BAB I Pendahuluan
kebijakan.
yang berkaitan dengan lembaga negara yang ada, serta hubungan kekuasaan antara
lembaga satu dengan yang lain1. Suprastruktruk diidentifikasikan terdiri dari tiga
infrastruktur-politik.html
Infrastruktur Politik adalah mesin politik yang ada dalam masyarakat yang
bernegara2.
Infrastruktur politik terdiri dari lembaga – lembaga yang antara lain disebut
sebagai beikut :
a. Partai Politik’
c. Massa
politik/
BAB II Pembahasan
Infrastruktur politik. Adapun relasi tersebut hanya akan dibatas sejak berdirinya Negara
Indonesia dengan pembagian yang terdiri dari era Soekarno, Era Soeharto, dan Era
Reformasi.
Kekuasaan itu sendiri di Indonesia ditempatkan kepada MPR, DPR, dan DPD.
Secara umum teori mengenai lembaga legislatif dapat terdiri dari dua kamar
system bicameral dengan dua lembaga yang secara efektif disebut sebagai
tidak ada melainkan melekat fungsinya pada eksekutif terutama untuk bentuk
kini. Kekuasaan kehakiman di Indonesia sendiri pada saat ini terdiri dari
legislatif heavy namun paska dekrit presiden 5 Juli 1959 menjadi eksekutif
Menteri yang membawahi kementrian dengan diisi oleh kader partai politik.
menteri. Adapun kebanyakan kabinet sendiri tidak berumur lebih dari satu
tidak berjalan lama dan akhirnya tumbang juga melalui gerakan massa
nasakom dikarenakan
Golkar sebagai partai hegeomik tunggal. Presiden sendiri pun adalah ketua
rakyat secara langsung dan tidak dengan mudah dijatuhkan melalui mosi
kualitas terbaik, yang dapat menjangkau pusat kekuasaan sosial politik. Elit
dalam lapisan masyarakat. Elit disini seperti Soekarno, Seoharto, ataupu seperti
Sri Mulyani
kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa
berjumlah orang banyak dan berlangsung lama. Massa menjadi salah satu
Orde Baru dan perubahan Orde Baru menjadi era Reformasi. Massa di Indonesia
dimulai pada 1950 karena pada era sebelumnya (1945 – 1950) perpolitikan tidak
selanjutnyat baru setelah keluarnya dekrit presiden 5 Juli 1959 maka secara
otomatis infrastruktur politik dikuasai oleh Presiden Soekarno. Adapun pada era
empat besar partai politik yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Dari keempatnya
kadernya sebagai Perdana Menteri. Baru pada era paska dekrit Presiden 5 juli
1959 maka PKI mulai mendapat tempat dari Presiden Soekarno melalu azas
Nasakomnya
Pada era ini pun infrastruktur politik tidak berkembang dengan baik
pada era ini terutama demokrasi terpimpin pihak yang berlawanan atau dianggap
tidak bisa diatur cenderung akan dibubarkan semisal pembubaran Masyumi, PSI
dan pembredelan beberapa media massa yang terafiliasi dengan partai politik
tersebut.
politik benar-benar dikontrol oleh pemerintah. Termasuk disini partai politik dan
akan mengangkat ketuanya. Bahkan jumlah partai politik pun dibatasi hanya tiga
partai politik yaitu PPP, Golkar, dan PDI. Media massa pun juga dikendalikan
Pada era ini media massa, partai politik, dan kelompok kepentingan
dikuasai tidak lagi oleh pemerintah dan bahkan cenderung ada yang menentang
Negara pun seakan tabu untuk melakukan pengendalian karena dianggap akan
Kesimpulan
Lembaga perpolitikan di Indonesia masih dikuasai oleh lembaga suprastruktural
Barulah pada era sekarang mulai berkembang infrastruktur politik yang lebih komplek
dan terbebas dari intervensi pemerintah. Namun, Infrastruktur politik ini belumnya
terlalu dewasa sehingga terkadang juga bertindak berlebihan dan cenderung tidak dapat
dikontrol baik oleh masyarakat sendiri. Pemerintah pun tidak boleh melakukan
intervensi terlau berlebihan melainkan harus melakukan edukasi secara terus meneru
Lebih jauh dijelaskan bahwa birokrasi memiliki beberapa fungsi / tugas diantaranya adalah
menjamin pertahanan-keamanan, memelihara ketertiban, menjamin keadilan, peningkatan
kesejahteraan rakyat, pemeliharaan sumberdaya alam dan lain-lain. Eksistensi birokrasi
merupakan organ utama dalam sisitem dan kegiatan pemerintahan yang oleh karenanya birokrasi
dapat menjalankan peran-peran tertentu atas otoritas negara, yang merupakan suatu hal yang
tidak dapat dilakukan oleh badan / institusi lain manapun.
Dalam kategori negara berkembang, Birokrasi dimata masyarakat tentunya masih mempunyai
makna dan fungsi yang sangat dominan ketimbang di negara maju, dimana birokrasi itu sendiri
lahir. Hal ini bisa dipahami karena birokrasi masih dipandang sebagi instrumen pokok negara
untuk melaksanakan keputusan-keputusan serta kebijaksanaan. Dengan kata lain birokrasi
menempati posisi sentral sebagai sistem untuk mengatur jalannya roda pemerinahan.
Menurut Idal Bahri Ismadi, salah satu ciri yang menonjol dalam birokrasi modern adalah hirarkhi
jabatan-jabatan (atasan dan bawahan) dan terdapat rekruitmen, promosi, penggajian pemisahan
bidang pribadi dengan jabatan yang kesemuanya diatur menurut undang-undang. Namun dalam
Pandangan Weber , birokrasi legal – rasional merupakan bentuk yang paling murni dari
wewenang legal-rasional, impersonal dan netral. Mekanisme kerja biokrasi itu diatur dengan
seperangkat aturan formal yang berjalan secara otomatis tanpa pandang bulu. Ditambahkan pula
oleh Weber bahwa birokrasi rasional sebagai unsur pokok dalam rasionalitas dunia modern yang
baginya jauh lebih penting dari seluruh proses social.
1. Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi
massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan
atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena
minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan
sepak bola, orang melihat bioskop dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).
2. Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga
ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah
sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan
perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas,
tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang
mempunyai ciri-ciri:
a) Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan,
persamaan ide, dan sebagainya.
b) Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan
sendiri dan sebagainya.
c) Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa
absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak
dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke
massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang
dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang
dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu
dalam waktu yang singkat akan bubar.
d) Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan
massa pasif, massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah
ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya.
Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob,
sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.
a.
b. Pertama, kelompok anomik. Kelompok-kelompok anomik ini terbentuk di antara
unsur-unsur masyarakat secara spontan dan hanya seketika. seperti demonstrasi,
kerusuhan, tindak kekerasan politik, dan seterusnya. Kedua, kelompok non-
asosiasional. Seperti kelompok anomik, kelompok ini jarang sekali yang terorganisasi
secara rapi. Selain itu, kegiatannya juga tidak begitu intens, hanya kadang kala.
Seperti kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik, regional, status, dan
kelas yang menyatakan kepentingan secara kadangkala kegiatan kelompok non-
asosiasional ini terutama merupakan ciri masyarakat belum maju, di mana kesetiaan
kesukuan atau keluarga-keluarga aristokrat mendominasi kehidupan politik,
c. Ketiga, kelompok institusional. Kelompok ini sifatnya formal dan memiliki fungsi-
fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Karena itu,
organisasi-organisasi seperti partai politik, korporasi bisnis, badan legislatif, militer,
birokrasi, dan ormas-ormas keagamaan sering kali mendukung kelompok ini atau
memiliki anggota-anggota yang khusus bertanggung jawab melakukan kegiatan lobi.
Sebagai kelompok yang formal seperti itu, kelompok ini bisa menyatakan
kepentingannya sendiri maupun mewakili kepentingan dari kelompok-kelompok lain
dalam masyarakat. Jika kelompok institusional ini sangat berpengaruh, biasanya
akibat dari basis organisasinya yang kuat.
d. Keempat, kelompok asosiasional (lembaga-lembaga swadaya masyarakat). Kelompok
asosiasional meliputi serikat buruh, kamar dagang, atau perkumpulan usahawan dan
industrialis, paguyuban etnik, persatuan-persatuan yang diorganisasi oleh kelompok-
kelompok agama, dan seterusnya. Secara khas, kelompok ini menyatakan
kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai tenaga staf profesional yang
bekerja penuh, dan memiliki prosedur teratur untuk untuk merumuskan kepentingan
dan tuntutan.