal yang dihiasi
dengan sangat indah. Lalu pada tahun baru setelah pekerjaan mereka selesai, banyak
orang Jepang datang ke tempat suci untuk berdoa dan itu membuat orang asing terkejut
kembali. Bukan hanya orang tua saja tapi para anak muda juga melakukan hal yang sama,
Yanagawa (1991:60). Menurut Danandjaja (1997:165) karakterisitik orientasi agama
orang Jepang tidak sama dengan cara berfikir orang Barat terhadap agama, karena orang
Jepang tidak menganggap agama sebagai sesuatu yang ekslusif. Sikap ini mempunya
beberapa arti:

7
1. Seorang Jepang yang sama akan menyembah dewa-dewa dari agama yang berbeda
tanpa perasaan yang bertentangan. Misalnya seorang Jepang akan bersembahyang di altar
agama Buddha yang ada dirumahnya pada pagi hari dan pada sorenya akan pergi
bersembahyang ke tempat pemujaan Shinto.
2. Ada tempat pemujaan yang menyemayamkan patung-patung dewa dari berbagai agama
yang berbeda. Contohnya di Jepang ada kuil Buddha di dalam kompleks pemujaan Shinto
dan demikian sebaliknya.
3. Konsep religi orang-orang Jepang mengenai seorang dewa dapat mencakup unsur-
unsur yang berasal dari agama- agama yang berbeda.
4. Pendeta dari suatu agama boleh memimpin upacara keagamaan dari agama lain.
Terlepas dari ketidakpercayaan terhadap agama, masyarakat Jepang masih
mempertahankan agama dan ritualnya sebagai tradisi ribuan tahun.Oleh karena itu, tidak
heran apabila mereka memiliki pola hubungan yang unik dengan agama mereka.Hal-hal
yang berhubungan dengan agama hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti
kelahiran, pernikahan,dan kematian.Di luar itu, pada umumnya orang Jepang tidak terlalu
religius.Ritual yang mereka lakukan di kuil-kuil hanya dilakukan sebagai formalitas dan
upaya untuk mencari kedamaian saja(Wahyono, 2006).
2. Konsep Agama Islam

Menurut Munawwir (1997: 654-656), Agama Islam dalam istilah Arab disebut
Dinul Islam.Kata Dinul Islam tersusun dari dua kata yakni Din dan Islam.Arti kata Din
baik secaraetimologis maupun terminologis sudah dijelaskan di depan. Sedangkan kata
Islam secara etimologis berasal dari akar kata kerja salima yang berartiselamat, damai,
dan sejahtera, lalu muncul kata salamdan salamah. Darisalima muncul kata aslama yang
artinya menyelamatkan,mendamaikan, dan mensejahterakan.Kata aslama juga berarti
menyerah, tunduk, atau patuh. Kata salima juga muncul beberapa kata turunan yang lain,
di antaranya adalah kata salam dan salamah artinya keselamatan, kedamaian,
kesejahteraan, dan penghormatan, taslim artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan,
silm artinya yang berdamai, damai, salam artinya kedamaian,ketenteraman, dan hormat,
sullam artinya tangga, istislam artinya ketundukan, penyerahan diri,serta muslim dan
muslimah artinya orang yang beragama Islam laki-laki atau perempuan.Makna
penyerahan terlihat dan terbukti pada alam semesta. Secara langsung maupun tidak
langsung alam semesta adalah Islam, dalam arti kata alam semesta menyerahkan diri
kepada Sunnatullah atau ‘hukum alam’, seperti matahari terbit dari timur dan terbenam di
barat yang berlaku sepanjang zaman karena dia menyerah (Islam) kepada sunatullah yang
telah ditetapkan oleh AllahSwt. Selain itu, keberagamaan dalam islam bukan hanya
diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya.

8
Sebagai suatu system islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara
menyeluruh pula. Menurut Suroso dan Ancok (2005) dimensi keyakinan dapat
disejajarkan dengan aqidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah dan
dimensi pengamalan dengan akhlak, dimensi pengetahuan dengan ilmu dan dimensi
pengalaman dengan ihsan (penghayatan).

3. Konsep Masjid

Dari segi bahasa kata ‘masjid’ berasal dari kata benda bahasa Arab,yang artinya ‘tempat
bersujud’. Kata sujud sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari kata
kerja bahasa Arab, sajada, yang berarti‘meletakkan kening diatas permukaan bumi untuk
beribadah kepada Allah SWT.Masjid menduduki posisi sentral dalam Islam dan
kehidupan kaumMuslimin, tidak hanya dalam ibadah sholat, tetapi dalam berbagai aspek
kehidupan kaum Muslimin.Tetapi fungsi pokok sebuah masjid adalah untuk melakukan
ibadah sholat. Walaupun sholat dapat dilakukan di mana saja (karena seluruh tempat di
muka bumi Allah ini adalah masjid yang artinya tempat bersujud),tetapi masjid sebagai
bangunan rumah ibadah tetap sangat diperlukan karena masjid juga berperan sebagai
salah satu symbol eksistensi keberadaan agama Islam.

2.2 Perkembangan islam di Jepang

Islam di Jepang terbilang masih sangat baru. Dibanding negara Asia lain, Islam dikenal
paling akhir di negeri matahari terbit tersebut.Agama Islam merupakan agama yang terakhir yang
masuk dan dikenal oleh bangsa Jepang yaitu sekitar akhir abad ke-19, Jepang bersentuhan dengan
agama Islam, setelah Budha, dan katholik. Orang Jepang berpendapat bahwa mereka terbuka
untuk segala macam agama, tetapi agama yang terutama dipimpin oleh orang luar Jepang, kurang
mendapat perhatian oleh pribumi Jepang. Ada banyak organisasi-organisasi Islam yang aktif
melakukan kegiatan dakwah selama puluhan tahun, namun Islam mulai berkembang pesat di
Jepang di antara orang pribumi Jepang sendiri baru terjadi pada paruh kedua tahun 1970-an.
Maka dakwah Islam yang sejak lama dilakukan di Masjid Kobe sejak berdirinya masjid pada
tahun 1935 dan Masjid Camii’ Tokyo tahun 1938, yang biasanya disampaikan dalam bahasa
Inggris oleh orang-orang non-Jepang kurang mendapat tanggapan positif. Baru ketika pada tahun
1974, Prof. Dr. Futaki memeluk agama Islam dan kemudian bersama kawan-kawannya yang juga
sudah menjadi muslim mendirikan Kongres Islam Jepang, maka perhatian terhadap Islam dari
orang-orang Jepang ternyata meningkat dengan cepat.

Selain Tokyo, ada kota lain yang menjadi titik awal dikenalnya Islam di negeri Sakura
yakni Kobe, Seperti namanya yang berarti Gerbang Tuhan, Kobe menjadi gerbang awal
masuknya Islam di negeri timur Asia tersebut. Selain menjadi kota terbesar kelima di Jepang,
Kobe memiliki posisi yang amat strategis.

9
Berada di kawasan Kansai, Prefektur Hyogo, Kobe di masa lalu menjadi tempat
berkumpulnya para pedagang. Saat ini pun Kobe menjadi salah satu kota metropolitan Jepang
bersama Kyoto dan Osaka. Kobe menjadi saksi sejarah panjang Jepang, termasuk sejarah awal
mula masuknya komunitas Muslim di Jepang.Muslim Kobe bermula dari para imigran Turki-
Tartar yang tiba di Jepang di tengah berkecamuknya Perang Dunia I. Mereka hijrah dari Rusia
yang diguncang revolusi Bolshevik6 dengan pimpinan Stalin yang komunis dan ateis, ke Jepang.

Samir Abdel Hamid Nouh dalam Komunitas Muslim di Jepang mengatakan, Turki-Tatar
adalah imigran yang berasal dari Kazan, Tatarstan, dan Bashkirstan (kini Bashkortostan). Mereka
tiba di Kobe dan Tokyo pada 1927, lalu membentuk komunitas Muslim pertama di Negeri
Sakura.7 Meski demikian, jumlah mereka tidaklah seberapa. Belakangan, datanglah para
pedagang India dan Arab yang sukses menjalankan bisnis di Kobe. Dari komunitas Muslim India
dan Arab inilah, Islam kemudian berkembang pesat di kota seluas 552 kilometer persegi itu.
Mereka bergabung dengan imigran Muslim dari Turki-Tartar dan hidup damai di Kobe. Hari
demi hari, makin banyak jumlah umat Islam di Kobe. Keinginan untuk membangun masjid pun
muncul. Saat itu, seorang saudagar kaya raya asal Kalkuta, India, Ferozuddin, menyumbang dana
besar untuk pembangunan masjid. Maka, berdirilah Masjid Muslim Kobe pada 1935 sekaligus
menjadi masjid pertama di Jepang. Berdirinya masjid ini berdampak sangat positif bagi
perkembangan Islam di Kobe. Syiar Islam kian gencar. Tak sedikit warga setempat yang
kemudian memeluk agama Islam.

2.3 Penyebaran Islam di Jepang

Kebebasan beragama yang telah dinikmati oleh masyarakat Jepang selama ini, punya
andil yang cukup besar bagi diterimanya Islam di Jepang. Masyarakat Jepang dengan bebas dapat
memeluk Islam sebagai agama. Lebih dari, kondisi Jepang yang cukup toleran dan lebih
mengutamakan akal dan logika lebih memudahkan mereka menerima kebenarna Islam yang
ajarannya memang tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena berpikir logis itu pula yang
menjadikan masyarakat Jepang tidak terpengaruh dengan isu terorisme Islam yang sengaja
dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu.Di beberapa tempat pernah terdengar adanya perlakuan
tidak menyenangkan dari sejumlah petugas polisi ataupun intelijen terhadap sejumlah organisasi
ataupun pengikut agama Islam. Hal ini adalah benar. Sebetulnya bukan hanya terbatas pada
penganut Islam saja, semua organisasi berbau agama umumnya selalu mendapat perhatian dari
pihak keamanan. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pengalaman buruk tentang
organisasi agama terlebih lagi organisasi agama yang didirikan oleh orang asing. Jadi untuk kasus
ini sepertinya lebih condong ke arah keamanan.

10
2.4 Berdirinya Masjid-Masjid di Jepang

1. Masjid Kobe, Jepang.

Pada tahun 1935, umat muslim Jepang menciptakkan sejarah dengan mendirikan sebuah masjid
di kota Kobe sebagai tempat beribadah bersama. Ini menjadi masjid pertama yang didirikan di
Jepang. Masjid Kobe dirancang oleh Jan Josef Svagr.14 Masjid dibuka secara resmi untuk umum
pada 11 oktober 1935. Upacara pembukaan tersebut dilaksanakan oleh Mian Abdul Aziz, mantan
Presiden All-India Muslim League, atas undangan dari komite Masjid Kobe. Pada tahun 1938,
dibangun lagi sebuah masjid di kota Tokyo. Islam terus berkembang dengan adanya masjid
tersebut sebagai pusat kegiatan umat muslim Jepang.

Hingga tahun 1982, jumlah umat muslim di Jepang berkisar 30.000 orang.15 Dari jumlah
tersebut, setengahnya adalah orang-orang asli Jepang, sedangkan lainnya beragam asal usulnya.

a. Sejarah Masjid Kobe

Umat muslim pertama yang menetap di Jepang adalah para pedagang.Pada dekade 1920-
an, ketika ada beberapa pedagang asal India yang kaya menetap di Kobe dan mendirikan
kelompok yang diberi nama Kobe Indian Club.Dalam menjalankan ibadah berjamaah dan
melaksanakan acara-acara yang berskala besar, keluarga Tartar dan kelompok India harus
menyewa sebuah aula di Hotel Tor. Pada pertengahan tahun 1920, komunitas umat
Muslim di Jepang semakin berkembang dengan kedatangan para pengusaha tekstil dari
India. Mereka menambah jumlah umat muslim yang ada sebelumnya di Jepang, terdiri
dari para imigran Tartar dan beberapa orang Arab, termasuk staf kedutaan Mesir. Pada
akhir tahun 1920, kebutuhan akan adanya sebuah Masjid tidak dapat dibendung lagi.

Pada tahun 1928, umat muslim di Kobe membentuk komite pambangunan masjid
yang dipimpin oleh Ferozudin, seorang pengusaha tekstil asal Indian yang kaya raya. Para
pengusaha India, Arab, dan Mesir, yang sering kali berpergian keluar negeri, berusaha
untuk mengumpulkan dana dengan meminta sumbangandari umat muslim yang kaya di
negara manapun yang mereka singgahi termasuk negara-negara yang bermayoritas
muslim. Pengumpulan dana tersebut berlangsung sekitar 5-6 tahun. Karena diperkirakan
masih belum cukup, maka Ferozuddin menyumbangkan 66.000 yen, yang pada saat itu
jumlah tersebut sangatlah besar untuk menggenapi biaya pembangunan masjid.

Setelah dana terkumpul, Komite Masjid Kobe segera membeli sebidang tanah.
Pada 30 november 1934,mhammad Bochia, yang mengajukan usul untuk mendirikan
masjid dan mengawasi keseluruhan proyek pembangunan tersebut.

11
Pembangunan masjid dikerjakan oleh Takaneka Construction Company.Pembang
nan masjid itu memerlukan waktu sekitar dua tahun untuk menyelesaikannya, yang
diawasi secara cermat dan teliti oleh Vallynoor Mohamed.Pada tanggal 2 agustus 1935,
majid Kobe resmi dibuka oleh Ferozuddin,dengan disaksikan oleh umat muslim Jepang
yang berasal dari berbagai bangsa,mulai dari India, Rusia, Manchuria, Cina, Turkistan,
Mesir, hingga Afghanistan.Setelah pidato singkat oleh P.M. Master, Ferozuddin
membuka gerbang msjid dengan sebuah kunci perak. Kemudian Ferozuddin menaiki
tangga yang menuju menara dan mengumandangkan adzan pertama yang memanggil
umat muslim untuk melaksanakan shalat Jum’at. Shalat Jum’at berjamaah pertama yang
bersejarah itu dipimpin oleh imam Masjid Kobe yang pertama yaitu Imam Muhammad
Shamguni. Bertepatan pada musim panas, tanggal 11 Oktober 1935, komite masjid Kobe
mengundang para pejabat Jepang dan pemimpin komunitas nonmuslim untuk
menyaksikan masjid tersebut.

Ada sekitar 600-an undanga yang hadir pada acara tersebut dan dilanjutkan
dengan sebuah resepsi besar di Hotel Tor. Upacara pembukaan untuk umum tersebut
dilaksanakan oleh Mian Abdul Aziz, mantan Presiden All-India Muslim League, atas
undangan dari komite Masjid Kobe. Wali kota Kobe saat itu, Ginjiro Katsuda,
mengucapkan selamat kepada umat muslim di Kobe dan berharap bahwa Masjid Kobe
dapat menjadi sarana untuk mempromosikan persahabatan antar bangsa. Wali Kota juga
berharap supaya umat muslim di kota lain di Jepang juga membangun tempat ibadah agar
silahturahni antar unat muslim di Jepang semakin erat. Biaya total pembangunan Masjid
Kobe setelah dikalkulasikan mencapai 118.774,73 Yen, yang sebagian besar diperoleh
dari sumbangan para pengusaha India, Konsulat Mesir, dan Afghanistan, sertaTurko-Tarta
Association. Dengan dana sebesar itu, komite masjid mampu membangun (selain
bangunan utama) sebuah sekolah Islam untuk anak-anak.

Sejak peresmian itu, ibadah keagamaan pun mulai dilakukan secara teratur di
Masjid Kobe. Setelah imam Mohamed Shamguni wafat pada tahun 1939, Hussein Kirky
menjadi imam pengganti sementara hingga ada imam resmi. Akan tetapi, Hussein Kirky
tetap menjadi Imam di Masjid Kobe selama 40 tahun berikutnya karena imam yang
ditunggu-tunggu tidak pernah datang.Muadzin saat itu adalah Ahmed Mohamady, orang
turki yang bermigrasi ke Jepang pada tahun 1920-an. Ia tinggal di masjid dan sekaligus
menjadi takmir yang mengurus, membersihkan, dan mengelola segala perawatan masjid
serta perawat taman. Ahmed Mohamady melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab
dan dedikasi tinggi sampai pada usianya mencapai 102 tahun.

12
2. Masjid Tokyo Camii

Masjid Tokyo Camii sebagai masjid terbesar di Jepang dibangun menggunakan


gaya impresif Ottoman. Camii berasal dari kata jami, yang dalam bahasa Arab berarti
jama’ah dan mengacu pada masjid besar atau utama tempat umat muslim melakukan
Shalat Jumat.. Masjid yang lokasinya ada di dekat distrik bisnis dan wisata Shibuya dan
Shinjuku ini adalah masjid terbesar yang ada di Jepang. Desain bangunannya sekilas
tampak akan sangat kental dengan berbagai ornamen Kekaisaran Ottoman yang berasal
dari peradaban Turki.

Akar keberadaan Masjid Tokyo Camii merupakan Asia Tengah. Imam Masjid
Tokyo Camii, Nurullah Ayaz menjelaskan, abad 20 menjadi waktu pertama komunitas
muslim di Jepang berkembang, namun sayangnya kebanyakan sejarah Jepang tidak
berhubungan langsung dengan dunia Islam. Masjid pertama di Tokyo dibangun oleh
Kelompok Tartars yang datang ke Jepang sebagai pengungsi akibat Revolusi Rusia pada
1917. Mereka merupakan kelompok asli dari Asia Tengah dan masuk ke Jepang melalui
Siberia dan China. Sebagai umat Muslim, hal pertama yang ingin mereka lakukan adalah
membangun sekolah untuk anak-anak mereka dan membangun sebuah masjid agar
mereka bisa beribadah. Mereka akhirnya mendapat izin dari Pemerintah Jepang pada
1928 dan sekolah resmi dibuka pada 1935. Masjid pertama selesai dibangun selang tiga
tahun kemudian atau tepatnya pada 1938.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses masuknya Islam di Jepang tidak mudah.Banyak persaingan antar berbagai
macam agama lainnya.Pengertian agama bagi orang Jepang berbeda dengan orang
Indonesia.Pengertian agama bagi orang Indonesia lebih mengarah kepada agama
samawi, agama yang memiliki nabi dan kitab suci.Bagi orang Jepang Shinto lebih
merupakan kepercayaan yang memuja nenek moyang tanpa adanya nabi dan kitab
suci. karakterisitik orientasi agama orang Jepang tidak sama dengan cara berfikir
orang Barat terhadap agama, karena orang Jepang tidak menganggap agama sebagai
sesuatu yang ekslusif. kondisi Jepang yang cukup toleran dan lebih mengutamakan
akal dan logika lebih memudahkan mereka menerima kebenarna Islam yang ajarannya
memang tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena berpikir logis itu pula yang
menjadikan masyarakat Jepang tidak terpengaruh dengan isu terorisme Islam yang
sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu.Banyak masjid yang berdiri di Jepang
salah satunya adalah Masjid Kobe.Masjid merupakan Masjid pertama yang didirikan
di Jepang.
3.2 Saran
Setelah melihat perjuangan para penyebar agama islam di Jepang,sebagai generasi
penerus bangsa sebaiknya kita juga ikut menyebarkan agama islam di berbagai negara
tanpa memaksa pihak-pihak bersangkutan.Menjaga peninggalan bersejarah tentang
agama Islam di dalam maupun di luar Negeri.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unsada.ac.id/428/1/BAB%20I.pdf
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB414123141166.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai