Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEDATANGAN JEPANG DI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“KEDATANGAN JEPANG DI INDONESIA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
 
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kedatangan jepang di indonesia.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna  tanpa saran yang
membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Baubau , 11 Agustus 2016

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Jepang merupakan negara yang memiliki banyak perkembangan dalam berbagai aspek
seperti Teknologi, Informasi, Pendidikan, Ekonomi, Industri dan berbagai hal lainnya. nama
resmi Jepang ialah Nipponkoku/Nihonkoku  adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur.
Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timurLaut Jepang, dan bertetangga
dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut
Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur,
tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Pembahasan mengenai Masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan Dominasi Jepang
terhadap Indonesia merupakan hal yang sekiranya hanya segelintir orang yang telah
membahsnya. Pembahasan ini lebih menekankan pada pembahasan sejarah masa lalu Indonesia
dalam mengahadapi kaum kolonialisme Jepang serta membahas mengenai banyaknya pengaruh
Jepang pada Indonesia pada masa sekarang ini baik disadari maupun tidak disadari.
B.     RUMUSAN MASALAH
a.      Bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia dan Bagaimana bentuk-bentuk kekejaman
bangsa Jepang?
b.       Apa saja Organisasi yang berdiri pada zaman Jepang?
c.      Bagaimana pemerintahan yang dijalankan Jepang pada masa pendudukannya di Indonesia
serta dampak pendudukan Jepang?
d.       Bagaimana akhirnya Jepang mundur dari Indonesia?
e.        Apa saja yang mendominasi Indonesia dari Jepang?
C.     TUJUAN
a.       Pembahasan Masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan dominasi Jepang terhadap
indonesia mambantu para mahasiswa calon pendidik dan yang telah menjadi pendidik (guru)
agar semakin memahami sejarah indonesia baik masa lampau maupun masa kini
b.      Memberikan rasa nasionalisme terhadap para pembaca mengingat perjuangan bangsa ini
untuk merdeka
c.       Pembahasan ini dapat dijadikan acuan untuk semakin membangun negara ini kearah yang
lebih baik
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Awal Masuk Jepang ke Indonesia


Sejarah masuknya Jepang ke Indonesia merupakan keinginan membentuk imperium di
Asia, Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941. Penyerangan tersebut bertujuan untuk
melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat yang di perkirakan akan menjadi ganjalan bagi
ekspansi jepang di Asia. Dalam gerakannya ke selatan, jepang juga melakukan penyerangan ke
Indonesia yang pada waktu itu masih berada dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima
Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang tanpa
banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa
Indonesia menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang, perasaan gembira
karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.
Sebenarnya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ yang
disampaikan Jepang merupakan tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat menerima kedatangan
Balatentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat oleh
bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan negara
imperialis lainnya. Jepang termasuk negara imperialis baru, seperti Jerman dan Italia. Sebagai
negara imperialis baru, Jepang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan pasar bagi barang-barang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan menjadi
sangat penting artinya bagi kemajuan industri apabila tidak didukung dengan bahan mentah
(baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar barang industri yangluas.Dengan
demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Balatentara Jepang ke Indonesia adalah untuk
menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia. Artinya, semboyan Gerakan 3A dan
pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat
dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi selama pendudukan Balatentara Jepang di
Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan Jepang lebih kejam sehingga bangsa Indonesia
mengalami kesengsaraan. Sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang
untuk kepentingan peperangan dan industri Jepang melalui cara berikut.
1.         Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha. Romusha adalah    
tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa pada proyek-
proyek yang dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang. Banyak rakyat Indonesia yang
meninggal ketika menjalankan romusha, karena umumnya  mereka menderita kelaparan dan
berbagai penyakit. Jepang berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap di
Hindi Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam startegi yang
ada di tanah air kita. Pasokan sumber sumber ala mini digunakan untuk membiayai perang
Jepang dengan Sekutu.Di Asia Timur Raya dan Pasifik. Luasnya daerah pendudukan Jepang
membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk
membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan
jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang cukup padat. Para tenaga
kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusa. Jejaring tentara Jepang untuk
menjalankan romusha hingga ke desa desa. Dalam catatan buku ini, setidaknya ada 300.000
tenaga romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang diantaranya
dalam kondisi menyedihkan dan berakhir pada kematian. Para romusa juga melibatkan kaum
perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di
bawa ke kampong-kampung tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).  Romusa
juga melibatkan tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga
kerja paksa tersebut. Diantara para romusa yang berasal dari tokoh pergerakan adalah Soekarno
dan Otto Iskandardinata. Mereka berdua dipaksan tentara pendudukan Jepang untuk membuat
lapangan udara darurat. Jepang melakukan rekruitmen calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi
tenaga kerja paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusa dan proyek proyeknya di
Gunung Madur dan sekitar Banten. Namun pada saat yang sama, Jepang berhasil memanipulasi
keberadaan romusa ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan romusa, Jepang
memperhasul istilah romusa dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja. Pada
pertengahan tahun 1943, para romusa semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan
Jepang pada Perang Pasifik, Romusa romusa ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk
mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan
tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti
ini, permintaan terhadap romusa semakin tak terkendali.
        2.         Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada   
Pemerintah balatentara Jepang.
3.         Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi
kebutuhan konsumsi perang. Romusha (rōmusha: "buruh", "pekerja") adalah panggilan bagi
orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di
Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober
1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di
berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha
tidak diketahui pasti  perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta.

B.     Organisasi Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang

1.      Gerakan 3A
Sejak kedatangannya ke Indonesia, Jepang terus berusaha menarik simpati rakyat Indonesia.
Gerakan 3 A yang berisi Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon pemimipin
Asia merupakan salah satu propaganda yang dilakukan Jepang dalam menarik hati rakyat
Indonesia. Gerakan 3 A ini berada dibawah pimpinan Mr. Syamsudin. Selain itu, ditambah pula
organisasi Pemuda Asia Raya yang dipimpin oleh Sukardjo Wiryopranoto. Namun pada
perkembangannya Gerakan 3 A gagal dalam mendapatkan simpati rakyat Indonesia hingga
akhirnya organisasi ini dibubarkan.  
2.      Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa banyak perubahan pada rakyat Indonesia, Jepang
banyak memberikan peraturan dan kebijakan agar memperkuat posisi Jepang di Indonesia.
Jepang melarang berbagai pertemuan yang dilakukan rakyat Indonesia yang bersifat politik dan
bahkan pemerintah Jepang membubarkan organisasi pergerakan Indonesia yang sudah ada sejak
masa kolonial Belanda.  Terkecuali Majelis Islam A’ la Indonesia (MIAI), karena kegiatannya
bersifat keagamaan, tidak mengadakan kegiatan politik dan strategi pergerakan yang bersifat
terbuka maka organisasi yang dibentuk pada September 1937 ini tidak dibubarkan oleh
pemerintah Jepang. Jepang memberikan kontribusi untuk mengembangkan kehidupan bragama
di Indonesia seperti Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh orang Indonesia yaitu KH
Hasyim Ashari. Pada perkembangan selanjutnya beberapa pesantren dikunjungi para pembesar
Jepang. Umat islam diizinkan membentuk Hizbullah yang memberikan pelatihan kemiliteran
bagi para pemuda islam. Semakin pesatnya perkembangan organisasi ini membuat kekhawatiran
serta mengancam eksistensi pendudukan Jepang, MIAI akhirnya dicurigai pihak Jepang. Pada
1943, MIAI dibubarkan dan sebagai penggantinya dibentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi).
3.      Masyumi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia berdiri pada 1943 sebagai pengganti MIAI. Masyumi
diketuai oleh KH Mas Mansur dan didampingi KH Hasyim Ashari. Organisasi ini dimanfaatkan
oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia untuk mengonsolidasikan organisasi-organisasi
islam lainnya, seperti Muhamadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Islam dan Sarekat Islam. Tidak
jauh berbeda dengan organisasi pergerakan islam gabungan dalam MIAI, Masyumi memiliki visi
bahwa setiap umat Islam diwajibkan untuk jihad Fisabilillah (berjuang di jalan Allah) dalam
berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para kaum muda muslim, khususnya para santri
dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis.
4.      Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dalam rangka membangkitkan semangat dan perasaan anti bangsa kulit putih, Jepang
mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada Maret 1942. Organisasi ini dipimpin oleh 4
serangkai yang memiliki tugas untuk memimpin rakyat Indonesia supaya mau menghapuskan
pengaruh barat. Adapun tujuannya memudatkan seluruh kekuatan rakyat dalam rangka
membantu udaha Jepang memenangkan perang Asia Pasifik. Empat serangkai dianggap oleh
Jepang sebagai lambing dari pergerakan nasional Indonesia. Sebaliknya, para pemimipin
nasional memanfaatkan Putera untuk mempersiapkan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan.
Pemerintah pendudukan Jepang, tidak menyadari bahwa Putera menjadi sebuah wadah
pemupukan rasa nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
5.      Cuo Sangi In
Cuo Sangi In atau Badan Pertimbangan Pusat dibentuk oelh pemerintah pendudukan Jepang.
Pada awlnya badan ini dimaksudkan Jepang sebagai pengendali politik di Indonesia. Akan tetapi,
justru oelh para pemimpin pergerakan nesional dimanfaatkan untuk mengimbangi politik Jepang.
Badan pertimbangan Pusat mempunyai tugasa mengajukan usul dan menjawab pertanyaan
pemerintah Jepang. Badan ini kemudian dijadikan sarana strategis bagi para tokoh pergerakan
Indonesia. Bangsa Indonesia diberi kesempatan menduduki jabatan kepala depatemen dan
residen yang sulit didapatkan pada masa pemerintah colonial Belanda.
6.      Jawa Hokokai
Melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh panglima tertinggi tentara Jepang pada 1944, di
jawa berdiri organisasi Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Organisasi ini lahir dengan
dorongan pada situsi Perang Asia Timur Raya yang semakin gencar. Jawa Hokokai
diorientasikan untuk memupuk semangat kebaktian, yaitu kesediaan untuk mengorbankan diri,
mempertebal persaudaraan dan melaksanakan tugas untuk kepentingan pemerintah pendudukan
Jepang. Pimpinan Jawa Hokokai ditangani langsung oleh pimpinan militer Jepang dan
anggotanya diseleksi secara ketat. Jaringan organisasi ini dari pusat sampai daerah memiliki
bidang-bidang kegiatan, seperti guru, kewanitaan, perusahaan, dan kesenian. Jawa hokokai
bertugas mengerahkan rajyat secara paksa untuk mengumpukan padi, permata, besi tua, serta
menanam jarak. Hasilnya harus diserahkan ke pemerintah pendudukan Jepanguntuk membiayai
Perang Asia Timur Raya.

7.      Seinendan, Fujinkai dan Keibodan


            Pada periode 1944-1945 kedudukan pasukan Jepang yang semula sebagai penyerang kini
berbalik menjadi bertahan. Dalam beberapa pertempuran pihak sekutu banyak mengalami
kemenangan. Untuk mempertahankan daerah pendudukannya, Jepang memerlukan dukungan
dari penduduk di negeri jajahannya. Oleh karena itu, pada 9 Maret 1943, dibentuklah organisasi
semi militer seinendan, yaitu berisan pemuda yang anggotanya berusia 14-22 tahun. Tujuan
dibentuknya seinendan adalah mendidik dan melatih para pemuda untuk dapat mempertahankan
tanah airnya dengan kekuatan sendiri. untuk memenuhi kebutuhan akan tenag wanita, pada
Agustus 1943, pemerintah pendudukan Jepang membentuk Fujinkai atau perhimpuan wanita.
Usia anggotanya harus 15 tahun ke atas. Anggota ujinkai juga diberi pelatihan militer yang
dipersiapkan untuk membantu Jepang. Selain itu, untuk memenuhi keperluan tenaga pembantu
kepolisian , pemerintah pendudukan Jepang membentuk Keibodan atau barisan bantu polisi usia
anggotanya antara 20-35 tahun. Pemuda yang diterima adalah semua laki-laki yang berasal dari
setiap desa dan dibentuk di desa-desa untuk mengisolasi dari pengaruh kaum nasionalis. Mereka
diawasi oleh polisi secara ketat.
8.      Barisan Pelopor, Heiho, dan Pembela Tanah Air (Peta)
Untuk menyiapkan seluruh potensi rakyat Indonesia dalam membantu dan mendukung
kemenangan Jepang Perang Asia Timur Raya, pemerintah pendudukan Jepang pada 14
September 1944 membentuk barisan pelopor yang dipilih oleh golongan nasionalis, seperti Ir.
Sekarno, R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran. Barisan pelopor dilatih cara
menggunakan senapan dari akyu, bambu runcing serta dikerahkan untuk mendengarkan pidato
dari para pemimpin pergerakan nasional. Selain itu, dilatih pual cara menerahkan massa dan
membuat pertahanan. Sementara itu, pada April 1943, Jepang mengumumkan dan membuka
kesempatan bagi para pemuda untuk ikut menjadi anggota pembantu prajurit Jepang (Heiho).
Anggota Heiho langsung ditempatkan dalam struktur irganisasi militer Jepang, baik di Angkatan
Darat maupun Angkatan Laut. Heiho dianggap sebagai bagian dari angkatan perang Jepang
sehingga langsung diterjunkan dalam medan pertempuran, seperti kepulauan Solomon, Filifina
dan Indo Cina. Selanjutnya, pada 3 Oktober 9143, panglima tentar sukarela Pembela Tanah Air
(Peta). Tempat pelatiahan calon perwira dipudatkan di bogor. Setelah lulus, merka kemudian
diangkat menjadi daidanco (komandan batalyon), Codanco(Komandan
kompi), syudanco (komandan peleton) dan budanco (komandan regu).
C.    Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Pemerintah Pendudukan Jepang

1.      Reaksi berupa perlawanan senjata


Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 dengan membawa sembayan bahwa jepang akan
membebaskan Asia dari belenggu barat/penjajahan, namun kenyataanya malah sebaliknya,
rakyat Indonesia malah mendapatkan penderitaan yang sangat berat melebihi masa penjajahan
Belanda, maka dari itu munculah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi diberbagai daerah,
yaitu sebagai berikut :
a.      Peristiwa Cot Plieng
Pemberontakan Cot Plieng terjadi di Aceh dengan puncak dari perlawanan yang telah
berulang kali dilakukan terjadi pada 10 November 1942 yang dipimpin seorang ulama muda
Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Pemberontakan ini disebabkan
karna sebagain para ulama non PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) waktu itu menolak
masuknya Jepang setelah Belanda menyerah. Mereka menganggap itu sama saja seperti talet bui
tapeutamong asei (mengusir babi, menerima anjing). Teungku Abdul Jalil tidak menyetujui kerja
sama dengan Jepang, berbeda dengan ulama PUSA yang melakukan taktik perjuangan kerja
sama untuk mengusir Belanda. Hal itu pula yang kemudian membuat perbedaan ijitihad antara
kelompok tua dan kelompok muda dalam menghadapi Jepang. Teungku Abdul Jalil dan kawan-
kawannya secara diam-diam melakukan dakwah anti Jepang dan seruan jihat fi sabilillah dari
desa ke desa. Menjelang akhir tahun 1942, dakwah diam-diam tersebut menjadi terang-terangan,
setelah kekejaman tentara Jepang menjadi pengalaman pahit bagi masyarakat. Para santri di
Dayah Cot Plieng sudah siap untuk berperang. Hal itu kemudian diketahui oleh intelijen dan
kampetai Jepang. Jepang berusaha meredam upaya pemberontakan Teungku Abdul Jalil tersebut
dengan menggunakan orang Aceh yang bekerja untuk Jepang dan para Uleebalang yang telah
diangkat menjadi Gunco (wedana) dan sunco (camat). Selain itu ulama PUSA/Pemuda Pusa juga
diminta Jepang untuk melakukan dakwak tandingan. Meski tidak menolak permintaan Jepang
tersebut, ulama PUSA/Pemuda PUSA lebih bersikap melihat saja apa yang dilakukan Teungku
Jalil. Sementara kaum Uleebalang yang menjabat sebagai Gunco dan Sunco terus membujuk
Teungku Abdul Jalil agar mengurungkan niatnya memberontak terhadap Jepang. Namun hal itu
tidak berhasil. Akhirnya Jepang memutuskan menghentikan upaya pemberontakan tersebut
dengan kekuatan bersenjata. Pada 6 November 1942, Jepang mengirim pasukannya ke Bayu dan
membangun kubu pertahanan yang berhadapan dengan Dayah Cot Plieng yang menjadi markas
Teungku Abdul Jalil. Pertempuran yang tak berimbang pun terjadi. Pasukan Teungku Abdul Jalil
hanya bersenjatakan rencong, kelewang, lembing dan pedang, serta semangat fi sabilillah yang
membara. Sementara pasukan Jepang memiliki persenjataan moderen. Perang sengit yang
digerakkan Teungku Abdul Jalil dibantu oleh adiknya Teungku Thaib itu berlangsung sehari
suntuk. Korban kedua belah pihak berjatuhan. Seorang perwira jepang berpangkat mayor ikut
tewas. Pertempuran baru reda pada sore hari setelah Teungku Abdul Jalil dan pasukannya
meninggalkan Dayah Cot Plieng menuju pedalaman. Dalam perjalanan Teungku Abdul Jalil
singgah di Meunasah Baro. Dari sana ia dan pasukannya melanjutkan perjalanan hingga berhenti
di Alue Badeeh untuk menyusun kekuatan sambil menunggu pasukan lain dari Bayu. Tiga hari
kemudian, Jumat 9 November 1942, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya kembali turun ke
Meunasah Blang Buloh, sekitar sepuluh kilometer dari Bayu. Di daerah tersebut Teungku Abdul
Jalil dan pasukannya melaksanakan shalat Jumat. Keberadaan mereka diketahui oleh Jepang.
Pasukan Jepang dengan tambahan tentara menyerbu ke desa tersebut. Jepang ingin menangkap
Teungku Abdul Jalil tanpa pertempuran, yakni menunggunya di luar mesjid ketika ulama dan
pasukannya tersebut sedang shalat Jumat bersama penduduk setempat. Namun, ketika pasukan
Jepang tiba ke Blang Buloh, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya baru saja selesai
melaksanakan shalat Jumat. Penangkapan itu pun gagal. Pertempuran sengit pun terjadi,
Teungku Abdul Jalil dan pasukannya gugur.
b.      Pemberontakan di Singaparna
Peristiwa Pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan dan kebangsaan yang
kuat. Cita-cita negara Islam dijunjung tinggi dalam hati sanubari rakyat sesuai dengan ajaran
agama. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat Singaparna, yang
terkenal kebenciannya terhadap penjajahan.  Adapun hal yang menjadi latar belakang  terjadinya
Pemberontakan Singaparna diantaranya, yaitu:
      1.      Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk (menghormat) kearaH Tokyo.
Hal inilah yang sangat dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh menyembah
matahari.
      2.      Adanya kewajiban meyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal.
Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.
      3.      Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis yang dijanjikan akan
disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita
tersebut dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur tentara-
tentara Jepang.

a)      Kronologi Pemberontakan Singaparna


     1. Pemberontakan Pertama
`                Pada tahun 1943  K.H.Z. Mustofa bersama para pengikutnya, mulai menyusun rencana untuk
mengadakan perlawanan. Namun demikian pihak Jepang yang tidak pernah terlepas
perhatiannya terhadap pesantren Sukamanah dapat mencium rencana perlawanan  K.H.Z.
Mustofa bersama pengikutnya. Rencana ini akan dimulai kira-kira pada tanggal 1 Maulud 1363
yang  jatuh pada tanggal 25 Februari 1944. Untuk melaksanakan rencana ini para pengikut
K.H.Z. Mustofa mengadakan persiapan yang sangat sederhana. Mereka menggunakan bambu
runcing dan golok-golok terbuat dari bambu, karena senjata-senjata tajam yang terbuat dari besi
banyak dirampas oleh Jepang. Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh karena ternyata santri-santri
di Sukamanah pun bangkit untuk mengadakan perlawanan.
Untuk memperkuat persenjataan, para santri mempergiat latihan-latihan bela diri. Pemerintah
Jepang mengetahui kegiatan ini dari laporan mata-matanya, dan bermaksud mengadakan
penyerangan. Pesantren Sukamanah pun bersiap-siap apabila Jepang tiba-tiba menyerang.
Pemimpin-pemimpin dari kelompok Pesantren Sukamanah terdiri dari: Domon, Abdulhakim,
Najamuddin, dan Ajengan Subki. Seluruh kelompok ini dikepalai oleh K.H.Z. Mustofa dan
dibantu oleh tangan kanannya Najamuddin. Senjata K.H.Z. Mustofa ialah sebuah tongkat dari
Kalimantan yang bernama “Ki Ulin”. Dalam pemberontakan ini, K.H.Z. Mustofa tidak meminta
bantuan kepada pesantren lain, karena apabila pemberontakan ini mengalami kegagalan, Jepang
tidak akan menghancurkan pesantren lainnya.
Wilayah perang dibagi dua yaitu bagian Utara dan bagian Selatan, sedangkan pasukan induk
berada di Kampung Cihaur, kira-kira 100 meter dari kompleks Pesantren Sukamanah. Dalam
meredam pemberontakan ini, pada hari Kamis tanggal 24 Februari 1944 (satu hari sebelum
terjadi peristiwa), Jepang mengirim utusan, ialah goto-sidokandari kepolisian Tasikmalaya
dengan dengan beberapa keiboho Indonesia ke Sukamanah untuk mengadakan perundingan
dengan K.H.Z. Mustofa. Goto-sidokan dengan rombongannya terus dilucuti senjata dan
pelurunya, selanjutnya ditahan. Hanya Goto-sidokan sendiri yang disuruh kembali ke
Tasikmalaya untuk menyampaikan “pesan” dari  K.H.Z. Mustofa kepada pemerintah Jepang,
supaya pada hari Jumat tanggal 1 Maulud, Pulau Jawa dimerdekakan. Jika tidak, maka akan
terjadi pemberontakan.
Keesokan harinya datang rombongan Jepang kepada  K.H.Z. Mustofa di Sukamanah untuk
mengadakan perundingan, ia adalah kempeitaico Tasikmalaya (Kobayashi),kempeitaico Garut,
seorang guru bahasa dan beberapa orang serdadu Jepang. Sikap 4 orang kempeitaico, yang
memanggil dirasakan menyinggung perasaan ajengan Najmuddin dengan kawana-kawan
sehingga dengan keadaan terpaksa para santri Sukamanah melakukan kekerasan juga, meskipun
kepada bangsanya sendiri. Karena sudah terkepung oleh para santri, akhirnya Jepang
menyerahkan senjatanya, dan mereka ditahan sehari semalam. Keesokan harinya barulah
petugas-petugas pemerintah Jepang itu dizinkan pulang.

    2.Pemberontakan kedua
  Tanggal 25 Februari 1944 hari Jumat yang bertepatan dengann tanggal 1 Maulud 1363 tahun
Alif merupakan hari bersejarah bagi Pesantren Sukamanah khususnya dan Jawa Barat pada
umumnya. Pada waktu K.H.Z. Mustofa mengucapkan khotbah terakhir, terdengar suara
kendaraan menuju kompleks pesantren. Tetapi K.H.Z. Mustofa menghimbau kepada para
santrinya untuk tetap tenang di tempat. Setelah selesai sholat Jumat, K.H.Z. Mustofa keluar dari
mesjid diikuti oleh para pengikutnya dan Najamuddin. Salah satu keempat opsir Jepang itu
melambaikan tangan sebagai perintah agar K.H.Z. Mustofa datang kepadanya. Dengan
menggunakan tongkatnya, K.H.Z. Mustofa berjalan dengan tenang menuju keempat opsir itu.
Opsir-opsir Jepang itu datang bemaksud untuk menyampaikan bahwa Sukamanah telah berbuat
jahat menentang Jepang, tidak mau bekerjasama dengan Jepang dan pimpinan Sukamanah tidak
mau menurut perintah negara untuk menghadap ke Tasikmalaya.
Pememrintah Jepang akan mengampuni mereka apabila mereka mau bekerjasama dengan
Dai Nippon. Setelah opsir Jepang itu menyampaikan ultimatumnya, maka Panglima pasukan
Sukamanah Najamuddin atas nama K.H.Z. Mustofa menyambut dengan tegas dan singkat, antara
lain jawabannya adalah: “Baik besok kita berangkat ke Tasikmalaya untuk menghadap dan
menyerahkan senjata-senjata api yang telah kami rampas, akan tetapi kepala tuan Nippon yang
empat orang ini tinggal di Sukamanah sebagai gantinya”. Jawaban Najamuddin ini mengartikan
bahwa pihak Sukamanah tetap akan mengadakan perlawanan. Karena emosi yang tak
tertahankan lagi, pasukan Sukamanah mulai menyerang dan terjadi pergulatan dan berakhir
dengan matinya tiga opsir Jepang, yang seorang lagi dapat melarikan diri. Setelah kejadian itu,
keadaan mulai tenang kembali. Sementara itu K.H.Z. Mustofa mulai mengatur siasat untuk
menghadapi kemungkinan-kemungkinan pembalasan Jepang. Induk pasukan Sukamanah yang
berkekuatan 2000 orang di tempatkan di sebalah Selatan Kampung Cihaur. Disini letaknya
“Komando Post” yang dipimpin oleh tangan kanannya Najamuddin bersama stafnya. Komando
K.H.Z. Mustofa terhadap santri-santrinya berpesan “Jangan berperang dengan bangsa sendiri,
sebab pandangan dan cita-cita kita bukanlah untuk bermusuhan dengan bangsa sendiri,
melainkan perjuangan ini semata-mata untuk menentang dan menyingkirkan penjajah. Dan
dalam perjuangan ini diharapkan supaya santri-santri dan alim ulama ada dalam barusan anti
penjajah.” Setelah kejadian itu, sorenya kira-kira pukul 16.00 datang beberapa buah truk
mendekati garis pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah
terkejut melihat yang dihadapinya adalah bangsanya sendiri. Beberapa orang dari garis depan
segera melaporkan hal tersebut kepada K.H.Z. Mustofa. Mereka menyadari bahwa Jepang telah
mempergunakan taktik mengadu-dombakan pihak Sukamanah dengan bangsa sendiri. Ternyata
K.H.Z. Mustofa memerintahkan agar santri-santri dan pengikutnya menghindarkan adanya
perlawanan. Tetapi sewaktu kurir yang membawa perintah itu sedang dalam perjalanan menuju
garis depan, pihak Jepang sudah mulai melepaskan tembakan dan menghujani pasukan
Sukamanah. Akhirnya pertempuran dengan bangsa sendiri tidak dapat dihindari lagi, pasukan
Sukamanah terpaksa membela diri dan dengan demikian berkobarlah perlawanan dengan jarak
dekat.
Setelah pertempuran ini berlangsung selama kurang lebih 90 menit, maka pertahanan
Sukamanah satu demi satu dapat dilumpuhkan dan pasukan yang tersisa terpaksa mengundurkan
diri. Kemudian kira-kira pukul 17.30 semua tempat pertahanan Sukamanah telah lumpuh.  Dalam
pertempuran ini beratus-ratus orang dari pihak Sukamanah tewas, sedangkan K.H.Z. Mustofa
ditawan dan dibawa ke kantor kempeitaiTasikmalaya.

         b). Akhir Pemberontakan Singaparna


                        Setelah pertempuran selesai, KH.Z. Mustofa memerintahkan kepada para santri dan
pengikut-pengikutnya untuk mundur dan menyelamatkan diri. Pihak Jepang memulai untuk
melakukan pembersihan besar-besaran, diantaranya: asrama (pondok-pondok) dirusak, barang-
barang perhiasan, buku-buku dan kitab-kitab milik santri-santri, rakyat dan pemimpin-pemimpin
Sukamanah dirampas dan diangkut ke Tasikmalaya. Hal itu dianggap sebagai harta “gonimah”
atau harta rampasan dari penjahat dan musuh Pemerintah Dai Nippon.
          Keesokan harinya Jepang melanjutkan pembersihannya. Selain Angkatan Darat, Angkatan
Udara pun ikut dikerahkan. Lima buah pesawat dipergunakan Jepang untuk mengawasi dari
udara dan untuk menakut-nakuti rajyat. Disebarkannya pamflet-pamflet yang berisi ultimatum
bahwa semua orang yang membantu atau bersimpati kepada gerakan Sukamanah dianggap mata-
mata musuh dan memusuhi Jepang. Mereka yang membantu menyembunyikan pelarian-pelarian
dari Sukamanah diancam hukuman mati. Dengan demikian para pengikut K.H.Z. Mustofa
menjadi burunon umum. Pada tanggal 26 Februari 1944, penjara Tasikmalaya sudah penuh
sesak, lebih kurang 700 sampai 800 orang tahanan dijejalkan ke dalamnya. Pada suatu malam
tanggal 27 Februari 1944, datang intruksi rahasia dari K.H.Z. Mustofa kepada para santri dan
seluruh pengikutnya yang ditahan, yang antara lain berisi:
     1.   Di dalam pemeriksaan segenap jawaban harus dipikirkan sedemikian rupa sehingga dapat
menyelamatkan diri.
2.   Dilarang untuk memberi pengakuan terhadap pembunuhan dan ikut bertempur
melawan Nippon terutama dalam hal-hal yang bersangkutan dengan matinya tiga orang opsir
Jepang yang pertama.
3.   Pertanggungjawaban tentang pemberontakan Sukamanah dipikul oleh “sendiri” dan
santri-santri yang telah betul-betul diketahui dengan pasti gugur dalam pertempuran.
4.      Tenanglah, kuatkanlah jiwamu, jangan sekali-kali putus asa, serahkan segala puji
kepada Allah dan teruskan perjuanganmu.
Berkat adanya intruksi yang tegas ini, pada tanggal 29 Februari 1944 segala pemeriksaan
dan siksaan dari pihak Jepang dihadapi oleh semua terdakwa Sukamanah dengan penuh
ketabahan dan keberanian. Pemeriksaan ini berlangsung kurang labih tiga bulan. Dan hasilnya
diumumkan pada pertengahan bulan Mei 1944, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Golongan yang tidak bersalah.
 2. Golongan yang mempunyai sangkut paut dengan pemberontakan tetapi tidak ikut
    aktif.
      3. Pimpinan pemberontakan dan mereka yang dituduh aktif dalam pembunuhan opsir- opsir
jepang dan ikut aktif dalam pertempuran melawan pasukan bersenjata Dai Nippon. Golongan
pertama dikembalikan ke kampung masing-masing. Golongan kedua berjumlah 79 orang,
golongan ini dikenai hukuman 5-7 tahun penjara di penjara Sukamiskin Tasikmalaya. Golongan
ketiga berjumlah 23 orang termasuk diantaranya adalah K.H.Z. Mustofa. Setelah itu, tiak
diketahui secara pasti kabar berita tentang mereka. Penyelidikan selanjutnya ada yang
menyebutkan bahwa K.H.Z.Mustofa dan beberapa pengikutnya dibunuh oleh Jepang di sekitar
Tanjung Priok atau Cilincing.
Demikianlah kegigihan perjuangan K.H.Z. Mustofa sebagai pahlawan agama, dan
pahlawanan Tanah Air di dalam merebut hak kemerdekaan bangsanya dari cengkraman penjajah.
Namun sampai saat ini, tidak atau belum dapat diketahui dengan pasti tentang K.H.Z. Mustofa,
bahkan kuburannya pun tidak diketahui. Peristiwa Sukamanah adalah perlawanan pertama
terhadap pemerintah Jepang di daerah Jawa Barat.

C.     Pemberontakan di Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah
mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji
Madriyas dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang  bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan
Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan
pada setiap pemberontakan.
D.     Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh
    Pemberontakan ini terjadi pada bulan November 1994 yang di pimpin oleh Teuku Hamid,
dia adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke
hutan untuk melakukan perlawanan. Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang
melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah.
Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat
ditumpas.
E.         Pemberontakan Peta di Blitar
Pemberontakan PETA di Blitar, terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh
Soepriyadi, yang disebabkan oleh ketidak tahanan anggota PETA melihat kesengsaraan rakyat
dan banyaknya rakyat yang meninggal akibat romusa di daerah mereka. Dengan, melakukan
serangan terhadap gudang senjata. Tetapi, pemberontakan mampu  dipadamkan oleh pihak
jepang, serta semua yang terlibat dalam pemberontakan dijatuhi hukuman mati termasuk
pemimpin lapangan yang banyak dilupakan yaitu Moeradi. Sementara, Soprijadi yang paling
bertanggungjawab akan pemberontakan menghilang tanpa diketahui sampai saat ini.
2.      Reaksi berupa perlawanan nonsenjata
      a.    Kelompok Sukarni
                    “Kelompok ini sering mengadakan kursus polotik yang pengajarannya diambil dari tokoh-
tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno, Moh Hatta, dan Sutan Syahrir.” (Supriatna,
2009:198). Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni antara lain Adam Malik,
Pandu Kartawiguna, Chaerul Saleh, dan Maruto Nitimihardjo dkk.
b.      Kelompok Sutan Syahrir
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan
menentang Jepang karena merupakan negara fasis. Sering mendapatkan panggilan untuk mengisi
kursus politik bagi kaum pelajar. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar dari kota
Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain. Mereka berjuang dengan cara
sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
c.       Kelompok Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu menggalang
dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang
yang simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Kelompok ini mendirikan asrama Indonesia
Merdeka di jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta. Asrama ini didirikan atas inisiatif dan bantuan
kepala perwakilan Kaigun di Jakarta, Laksamana Muda Maeda pada bulan Oktober 1944.
Dengan demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir terbentuk. Sebagai
pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo Djoyohadisuryo sebagai ketua
dibantu tokoh-tokoh muda Wikana. Di dalam asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-
tokoh nasionalis seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa Kusuma Sumantri,
Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja
sama dengan kelompok bawah tanah yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai
Jepang. Walaupun para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas dan menggunakan
strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka memiliki kesamaan tujuan yakni mencapai
kemerdekaan Indonesia.

d.      Kelompok Amir Syarifuddin


Menjelang kedatangan Jepang di Indonesia, Amir Syarifuddin berhubungan erat dengan
P.J.A. Idenburg (pimpinan departemen pendidikan Hindia Belanda). Melalui Dr. Charles Van der
Plas, P.J.A. Idenburg membantu uang sebesar 25.000 gulden kepada Amir Syarifuddin guna
mengorganisir gerakan bawah tanah melawan Jepang. Oleh karena itu kelompok ini anti fasis
dan menolak kerja sama dengan Jepang. Karena sangat keras dalam mengkritik Jepang maka
Amir Syarifuddin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang pada tahun 1944. Atas
bantuan Ir. Soekarno, hukumannya diubah menjadi hukuman seumur hidup akan tetapi setelah
Jepang menyerah dan Indonesia merdeka, ia terbebas dari hukuman.

Gerakan-gerakan di atas dalam mencapai tujuannya melakukan kegiatan-kegiatan antara lain


sebagai berikut.
1.  Menjalin komunikasi dan memelihara semangat nasionalisme.
2.  Menyiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan.
3.  Mempropagandakan kesiapan untuk merdeka.
4.  Memantau perkembangan Perang Pasifik.
5. Perjuangan Melalui Perlawanan Bersenjata

            D.  Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia


1.    Bidang ekonomi
      a.       Struktur Ekonomi rakyat Indonesia rusak.
      b.      Jepang memonopoli hasil bumi.
      c.       Diadakan pengerahan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang.
      d.      Diterapkan sistem Autarki ( Rakyat di semua daerah harus memenuhi  kebutuhan sendiri
Jepang memonopoli kekayaan alam Indonesia.
2.    Bidang pendidikan
     Pendidikan mengalami penurunan, jumlah sekolahpun semakin berkurang. Beberapa Sekolah
yang ada saat itu :
     A. Sekolah umum :
         a. SR lama belajar 6 Tahun
         b. SMP lama belajar 3 Tahun
         c. SMA lama belajar 3 Tahun
     B. Sekolah Guru :
         a. Sekolah guru 2 Tahun.
         b. Sekolah guru 4 Tahun
         c. Sekolah guru 6  Tahun
3.    Bidang kebudayaan
A. Bahasa Indonesia aktif digunakan sebagai bahasa pengantar.
B. Bahasa Belanda dilarang digunakan.
a.       Terbit Koran berbahasa Jepang dan Bahasa Indonesia.
b.      Film  dengan bahasa Belanda di larang.
Diberlakukan tradisi Seikeirei yaitu membungkukkan badan kearah matahari terbit sebagai
wujud penghormatan Kaisar Jepang dan Dewa Matah
4.    Bidang birokrasi
a.    Jepang mengatur negara jajahan melalui :
 UU No.27 Tentang aturan pemerintah    daerah.
 UU No.28 Tentang aturan pemerintah  Syu ( Karesidenan ).
 Pembagian daerah menjadi 3  Pemerintahan militer.
5.    Bidang polotik
Dimasa pendudukan Jepang organisasi soosial Politik dilarang kecuali MIAI  ( Majlis Islam
Ala Indonesia ) karena  dijadikan Mitra sebab sebagian besar penduduk Indonesia beragama
Islam, selanjutnya  bl Oktober 1943 MIAI diubah menjadi Masyumi.
6.     Bidang militer
a.       Bidang militer bangsa Indonesia banyak memperoleh keuntungan dengan ditekankan
pendidikan :
1.    Seishin ( Semangat berjuang )
2.    Bhusido ( Kesatria berani mati )
b.      Didirikan organisasi militer PETA ( Pembela Tanah air ) dalam kesatuan ini dikenal
Pangkat :
1.    Daidanco  = Komandan batalyon.
2.    Cudanco   = Komandan Kompi.
3.    Shodanco = Komandan Pleton.
4.    Budanco   = Komandan regu.
5.    Giguyun    = Prajurit Sukarela
E. Akhir Masa Pendudukan Jepang
1.      Pengeboman hiroshama dan Nagasaki
Hiroshima adalah kota pelabuhan di tepi Laut Pedalaman Seto yang dikenal sebagai pusat
industri tekstil dan barang-barang dari karet. Kota ini didirikan pada abad ke-16 sebagai kota
istana di delta Sungai Ota. Sejak zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima
merupakan pusat industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk
kebanggaan kota Hiroshima adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan saus merek
otofuku.
Nagasaki adalah ibu kota dan kota terbesar di Prefektur Nagasaki yang terletak di pesisir
sebelah barat daya Kyushu, Jepang. Lokasi geografisnya adalah 32°44′ LU 129°52′ BT.
Nagasaki adalah pusat pengaruh Eropa di Jepang pada zaman pertengahan. Kota Nagasaki yang
merupakan kota pelabuhan di Jepang merupakan kota yang tidak terisolasi pada waktu jepang
menerapkan politik Isolasi(SAKKOKU). Pengaruh Eropa juga sangat terlihat dengan pesatnya
perkembangan agama kristen di kota Nagasaki pada zaman tersebut dan banyaknya peninggalan
bersejarah berupa bangunan-bangunan Gereja yang masih terawat hingga saat ini dan
dijadikan.sebagai objek wisata. Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan
nuklir selama Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah
Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang
lainnya, senjata nuklir "Little Boy" dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945,
diikuti dengan pada tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir "Fat Man" di atas Nagasaki.
Kedua tanggal tersebut adalah satu-satunya  serangan          nuklir   yang   pernah terjadi.
        Bom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada
akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan
radiasi yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah penduduk.
Enam hari setelah dijatuhkannya bom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang mengumumkan
bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada
tanggal 2 September, yang secara resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman
sudah menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.)
Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear
Principles,melarang negara  itu memiliki tenaga nuklir. Setelah menyerahnya jepang atas sekutu
membuat pergerakan nasional yang saat itu Indonesia masih diduduki Jepang lebih leluasa. Hal
ini yang memicu para nasionalins, terutama pemuda untuk segera memproklamirkan
kemerdekaan Republik Indonesia.
2.      Pembentukan BPUPKI
Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu.dengan pasukan jepang di Papua Nugini
Kepulauan Solomon dan Kepulauan Marshall yang berhasil di pukul mundur oleh pasukan
sekutu.Dalam situasi kritis tersebut , pada tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral Kumakici
Harada, pimpinan pemerintah pendudukan jepang di jawa, mengumumkan pembentukan badan
penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekan INDONESIA (Dokuritsu Junbi Cosakai ) .
pengangkatan pengurus ini di umumkan pada tanggal 29 april 1945 . dr. K . R . T. Radjiman
Wediodiningrat diangkat sebagai (Kaico ), sedangkan yang duduk sebagai ketua muda (fuku kico
) pertama di jabat oleh seorang jepang, Shucokai cirebon yang bernama Icibangase. R .P .Suroso
diangkat sebagai kepala sekertariat dengan di bantu oleh Toyohiti Masuda dan Mr. A. G .
Pringodigdo pada tanggal 28 mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian badan penyelidik
Usaha-Usaha persiapan kemerdekaan bertempat di gedung Cuo sangi in, jalan pejambon
(Sekarang GedungDepartemen Luar negri ), jakarta.upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua
pejabat jepang yaitu jendral Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan
letnan jendral nagano (panglima tentara Keenam belas yang baru ). Pada kesempatan itu di
kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh Mr.A.G. pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran
bendera merah putih oleh Toyohiko Mayuda.
a.       Perumusan Dasar Negara Indonesia untuk merumuskan UUD diawali dengan pembahasan
mengenai dasar negara Inonesia merdeka.
1.      Rumusan Mr. Muh. Yamin tokoh yang pertama kali mendapatkan kesempatan untuk
penyampaian rumusan dasar Negara Indonesia Merdeka adalah Mr. Muh Yamin mengemukakan
lima “Ajas Dasar Negara Republik Indonesia” sebagai berikut :
a). Peri Kemanusiaan
b). Peri Kemanusiaan
c). Peri Ketuhanan
d), Peri Kerakyatan
e). Kesejahteraan Rakyat
2. Rumusan Prof. DR. Mr. Soepomo
     Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Soepomo mengajukan Dasar Negara Indonesia
Merdeka, yaitu sebagai berikut:
a). Persatuan
b). Kekeluargaan
c). Keseimbangan
d). Musyawarah
e). Keadilan Sosial
3. Rumusan Ir. Soekarno
                       Pada tanggal 1juni 1945 berlangsunglah rapat terakhir dalam persidangan pertama, itu .pada
kesempatan itulah Ir Soekarno mengemukakan pidatonya yang kemudian dikenal sebagai
”Lahirnya pancasila ”.selain berisi pandangan mengenai dasar negara Indonesia Merdeka
,keistimewaan pidato Ir Soekarno juga berisi usulan mengenai nama bagi dasar negara ,yaitu
pancasila ,Trisiia ,atau Ekasila .Selanjutnya ,sidang memilih nama pancasila sebagai nama dasar
negara .Lima dasar negara yang diusulkan oleh Ir Soekarno adalah sebagai berikut:
                       a). Kebangsaan Indonesia
                       b). Internasionalisme atau Perikemanusiaan
                       c). Mufakat atau Demokrasi
                       d). Kesejahteraan Sosial
                       e). Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 jini 1945 BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan dengan
9orang . oleh karna itu, panitia ini di sebut juga sebagai panitia sembilan. Anggotanya berjumlah
9orang yaitu sebagai berikut :
        1. Ir. Soekarno
        2. Drs. Moh Hatta
        3. Mr. Muh Yamin
        4. Mr. Ahmad Subarjo
        5. Mr. AA Maramis
        6. Abdul Kadir Muzakir
        7. KH Wachid Hasjim
        8. H. Agus Salim
        9. Abikusno Tjokrosjoso
Mr. Muh. Yamin menamakan rumusan tersebut piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Rumusan
rancangan dasar negara Indonesia Merdeka itu adalah sebagai berikut :
      1.      Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at islam sebagai pemeluk-pemeluknya,
      2.      (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
      3.      Kesatuan Indonesia
      4.      (dan) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pernusyawaratan
perwakilan
      5.      (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi kerakyatan Indonesia
c. Rancangan UUD
      Pada tanggal 10 Juli 1945 dibahas Rencana UUD, termasuk soal pembukaan atau preambule
(pembukaan) yang diambil dari Piagam Jakarta. Hasil perumusan panitia kecil ini kemudian
disempurnakan bahasanya oleh panitia penghalus bahasa yang terdiri dari Husein Djaja Dininrat,
H. Agus Salim dan Prof. Dr. Mr. Soetomo. Persidangan kedua BPUPKI di laksanakan pada
tanggal 14 Juli 1945 dalam rangka menerima laporan panitia perancang UUD. Ir. Soekarno
selaku panitia melaporkan 3 hasil yaitu :
      1.      Pernyatan Indonesia Merdeka
      2.      Pembukaan UUD
      3.      UUD (Batang Tubuh)

A. Reaksi Golongan Muda


     1. Kongres Pemuda Seluruh Jawa
      tanggal 16 mei 1945 di bandung diadakan kongres pemuda seluruh jawa yang di prakarsai
angkatan moeda indonesia. Kongres pemuda itu dihadirin oleh lebih 100 pemuda. Kongres
tersebut menghimbau para pemuda di jawa hendaknya bersatu dan mempersiapkan diri untuk
melaksanakan proklamasi kemerdkaan . satelah 3 hari kongres berlangsung, akhirnya
      diputuskan 2 buah resolusi, yaitu :
      1). Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda di persatukan dan dibulatkan di
bawah satu pimpinan nasional.
      2). Dipercepatnya pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia

B. Pembentukan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia


         pernyataan pada kongres pemuda seluruh jawa tidak memuaskan beberapa tokoh pemuda
yang hadir. Mereka bertekad untuk menyatakan suatu gerakan pemuda yang lebih radikal .
diadakan suatu pertemuan rahasia di jakerta utuk membentuk suatu panitia kusus yang di ke tuai
oleh B. M. Diah . yang menghasilkan pembentukan gerakan angkatan baroe indonesia misalnya:
1) mencapai persatuan yang kompak di antara seluruh golongan masyarakat indonesia 
2) menanamkan semangat revolusioner masa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat
          yang berdaulat.
     3).  Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia
     4).   Bahu membahu bersama Jepang untuk mempersatukan Indonesia, tetapi jika perlu
          termasuk untuk mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya sendiri.

C. Pembentukan gerakan rakyat baroe


      gerakan rakyat baroe yang di bentuk berdasarkan hasil sidang ke-8 cuo sangiin. Susunan
pengurus pusat organisasi ini terdiri dari 80 orang . anggotanya terdiri atas penduduk asli
indonesia dan bangsa jepang golongan cina, golongan arab dan golongan peranakan eropa.
3. Pembentukan PPKI
            Pada tanggal 7 agustus 1945 BPUPKI di bubarkan sebagai penggantinya pemerintah
pendudukan jepang membentuk PPKI .Ir. soekarno untuk sebagai ketua PPKI dan Drs. Muh hata
ditunjuk sebagai wikil ketuanya , sedangkan Mr.Ahmad Soerbadjo ditunjuk sebagai
penasehatnya .
4.   PerisiwaRengasdengklok
      Moh Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunsekanbu. Setelah yakin bahwa
jepang telah menyerahkan kepada sekutu Moh. Hatta mengabil keputusan untuk segera
meninggalkan Anggota PPKI .rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan
keputusan ” kemerdekaan indonesia adalah hak dan soal indonesia sendiri, tak dapat digantung
pada orang dan negara lain.
                 

                  5.   Perumusan Teks Proklamasi


      Sebelum mereka mulai merumskan naskah proklamasi . Kalimat pertama dari naskah
proklamasi merupakan saran dari Mr.Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI ,
sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs .Moh. Hatta
6. Pelaksanaan proklamasi kemerdekaan
      Pimpinan bangsa Indonesia telah berdatangan ke jalan pegangsaan Timur. Adapun susunan
acara yang telah dipersiapkan adalah :
      a.       Pembacaan Proklamasi
      b.      Pengibaran bendera merah putih
      c.       Sambutan walikota Soewirjo dan dr. Muwardi  
7. Penyebaran Berita Proklamasi
      Berits Proklamsai yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan keseluruh Indonesia.
Selain lewat rasio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat sebaran.
8. Reaksi Rakyat terhadap Proklamasi Kemerdekaan
  Reaksi berbagai daerah di Indonesia terhadap proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia adalah terjadinya perubahan kekuasaan, baik dengan cara kekerasan maupun dengan
cara perundingan.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 dengan propaganda 3A dan pembebasan
asia dari penjajahan bangsa barat, namun pada kenyataannya pada masa pemerintahan jepang
Indonesia memjadi lebih terpuruk, karna sebanarnya kedatangan Jepang ke Indonesia adalah
untuk menjajah negeri ini. Indonesia adalah Negara asia terakhir yang dijajah bangsa Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang bangsa Indonesia mendapat penderitaan yanf sangat berat tenaga
kerja Indonesia dikryk dengan habis dengan diadakanya system Rodi yang tidak
berprikemanusiaan dan kekayaan alam Indonesia terus dikeruk besar-besaran oleh bangsa
Jepang.
           
Daftar Pustaka
Supriatna, N.(2009). Perkembangan Masyarakat Indonesia. Bandung: Perpustakaan Nasional RI
Sakamoto, T. (1982). Jepang dulu dan sekarang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suryohadiprojo, Sayidiman. (1988). Mayarakat Jepang Dewasa ini. Jakarta: PT. Gramedia
Ricklef, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Beasley, W.G. (2003). Pengalaman Jepang Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Suryohadiprojo, Sayidiman. (1987). Pengalaman dari Jepang. Manusia dan Masyarakat Jepang
dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gardana, F. (2009). Sejarah dunia.[online].
Tersedia: http://versus.faktualita.com/2009/05/perang-jepang-vs-rusia.html
Alamsyah, I. (2009). Letak Geografis Jepang.[online]
Tersedia: http://freeandzz.wordpress.com/2009/10/18/letak-geografis-jepang/
Hidayat, T.  (2008). Dominasi Permintaan Lahan Jepang.[online]
Tersedia:http://koran.republika.co.id/koran/0/146843/Jepang_Dominasi_Permintaan_Lahan

Anda mungkin juga menyukai