KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“KEDATANGAN JEPANG DI INDONESIA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kedatangan jepang di indonesia.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Baubau , 11 Agustus 2016
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jepang merupakan negara yang memiliki banyak perkembangan dalam berbagai aspek
seperti Teknologi, Informasi, Pendidikan, Ekonomi, Industri dan berbagai hal lainnya. nama
resmi Jepang ialah Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur.
Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timurLaut Jepang, dan bertetangga
dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut
Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur,
tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Pembahasan mengenai Masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan Dominasi Jepang
terhadap Indonesia merupakan hal yang sekiranya hanya segelintir orang yang telah
membahsnya. Pembahasan ini lebih menekankan pada pembahasan sejarah masa lalu Indonesia
dalam mengahadapi kaum kolonialisme Jepang serta membahas mengenai banyaknya pengaruh
Jepang pada Indonesia pada masa sekarang ini baik disadari maupun tidak disadari.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia dan Bagaimana bentuk-bentuk kekejaman
bangsa Jepang?
b. Apa saja Organisasi yang berdiri pada zaman Jepang?
c. Bagaimana pemerintahan yang dijalankan Jepang pada masa pendudukannya di Indonesia
serta dampak pendudukan Jepang?
d. Bagaimana akhirnya Jepang mundur dari Indonesia?
e. Apa saja yang mendominasi Indonesia dari Jepang?
C. TUJUAN
a. Pembahasan Masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan dominasi Jepang terhadap
indonesia mambantu para mahasiswa calon pendidik dan yang telah menjadi pendidik (guru)
agar semakin memahami sejarah indonesia baik masa lampau maupun masa kini
b. Memberikan rasa nasionalisme terhadap para pembaca mengingat perjuangan bangsa ini
untuk merdeka
c. Pembahasan ini dapat dijadikan acuan untuk semakin membangun negara ini kearah yang
lebih baik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gerakan 3A
Sejak kedatangannya ke Indonesia, Jepang terus berusaha menarik simpati rakyat Indonesia.
Gerakan 3 A yang berisi Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon pemimipin
Asia merupakan salah satu propaganda yang dilakukan Jepang dalam menarik hati rakyat
Indonesia. Gerakan 3 A ini berada dibawah pimpinan Mr. Syamsudin. Selain itu, ditambah pula
organisasi Pemuda Asia Raya yang dipimpin oleh Sukardjo Wiryopranoto. Namun pada
perkembangannya Gerakan 3 A gagal dalam mendapatkan simpati rakyat Indonesia hingga
akhirnya organisasi ini dibubarkan.
2. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa banyak perubahan pada rakyat Indonesia, Jepang
banyak memberikan peraturan dan kebijakan agar memperkuat posisi Jepang di Indonesia.
Jepang melarang berbagai pertemuan yang dilakukan rakyat Indonesia yang bersifat politik dan
bahkan pemerintah Jepang membubarkan organisasi pergerakan Indonesia yang sudah ada sejak
masa kolonial Belanda. Terkecuali Majelis Islam A’ la Indonesia (MIAI), karena kegiatannya
bersifat keagamaan, tidak mengadakan kegiatan politik dan strategi pergerakan yang bersifat
terbuka maka organisasi yang dibentuk pada September 1937 ini tidak dibubarkan oleh
pemerintah Jepang. Jepang memberikan kontribusi untuk mengembangkan kehidupan bragama
di Indonesia seperti Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh orang Indonesia yaitu KH
Hasyim Ashari. Pada perkembangan selanjutnya beberapa pesantren dikunjungi para pembesar
Jepang. Umat islam diizinkan membentuk Hizbullah yang memberikan pelatihan kemiliteran
bagi para pemuda islam. Semakin pesatnya perkembangan organisasi ini membuat kekhawatiran
serta mengancam eksistensi pendudukan Jepang, MIAI akhirnya dicurigai pihak Jepang. Pada
1943, MIAI dibubarkan dan sebagai penggantinya dibentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi).
3. Masyumi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia berdiri pada 1943 sebagai pengganti MIAI. Masyumi
diketuai oleh KH Mas Mansur dan didampingi KH Hasyim Ashari. Organisasi ini dimanfaatkan
oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia untuk mengonsolidasikan organisasi-organisasi
islam lainnya, seperti Muhamadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Islam dan Sarekat Islam. Tidak
jauh berbeda dengan organisasi pergerakan islam gabungan dalam MIAI, Masyumi memiliki visi
bahwa setiap umat Islam diwajibkan untuk jihad Fisabilillah (berjuang di jalan Allah) dalam
berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para kaum muda muslim, khususnya para santri
dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis.
4. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dalam rangka membangkitkan semangat dan perasaan anti bangsa kulit putih, Jepang
mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada Maret 1942. Organisasi ini dipimpin oleh 4
serangkai yang memiliki tugas untuk memimpin rakyat Indonesia supaya mau menghapuskan
pengaruh barat. Adapun tujuannya memudatkan seluruh kekuatan rakyat dalam rangka
membantu udaha Jepang memenangkan perang Asia Pasifik. Empat serangkai dianggap oleh
Jepang sebagai lambing dari pergerakan nasional Indonesia. Sebaliknya, para pemimipin
nasional memanfaatkan Putera untuk mempersiapkan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan.
Pemerintah pendudukan Jepang, tidak menyadari bahwa Putera menjadi sebuah wadah
pemupukan rasa nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
5. Cuo Sangi In
Cuo Sangi In atau Badan Pertimbangan Pusat dibentuk oelh pemerintah pendudukan Jepang.
Pada awlnya badan ini dimaksudkan Jepang sebagai pengendali politik di Indonesia. Akan tetapi,
justru oelh para pemimpin pergerakan nesional dimanfaatkan untuk mengimbangi politik Jepang.
Badan pertimbangan Pusat mempunyai tugasa mengajukan usul dan menjawab pertanyaan
pemerintah Jepang. Badan ini kemudian dijadikan sarana strategis bagi para tokoh pergerakan
Indonesia. Bangsa Indonesia diberi kesempatan menduduki jabatan kepala depatemen dan
residen yang sulit didapatkan pada masa pemerintah colonial Belanda.
6. Jawa Hokokai
Melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh panglima tertinggi tentara Jepang pada 1944, di
jawa berdiri organisasi Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Organisasi ini lahir dengan
dorongan pada situsi Perang Asia Timur Raya yang semakin gencar. Jawa Hokokai
diorientasikan untuk memupuk semangat kebaktian, yaitu kesediaan untuk mengorbankan diri,
mempertebal persaudaraan dan melaksanakan tugas untuk kepentingan pemerintah pendudukan
Jepang. Pimpinan Jawa Hokokai ditangani langsung oleh pimpinan militer Jepang dan
anggotanya diseleksi secara ketat. Jaringan organisasi ini dari pusat sampai daerah memiliki
bidang-bidang kegiatan, seperti guru, kewanitaan, perusahaan, dan kesenian. Jawa hokokai
bertugas mengerahkan rajyat secara paksa untuk mengumpukan padi, permata, besi tua, serta
menanam jarak. Hasilnya harus diserahkan ke pemerintah pendudukan Jepanguntuk membiayai
Perang Asia Timur Raya.
2.Pemberontakan kedua
Tanggal 25 Februari 1944 hari Jumat yang bertepatan dengann tanggal 1 Maulud 1363 tahun
Alif merupakan hari bersejarah bagi Pesantren Sukamanah khususnya dan Jawa Barat pada
umumnya. Pada waktu K.H.Z. Mustofa mengucapkan khotbah terakhir, terdengar suara
kendaraan menuju kompleks pesantren. Tetapi K.H.Z. Mustofa menghimbau kepada para
santrinya untuk tetap tenang di tempat. Setelah selesai sholat Jumat, K.H.Z. Mustofa keluar dari
mesjid diikuti oleh para pengikutnya dan Najamuddin. Salah satu keempat opsir Jepang itu
melambaikan tangan sebagai perintah agar K.H.Z. Mustofa datang kepadanya. Dengan
menggunakan tongkatnya, K.H.Z. Mustofa berjalan dengan tenang menuju keempat opsir itu.
Opsir-opsir Jepang itu datang bemaksud untuk menyampaikan bahwa Sukamanah telah berbuat
jahat menentang Jepang, tidak mau bekerjasama dengan Jepang dan pimpinan Sukamanah tidak
mau menurut perintah negara untuk menghadap ke Tasikmalaya.
Pememrintah Jepang akan mengampuni mereka apabila mereka mau bekerjasama dengan
Dai Nippon. Setelah opsir Jepang itu menyampaikan ultimatumnya, maka Panglima pasukan
Sukamanah Najamuddin atas nama K.H.Z. Mustofa menyambut dengan tegas dan singkat, antara
lain jawabannya adalah: “Baik besok kita berangkat ke Tasikmalaya untuk menghadap dan
menyerahkan senjata-senjata api yang telah kami rampas, akan tetapi kepala tuan Nippon yang
empat orang ini tinggal di Sukamanah sebagai gantinya”. Jawaban Najamuddin ini mengartikan
bahwa pihak Sukamanah tetap akan mengadakan perlawanan. Karena emosi yang tak
tertahankan lagi, pasukan Sukamanah mulai menyerang dan terjadi pergulatan dan berakhir
dengan matinya tiga opsir Jepang, yang seorang lagi dapat melarikan diri. Setelah kejadian itu,
keadaan mulai tenang kembali. Sementara itu K.H.Z. Mustofa mulai mengatur siasat untuk
menghadapi kemungkinan-kemungkinan pembalasan Jepang. Induk pasukan Sukamanah yang
berkekuatan 2000 orang di tempatkan di sebalah Selatan Kampung Cihaur. Disini letaknya
“Komando Post” yang dipimpin oleh tangan kanannya Najamuddin bersama stafnya. Komando
K.H.Z. Mustofa terhadap santri-santrinya berpesan “Jangan berperang dengan bangsa sendiri,
sebab pandangan dan cita-cita kita bukanlah untuk bermusuhan dengan bangsa sendiri,
melainkan perjuangan ini semata-mata untuk menentang dan menyingkirkan penjajah. Dan
dalam perjuangan ini diharapkan supaya santri-santri dan alim ulama ada dalam barusan anti
penjajah.” Setelah kejadian itu, sorenya kira-kira pukul 16.00 datang beberapa buah truk
mendekati garis pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah
terkejut melihat yang dihadapinya adalah bangsanya sendiri. Beberapa orang dari garis depan
segera melaporkan hal tersebut kepada K.H.Z. Mustofa. Mereka menyadari bahwa Jepang telah
mempergunakan taktik mengadu-dombakan pihak Sukamanah dengan bangsa sendiri. Ternyata
K.H.Z. Mustofa memerintahkan agar santri-santri dan pengikutnya menghindarkan adanya
perlawanan. Tetapi sewaktu kurir yang membawa perintah itu sedang dalam perjalanan menuju
garis depan, pihak Jepang sudah mulai melepaskan tembakan dan menghujani pasukan
Sukamanah. Akhirnya pertempuran dengan bangsa sendiri tidak dapat dihindari lagi, pasukan
Sukamanah terpaksa membela diri dan dengan demikian berkobarlah perlawanan dengan jarak
dekat.
Setelah pertempuran ini berlangsung selama kurang lebih 90 menit, maka pertahanan
Sukamanah satu demi satu dapat dilumpuhkan dan pasukan yang tersisa terpaksa mengundurkan
diri. Kemudian kira-kira pukul 17.30 semua tempat pertahanan Sukamanah telah lumpuh. Dalam
pertempuran ini beratus-ratus orang dari pihak Sukamanah tewas, sedangkan K.H.Z. Mustofa
ditawan dan dibawa ke kantor kempeitaiTasikmalaya.
C. Pemberontakan di Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah
mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji
Madriyas dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan
Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan
pada setiap pemberontakan.
D. Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh
Pemberontakan ini terjadi pada bulan November 1994 yang di pimpin oleh Teuku Hamid,
dia adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke
hutan untuk melakukan perlawanan. Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang
melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah.
Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat
ditumpas.
E. Pemberontakan Peta di Blitar
Pemberontakan PETA di Blitar, terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh
Soepriyadi, yang disebabkan oleh ketidak tahanan anggota PETA melihat kesengsaraan rakyat
dan banyaknya rakyat yang meninggal akibat romusa di daerah mereka. Dengan, melakukan
serangan terhadap gudang senjata. Tetapi, pemberontakan mampu dipadamkan oleh pihak
jepang, serta semua yang terlibat dalam pemberontakan dijatuhi hukuman mati termasuk
pemimpin lapangan yang banyak dilupakan yaitu Moeradi. Sementara, Soprijadi yang paling
bertanggungjawab akan pemberontakan menghilang tanpa diketahui sampai saat ini.
2. Reaksi berupa perlawanan nonsenjata
a. Kelompok Sukarni
“Kelompok ini sering mengadakan kursus polotik yang pengajarannya diambil dari tokoh-
tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno, Moh Hatta, dan Sutan Syahrir.” (Supriatna,
2009:198). Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni antara lain Adam Malik,
Pandu Kartawiguna, Chaerul Saleh, dan Maruto Nitimihardjo dkk.
b. Kelompok Sutan Syahrir
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan
menentang Jepang karena merupakan negara fasis. Sering mendapatkan panggilan untuk mengisi
kursus politik bagi kaum pelajar. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar dari kota
Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain. Mereka berjuang dengan cara
sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
c. Kelompok Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu menggalang
dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang
yang simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Kelompok ini mendirikan asrama Indonesia
Merdeka di jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta. Asrama ini didirikan atas inisiatif dan bantuan
kepala perwakilan Kaigun di Jakarta, Laksamana Muda Maeda pada bulan Oktober 1944.
Dengan demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir terbentuk. Sebagai
pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo Djoyohadisuryo sebagai ketua
dibantu tokoh-tokoh muda Wikana. Di dalam asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-
tokoh nasionalis seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa Kusuma Sumantri,
Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja
sama dengan kelompok bawah tanah yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai
Jepang. Walaupun para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas dan menggunakan
strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka memiliki kesamaan tujuan yakni mencapai
kemerdekaan Indonesia.