MAKALAH
Disusun Oleh :
XI MIA 3
KEMENTRIAN AGAMA
Adapun tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer yang kedua ialah ingin
menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah Indonesia dengan
melakukan serangan militer terhadap beberapa daerah penting di Yogyakarta sebagai ibu kota
Indonesia pada saat itu. Pihak Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia
tidak aman sehingga akhirnya diharapkan dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia
menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh pihak Belanda. Selain itu
bangsa Indonesia juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa RI dan TNI-nya secara de
facto tidak ada lagi
3.1 Simpulan
Aresi Militer Belanda II berawal dari Serangan bermula pada 19 Desember 1948, Belanda
melancarkan serangan menggunakan taktik perang kilat (blitkrieg) disegala sisi wilayah Republik
Indonesia. Dimulai dari merebut pangkalan udara Maguwo (saat ini bernama Adi Sucipto) dengan
menerjunkan pasukan payung dan dengan gerak cepat mampu mengambil alih kendali kota
Yogyakarta yang merupakan ibukota Republik Indonesia saat itu. Dan menangkap pemimpin
Republik Indonesia yakni Soekarno dan Mohammad Hatta.
Tujuannya adalah Menghancurkan Republik yang merupakan suatu kesatuan sistem
ketatanegaraan, Membentuk Pemerintah Interim Federal yang didasarkan atas Peraturan
Pemerintahan dalam Peralihan, Wakil-wakil dari daerah-daerah federal dan unsur-unsur yang
kooperatif dan moderat dari bekas Republik harus ikut ambil bagian dalam PIF tanpa mewakili
bekas Republik.
,Belanda secara sepihak membatalkan persetujuan gencatan senjata dan mengebom
lapangan terbang Maguwo serta diikuti oleh penerjunan pasukan baret hijau Belanda. Operasi ini
dinamakan operasi gagak dan dipimpin langsung oleh Jenderal Spoor. Para pejabat sipil yang telah
tertangkap diasingkan dari Yogyakarta, antara lain Presiden Soekarno,Haji Agus Salim dan Sutan
Syahrir diasingkan ke Berastagi, Sumatera Utara. Moh.Hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo,
Mr.Assaat dan Komodor S. Suryadarma diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. berlangsung
konferensi Asia yang dihadiri oleh 21 Negara Asia dan Australia. Resolusi konferensi Asia
tersebut tentang sengketa antara Indonesia-Belanda , berpengaruh besar kepada resolusi Dewan
Keamanan PBB berikutnya. Mr. Sjafrudin Prawiranegara memberi instruksi kepada Mr. Maramis,
supaya mengusahakan dewan keamanan untuk mengirimkan peninjau militer KTN ke daerah-
daerah yang masih dikuasai oleh Republik Sumatra. Berlanjutnya perang gerilya dan kembalinya
pejuang republik ke kantong – kantong perlawanan mereka yang semula (daerah asal).