Anda di halaman 1dari 1

Fathira Nicleus Ferhas (06)

XII IPA 2

DESKRIPSIKAN TENTANG DUALISME KEPEMIMPINAN NASIONAL PADA AKHIR MASA


ORDE LAMA

Adanya dualisme kepemimpinan nasional ini menimbulkan pertentangan politik dalam masyarakat.
Dimana muncul pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto. Hal ini jelas membahayakan persatuan
dan kesatuan bangsa. Situasi politik di Indonesia pun semakin memanas. Pada masa itu, para pimpinan
ABRI, berusaha membujuk presiden Soekarno untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto hal ini
demi mencegah perpecahan rakyat dan untuk menyelamatkan lembaga kepresidenan serta pribadi
Presiden Soekarno sendiri. Kemudian salah seorang sahabat Soekarno, Mr. Hardi memohon agar
Soekarno mengakhiri dualisme kepemimpinan ini. Ia menyarankan agar Soekarno menyatakan nonaktif
di depan sidang MPRS dan menyetujui pembubaran PKI.

Presiden Soekarno akhirnya menyetujui saran Mr. Hardi. Pada tanggal 22 Feb 1967, Presiden Soekarno
secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya dalam sidang istimewa MPRS tanggal 7 Maret 1967.
Dihasilkan Ketetapan MPRS Nomor 30 berisi penarikan mandat Soekarno atas segala kekuasaannya
dalam pemerintahan di Indonesia. MPRS kemudian mengangkat Soeharto sebagai Presiden. Pelantikan
Presiden Soeharto dilakukan oleh ketua MPRS Jenderal AH. Nasution pada tanggal 12 Maret 1967.
Pelantikan Presiden Soeharto ini menandai dimulainya periode orde baru di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai