Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sidang Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1-21


Oktober 1999. Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR
dan Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII,
pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme
voting . memunculkan tiga calon presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada
di MPR pada tahap pencalonan presiden di antaranya, Abdurrahman Wahid (Gus
Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yuzril Ihza Mahendra. Abdurrahman Wahid
terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilak
sanakan pemilihan wakil presiden dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan
Hamzah Haz. Pemilihan wakil presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati
Soekarnoputri.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana Proses Pengangkatan Abdurrahman Wahid Sebagai Presiden?

2. Bagaimana Sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid

( Gus Dur)?

3. Apa Saja Faktor Lengsernya Abdurrahman Wahid ( Gus Dur)dari Kursi


Kepresidenan?

4. Mngetahui latar belakang dan perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum


menjadi presiden RI.

5. Apa saja kelemahan dan kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid


(Gus Dur) di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Lebih Mengetahui Tentang Sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid


Pada Saat Menjadi Presiden RI.

2.Mngetahui latar belakang dan perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum


menjadi presiden RI.
3. Untuk Memenuhi Tugas Sejarah

BAB 2

ISI

2.1 Pengangkatan Abdurrahman Wahid Sebagai Presiden

setelah lengsernya Soeharto dari kursi pemerintahannya, maka MPR


mengadakan Sidang Umum MPR thn 1999 dimana B.J.Habiebie menjadi Presiden RI
ke-3. namun kemudian pada tahun 1999 diadakan pemilu thn 1999. Sidang Umum
MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1-21 Oktober 1999. Dalam Sidang
Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi
Ketua DPR dan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato pertanggungjawaban
Presiden Habibie ditolak oleh MPR akibatnya memunculkan tiga calon presiden yaitu
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yuzril Ihza Mahendra.

Namun, detik-detik menjelang dilaksanakan pemungutan suara untuk memilih


presiden tanggal 20 Oktober 1999, Yusril Ihza Mahendra mengundurkan diri.

Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilak sanakan pemilihan wakil presiden dengan
calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz. Pemilihan wakil presiden ini
kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri. Kemudian pada tanggal 25
Oktober 1999 Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati
Soekarnoputri berhasil membentuk Kabinet Persatuan Nasional.

2.2 Sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR berhasil memilih Presiden Republik


Indonesia yang ke-4 yaitu KH. Abdurrahman Wahid dengan wakilnya Megawati
Soekarnoputri. Pada masa pemerintahan Gus Dur, ada beberapa persoalan yang
dihadapi yang merupakan warisan dari pemerintahan Orde Baru yaitu :

1) Masalah praktik KKN yang belum terselesaikan

2) Pemulihan ekonomi

3) Masalah BPPN

4) Kinerja BUMN
5) Pengendalian Inflasi

6) Mempertahankan kurs rupiah

7) Masalah jejaring pengamanan sosial ( JPS)

Masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama

9) Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)

Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :

1) Membentuk Kabinet Kerja

Untuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Gus Dur


membentuk kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang
anggotanya diambil dari perwakilan masing-masing partai politik yang dilantik pada
tanggal b28 Oktober 1999. Di dalam Kabinet Persatuan Nasional terdapat dua
departemen yang dihapuskan, yaitu Departemen Sosial dan Departemen
Penerangan.

2) Bidang Ekonomi

Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk


Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan
ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dewan Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto
Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari.

3) Bidang Budaya dan Sosial

Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu
dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :

a) Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut
Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya
Keppres No. 6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun
menggelar budayanya secara terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.

b) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga
menjadi hari libur nasional.

Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan


berbagai kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap
berjalan sendiri, tanpa mau menaati aturan ketatanegaraan, melainkan diselesaikan
sendiri berdasarkan pendapat kerabat dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi
negara. Kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kontroversial dari berbagai
kalangan yaitu :

1) Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.

2) Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi oleh


adanya pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.

3) Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh hubungan


yang tidak harmonis dengan Gus Dur.

4) Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional


yang terlibat KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.

5) Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengizinkan
pengibaran bendera Bintang Kejora.

Puncak jatuhnya Gus dur dari kursi kepresidenan ditandai oleh adanya Skandal
Brunei Gate dan Bulog Gate yang menyebabkan ia terlibat dalam kasus korupsi,
maka pada tanggal 1 Februari 2006 DPR-RI mengeluarkan memorandum yang
pertama sedangkan memorandum yang kedua dikeluarkan pada tanggal 30 Aril
2001. Gus Dur menanggapi memorandum tersebut dengan mengeluarkan
maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden yang berisi antara lain :

1) Membekukan MPR / DPR-RI

2) Mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dan mengambil tindakan serta


menyusun badan yang diperlukan untuk pemilu dalam waktu satu tahun.

3) Membubarkan Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru

Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidk dapat dilaksanakan karena dianggap


bertentangan dengan konstitusi dan tidak memiliki kekuaran hokum, maka MPR
segera mengadakan Sidang Istimewa pada tanggal 23 Juli 2001 dan Megawati
Soekarnoputri terpilih sebagai Presiden RI menggantikan Gus Dur berdasarkan Tap
MPR No. 3 tahun 2001 dengan wakilnya Hamzah Haz.

2.3 Lengsernya Abdurrahman Wahid dari Kursi Kepresidenan

Gus Dur adalah sosok orang yang pintar, Gus Dur mengetahui akan
permainan dunia intelijen. Setelah mengetahui kinerja intelijen era soeharto yang
mengecewakan serta terpilihnya dirinya yang ternyata suatu permainan, yang
sangat disayangkan Gus Dur begitu arogan memandang sebelah mata serta
memperlihatkan ketidak percayaannya kepada intelijen, bahkan berniat
membubarkan BIN -kala itu bernama BAKIN-. Hubungan TNI dengan Gus Dur terlihat
adanya ketidak harmonisan. Kesalahan terbesar Gus Dur adalah kepercayaan diri
yang terlalu tinggi menganggap mampu mengatasi dan membangun negeri ini dari
awal sendiri, namun bagai seorang bayi yang baru dilahirkan, apakah mampu hidup
di alam liar yang ganas tanpa seseorang penjaga?

Tahun 2000,munculnya kasus bulogate dan brunaigate skandal


pencopotan mentri darurat militer maluku semakin memburuk.Amien Rais yang
semula mendukung kini jadi pihak oposisi

Terperosoknya Gus Dur dalam kasus demi kasus membuatnya


tergeletak, tak mampu lagi untuk bangkit. Lemahnya kemampuan administratif,
kurangnya pengalaman dalam mengorganisir dengan baik, serta banyaknya orang-
orang yang menyesatkan di sekeliling Gus Dur telah membuat Gus Dur membuta-
tuli atas suara intelijen. Semua terlambat kala pemerintahannya goyah, bahkan Gus
Dur sampai minta bantuan intelijen yang semula di kecewakan, namun apa yang
terjadi? Gus Dur yang tidak punya rasa hormat pada intelijen disaat Gus Dur berjaya
kini saat Gus Dur di ambang jurang kejatuhan meminta.

Tahun 2000,munculnya kasus bulogate dan brunaigate skandal


pencopotan mentri darurat militer maluku semakin memburuk.Amien Rais yang
semula mendukung kini jadi pihak oposisi

Terperosoknya Gus Dur dalam kasus demi kasus membuatnya


tergeletak, tak mampu lagi untuk bangkit. Lemahnya kemampuan administratif,
kurangnya pengalaman dalam mengorganisir dengan baik, serta banyaknya orang-
orang yang menyesatkan di sekeliling Gus Dur telah membuat Gus Dur membuta-
tuli atas suara intelijen. Semua terlambat kala pemerintahannya goyah, bahkan Gus
Dur sampai minta bantuan intelijen yang semula di kecewakan, namun apa yang
terjadi? Gus Dur yang tidak punya rasa hormat pada intelijen disaat Gus Dur berjaya
kini saat Gus Dur di ambang jurang kejatuhan meminta.

Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang


Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di
Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai
bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan
dekret yang berisi:

(1) pembubaran MPR/DPR,

(2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu


dalam waktu satu tahun.

(3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang


Istimewa MPR.

Namun dekret tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR
secara resmi melengserkankan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati
Sukarnoputri.
Bab 3

penutup

3.1 Kesimpulan

Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar
Tanjung menjadi Ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato
pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilak
sanakan pemilihan wakil presiden dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan
Hamzah Haz. Pemilihan wakil presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati
Soekarnoputri.

Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :

1) Membentuk Kabinet Kerja

Gus Dur membentuk kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional
yang anggotanya diambil dari perwakilan masing-masing partai politik yang dilantik
pada tanggal b28 Oktober 1999.

2) Bidang Ekonomi

Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk


Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
3) Bidang Budaya dan Sosial

Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.

Terperosoknya Gus Dur dalam kasus demi kasus membuatnya tergeletak, tak
mampu lagi untuk bangkit. Lemahnya kemampuan administratif, kurangnya
pengalaman dalam mengorganisir dengan baik, serta banyaknya orang-orang yang
menyesatkan di sekeliling Gus Dur telah membuat Gus Dur membuta-tuli atas suara
intelijen akhirnya 23 Juli, MPR secara resmi melengserkankan Gus Dur dan
menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.

3.2 Saran

Pemerintahan ABDURRAHMAN WAHID yang demokratis membolehkan


agama selain Islam untuk mendapatkan haknya terutama tionghoa yang
notabenenya banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya

Namun, Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin


negeri ini kurang maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Badrika,I Wayan.2006.Sejarah Kelas Xii.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama

http://politik.kompasiana.com/2012/06/29/dibalik-lensernya-gus-dur-467872.html

http://makalahpedia.com/3011/makalah-sejarah/pemerintahan-abdurrahman-wahid-
gus-dur.html

http://sriastutikkimia.blogspot.com/2010/11/setelah-lengsernya-soeharto-dari-
kursi.html
A. Latar Belakang dan Perjalanan Hidup Presiden Abdurahman Wahid

Siang, pukul 12.30 Oktober 1999, ketegangan yang memuncak di hari-hari Sidang
Istimewa tiba-tiba meledak menjadi ungkapan keterharuan sekaligus kebahagiaan
yang tidak tergambarkan. Abdurrahman Wahid secara mengejutkan dan luar biasa
terpilih sebagai Presiden RI ke-4 menggantikan B.J Habibie. Dimata banyak orang,
terutama kalangan Nadliyin, kemenangan Gus Dur merupakan puncak dari
perjuangan NU dalam memposisikan kiprahnya bagi bangsa Indonesia, dan juga
kemenangan bagi kalangan Islam modernis sekaligus harapan bagi demokrasi itu
sendiri. Orang yang tidak disukai pemerintah sebelumnya (Orba), yang
mengenakan baju batik ukuran longgar ketika mengerahkan ratusan ribu orang di
Jantung Jakarta dua tahun sebelumnya, seorang tokoh yang banyak merebut
perhatian nasional sebab mampu mengambil posisi sebagai oposisi, sekarang tanpa
disangka menjadi Presiden RI ke-4. Untuk itu kami angkat perjalanan hidup dan
latar belakangnya untuk mengenal lebih jauh lika-liku hidupnya.

Kehadiran Abdurrahman Wahid dikalangan masyarakat Indonesia saat ini tidak lain
disebabkan oleh kualitas pribadinya yang luar biasa, disamping faktor lingkungan
keluarga yang sangat mendukung. Abdurrahman Wahid, cucu dari dua serangkai
pendiri NU, Kiai Hasjim Asj'ari dan Kiai Bisri Sjansuri, dilahirkan di Jombang pada
tahun 1940. Ayah Abdurrahman Wahid, Kiai Wahid Hasjim, adalah putra Kiai Hasjim
Asj'ari, dan ibunya, Solichah adalah putri Kiai Bisri Sjansuri. Sejak masa kanak-
kanak, ibunya telah diberi berbagai isyarat bahwa Abdurrahman Wahid, anaknya,
akan mengalami hgaris hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan
tanggung jawab tersebut ternyata secara dramatis meningkat setelah kematian
ayahnya dalam suatu kecelakaan mobil, dan saat kecelakaan terjadi Abdurrahman
Wahid duduk di samping ayahnya di jok depan.Ayah Abdurrahman Wahid meninggal
dunia dalam usia 40 tahun, dan saat itu masih menjabat Ketua NU. Ibunya tetap
melanjutkan peran informal yang vital dalam menjalankan NU. Dan sejak ayahnya
meninggal, ada sesuatu yang terasa berubah secara tajam, yaitu bahwa rumah
Abdurrahman Wahid mulai sepi dari orang-orang dan para tamu penting.

Abdurrahman Wahid tidak hanya dikenal dikalangan kiai NU dan para politisi,
melainkan juga oleh masyarakat luas Indonesia. Hal tersebut disebabkan bimbingan
kedua orang tuanya, saat ia masih kecil banyak berhubungan dengan tradisi diluar
NU. Waktu kecil ia sering banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktru
kecil ia sering dititipkan pada seorang Belanda teman ayahnya dan saat itulah,
menurut Abdurrahman Wahid ia bersentuhan dan akhirnya mencintai musik-musik
klassik Eropa. Kemudian dari tahun 1953 sampai 1957, saat belajar di Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama(SMEP) ia tinggal dirumah Kiai Haji Junaid, seorang Kiai
Muhammadiyah dan anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah. Beberapa tahun
kemudian ia mondok di Pesantren Tegalrejo, sebuah pesantren NU terkemuka di
Magelang. Dari tahun 1957 sampai 1963, ia sempat nyantri di Pesantren Krapyak
Yogyakarta dan tinggal dirumah K:H:Ali Maksum.

Pada tahun 1964 Abdurrahman Wahid meninggalkan Tanah Air menuju Kairo, Mesir
untuk belajar ilmu-ilmu agama dilingkungan Al Azhar Islamic University. Barangkali
tidak terlampau mengejutkan jika Abdurrahman Wahid sangat kecewa dengan
atmosfir intelektual di Al-Azhar yang memadamkan potensi pribadi karena tekhnik
pendidikannya yang masih bertumpu pada kekuatan hafalan. Meskipun demikian, ia
memanfaatkan waktu di Kairo ini dengan baik, yaitu dengan cara yang tidak
mengikuti pelajaran yang diberikan. Sebagai gantinya, ia kerap menghabiskan
waktu disalah satu perpustakaan yang lengkap di Kairo, termasuk American
University Library. Biarpun pada satu sisi ia kecewa dengan Al-Azhar sebagai
lembaga, namun pada sisi lain ia tetap menikmati kehidupan kosmopolitan Kairo,
bahkan beruntung karena terbukanya peluang untuk bergabung dengan kelompok-
kelompok diskusi dan kegiatan tukar pikiran yang umumnya diikuti para intelektual
Mesir. Yang perlu dicatat bahwa selama di Kairo, Abdurrahman Wahid ternyata
begitu tertarik pada film-film Perancis dan sepak bola.Dari Kairo Abdurrahman
Wahid terbang ke Baghdad. Di kota ini ia lewati dengan penuh rasa bahagia karena
mempelajari sastra Arab, tapi juga filsafat dan teori sosial Eropa, disamping
terpenuhinya hobi dia menonton film-film klassik. Bahkan Abdurrahman Wahid
merasa lebih senang dengan sistem yang diterapkan Universitas Baghdad, yang
dalam beberapa segi dapat dikatakan lebih berorientasi Eropa daripada sistem yang
diterapkan Al-Azhar. Dan selama belajar di Timur-Tengah inilah Abdurrahman Wahid
menjadi ketua Persatuan Mahasiswa Indonesia untuk Timur Tengah masa bakti
1964-1970.

Ditahun 1971, ia mampir ke Eropa dengan harapan memperoleh penempatan


disebuah universitas, tapi sayang sekali ternyata kualifikasi-kualifikasi mahasiswa
dari Timur Tengah tidak diakui di universitas-universitas Eropa. Inilah yang
memotivasi Abdurrahman Wahid pergi ke McGill University Kanada untuk
mempelajari kajian-kajian keislaman secara mendalam. Namun pada akhirnya ia
memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang
menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.

Tahun 1971 Abdurrahman Wahid kembali ke Indonesia, kembali ke dunia pesantren.


Dari tahun 1972 hingga 1974, ia menjadi dosen disamping Dekan Fakultas
Ushuluddin Universitas Hasjim Asj'ari Jombang. Kemudian tahun 1974 sampai 1980
menjadi sekretaris Umum Pesantren Tebuireng, jombang. Selama periode inilah
secara teratur ia semakin terlibat dalam kepengurusan NU dengan menjabat Khatib
Awal PB Syuriah NU sejak tahun 1979.

Sejak kepindahannya ke Jakarta pada tahun 1978, Abdurrahman Wahid menjadi


pengasuh Pesantren Ciganjur Jakarta Selatan. Ia juga terlibat banyak dalam acara
dan kegiatan di Jakarta termasuk menjadi tenaga pengajar pada program training
untuk pendeta Protestan. Disekitar pertengahan 1970-an secara beraturan ia telah
menjalin hubungan dengan Cak Nur dan Djohan Effendi, maka saat ia pindah ke
Jakarta pada tahun 1978 ia semakin intens bergabung dengan teman-teman ini
dalam rangkaian forum-forum akademik dan kelompok-kelompok kajian. Sekalipun
Abdurrahman Wahid tidak pernah mempunyai kesempatan belajar dalam
pendidikan ala Barat, namun sejak usia muda ia telah cukup banyak menelaah
bacaan-bacaan yang bersumber dari literatur Barat.Bersamaan dengan itu,
Abdurrahman Wahid juga memulai melibatkan dirinya dikalangan intelektual yang
lebih luas di Jakarta. Dari tahun 1982 hingga 1985, ia menjadi Ketua Dewan
Kesenian Jakarta, dan dua kali terpilih sebagai Ketua Dewan Juri Festival Film
Nasional. Penunjukkan dirinya untuk berkiprah di dunia film, bagi tokoh dari dunia
pesantren, seorang 'alim seperti Abdurrahman Wahid, tentu saja sangat tidak lazim
dan mengundang kontroversi.

Tahun 1980-1983 Abdurrahman Wahid dipilih sebagai salah satu seorang yang turut
serta memberikan pertimbangan atas penerima penghargaan Agha Khan Award
untuk arsitektur Islam di Indonesia. Dan sejak tahun 1994 ia menjadi penasehat
untuk Proyek Pembinaan Dialog Internasional untuk kajian-kajian Wawasan dan
Hukum Sekular di The Hague.

Pada bulan Desember 1984, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Ketua Umum PB
Syuriah NU. Dengan terpilihnya ia, berarti berakhirlah pula jabatan dan masa
kepengurusan Idham Chalid sebagai ketua Umum. Seperti halnya tradisi NU, tidak
diragukan lagi bahwa ada unsur-unsur harapan yang mesianik dalam pemilihan
Abdurrahman Wahid ini dan ia ternyata berhasil memenuhi janjinya berhadapan
dengan perubahan. Upaya Abdurrahman Wahid mengembalikan NU sebagai
organisasi yang bergerak diwilayah sosio-keagamaan berhasil mencapai sasarannya
dan ia pun secara luas berhasil mencapai perubahan luar biasa dalam cara pandang
NU. Abdurrahman Wahid memperlihatkan bahwa demi keuntungan organissasi dan
masyarakat, Nu harus beralih dari kegiatan politik-kepartaian, tidak saja
berdasarkan pragmatisme, melainkan juga atas nama pluralisme. Tentu saja tidak
setiap orang dalam NU, bahkan tidak semua orang-orang luar yang mendukungnya
mengerti atau dapat memahami cara berfikir yang dikembangkan Abdurrahman
Wahid bahwa sektarianisme merupakan ancaman serius bagi keharmonisan
masyarakat Indonesia yang majemuk. Lebih jauh Abdurrahman Wahid berhasil
membongkar cara berfikir komunitas NU terhadap pluralisme bahkan sampai pada
titik penghormatan perihal keanekaragaman, khususnya dikalangan anak mudanya.
Abdurrahman Wahid juga berhasil dalam mempengaruhi masyarakat Indonesia
secara lebih luas agar memaklumi hubungan antara pluralisme dan demokrasi,
sehingga lahir sebuah kedewasaan baru bagi umat Islam ataupun masyarakat luas
Kelemahan dan Kelebihan Kepemimpinan Presiden Gus Dur di Indonesia

1. Di Bidang Politik

a. Kelebihan :

1) Membentuk Kabinet Persatuan Nasional

2) Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama


dengan negara lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus
menghadiri bebagai forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan
negara G-77.

3) Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif

Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan tetapi


ini dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim Pak Soeharto,
citra Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang
rendah. Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur melakukan kunjungan ke
Negara Negara yang tergabung dalam ASEAN, Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika.
Karena kunjungan ini politik politik bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden
Gus Dur berkunjung ke luar negeri ini ternyata mendapat respon positif dari dunia,
bahkan membuka peluang kerjasama (terutama kerjasama dalam bidang
perdagangan).

4) Iklim Politik Yang Demokratis

Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak
terwujud. Hal ini dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:

5) Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas.

6) Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan
sosial) hengga niat Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.

7) Kecenderungan pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan


keberagaman (dasar dari demokrasi) serta reformis.

8) Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang


keterbukaan media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media
massa lebih leluasa melakukan aktivitasnya.

9) Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok
minoritas Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan
dokumen kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10) Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan
baik. Terjadi kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak
terjaga.

11) Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan


pincang.

b. Kelemahan :

1) Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan


kepada media yang kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut
menimbulkan keguncangan situasi politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal
reshuffle cabinet atau desakan mundur terhadap sejumlah menteri.

2) Rendahnya tingkat popularitas Gusdur

3) Masyarakat kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.

4) Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok


yang populis. Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang
diakui kecemerlangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa
keagamann organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani
kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif
dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan kemampuannya.

5) Tak Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)

6) Gus Dur bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.

7) Proses terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang
akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet
pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia terpaksa merengkuh semua partai
tanpamelihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.

8) Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang
awalnya menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya.
Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR
dan dipaksa keluar dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos
singlet.

2. Di Bidang Ekonomi

a. Kelebihan :
1) Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang
notabenenya banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya.

2) Berani bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi

b. Kelemahan :

1) Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang
maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi.

2) Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap


menghamburkan APBN.

3. Di Bidang Sosial

a. Kelebihan :

Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di
Indonesia.

b. Kelemahan :

Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.

4. Di Bidang Budaya

a. Kelebihan :

Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.

Hak tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang


dikeluarkan, yaitu :

1) Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut
Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya
Keppres No.6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun
menggelar budayanya secara terbuka misalnya pertunjukan barongsai.

2) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga
menjadi hari libur nasional.

b. Kelemahan :

Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah


pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan lebih dari
seribu orang sepanjang tahun 1999.
5. Di Bidang Pertahanan dan Keamanan

a. Kelebihan :

1) Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani
nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua
penandatangan akan melanggar persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP
MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.

2) Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan


otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga
ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan
mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30
Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama
kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin
Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.

b. Kelemahan :

Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik yang


tidak stabil atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan pertentangan
intern partai.

6. Di Bidang Ideologi

Ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus Dur menggunakan Ideologi
Pancasila.

C. Keberhasilan dan Kegagalan

Meskipun memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli
2001, Gus Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami
kegagalan dalam pemerintahannya di Indonesia.

1. Keberhasilan

a. Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif

Mampu memperbaiki citra Indonesia di mata negara-negara lain dengan melalui


kunjungan ke luar negeri dan sekaligus membuka peluang kerjasama.

b. Iklim Politik yang Demokratis

Telah membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui
perdamaianny dengan Israel.
2. Kegagalan

a. Rendahnya Tingkat Popularitas Gus Dur

Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik),


membuat Gus Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari
pemerintahannya pun, tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat
sebelumnya.

Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui
kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa
keagamaan organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani
kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif dalam
membuat kebijakan, Gus Dur siragukan kemampuannya.

b. Tidak Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)

Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan
mengusungnya pada saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.

Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya
membuat Gus Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet
pemerintahan yang di bentuk oleh Gus Dur, ia terpaksa merengkuh semua partai
tanpa melihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.

Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur
dilengserkan oleh MPR dan dipaksa keluar dari istana Negara hanya dengan
celana pendek dan kaos singlet.

Anda mungkin juga menyukai