Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “KEDATANGAN JEPANG DI INDONESIA” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kedatangan jepang di indonesia.Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Jeneponto , 28 Januari 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jepang merupakan negara yang memiliki banyak perkembangan dalam


berbagai aspek seperti Teknologi, Informasi, Pendidikan, Ekonomi, Industri dan
berbagai hal lainnya. nama resmi Jepang ialah Nipponkoku/Nihonkoku adalah
sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di
sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea,
dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling
selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah
selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Pembahasan mengenai Masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan
Dominasi Jepang terhadap Indonesia merupakan hal yang sekiranya hanya segelintir
orang yang telah membahsnya. Pembahasan ini lebih menekankan pada pembahasan
sejarah masa lalu Indonesia dalam mengahadapi kaum kolonialisme Jepang serta
membahas mengenai banyaknya pengaruh Jepang pada Indonesia pada masa
sekarang ini baik disadari maupun tidak disadari.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia?


b. Apa saja Organisasi yang berdiri pada zaman Jepang?
c. Bagaimana pemerintahan yang dijalankan Jepang pada masa pendudukannya
di Indonesia serta dampak pendudukan Jepang?
C. TUJUAN

a. Pembahasan Masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan dominasi Jepang


terhadap indonesia mambantu para siswa agar semakin memahami sejarah
indonesia baik masa lampau maupun masa kini.
b. Memberikan rasa nasionalisme terhadap para pembaca mengingat perjuangan
bangsa ini untuk merdeka.
c. Pembahasan ini dapat dijadikan acuan untuk semakin membangun negara ini
kearah yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Masuk Jepang ke Indonesia

Sejarah masuknya Jepang ke Indonesia merupakan keinginan membentuk


imperium di Asia, Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941.
Penyerangan tersebut bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat yang
di perkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi jepang di Asia. Dalam gerakannya
ke selatan, jepang juga melakukan penyerangan ke Indonesia yang pada waktu itu
masih berada dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Secara resmi Jepang
telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi
Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang
tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia.
Bahkan, bangsa Indonesia menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan
perasaan senang, perasaan gembira karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan Belanda.
Sebenarnya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’
yang disampaikan Jepang merupakan tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat
menerima kedatangan Balatentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang
disambut dengan hangat oleh bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang
tidak jauh berbeda dengan negara imperialis lainnya. Jepang termasuk negara
imperialis baru, seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara imperialis baru, Jepang
membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan
pasar bagi barang-barang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan menjadi sangat
penting artinya bagi kemajuan industri apabila tidak didukung dengan bahan mentah
(baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar barang industri
yangluas.Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Balatentara Jepang ke
Indonesia adalah untuk menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia.
Artinya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan
semboyan yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan
yang terjadi selama pendudukan Balatentara Jepang di Indonesia. Bahkan, perlakuan
pasukan Jepang lebih kejam sehingga bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan.
Sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang untuk
kepentingan peperangan dan industri Jepang melalui cara berikut.
1. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha. Romusha
adalah tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk
bekerja paksa pada proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah
pendudukan Jepang. Para romusa juga melibatkan kaum perempuan. Mereka
dibujuk rayu di iming iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa
ke kampong-kampung tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun
Ianfu). Romusa juga melibatkan tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa
oleh Jepang untuk menjadi tenaga kerja paksa tersebut. Diantara para romusa
yang berasal dari tokoh pergerakan adalah Soekarno dan Otto Iskandardinata.
2. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan
kepada Pemerintah balatentara Jepang.
3. Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna
memenuhi kebutuhan konsumsi perang. Romusha (rōmusha: "buruh",
"pekerja") adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan
secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942
hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943
pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Mereka dikirim
untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah
orang-orang yang menjadi romusha tidak diketahui pasti perkiraan yang ada
bervariasi dari 4 hingga 10 juta.

B. Organisasi Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang

1. Gerakan 3A
Sejak kedatangannya ke Indonesia, Jepang terus berusaha menarik
simpati rakyat Indonesia. Gerakan 3 A yang berisi Nippon Cahaya Asia,
Nippon Pelindung Asia dan Nippon pemimipin Asia merupakan salah satu
propaganda yang dilakukan Jepang dalam menarik hati rakyat Indonesia.
Gerakan 3 A ini berada dibawah pimpinan Mr. Syamsudin. Selain itu,
ditambah pula organisasi Pemuda Asia Raya yang dipimpin oleh Sukardjo
Wiryopranoto. Namun pada perkembangannya Gerakan 3 A gagal dalam
mendapatkan simpati rakyat Indonesia hingga akhirnya organisasi ini
dibubarkan.
2. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa banyak perubahan pada
rakyat Indonesia, Jepang banyak memberikan peraturan dan kebijakan agar
memperkuat posisi Jepang di Indonesia. Jepang melarang berbagai pertemuan
yang dilakukan rakyat Indonesia yang bersifat politik dan bahkan pemerintah
Jepang membubarkan organisasi pergerakan Indonesia yang sudah ada sejak
masa kolonial Belanda. Terkecuali Majelis Islam A’ la Indonesia (MIAI),
karena kegiatannya bersifat keagamaan, tidak mengadakan kegiatan politik
dan strategi pergerakan yang bersifat terbuka maka organisasi yang dibentuk
pada September 1937 ini tidak dibubarkan oleh pemerintah Jepang. Jepang
memberikan kontribusi untuk mengembangkan kehidupan bragama di
Indonesia seperti Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh orang Indonesia
yaitu KH Hasyim Ashari. Pada perkembangan selanjutnya beberapa pesantren
dikunjungi para pembesar Jepang. Umat islam diizinkan membentuk
Hizbullah yang memberikan pelatihan kemiliteran bagi para pemuda islam.
Semakin pesatnya perkembangan organisasi ini membuat kekhawatiran serta
mengancam eksistensi pendudukan Jepang, MIAI akhirnya dicurigai pihak
Jepang. Pada 1943, MIAI dibubarkan dan sebagai penggantinya dibentuk
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
3. Masyumi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia berdiri pada 1943 sebagai
pengganti MIAI. Masyumi diketuai oleh KH Mas Mansur dan didampingi KH
Hasyim Ashari. Organisasi ini dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pergerakan
nasional Indonesia untuk mengonsolidasikan organisasi-organisasi islam
lainnya, seperti Muhamadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Islam dan Sarekat
Islam. Tidak jauh berbeda dengan organisasi pergerakan islam gabungan
dalam MIAI, Masyumi memiliki visi bahwa setiap umat Islam diwajibkan
untuk jihad Fisabilillah (berjuang di jalan Allah) dalam berbagai bidang,
termasuk dalam bidang politik. Para kaum muda muslim, khususnya para
santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis.
4. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dalam rangka membangkitkan semangat dan perasaan anti bangsa
kulit putih, Jepang mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada Maret
1942. Organisasi ini dipimpin oleh 4 serangkai yang memiliki tugas untuk
memimpin rakyat Indonesia supaya mau menghapuskan pengaruh barat.
Adapun tujuannya memudatkan seluruh kekuatan rakyat dalam rangka
membantu udaha Jepang memenangkan perang Asia Pasifik. Empat serangkai
dianggap oleh Jepang sebagai lambing dari pergerakan nasional Indonesia.
Sebaliknya, para pemimipin nasional memanfaatkan Putera untuk
mempersiapkan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan. Pemerintah
pendudukan Jepang, tidak menyadari bahwa Putera menjadi sebuah wadah
pemupukan rasa nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
5. Cuo Sangi In
Cuo Sangi In atau Badan Pertimbangan Pusat dibentuk oelh
pemerintah pendudukan Jepang. Pada awlnya badan ini dimaksudkan Jepang
sebagai pengendali politik di Indonesia. Akan tetapi, justru oelh para
pemimpin pergerakan nesional dimanfaatkan untuk mengimbangi politik
Jepang. Badan pertimbangan Pusat mempunyai tugasa mengajukan usul dan
menjawab pertanyaan pemerintah Jepang. Badan ini kemudian dijadikan
sarana strategis bagi para tokoh pergerakan Indonesia. Bangsa Indonesia
diberi kesempatan menduduki jabatan kepala depatemen dan residen yang
sulit didapatkan pada masa pemerintah colonial Belanda.
6. Jawa Hokokai
Melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh panglima tertinggi tentara
Jepang pada 1944, di jawa berdiri organisasi Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Jawa). Organisasi ini lahir dengan dorongan pada situsi Perang
Asia Timur Raya yang semakin gencar. Jawa Hokokai diorientasikan untuk
memupuk semangat kebaktian, yaitu kesediaan untuk mengorbankan diri,
mempertebal persaudaraan dan melaksanakan tugas untuk kepentingan
pemerintah pendudukan Jepang. Pimpinan Jawa Hokokai ditangani langsung
oleh pimpinan militer Jepang dan anggotanya diseleksi secara ketat. Jaringan
organisasi ini dari pusat sampai daerah memiliki bidang-bidang kegiatan,
seperti guru, kewanitaan, perusahaan, dan kesenian. Jawa hokokai bertugas
mengerahkan rajyat secara paksa untuk mengumpukan padi, permata, besi tua,
serta menanam jarak. Hasilnya harus diserahkan ke pemerintah pendudukan
Jepanguntuk membiayai Perang Asia Timur Raya.
7. Seinendan, Fujinkai dan Keibodan
Pada periode 1944-1945 kedudukan pasukan Jepang yang semula
sebagai penyerang kini berbalik menjadi bertahan. Dalam beberapa
pertempuran pihak sekutu banyak mengalami kemenangan. Untuk
mempertahankan daerah pendudukannya, Jepang memerlukan dukungan dari
penduduk di negeri jajahannya. Oleh karena itu, pada 9 Maret 1943,
dibentuklah organisasi semi militer seinendan, yaitu berisan pemuda yang
anggotanya berusia 14-22 tahun. Tujuan dibentuknya seinendan adalah
mendidik dan melatih para pemuda untuk dapat mempertahankan tanah airnya
dengan kekuatan sendiri. untuk memenuhi kebutuhan akan tenag wanita, pada
Agustus 1943, pemerintah pendudukan Jepang membentuk Fujinkai atau
perhimpuan wanita. Usia anggotanya harus 15 tahun ke atas. Anggota ujinkai
juga diberi pel. Mereka diawasi oleh polisi secara ketat.
8. Barisan Pelopor, Heiho, dan Pembela Tanah Air (Peatihan militer yang
dipersiapkan untuk membantu Jepang pengaruh kaum nasionalista)
Untuk menyiapkan seluruh potensi rakyat Indonesia dalam membantu
dan mendukung kemenangan Jepang Perang Asia Timur Raya, pemerintah
pendudukan Jepang pada 14 September 1944 membentuk barisan pelopor
yang dipilih oleh golongan nasionalis, seperti Ir. Sekarno, R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata dan dr. Buntaran. Barisan pelopor dilatih cara menggunakan
senapan dari akyu, bambu runcing serta dikerahkan untuk mendengarkan
pidato dari para pemimpin pergerakan nasional

C. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Pemerintah Pendudukan Jepang

1. Reaksi berupa perlawanan senjata


Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 dengan membawa
sembayan bahwa jepang akan membebaskan Asia dari belenggu
barat/penjajahan, namun kenyataanya malah sebaliknya, rakyat Indonesia
malah mendapatkan penderitaan yang sangat berat melebihi masa penjajahan
Belanda, maka dari itu munculah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi
diberbagai daerah, yaitu sebagai berikut :
a. Peristiwa Cot Plieng
Pemberontakan Cot Plieng terjadi di Aceh dengan puncak dari
perlawanan yang telah berulang kali dilakukan terjadi pada 10 November
1942 yang dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru
mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Pemberontakan ini disebabkan
karna sebagain para ulama non PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)
waktu itu menolak masuknya Jepang setelah Belanda menyerah. Mereka
menganggap itu sama saja seperti talet bui tapeutamong asei (mengusir
babi, menerima anjing). Teungku Abdul Jalil tidak menyetujui kerja sama
dengan Jepang, berbeda dengan ulama PUSA yang melakukan taktik
perjuangan• kerja sama untuk mengusir Belanda.
b. Pemberontakan di Singaparna
Peristiwa Pemberontakan Singaparna mempunyai dasar
keagamaan dan kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara Islam dijunjung
tinggi dalam hati sanubari rakyat sesuai dengan ajaran agama. Demikian
pula semangat kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat Singaparna,
yang terkenal kebenciannya terhadap penjajahan. Adapun hal yang
menjadi latar belakang terjadinya Pemberontakan Singaparna
diantaranya, yaitu:
1. Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk
(menghormat) kearaH Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh
santri-santri karena berarti mereka disuruh menyembah matahari.
2. Adanya kewajiban meyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen
sebanyak 2 kwintal. Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan
daerah sekitar Singaparna sangat berat.
3. Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis yang
dijanjikan akan disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang
mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita tersebut dikirim ke
daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur
tentara-tentara Jepang.
c. Pemberontakan di Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya
pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan
kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan
rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji
Madriyas dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten
Indramayu.
Pasukan Jepang bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah
(Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah
mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
d. Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh
Pemberontakan ini terjadi pada bulan November 1994 yang di
pimpin oleh Teuku Hamid, dia adalah seorang perwira Giyugun, bersama
dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan
perlawanan. Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan
ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau
menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak
menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
e. Pemberontakan Peta di Blitar
Pemberontakan PETA di Blitar, terjadi pada tanggal 14 Februari
1945 yang dipimpin oleh Soepriyadi, yang disebabkan oleh ketidak
tahanan anggota PETA melihat kesengsaraan rakyat dan banyaknya rakyat
yang meninggal akibat romusa di daerah mereka. Dengan, melakukan
serangan terhadap gudang senjata. Tetapi, pemberontakan
mampu dipadamkan oleh pihak jepang, serta semua yang terlibat dalam
pemberontakan dijatuhi hukuman mati termasuk pemimpin lapangan yang
banyak dilupakan yaitu Moeradi. Sementara, Soprijadi yang paling
bertanggungjawab akan pemberontakan menghilang tanpa diketahui
sampai saat ini.
2. Reaksi berupa perlawanan nonsenjata
a. Kelompok Sukarni
“Kelompok ini sering mengadakan kursus polotik yang
pengajarannya diambil dari tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti
Soekarno, Moh Hatta, dan Sutan Syahrir.” (Supriatna, 2009:198). Tokoh-
tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni antara lain Adam Malik,
Pandu Kartawiguna, Chaerul Saleh, dan Maruto Nitimihardjo dkk.
b. Kelompok Sutan Syahri
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer
model Eropa barat dan menentang Jepang karena merupakan negara fasis.
Sering mendapatkan panggilan untuk mengisi kursus politik bagi kaum
pelajar. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar dari kota Jakarta,
Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain. Mereka berjuang
dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah
tanah”.
c. Kelompok Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut. Dengan
demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir terbentuk.
Sebagai pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo
Djoyohadisuryo sebagai ketua dibantu tokoh-tokoh muda Wikana. Di
dalam asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-tokoh nasionalis
seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa Kusuma
Sumantri, Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan
Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja sama dengan kelompok bawah
tanah yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai Jepang.
Walaupun para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas dan
menggunakan strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka
memiliki kesamaan tujuan yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
d. Kelompok Amir Syarifuddin
Menjelang kedatangan Jepang di Indonesia, Amir Syarifuddin
berhubungan erat dengan P.J.A. Idenburg (pimpinan departemen
pendidikan Hindia Belanda). Melalui Dr. Charles Van der Plas, P.J.A.
Idenburg membantu uang sebesar 25.000 gulden kepada Amir Syarifuddin
guna mengorganisir gerakan bawah tanah melawan Jepang. Oleh karena
itu kelompok ini anti fasis dan menolak kerja sama dengan Jepang. Karena
sangat keras dalam mengkritik Jepang maka Amir Syarifuddin ditangkap
dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang pada tahun 1944. Atas bantuan Ir.
Soekarno, hukumannya diubah menjadi hukuman seumur hidup akan
tetapi setelah Jepang menyerah dan Indonesia merdeka, ia terbebas dari
hukuman.

Gerakan-gerakan di atas dalam mencapai tujuannya melakukan kegiatan-


kegiatan antara lain sebagai berikut.
1. Menjalin komunikasi dan memelihara semangat nasionalisme.
2. Menyiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan.
3. Mempropagandakan kesiapan untuk merdeka.
4. Memantau perkembangan Perang Pasifik.
5. Perjuangan Melalui Perlawanan Bersenjata
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Jepamg masuk ke Indonesia pada tahun 1945.masuknya jepang ke Indonesia
merupakan keinginan membentuk imperium di asia.
2. Gerakan 3A berisi Nippon cahaya asia, Nippon pelindung asia dan Nippon
pemimpin asia merupakan salah satu propaganda yang di lakukan jepang
daam menarik hati rakyat Indonesia. Gerakan 3A di bawah pimpinan
mr.syamsudin.
3.

1..
Daftar Pustaka
Supriatna, N.(2009). Perkembangan Masyarakat Indonesia. Bandung: Perpustakaan
Nasional RI
Sakamoto, T. (1982). Jepang dulu dan sekarang. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Suryohadiprojo, Sayidiman. (1988). Mayarakat Jepang Dewasa ini. Jakarta: PT.
Gramedia
Ricklef, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Beasley, W.G. (2003). Pengalaman Jepang Sejarah Singkat Jepang. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Suryohadiprojo, Sayidiman. (1987). Pengalaman dari Jepang. Manusia dan
Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gardana, F. (2009). Sejarah dunia.[online].
Tersedia: http://versus.faktualita.com/2009/05/perang-jepang-vs-rusia.html
Alamsyah, I. (2009). Letak Geografis Jepang.[online]
Tersedia: http://freeandzz.wordpress.com/2009/10/18/letak-geografis-jepang/
Hidayat, T. (2008). Dominasi Permintaan Lahan Jepang.[online]
Tersedia: http://koran.republika.co.id/koran/0/146843/Jepang_Dominasi_Permintaan
_Lahan

Anda mungkin juga menyukai