Anda di halaman 1dari 4

Runtuhnya pemerintahan orde baru

Selama tiga dekade Orde Baru, mantan Presiden Indonesia Soeharto


membatasi setiap upaya untuk mengatur oposisi. Bulan Mei 1998, rezimnya dan
Indonesia secara keseluruhan menuai hasil yang mengerikan. Kerumunan massa yang
marah tumpah ke jalanan, membakar dan menjarah sebagai wujud tuntutan karena
tidak ada organisasi politik yang layak bagi orang-orang untuk melampiaskan rasa
frustrasi mereka yang hebat tentang ekonomi yang runtuh. Tanggal 21 Mei 1998,
Soeharto menyerahkan kekuasaan kepada wakil presidennya, Habibie.
Di Thailand dan Korea Selatan, krisis ekonomi membuat pemerintahan lama
tersingkir dan digantikan oleh pemerintah reformis baru. Hal ini tidak mungkin terjadi
di Indonesia karena Soeharto, diktator era Perang Dingin terakhir di Asia Tenggara,
membangun sistem politik yang memusatkan kekuasaan hampir sepenuhnya di
tangannya sendiri.

Latar Belakang Keruntuhan Orde Baru


1. Faktor Politik
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Pada masa orde baru, kekuatan politik pun
dibatasi. Seperti terlihat pada penyederhanaan partai politik yang hanya menjadi tiga
partai saja yakni PPP, PDI dan Golongan Karya. Dengan dalih untuk menciptakan
stabilitas dan keamanan bangsa dan negara yang lebih terjaga. Ini menyebabkan
banyak aspirasi rakyat yang seolah terbungkam dan secara tidak langsung wajib
menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah. Kampanye dalam pemilihan
pada bulan Mei 1997 merupakan pusat dari perbedaan sosial-politik. Kampanye ini
adalah kampanye brutal dalam sejarah pemerintahan Soeharto. Serangkaian pawai
sepeda motor merenggut 250 nyawa.

Adanya dualisme fungsi ABRI yang menjadi kekuatan utama pemerintahan orde baru.
Ini sangat bertentangan dengan sejarah lahirnya Pancasila yang selama ini di junjung
tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yang mengkritik
kebijakan pemerintah pada masa orde baru saat itu, konsekuensinya adalah hukuman
penjara karena dianggap menciptakan keresahan dan mengganggu stabilitas negara.
Ini hanya upaya pemerintahan untuk tetap menjaga eksistensinya pada masyarakat. Di
Banjarmasin, banyak penjarah ditangkap di sebuah mal yang terbakar dan sekitar 130
orang terbunuh. Di Timor Timur, gerilyawan menyabotase kotak suara dan
membunuh 18 karyawan ABRI.

a. Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian
dijalankan dengan asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang
terjadi justru dikusai oleh sebagian orang saja yakni para konglomerat dan terjadi
monopoli ekonomi, atau dengan kata lain sistem ekonomi yang dijalankan
merupakan sistem kapitalis.
b. Pola Pemerintahan Terpusat
Sistem pemerintahan yang terpusat pada satu tempat yakni di Jakarta sebagai
pusat pemerintahan membuat segala pemerintah pusat memegang peranan penting
dalam mengatur masyarakat secara keseluruhan. Namun disisi lain membuat
pembangunan tidak merata yang akhirnya mengakibatkan kesenjangan.
Dampaknya seperti yang terjadi di Irian jaya, penduduk lokal merasa dianak
tirikan sebab sumber daya alamnya diambil secara besar-besaran dan di bawa
semua ke pemerintah pusat tanpa meninggalkan manfaat apapun.

c. Kepercayaan
Berkurangnya rasa simpati masyarakat akibat praktek-praktek KKN yang
seolah dihalalkan oleh pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini
pun membuat para investor menarik seluruh modal yang ditanamkan di Indonesia
secara besar-besaran yang semakin membuat Indonesia terjebak dalam krisis
berkepanjangan. Aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan kalangan mahasiswa yang
berubah menjadi tragedi kekerasan menghilangkan rasa percaya terhadap
pemerintah yang akhirnya memicu gelombang demonstrasi yang luar biasa
menuntut lengsernya Soeharto.

2. Faktor Ekonomi
Indonesia mempunyai banyak hutang jangka pendek pada tahun 1997 karena
banyak hutang masuk ke negara Indonesia, yang biasanya dalam sebuah bentuk dolar
AS. Jadi membengkak karena mengikuti pergerakan rupiah, yang tidak bagus. Hutang
jangka pendek ini berjumlah $30 hingga $40 miliar dalam tahun 1997. Sistem dalam
perbankan yang telah menangani semua uang ini tidak terorganisir secara baik.
Jepang, memiliki sebuah mesin ekonomi Asia, terus mengalami resesi pada 1990-an.
Jadi negara Indonesia tidak dalam kondisi yang baik dalam menghadapi adanya
sebuah guncangan ekonomi.

a. Krisis Moneter

Krisis keuangan merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab rezim orde baru
mengalami keruntuhan, Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur
sekitar juli 1997. Yang menyebabkan terjadinya kepanikan global. Dalam sejarah
ASEAN, Thailand merupakan negara pertama yang mengalami krisis keuangan
hingga hampir disebut sebagai negara bangkrut.  Akibat yang timbul dari krisis
tersebut menyebabkan pelemahan diberbagai sektor keuangan termasuk di
Indonesia. Sebelumnya tak ada indikasi krisis tersebut akan sampai ke Indonesia,
ini karena inflasi yang cukup rendah, devisa negara yang dirasa masih cukup besar
dan karena nilai surplus berada dikisaran  USD 900 juta. Perkembangan dunia
usaha pun masih stabil karena banyaknya investor yang menanamkan modalnya di
Indonesia. Krisis yang menghantam Thailan dan membuat mata uangnya merosot
tajam, tak pelak ini pun ikut mengguncang perekonomian di Indonesia.
Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah yang turun dari angka Rp 2.575 per USD
menjadi Rp 2.603 per USD. Justru merosot tajam di angka Rp 5.000 per USD
pada akhir desember, dan justru sangat terpuruk tajam di angka Rp 16000 per
USD pada maret 1998. Ini membuat seluruh masyarakat di indonesia dan seluruh
penanam modal merasa panik yang akhirnya membuat mereka menarik semu
saham yang telah ditanam di Indonesia. Keadaan ekonomi yang kacau
menyebabkan masalah dimana-mana stabilitas nasional sungguh terguncang dan
kacau.

b. Utang Luar negeri

Ditengah perekonomian yang dilanda krisis, utang dari luar negeri yang dimiliki
Indonesia semakin memperparah kondisi keuangan Indonesia. Walaupun
sesesungguhnya utang tersebut bukanlah utang pemerintah saja namun juga utang
yang dimiliki pihak swasta. Utang Indonesia hingga 6 februari 1998 mencapai
USD 63,462 milliar, sedangkan utang yang dimiliki pihak swasta mencapai USD
73,962 milliar. Dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika
akibat krisis yang melanda Asia Pasifik, utang luar negeri yang dimiliki
pemerintah Indonesia yang kebanyakan menggunakan mata uang tersebut semakin
memperburuk keadaan ekonomi Indonesia dan terjebak alam putaran utang yang
seolah tak ada habisnya.

3. Faktor Militer
Sebagai mencegah PDI Megawati dari menjadi sebuah tantangan yang serius,
rezim mengintervensi dengan keras dan pada akhirnya dapat meningkatkan adanya
sebuah popularitas partai. Pada bulan Juni 1996, ABRI telah berhasil untuk
memanipulasi Kongres PDI yang luar biasa. Untuk menurunkan Megawati dari posisi
ketua dan memilih kembali Soejadi, yang sebelumnya dipercayai oleh Suharto, tetapi
yang sekarang kurang mengancam dari pada Megawati. Namun, Megawati serta para
pendukungnya yakni telah menolak untuk mengakui adanya sebuah hasil kongres ini
dan dapat mengajukan dalam sebuah tuntutan hukum terhadap campur tangan
pemerintah. Megawati yakni tetap di markas PDI di wilayah Jakarta.

4. Faktor Sosial

Keadaan sosial masyarakat yang majemuk menghadirkan masalah yang kompleks.


Pembangunan yang tidak merata pada sebagian besar masyarakat pun menjadi pemicu
terjadinya diskriminasi. Masalah sosial ini bersumber dari kesenjangan sosial yang
ada dimasyarakat, terutama dengan adanya program transmigrasi. Meningkatnya
transmigrasi penduduk pulau jawa ke wilayah pulau kalimantan, sulawesi dan irian
jaya yang difasilitasi oleh pemerintah ternyata memiliki dampak negatif. Penduduk
lokal merasa termajinalkan dan menjadi sebuah kecemburuan sosial yang pada
akhirnya mencetuskan konflik terbuka diantara para transmigran asal pulau jawa
dengan penduduk lokal. Dan program transmigrasi tersebut memunculkan sentimen
yang menganggap program tersebut sebagai program jawanisasi oleh pemerintah
pusat.

a. Diskriminasi

Sikap diskriminatif pemerintah terhadap masyarakat keturunan Tiong


hoa, sejak 1967 warga Tiong hoa dilarang mengeluarkan pendapat dan
dianggap sebagai orang asing serta tak diakui sebagai warga negara Indonesia
dan bahkan kedudukan mereka berada dibawah warga asli atau pribumi. Ini
secara tersirat telah menghapuskan hak-hak mendasar yang dimiliki warga
Tiong hoa. Dan tentu saja mencederai sejarah HAM dan juga tentunya sangat
merusak makna dan sejarah bhinneka tunggal ika itu sendiri. Dengan semakin
kacaunya kondisi di Indonesia waktu itu, dan semakin menguatnya desakan
dari berbagai pihak pada Soeharto untuk mundur. Dan pada 20 mei 1988
akhirnya digelar sidang istimewa MPR, dan 21 mei 1988 Soeharto pun resmi
mengundurkan diri yang diumumkan di Istana Merdeka Jakarta dan
menyerahkan kepemimpinan pada wakilnya yaitu BJ. Habibie.
b. Tragedi Trisakti

Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen dan staf
kampus yang diikuti oleh lebih dari 10.000 mahasiswa dan digelar pada 12
mei 1988 yang pada intinya meminta pemerintah melakukan reformasi
disegala bidang baik pemerintahan, ekonomi maupun politik yang 
menginginkan diadakannya sidang istimewa MPR. Namun aksi damai ini
dinodai dengan adanya penembakan oleh aparat terhadap empat mahasiswa
Trisakti yakni Hendriawan Sie, Heri Hartanto, Elang Mulya Lesmana, dan
Hafidin Royan. Yang memicu aksi kekerasan meluas di berbagai penjuru
wilyah saat itu. Dan semakin membuat Indonesia jatuh terpuruk dalam krisis
yang seolah tanpa akhir, yang menjadi catatan terburuk dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia.

https://guruakuntansi.co.id/runtuhnya-orde-baru/

https://www.matamatapolitik.com/in-depth-sejarah-bagaimana-pemerintahan-orde-baru-
suharto-mengalami-keruntuhan/

https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/faktor-penyebab-
runtuhnya-orde-baru

Anda mungkin juga menyukai