Jepang resmi menduduki Indonesia pada 8 Maret 1942. Kala itu, Jepang merebut
kekuasaan dari tangan Belanda.
1. ASPEK SOSIAL
Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja
Romusha. romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa
Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat
sambutan baik dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi
sukarelawan. Namun semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk
berperang meningkat.Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan
paksaan. Hal tersebut membuat rakyat kita menjadi sengsara.rakyat kita dipaksa
membangun semua sarana perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia,
rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke luar negeri. Ada yang dikirim ke
Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand), dan Malaysia.
Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup
yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung
halaman karena sudah meninggal dunia.
Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah
tenaga kerja perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti
Indonesia, Cina, dan korea.
Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang.
Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.
2. ASPEK BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi
hormat ke arah matahari terbit kepada rakyat Indonesia.
Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang.
Pemerintahan Jepang mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama
Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang
untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-
karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media
pers pun berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang.
3.ASPEK PENDIDIKAN
Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan
Jepang berbeda dengan masa pemerintahan kolonial Hindia-
Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan
dapat mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda,
hanya kalangan atas (bangsawan) saja yang dapat mengakses.
Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu
memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya
pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara
jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya
21.500 menjadi 13.500.
4.ASPEK EKONOMI
Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang,
sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi
perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai
sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia.
Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia
Timur Raya, Squad. wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup
memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama
Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan
wilayah yang masuk ke dalam struktur ekonomi yang
direncanakan oleh Jepang.Kalau di bidang moneter, pemerintah
Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden Belanda.
Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat
dipertahankan sebelum perang.