Anda di halaman 1dari 18

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

1) Pengertian Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari
guru dan sebagainya. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
2) Pengertian Kewajiban
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro).
Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung
jawab.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup
hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika
keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika
keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan
kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya.
Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan
kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak
dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun
rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan
materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

3. Hak Dan Kewaajiban Warga Negara :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara
Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan
undang-undang.




.
Contoh Pelanggaran Hak
1. Kasus Pembajakan Software di JAKARTA
Jakarta Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bersama BSA
(Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan Penindakan Pelanggaran Hak
Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu Mall Ambasador dan Ratu Plasa pada hari
Kamis (5/4). Penindakan di Mall Ambasador dan Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR.
Johno Supriyanto, M.Hum dan Salmon Pardede, SH., M.Si dan 11 orang PPNS HKI.
Penindakan ini dilakukan dikarenakan adanya laporan dari BSA (Business Software
Association) pada tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual yang mengetahui adanya CD Software Bajakan yang dijual bebas di Mall
Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini berhasil di sita CD Software
sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda.
CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall Ambasador dan Ratu Plasa
seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli software ini bisa mencapai Rp.1.000.000
per softwarenya. Selain itu, Penggrebekan ini akan terus dilaksanakan secara rutin tetapi
pelaksanaan untuk penindakan dibuat secara acak/random untuk wilayah di seluruh
Indonesia. Salmon pardede, SH.,M.Si selaku Kepala Sub Direktorat Pengaduan, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa Dalam penindakan ini para pelaku
pembajakan CD Software ini dikenakan pasal 72 ayat 2 yang berbunyi barang siapa
dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan tidak
menutup kemungkinan dikenakan pasal 72 ayat 9 apabila dalam pemeriksaan tersangka
diketahui bahwa tersangka juga sebagai pabrikan.
Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall untuk memberikan
arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual produk-produk software bajakan karena
produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada negara dibidang pajak disamping itu
untuk menghindari kecaman dari United States Trade Representative (USTR) agar Indonesia
tidak dicap sebagai negara pembajak.
sumber : http://www.dgip.go.id/penindakan-hak-cipta-atas-software

A. Analisa Bukti
Dalam Kasus diatas, ketika kita cerna lebih dalam maka dapat kita temukan bukti yang nyata
berupa CD Software bajakan sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda, maraknya
Software bajakan ini diketahui karena adanya laporan dari BSA (Business Software
Association) yaitu merupakan Asosiasi Bisnis Perangkat Lunak di Indonesia. BSA
melaporkan Pada tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual dan setelah itu langsung mengadakan penindakan bagi pelaku pembajakan. Dalam
aksi pelaku ia menjual CD Software bajakannya dengan harga yang sangat murah yaitu
seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli software ini bisa mencapai Rp.1.000.000
per softwarenya, Ini jelas sangat merugikan bagi yang menciptakan software originalnya.

B. UU yang Berlaku
Seperti yang tertulis di atas para pelaku pembajakan Software tersebut dikenakan dalam
Undang-undang Hak Cipta yaitu pada Pasal 72 ayat 2 yang Berbunyi Barangsiapa dengan
sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Ayat 1 tersebut berbunyi "Barangsiapa dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam Isi pasal 72 ayat 1 ini menyinggung pasal yaitu pada pasal 2 ayat (1) yang berbunyi
"Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu
ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang - undangan
yang berlaku."
dan Pasal 49 ayat (1) dan (2) yaitu " (1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan
izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya."
"(2) Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan Karya
Rekaman suara atau rekaman bunyi."
Dan tidak menutup kemungkinan dari kasus di atas jika ia terdapat memproduksi CD
software dalam pabrikan atau dengan menggunakan teknologi yang tinggi maka akan
dikenakan Pasal 72 ayat 9 yang berbunyi "Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)."
Pasal 28 itu ada 2 ayat yaitu "(1) Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi
berteknologi tinggi, khususnya di bidang cakram optik (optical disc), wajib memenuhi semua
peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
"(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang memproduksi
cakram optik sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah."

C. Solusi dari Kasus
Tentu jika kita lihat dalam kenyataannya sekarang masih banyak yang melakukan
pelanggaran hak cipta baik yang disadari pelaku maupun yang tidak disadarinya, ini
membuktikan bahwa semakin maraknya Praktik pelanggaran hak cipta salah satunya adalah
Banyaknya CD Software bajakan yang tersebar di berbagai pasar komputer. Solusi dari kasus
tersebut dengan peran razia polisi melaksanankan razia rutin setiap hari di setiap pasar yang
menjual CD atau DVD, agar ruang gerak mereka dari pembajakan dapat dikurangi, atau bisa
jadi dapat menjadi takut untuk menjual CD/DVD Software bajakan, akhirnya dapat membuat
jera pelaku pembajakan dengan razia tersebut dan langsung dikenakan UUHC.

D. Pendapat Atas Masalah
Memang masalah pembajakan ini jika dicerna lebih dalam tidak ada habisnya, setelah
dituntanskan masalah pembajakan yang satu muncul lagi masalah pembajakan yang lainnya
seakan-akan seperti pepatah yaitu "Mati satu Tumbuh Seribu",ada beberapa hal yang
mungkin memicu banyaknya pembajakan ini yang paling mendasar adalah taraf ekonomi
penduduk khususnya di indonesia yang masih banyak dalam tingkatan rendah jadi memicu
para pedagang CD bajakan untuk melanggar hak cipta dan menjual hasil bajakannya lebih
rendah dan murah dari harga aslinya, dan yang kedua mungkin dari kedisiplinan hukum
diindonesia yang kurang yang berakibatkan tidak membuat jera para pelaku pembajak,
hukuman yang ringan yang diberikan juga dapat merambah semakin banyak pembajak karena
dalam jiwanya penuh dengan semangat berfikir hukuman hanya satu tahun atau hanya denda
sekian dan sekian tidak sebanding dengan keuntungan ketika menjual CD bajakan itu, setelah
keluar tentu ia malah lebih memasang strategi agar lebih waspada.

2. TRAGEDI SEMANGGI
Tragedi Semanggi


Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan
dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama
dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, masa pemerintah
transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal
dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya
seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh jakarta serta menyebabkan 217
korban luka - luka.
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan
sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat
masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga
terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat ketika ribuan mahasiswa sedang duduk di
jalan. Saat itu juga beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di jalan. Salah
satunya adalah Teddy Wardhani Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang
merupakan korban meninggal pertama di hari itu.
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat
kawan-kawan seklaligus masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat
adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernardus Realino Norma Irmawan,
mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat
ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Universitas Atma Jaya,
Jakarta[2]. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi
penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan penembakan ke dalam kampus
Atma Jaya.
Semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka.
Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan
disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah
korban yang meninggal mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia adalah: Sigit
Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo (Universitas Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta),
Muzammil Joko (Universitas Indonesia), Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana,
Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi.
Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang
korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2
orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota Satpam
Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat. Sementara
456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan pukulan
benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat
keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk
Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepala.
Pada24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan
kepada aksi-aksi mahasiswa.
Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan Undang-Undang
Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan
sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai
kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk
bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.
Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan
Universitas Atma Jaya.
Sumber : http://kasusham.blogspot.com/

Solusi dari permasalahan pelanggaran hak Asasi Manusia
Indonesia menganut paham kekeluargan yang tidak memperbolehkan diskriminasi
dalam bentuk apapun dan atas dasar apapun. Kita tidak mempertentangkan antara mayoritas
dan minoritas. Yang kita dambakan adalah kerukunan, keserasian, keselarasan dan
keseimbangan. Memang dalam suatu masyarakat akan dapat terjadi benturan dalam
kehidupan yang berkembang dan dinamis, namun kita tidak dapat membiarkan konflik itu
timbul dan berkembang tanpa terkendali. Kita usahakan penyelesaiannya dengan
memperhatikan aspirasi dan kepentingans semua pihak, tanpa ada yang merasa menang atau
merasa kalah, dan tidak ada yang merasa dimenangkan dan dikalahkan.
Pelanggaran-pelanggaran Hak Warga Negara di Indonesia selama ini, dan sulitnya
melakukan penyelesaian disebabkan karena kurangnya peraturan perundang-undangan yang
memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaiannya. Semenjak reformasi telah ada
peraturan perundang-undangan yang memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaian
masalah yang sehubungan dengan HAM ataupun Hak Warga Negara diantaranya adalah
Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; dan UU No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Pembentukan lembaga yang mengurus Hak Warga Negara dan pelanggarannya juga
merupakan upaya yang memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Lembaga-
lembaga tersebut diantaranya KOMNAS HAM, pusat-pusat/Lembaga Kajian HAM yang
terbentuk di berbagai daerah, LSM dan sebagainya. Lembaga-lembaga ini di samping
berupaya mensosialisasikan peraturan-peraturan tentang HAM juga menerima pengaduan-
pengaduan pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara dan meneruskan kepada lembaga yang
berwenang untuk memprosesnya. Upaya yang dilakukan selama ini terkendala oleh beberapa
faktor diantaranya kurangnya perangkat hukum, kurangnya bukti-bukti yang lengkap dan
keterbatasan penegak hukum. Oleh karenanya bila telah terjadi pelanggaran hak asasi
manusia ataupun hak warga negara maka secepatnyalah hal ini dilaporkan kepada yang
berwenang.
Upaya yang sangat menentukan perlindungan terhadap pelanggaran HAM dan Hak
Warga Negara adalah melalui peradilan. Peradilan yang kuat akan memberikan perlindungan
yang baik terhadap Hak Warga Negara dan berdampak positif terhadap tindakan-tindakan
yang menjurus kepada pelanggaran Hak Warga Negara. Untuk mendukung itu sekarang
sudah ada undang-undang tentang pengadilan hak asasi manusia yaitu Undang-Undang No.
26 tahun 2000. Undang-undang itu menetapkan disetiap daerah kabupaten atau kotamadya
ada pengadilan HAM yang mengurusi Hak Warga Negara. Pelaksanaan peradilan HAM juga
perlu dukungan penyidik yang berusaha untuk mencari bukti-bukti yang kuat tentang
pelanggaran Hak warga Negara tersebut. Bantuan kita bersama dalam memberikan data
(bukti) adalah langkah baik untuk tegaknya HAM di negara Indonesia khususnya Hak Warga
Negara.
Lembaga-lembaga pendidikan juga berperan dalam memberikan perlindungan
terhadap HAM. Lembaga-lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan formal
memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada pelajar, siswa atau mahasiswa tentang hak
asasi manusia, prosedur yang harus ditempuh bila mengetahui adanya pelanggaran terhadap
hak asasi manusia. Kepedulian terhadap hak asasi sudah berarti menekan peluang terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia.

CONTOH PENGINGKARAN KEWAJIBAN
A. Pengingkaran Perlindungan Hak-hak Konsumen pada Kasus BBM

Hal ini kasus kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat konsumen tetaplah
menjadi objek penderita meskipun akan diupayakan adanya subsidi dan kompensasi dalam
berbagai bentuk. Ini berarti bahwa produk-produk kebijakan pemerintah di bidang ekonomi,
yang ditandai dengan kenaikan elpiji sebesar 41,6% dan harga BBM yang besarnya
direncanakan sebesar 40% semakin memperjelas beban masyarakat sebagai konsumen akan
semakin berat.
Apa yang dilakukan pemerintah saat ini sama sekali bertentangan dengan ketentuan UU No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Sebagaimana yang diamanatkan
dalam pasal 29 UUPK, bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan
pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Secara teknis,
kewajiban pemerintah itu dilaksanakan oleh menteri, atau menteri teknis terkait.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mestinya memperjuangkan nasib rakyat, ternyata
sekadar stempel pemerintah agar kebijakan-kebijakan yang diambil dapat memperoleh
legitimasi dari masyarakat. Kalaupun terjadi perubahan dalam hal persentase kenaikannya,
nilai perubahan itu dapat dipastikan tidak sesuai dengan kondisi yang berkembang dan
tuntutan masyarakat. Rakyat menjerit karena harga-harga sudah telanjur meningkat jauh
sebelum kepastian kenaikan harga BBM diputuskan. Meskipun pemerintah secara aktif dan
terus-menerus melakukan sosialisasi, kenyataannya upaya tersebut tidak akan mampu
mempengaruhi melambungnya harga-harga.
Sumber : http://soef47.wordpress.com/2009/11/03/hukum-pengingkaran-perlindungan-hak-
hak-konsumen-pada-kasus-bahan-bakar-minyak-bbm/

Solusi perlindungan hak-hak konsumen
Menyikapi kondisi yang terjadi saat ini, pemerintah dan lembaga-lembaga terkait tidak boleh
tinggal diam. Kita memang patut mendukung upaya-upaya yang dilakukan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) dan elemen mahasiswa yang selalu mengkritisi munculnya
kebijakan kenaikan harga-harga. Maka untuk menegakkan UUPK dan perlindungan hak-hak
konsumen perlu di ingat dan dipertahankan sebagao berikut:
1. UUPK menjamin hak-hak konsumen sebagaimana diatur dalam pasal 04 UUPK
bahwa konsumen dilindungi haknya atas informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa (poin c). Dalam hal ini
pemerintah harus dapat menjamin bahwa kenaikan harga BBM harus betul-betul
didasarkan atas perhitungan untung rugi (matematik), dan barang yang
diperjualbelikan benar-benar layak untuk dikonsumsi.
2. Konsumen juga dilindungi haknya untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan jasa yang digunakan (poin d). Banyaknya minyak oplosan yang beredar,
harus menjadi perhatian pemerintah, karena hal itu tentu akan merugikan konsumen
sebagai pemakai. Pelayanan yang benar dan jujur, serta tidak diskriminatif juga
merupakan hak-hak konsumen yang harus diperhatikan. Apabila ketentuan-ketentuan
di atas tidak dipenuhi secara baik oleh badan usaha (pelaku usaha dan lembaga
pemerintahan), maka menjadi hak konsumen untuk mendapatkan kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
3. Peran serta dan keterlibatan pihak-pihak terkait seperti, Badan perlindungan
Konsumen Indonesia (BPKN, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dan
lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), yang diwakili oleh
YLKI, serta kelompok-kelompok mahasiswa diharapkan dapat menjadi kontrol utama
atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Sehingga, UUPK sangat strategis dalam
meningkatkan harkat dan martabat konsumen yang masih sering diabaikan oleh para
pelaku bisnis termasuk pemerintah.
Sehingga tercapailah keselarasan dan keseimbangan antara pihak penegak hukum dan
konsumen yang mana konsumen adalah salah satu aset yang mana untuk menbantu dan ikut
serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia baik secara mikro ataupun secara
makro. Di perlukan ketegasan dan konsistensi penegak hokum untuk menjalankan UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Maka perlu dan wajib kiranya di
lindungi hak-hak konsumen terhadap produk dan jasa selama ini.

B. Penyelewengan Pajak
Pada 2008 lalu, pemerintah mempunyai program sunset policy bagi para wajib pajak.
Sunset policy merupakan pengampunan dari pemerintah terhadap para wajib pajak yang
dianggap kurang taat. Pengampunan itu bisa berupa penghapusan sanksi administrasi
yang berupa bunga dan sanksi administrasi atas pajak yang kurang atau tidak dibayar.
Tidak sedikit pengusaha yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan
pengampunan dari pemerintah. Bagi perusahaan besar dengan aset yang besar pula tentu
mempunyai kewajiban membayar pajak yang tidak bisa dibilang sedikit. Jadi, besarnya
"pengampunan" yang mereka terima dari pemerintah juga jumlahnya besar. Hal ini tidak
bisa dibenarkan karena telah menyalahi fungsi dari sunset policy itu sendiri.
Ada beberapa tersangka penggelapan pajak yang mengemuka secara nasional. Kasus
pajak mereka ini boleh dibilang fantastis dan sulit diterima logika, jika dilihat dari masa
kerja mereka di bidang perpajakan. Mereka itu, di antaranya:
1. Gayus Tambunan
Gayus boleh dibilang menjadi ikon kasus pajak Indonesia. Apapun kasus pajak, ingatan
kita selalu terlintas nama Gayus. Mantan pegawai pajak golongan IIIA itu diduga
menerima gratifikasi dan suap, lalu disimpan di safe deposit box miliknya, sebesar Rp74
miliar. Harta kekayaan Gayus ditotal mencapai 659, 8 ribu dolar AS dan 9, 68 dolar
Singapura. Gayus juga terlibat kasus dugaan suap kepala rutan Mako Brimob.
Selain itu, dugaan paspor palsu juga menyeret Gayus. Akibat tumpukan kasus tersebut,
tuntutan hukuman terhadap Gayus sudah lebih 20 tahun. Menurut kuasa hukumnya,
Hotma Sitompul, saat ini Gayus sudah dihukum atas perkara-perkara lain dengan total
hukuman sudah mencapai 22 tahun.
2. Bahasyim
Bahasyim ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pencucian uang dan korupsi sejak 9
April 2010. Bahasyim ditetapkan sebagai tersangka kasus pencucian uang dan korupsi
sejak 9 April 2010 lalu. Pada 31 Oktober 2011 lalu, hukuman Bahasyim ditetapkan
menjadi 12 tahun. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Bahasyim dengan
hukuman 10 tahun penjara dan denda sebesar Rp250 juta, subsider 3 bulan kurungan.
Selain itu, Majelis Hakim juga memerintahkan agar aset-aset Bahasyim, termasuk uang
senilai Rp 64 miliar, dirampas oleh negara. Majelis Hakim menilai, Bahasyim terbukti
bersalah melanggar Pasal 1 huruf a UU Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pasal 12 UU
Tipikor. Mantan pejabat pajak ini dinilai terbukti menyalahgunakan wewenang selama
menjabat sejak 2004-2010 yang merugikan keuangan negara sebanyak Rp 64 miliar.
3. Dhana Widyatmika
Dhana Widyatmika memiliki pundi-pundi uang miliaran rupiah di tabungannya yang
tersebar di 18 bank nasional. Kejaksaan Agung telah menetapkan pegawai Direktorat
Jenderal Pajak golongan IIIC yang kini menjadi pegawai Dinas Pajak DKI itu, menjadi
tersangka kasus dugaan korupsi. Penelisikan dirinya, karena rekening yang dimilikinya
tidak sesuai profil. Uang itu belum termasuk pundi mata uang asing sekitar Rp 2,4 miliar
lebih. Belum juga termasuk logam mulia emas seberat 1 kilogram.
Dhana Widyatmika melaporkan hartanya pada 24 Juni 2011. Saat itu, dia tercatat sebagai
Account Representative Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara yang diterima Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), total kekayaannya 'hanya' berjumlah Rp1.231.645.025.
Sumber : http://www.anneahira.com/kasus-pajak.htm

Mengatasi Kasus Pajak
Kasus pajak di Indonesia saat ini sudah meresahkan banyak pihak. Pajak yang seharusnya
menjadi alat pembiayaan dan pengaturan negara sudah di komoditikan berbagai
kepentingan. Pemerintah dianggap kurang tegas dan memberikan banyak peluang dalam
menghadapi kasus pajak ini. Terlalu banyak terjadi pelanggaran atau kolusi di berbagai
lini. Memang ada yang ketahuan dan mendapat sanksi. Namun, jika dibandingkan dengan
yang tidak ketahuan, jumlahnya lebih banyak yang tidak ketahuan.
Sebagai penegak hukum, seharusnya Ditjen Pajak bertindak tegas dan menyelesaikan
kasus pajak sampai tuntas. Karena dengan penanganan yang tidak tuntas maka akan
makin banyak masyarakat yang melakukan kasus pajak. Selain dari masyarakatnya yang
harus sadar, para penegak hukum negara juga harus bekerja sampai tuntas dan benar.
Dengan kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah maka kasus-kasus pajak yang
ada dapat dituntaskan dan tidak akan ada lagi kasus pajak di Indonesia.

Kasus Pengingkaran pembayaran pajak
JAKARTA-Di tengah adanya ketegangan hubungan antara Menkeu Sri Mulyani dan
Aburizal Bakrie, Dirjen Pajak menemukan dugaan pidana pajak di tiga perusahaan
kelompok Bakrie. Tak tanggung-tanggung, dugaan penyelewengan pajak lebih dari Rp2
triliun.
Menurut Dirjen Pajak Mochamad Tjiptardjo, pengungkapan kasus ini sama sekali tidak
terkait perseteruan antara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan bekas Menteri
Koordinator Kesejahteraan Sosial, Aburizal Bakrie, dalam kasus Bank Century. Kami
profesional di sini, pisahkan dengan politik. Saya masuk duluan lho menangani wajib
pajak ini. Saya masuk duluan sebelum masalah ribut-ribut. Cuma saya aja orang baik,
selama ini enggak ngomong-ngomong, diam-diam. Lha, wong tidak ditanya, kata
Tjiptardjo usai solat Jumat di kantornya, Jumat (11/12).
Dia memastikan tak ada perintah khusus dari Menteri Keuangan dalam menangani kasus
pajak Grup Bakrie. Jadi DJP (Direktorat Jenderal Pajak) itu bukan alat politik. DJP itu
bekerja secara profesional melaksanakan undang-undang, katanya.
Seperti diketahui, Direktorat Jenderal Pajak mengungkapkan penelusuran dugaan pidana
pajak tiga perusahaan tambang batubara di bawah payung bisnis Grup Bakrie senilai
kurang lebih Rp 2 triliun. Tiga perusahaan tambang itu antara lain PT Kaltim Prima Coal
(KPC), PT Bumi Resources Tbk., (BR) dan PT Aruitmin Indonesia.

Ketiganya diduga melanggar pasal 39 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan atau
terindikasi tak melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan secara benar. Tekniknya
bermacam-macam, intinya tidak melaporkan penjualan sebenarnya, biayanya. Itu kan
modusnya, kata Tjiptardjo.
Hingga saat ini Direktorat telah menetapkan status penyidikan pada kasus pajak KPC
sejak Maret 2009. Pada kasus Bumi, Direktorat baru menerbitkan Surat Perintah
Penyidikan dan segera akan melayangkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
kepada Kejaksaan Agung. Adapun terhadap kasus Arutmin, Direktorat baru melakukan
pemeriksaan bukti permulaan.
Sumber di Direktorat Jenderal Pajak mengungkapkan total kewajiban pajak tiga
perusahaan tambang milik Grup Bakrie yang kini sedang dalam penelusuran tim penyidik
mencapai Rp 2,1 triliun.
Sumber juga memaparkan, PT Kaltim Prima Coal diduga kurang membayar pajak Rp 1,5
triliun, PT Bumi Resources Tbk sebesar Rp 376 miliar, dan PT Arutmin Indonesia
sebesar US$ 30,9 juta atau ekuivalen kurang lebih Rp 300 miliar. Hingga 30 November
2009, Direktorat Pajak telah menerima pembayaran pajak dari KPC sebesar Rp 800 miliar
dan dari Arutmin sebesar US$ 27,5 juta atau sekitar Rp 250 miliar.
PBN.
Sumber : http://imahido-rochimawati.blogspot.com/2010/11/kasus-penyelewengan-
pajak.html
Solusi :
1. Jika permasalahan penunggakan pajak Group Bakrie ini ingin dihentikan dan dapat
terselesaikan dengan cepat, Group Bakrie harus membayar kewajiban lima kali lipat dari
total tunggakan atau 500% dari total hutangnya atau asetnya disita. Setelah melunasi
tunggakan pajak tersebut, masih ada prosedur lain yang harus ditempuh Group Bakrie,
mereka harus mengajukan permohonan ke Menkeu kemudian dari Menkeu ke Kejagung
untuk meminta penghentian penyidikan. Sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No. 130/PMK.03/2009 tentang Tata Cara Penghentian Penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan untuk kepentingan penerimaan Negara.
2. Memeriksa pihak pihak terkait dalam kasus ini baik dari pihak Group Bakrie maupun
dari pihak Direktorat Jenderal Pajak.
3. Memperketat sistem pengendalian dan controlling di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam masalah perpajakan.
4. Mengedepankan pendekatan persuasive dalam penyelesaian persoalan utang pajak,
dengan melakukan klarifikasi terlebih dahulu ke perusahaan yang bersangkutan. Jika
dimungkinkan akan diberikan dispensasi dengan memberikan kelonggaran kepada Group
Bakrie tersebut membayar secara mencicil jika pembayaran tunai tidak dimungkinkan.
Peraturan
1. Undang Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM
3. Undang Undang No. 09 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum
4. Undang Undang No. 3/ 1997 tentang Peradilan Anak
5. Undang Undang No. 23/ 2002 tentang Perlindungan Anak
6. Undang Undang No. 23/ 2004 tentang PKDRT
7. Undang Undang No. 13/ 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Lembaga perlindungan Ham
1. Kepolisian
Tugas kepolisian adalah melakukan pengamanan dan penyelidikan terhadap setiap
berkas perkara pelanggaran HAM yang masuk.
2. Kejaksaan
Tugas utama jaksa adalah melakukan penuntutan suatu perkara pelanggara HAM
yang telah dilaporkan. Kejaksaan diatur dalam UUD No. 16 Tahun 2004.
3. Komnas HAM
Tujuan Komnas HAM adala memberikan perlindungan sekaligus penegakan hak
asasi manusia di Indonesia.
4. Pengadilan HAM di Indonesia
Pengadilan HAM khusus diprntukan dalam menangani pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yaitu kejaksaan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Proses pemeriksaan perkara dalam Pengadilan HAM tidak jauh berbeda dengan
prosedur-prosedur pemeriksaan di Pengadilan sipil.
5. Lembaga Bantuan Hukum
LBH bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang
suku, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama dan
kelompok.
6. YLBHI ( Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)
YLBHI sebagai upaya pnegakan dan perlindungan HAM pada masyarakat
menengah kebawah.
7. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi
Menangani masalah-masalah pengabdian kepada masyarakat, seperti perselisihan
warisan, uang ganti pembebasan tanah.
8. Komnas Anak
Tugas utama menyelenggarakan perlindungan trhadap hak-hak anak.

Faktor penyebab pengingkaran kewajiban
1. Kurangnya peraturan perundang-undangan yang memberikan jaminan dan
petunjuk dalam penyelesaiannya
2. Perbedaan kepentingan serta keegoisan warga negara atas kepentingan
pribadi.
3. Sikap yang lebih mementingkan menerima haknya daripada melakukan
kewajiban.
4. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada
kepentingan bersama atau masyarakat.
5. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya
didalam hukum.
6. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara
Indonesia dalam sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat
enggan lagi percaya kepada pemerintah.

1. Berikut ini adalah beberapa hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak
dasar warga negara yang telah diatur di dalam UUD 1945:
Hak Negara:
1. Hak untuk ditaati hukum dan pemerintahan. (pasal 27 ayat(1))
2. Hak untuk dibela (pasal 27 ayat (3))
3. Hak untuk dipertahankan (pasal 30 ayat (1))
4. Hak untuk menguasai bumi, air dan kekayaan alam untuk kepentingan rakyat (
pasal 33 ayat (2) dan ayat (3))
Kewajiban Negara:
1. Menjamin persaman kedudukan warga negara dihadapan hukum dan
pemerintahan (pasal 27 ayat (1))
2. Menjamin kehidupan dan pekerjaan yang layak (pasal 27 ayat (2))
3. Menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat baik
lisan maupun tulisan (pasal 28)
4. Menjamin hak hidup serta hak mempertahankan hidup (pasal 28A)
5. Menjamin hak mengembangkan diri dan pendidikan (pasal 28C ayat (1))
6. Menjamin sisten hukum yang adil (pasal 28D ayat (1))
7. Menjamin hak asasi warga negara (pasal 28I ayat (4))
8. Menjamin kemerdekaan untuk memeluk agama dan menjalankan agama masing-
masing (pasal 29 ayat (2))
9. Menjamin pembiayaan pendidikan dasar (pasal 31 ayat (2))
10. Menjamin pemberian jaminan sosial (pasal 34)

2. kewajiban negara yang baik
1. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
2. Menegakkan hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif.
3. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan warga
negara agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat
masing-masing.
4. Memperkuat dan melakukan konsolidasi demokrasi.

3.kita harus menghormati
Kareng jika saling menghargai sesama manusia akan menciptakan kehidupan yang
aman, tentram dan indah. Sikap menghargai itu pengertiannya adalah sikap
toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara setiap manusia
sebagai hal yang wajar, dan tidak melanggar has asasi manusia lain.

Anda mungkin juga menyukai