DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
HALUOLEO
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunianya, meberikan kesempatan kepada kita semua dan
karena pertolongannya lah makalah ini dapat diselesaikan dan dibuat sampai
tuntas. Sebelumnya juga saya sebagai penyusun makalah berharap bahwa apa
yang saya tuangkan dan jelaskan didalam makalah ini yang berjudul “Meraih
Manfaat Jasmani dan Rohani dengan Berpuasa”, bisa member pemahaman kepada
pembacanya dan bermanfaat bagi pembacanya. Tapi disamping semua itu
tentunya saya sebagai penyusun makalah ini juga adalah seorang manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Jadi saya juga memohon maaf atas
kekurangan yang masih ada di dalam makalah ini. Sekian dari saya dan terima
kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah puasa pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Baik bagi
kalangan muslimin maupun non muslim. Itu semua karena setiap tahunnya para
kaum muslimin menjalankan ibadah puasa wajib selama satu bulan penuh selama
bulan ramadhan. Hal ini pun sekaligus menjadi syiar kepada seluruh masyarakat
bahwa kaum muslimin pun memiliki momen istimewa dan spesial, yang mana
puncaknya pada akhir bulan ramadhan kita sebagai umat muslim merayakan hari
raya Idul fitri sebagai bentuk symbol kemenangan dan lahirnya muslimin dengan
fitrah yang baru yang bersih jiwa dan rohaninya setelah berhasil melaksanakan
kewajiban berpuasa selama sebulan penuh.
Judul dari makalah ini yaitu “Meraih Manfaat Jasmani dan Rohani dengan
Berpuasa” diangkat berdasarkan sudut pandang dari kebanyakan masyarakat. Di
lingkup masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa puasa itu hanya
sekadar kewajiban yang bersifat ibadah bagi umat muslim dan hanya mengambil
rana aspek spiritual. Padahal sebenarnya anggapan – anggapan seperti masih
keliru dan belum tepat sasaran. Karena faktanya dan realita sebenarnya dari puasa
ini bukan hanya sekadar tercakup dari aspek spiritualnya saja, tetapi terdapat juga
aspek lain yang bila diangkat dalam suatu pembahasan dapat menambah wawasan
kita dan mengubah pandangan kita terhadap puasa ini.
Jadi harapannya setelah apa yang dipaparkan dari makalah ini, para
pembaca dapat semakin terbuka pikirannya dalam memandang bahwa puasa itu
bukan hanya sekadar ibadah saja, tetapi lebih dari itu. Maka dari itu akan di bahas
lebih lanjut dalam makalah ini mengenai puasa khususnya membahas terkait
manfaat dari berpuasa baik dari aspek spiritual (rohani) ataupun dari aspek fisik
(jasmani). Semoga apa yang dijelaskan dan dipaparkan dalam makalah ini mampu
memberikan pengetahuan baru terkait manfaat – manfaat dari berpuasa dan lebih
membuka lagi pikiran kita sebagai masyarakat yang cerdas dan kritis.
B. Rumusan Masalah
3. Apa saja manfaat puasa dilihat dari aspek kesehatan fisik tubuh?
C. Tujuan
3. Mengetahui apa saja manfaat puasa dalam aspek kesehatan fisik tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut agama islam, puasa disebut dengan Shaum yang berasal dari
Bahasa Arab : ص=ومmerupakan ibadah yang bersifat wajib untuk dilaksanakan
ketika bulan Ramadhan telah tiba. Ibadah ini juga dilaksanakan selama satu bulan
penuh lalu akan ditutup dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Pelaksanaan puasa
yang sesuai dengan syariat islam adalah dengan menahan diri dari makan minum
serta semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya matahari
hingga matahari tenggelam dengan diawali niat yang sudah tercantum dalam kitab
suci Al-Qur’an. Puasa ditujukan untuk dapat membentuk serta menanamkan
sikap-sikap teladan dan meningkatkan ketakwaan seorang Muslim kepada Allah
SWT. Dari analisis psikologis, filosofis, dan normatif puasa dapat dilihat dalam
beberapa perspektif sebagai berikut.
Pertama, puasa sebagai rahmat. Hal ini dapat dijumpai dalam salah sabda
Rasulullah SAW yang menyatakan, bahwa puasa itu awalnya rahmah,
pertengahannya maghfirah, dan akhirnya adalah ampunan dari api neraka. Hal ini
sejalan pula dengan sikap para ahli tasawuf yang merasa bahagia dengan
datangnya puasa ramadhan dan bersedih apabila ramadhan berakhir. Puasa
dianggap rahmat atau anugerah, karena puasa walaupun secara lahiriyah seperti
sebuah penyiksaan fisik, namun secara ruhani dan sosial, puasa dapat mengurangi
dan menghapuskan dosa, mendekatkan diri kepada Tuhan, menyehatkan tubuh,
menumbuhkan sikap simpati dan empati, menumbuhkan akhlak mulia,
mengendalikan hawa nafsu, menimbulkan kebahagiaan batin. Dengan hasil yang
demikian itu, maka ibadah puasa erat kaitannya dengan momentum pendidikan
budi pekerti. Wahbah al-Zuhaili menyatakan, bahwa ibadah puasa adalah
merupakan proses pembentukan akhlak mulia. Dalam hubungan ini Wahbah al-
Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Juz II (1404 h/1984 M.:567)
mengatakan, bahwa ibadah puasa merupakan bentuk keta’atan kepada Allah,
orang mukmin yang mengerjakannya akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda, karena langsung dari Allah, kemuliaan Allah amat luas, mencapai
keridlaan-Nya, berhak masuk syurga al-Rayyan, dijauhkan dirinya dari siksa
Allah yang disebabkan perbuatan dosanya masa lalu, puasa merupakan penghapus
dosa dari satu tahun ke tahun lain, dan dengan keta’atan ini menyebabkan orang
mukmin selalu mengikuti perintah yang digariskan Allah dan mendorongnya
menjadi orang yang bertaqa yang senantiasa mengikuti perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, sebagaimana dimaksud dalam al-Qur’an surat al-Baqarah
(2) ayat 183)
Kedua, puasa sebagai amanah. Hal ini terkait dengan tugas yang harus
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan dan masyarakat.
Tanggung jawab puasa di hadapan Tuhan terkait erat dengan konsekwensi logis
dari kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman,
sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman,
telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana juga telah diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kamu.” (Q.S. al-Baqarah, 2:186). Sedangkan tanggung
jawab puasa di hadapan manusia terkait erat dengan keharusan menunjukkan
sikap bertaqwa yang ciri-cirinya:senantiasa menginfaqan sebagian hartanya baik
dalam keadaan susah maupun bahagia, mengendalikan amarah, suka mema’afkan
kesalahan orang lain, memiliki sikap simpati dan empati terhadap kaum dhu’afa.
(Q.S. Ali Imran, 3:133-134). Dalam konteks pertanggung jawaban dengan
manusia ini, ibadah puasa mengharuskan orang yang mengerjakannya memiliki
akhlak yang mulia. Dalam hubungan ini Wahbah al-Zuhaili dalam al-Fiqh al-
Islamy wa Adillatuhu, Juz II (1404 h/1984 M.:567-569) mengatakan, bahwa
ibadah puasa merupakan lembaga pendidikan karakter yang amat besar, karena
dengan ibadah puasa seorang mukmin memperoleh keuntungan yang banya, yaitu
jihad lin nafs, mengendalikan hawa nafsu dan bujukan syaithan yang selalu
menggoba, membiasakan manusia bersikap sabar terhadap segala yang
diharamkan Tuhan, dan berbagai hal yang medorongnya, karena dorongan makan
itu sangat kuat, dan kenikmatannnya sangat menggoba. Ibadah puasa mengajarkan
manusia agar bersikap amanah dan senantiasa dekat dengan Allah baik dalam
keadaan lahir maupun batin langsung di bawah pengawasan Allah, memperkuat
tekad dan keingingan, mempeekuat keyakinan, menolong membersihkan
pemikiran, mengajarkan ta’at pada aturan dan undang undang, menumbuhkan
sikap simpati dan empari, persaudaraan dan perasaan ikatan dan tolongan
menolong yang kuat, membatasi selera hawa nafsu, jihad terhadap hawa nafsu,
jika senantiasa tenang. Hal ini sejalan pula dengan pendapat ‘Aid Abdullah al-
Qarni dalam al-Durus al-masjid al-Ramadhan (Sekolah Ramadhan), (1425
H./2004 M.:19-20) yang mengatakan, bahwa puasa mengandung hikmah agar
bertakwa yang dibutikan dengan menundukan pandangan, menjaga kemaluan,
mengekang hawa nafsu dan mengendalikan amarah; agar bersabar, menghidupkan
hati, menumbukan rasa sosial, persatuan dan kesehatan.
Ketiga, puasa sebagai kebutuhan fithrah manusia. Hal ini terkait dengan
fithrah manusia sebagai makhluk yang cenderung menyukai nilai-nilai yang
baik:ikhlas, jujur, disiplin, tanggung jawab, simpati, empati, senang kepada
kerjasama. Fithrah manusia yang demikian itu dapat dipenuhi melalui ibadah
puasa. Selain itu, fithrah manusia juga terkait dengan siklus kehidupan manusia.
Yaitu bahwa jika manusia ingin sukses, maka ia harus berusaha mengendalikan
dan mendisiplinkan diri dalam menjalani proses. Seekor ayam yang ingin
memiliki keturunan dalam bentuk telornya menetas menjadi ayam, mengharuskan
ia harus mengerami telornya selama sekian hari. Ini adalah fithrah yang harus ia
jalani. Demikian pula seokor kepompong yang ingi menetas menjadi kupu-kupu,
maka kepompong tersebut harus bertahan sekian lama, hingga kepompong
tersebut berubah menjadi kupu-kupu. Demikian pula, seorang ibu hamil yang
ingin memiliki keturunan, ia harus menjali fithrah hamil selama sembilan bulan
lebih dalam keadaan tabah dalam menjalaninya. Fithrah manusia yang demikian
itu sudah diajarkan melalui ibadah puasa yang pada intinya adalah kesabaran. Hal
ini sejalan dengan arti dari ibadah puasa itu sendiri yang berarti menahan diri, dan
mengendalikan diri. Lebih kesabaran dan ketabahan ini pula yang menjadi kunci
ukuran besarnya pahala yang diterima oleh orang yang mengerjakan ibadah puasa.
Nabi Muhammad SAW menyatakan, bahwa barangsiapa berpuasa ramadhan
disertai keimanan dan perhitungan yang mantap, maka akan diampuni segala
dosanya, dan diberikan pahala yang berlipat ganda, dan dibalas langsung oleh
Tuhan. Dalam ‘Aun al-Ma’bud, kitab Syarah Sunan Abu Daud, menyatakan
tentang sebab atau alasan mengapa pahala puasa itu begitu besar dan langsung
dibalas oleh Allah secara langsung, karena orang yang berpuasa itu tengah meniru
sifat-sifat Allah, seperti tidak makan dan tidak minum, dan di dalam ibadah puasa
tersebut ada unsur kesabaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Syaikh Ali Ahmad
al-Jurjawi dalam Hikmah al-Tasyri wa Falsafatuhu, Jilid I, (tp.th.:220-221) yang
mengatakan, bahwa ibadah puasa menjaga pandangan dari segala yang tidak
seharusnya dilihat oleh mata, memilihara lisan dari ucapan yang keji, dusta,
gunjing, dan mengharuskan berdia, tidak mengatakan sesuatu kecuali berzikir,
dalam kebaikan, dan membaca al-Qur’an, memilihara pendengaran dari segala hal
yang makruh, dan menjaga fisik dari segala hal yang diharamkan dan
dimakruhkan serta memelihara perut pada waktu syahur dari segala yang
menimbulkan selera tinggi.
Maka dari itu sangat penting bagi kita khususnya muslimin dan muslimah
untuk mengtahui dan meresapi makna dari melakukan ibadah puasa, agar kita
tidak melakukan puasa hanya sekadar karena itu adalah kewajiban, tetapi kita
benar – benar melaksanakan ibadah puasa dengan memikirkan makna dan hikmah
dibaliknya sehingga puasa yang kita lakukan tidak sia – sia.
B. Manfaat Puasa Dari Aspek Rohani
أنه قهر لعدو هللا عز و جل فإن وسيلة الشيطان لعنه هللا الشهوات وإنما تقوى الشهوات باألكل والشرب
Dari sini kemudian, ibadah puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau
perisai bagi mereka yang berpuasa. Ibadah puasa mempersempit ruang gerak setan
di dalam tubuh orang yang berpuasa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw
menganjurkan umat manusia untuk mempersempit ruang gerak setan dengan rasa
lapar.
Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh, setan itu berjalan pada anak Adam
melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran
darah itu dengan rasa lapar,’ (HR Muttafaq alaihi),” (Al-Ghazali, 2018 M: I/293).
Pada hadits riwayat Imam Ahmad, Rasulullah saw mengatakan bahwa
setan mengalihkan pandangan batin manusia sehingga mereka terhijab oleh
permainan yang diberikan setan.
وقال صلى هللا عليه و سلم لوال أن الشياطين يحومون على قلوب بني آدم لنظروا إلى ملكوت السموات
Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Seandainya
hati anak Adam tidak dikepung oleh setan, niscaya pandangan mereka akan
menembus alam malakut,’ (HR Ahmad).”
Nafsu amarah ini yang di dalam banyak hal dapat membawa kepada
perilaku buruk atau jahat. Nafsu amarah akan membawa kepada kerusakan diri,
lingkungan, masyarakat dan juga bangsa. Jika makin banyak orang yang memiliki
nafsu amarah, maka akan terjadi pertentangan, rivalitas, dan bahkan konflik.
Kerusakan sebagai akibat perang, sebenarnya dipicu oleh perilaku yang diarahkan
oleh nafsu amarah ini. Demikian pula nafsu lawwamah atau nafsu yang lebih
mengedepankan kepada pemenuhan kebutuhan fisikal atau biologis.
Melalui puasa yang mengajarkan spiritualitas, maka manusia diajarkan agar
menjadi manusia paripurna, yaitu mengedepankan nafsu muthmainnah sesuai
dengan fitrah manusia yang sebenarnya juga menginginkan kebaikan.
Ada banyak manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rohani yang bisa
Anda peroleh saat menjalaninya. Beberapa di antaranya, yaitu
Selama diiringi dengan pola makan sehat, manfaat puasa bagi kesehatan
organ tubuh bisa jadi lebih maksimal dan akan sangat membantu Anda agar
terhindar dari berbagai penyakit. Rutin berpuasa secara benar membawa dampak
positif atas perbaikan nyeri sendi, radang usus besar, dan beberapa penyakit kulit
seperti eksis serta psoriasis.
Salah satu manfaat puasa bagi kesehatan organ tubuh yang telah dikenal
luas yaitu membantu menurunkan berat badan. Secara lebih lanjut, puasa juga
memberikan efek positif bagi Anda yang ingin mempertahankan berat badan
ideal.
Sebuah studi menunjukkan bahwa puasa mampu mendorong proses metabolisme
tubuh. Alhasil, pembongkaran glikogen dalam otot dan pemecahan cadangan
lemak tubuh pun dapat terjadi. Dengan begitu, secara otomatis berat badan juga
akan menurun.
Ini merupakan manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rohani yang
mungkin tidak disadari oleh banyak orang. Selama berpuasa, kadar hormon
kortisol atau stres dapat berkurang. Tak hanya itu, puasa juga dapat membantu
merangsang hormon endorfin yang efektif untuk menenangkan perasaan cemas.
Di sisi lain, bagi beberapa orang, puasa juga akan membuat mereka merasa lebih
dekat dengan Sang Pencipta. Hal ini dapat memicu timbulnya ketenangan
perasaan dan suasana batin sehingga pikiran pun tetap jernih.
Jika masih penasaran apa manfaat puasa bagi kesehatan organ tubuh, maka
inilah salah satu jawabannya. Puasa akan memberikan rangsangan ke seluruh sel,
jaringan, dan organ tubuh yang akan membantu memulihkan sekaligus
meningkatkan fungsi utamanya.
Selain mengubah lemak menjadi energi selama berpuasa, tubuh juga akan
membuat sel-sel yang sudah tua dan rusak untuk mengoptimalkan pembentukan
tenaga sehingga kita pun tetap kuat menjalaninya hingga saat berbuka. Inilah yang
nantinya akan memicu proses regenerasi sel dalam tubuh.
Menjalani pola makan dan hidup yang sehat akan sangat membantu Anda
untuk meningkatkan kesehatan kulit. Sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa
salah satu manfaat puasa bagi kesehatan adalah mengontrol kadar gula darah
dalam tubuh. Hal ini berkaitan, sebab tingginya kadar gula darah akan
meningkatan kadar glukosa sehingga memicu naiknya metalloproteinase 1 dan 2
yang menyebabkan terjadinya gangguan struktur kolagen pada kulit dan
melemahkan kekuatan serta ketahanannya. Artinya, dalam jangka panjang, puasa
juga akan membantu Anda untuk mencegah penuaan dini pada kulit.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari isi makalah ini adalah bahwa puasa
itu bukan hanya sekadar ibadah dan kewajiban bagi orang – orang yang beragama
Islam. Tetapi puasa juga dapat dilakukan oleh semua orang dengan manfaat –
manfaat yang baik. Baik dari aspek spiritual dan rohani dari suatu individu
ataupun manfaat bagi kesehatan jasmani dari tubuh suatu individu yang
melakukan puasa. Karena itulah setelah ini seharusnya pikiran kita telah terbuka
dan tidak mengkotakkan konsep bahwa puasa itu hanya sekadar ibadah semata.
Tetapi puasa perlu dipahami sebagai suatu aktivitas yang memiliki banyak sekali
manfaat di luar aspek spiritual yang begitu luar biasa. Dari sinilah kita dapat
kembali mengingat bahwa betapa besarnya kuasa Allah SWT. Tidak ada perintah
yang diberikan kepada kita yang sia – sia dan salah satu bentuk contoh nyatanya
adalah perintah untuk berpuasa yang memiliki berbagai macam manfaat bagi
rohani dan juga jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
Angela J. Argyropoulos,PatrickRobichaud,RebeccaMutesiBalimunkwe,Gary J.
Fisher,CraigHammerberg,YanYan,Taihao Quan. “Alterations of Dermal
Connective Tissue Collagen in Diabetes: Molecular Basis of Aged-Appearing
Skin”.2016.https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.01
53806#sec001