2. Ancaman berdimensi politik, dapat bersumber dari luar negeri dan dalam
negeri. Dari luar negeri, ancaman berdimensi politik yang dilakukan oleh suatu negara
dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia.
3. Ancaman berdimensi ekonomi, dapat di kelompok menjadi dua; internal dan
eksternal. Ancaman internal dapat berupa inflasi, pengangguran yang tinggi, dan
infrastruktur yang tidak memadai. Sedangkan secara eksternal, dapat berbentuk
indikator kinerja ekonomi yang buruk, daya saing rendah, ketidaksiapan menghadapi era
globalisasi, dan tingkat dependensi yang cukup tinggi terhadap asing.
4. Ancaman yang berdimensi sosial budaya, dibedakan atas dua ancaman dari
dalam dan luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, keterbelakangan,
dan ketidakadilan. Sementara dari luar timbul bersamaan dengan globalisasi yang
mengancam terhadap budaya-budaya bangsa.
5. Ancaman berdimensi teknologi informasi, munculnya kejahatan dengan
memanfaatkan IPTEK, antara lain kejahatan siber dan kejahatan perbankan.
6. Ancaman berdimensi keselamatan umum, adanya bencana alam, misalnya
gempa bumi, kebakaran dan lain-lain.
Segala bentuk ancaman yang dapat membahayakan terhadap kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus dicegah secara cepat dan tepat. Pemerintah harus
melakukan langkah-langkah strategis sebagai upaya pencegahan
Identifikasi ancaman terhadap Bangsa dan Negara Ancaman dapat dikonsepsikan
sebagai setiap usaha dan kegiatan, baik baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
dinilai membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Bentuk ancaman militer mencakup:
a. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain terhadap kedaulatan
Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau dalam bentuk dan
cara-cara antara lain:
1) invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata Negara lain terhadap wilayah NKRI.
2) Bombardemen berupa penggunaan senjata lainya yan dilakukan oleh angkatan
bersenjata Negara lain terhadap wilayah NKRI.
3) Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI oleh angkatan
bersenjata Negara lain.
4) Serangan unsure angkatan bersenjata Negara lain terhadap unsure satuan darat atau
satuan laut atau satuan udara TNI.
b. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lai.
c. Spionase yang dilakukan oleh Negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia
militer.
d. Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional yang
membahayakan keselamatan Negara.
e. Pemberontakan bersenjata
f. Perang udara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok
masyarakat bersenjata lainya.
INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA
1. Posisi Negara dalam Era Global
Globalisasi adalah proses social yang muncul sebagai akibat dari kemajuan dan
inovasi teknologi serta perkembangan komunikasi dan informasi. Beberapa
pendapat mengenai global dan globalisasi sebagai berikut :
1. Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah, universal atau
internasional
2. Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan social, berupa
bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemenya yang terjadi
akibat traskulturasi dan perkembangan teknologi.
3. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu
keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia)
4. Global artinya sejagat.
5. Globalisasi didefinisikan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari
segi perhubungan manusia disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Dalam menghadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa didunia memberi
respons atau tanggapan yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Sebagian bangsa menyambut positif globalisasi karena dianggap sebagai jalan
keluar baru untuk perbaikan nasib umat manusia.
b. Sebagian masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena dianggap sebagai
bentuk baru penjajahan kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat
transnasional dibidang politik, ekonomi, budaya.
c. Sebagia yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akibat
perkembangan teknologi informasi dan transformasi, tetapi tetap kritis terhadap
akibat negative globalisasi.
2. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia Keikutsertaan Indonesia dalam
upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pesukan perdamaian.
Keikutsertaan dalam operasi Pemeliharaan perdamaian sudah dimulai sejak tahu
1957. Pasukan pemeliharaan Perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama
pasukan Kontingen Garuda atau Konga.Kontingen Garuda I diterjunkan ke Mesir
pada tanggal 8 januari 1957. adapun sampai sekarang ini Kontingen Garuda XIIIA
terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai bagian dari UNIFIL pada September
2006 Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa konsepsi Ketahanan Nasional tidak
lagi dijadikan doktrin pembangunan nasional. Namun jika merujuk pada pendapat-
pendapat sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa konsepsi Ketahanan Nasional
sebagai kondisi dinamik bangsa yang ulet dan tangguh dalam menghadapi berbagai
ancaman masih tetap relevan untuk dijadikan kajian ilmiah. Hal ini dikarenakan
bentuk ancaman di era modern semakin luas dan kompleks. Ancaman yang sifatnya
non fisik dan non militer, cenderung meningkat dan secara masif amat
mempengaruhi kondisi Ketahanan Nasional. Contohnya : musim kemarau yang
panjang di suatu daerah akan mempengaruhi kondisi “ketahanan pangan” di daerah
yang bersangkutan. Dengan demikian penting bagi kita untuk mengetahui : dalam
kondisi yang bagaimana suatu wilayah negara atau daerah memiliki tingkat
ketahanan tertentu. Tinggi rendahnya Ketahanan Nasional amat dipengaruhi oleh
unsur – unsur ketahanan nasional itu sendiri. Dalam hal gatra pertahanan dan
keamanan, kepentingan nasional Indonesia yang vital dan permanen adalah tetap
tegak dan utuhnya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
mewujudkan kepentingan nasional tersebut, pertahanan negara Indonesia
diselenggarakan untuk menangkal dan mencegah segala bentuk ancaman dan
gangguan, baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam negeri. Dalam
mewujudkan komitmen bangsa Indonesia yang antipenjajahan dan penindasan
suatu bangsa terhadap bangsa yang lain, orientasi penyelenggaraan pertahanan
negara diarahkan untuk sebesar-besarnya mewujudkan daya tangkal bangsa yang
handal. Berdasar spektrum ancaman di atas, kita dapat memprediksi atau
memprakirakan potensi ancaman apa sajakah yang dapat mempengaruhi kondisi
ketahanan nasional atau ketahanan suatu daerah. Tentu saja setiap daerah memiliki
potensi ancaman yang berbeda-beda.
PEMBELAAN NEGARA
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan
negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga
negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara biasanya selalu
dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung
jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia.
Padahal berdsarkan Pasal 27 dan 30 UUD 1945, masalah bela negara dan
pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik
Indonesai. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan
Republik Indonesia terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri. Dimasa
demokrasi dan kebutahuan sekarang ini, tentu timbul pertanyaan apakah bela
negara masih relevan dan dibutuhkan? Seperti apakah pembelaan negara yang
harus dilakukan warga negara dewasa ini?
ASAS MAWAS KE DALAM DAN MAWAS KE LUAR
Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa
yang saling berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi
dengan lingkunagan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul
berbagai dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan
sikap mawas kedalam maupun ke luar.
a. Mawas ke Dalam Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan
kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang
propesiaonal untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa ulet dan
tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional mengandung sikap isolasi
atau nasionalisme sempit.
b. Mawas keluar Mawas keluar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan
serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan
adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional. Kehidupan
nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional untuk memberikan
dampak ke luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak
lain diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
ASAS KEKELUARGAAN
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan,
gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Asas ini mengakui adanya perbedaan. Perbedaan
tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak
berkembang menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan.
SIFAT KETAHANAN INDONESIA
Ketahanan Nasional mempunyai sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang
terkandung dalam landsan dan asas-asasnya, yaitu:
1. Mandiri Ketahanan nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta
pada keuletan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah,
dengan tumpuan pada idenditas, integrasi dan kepribadian bangsa. Kemandirian
(independency) ini merupakan persyaratan untuk menjalin kerjasama yang saling
menguntungkan dalam perkembangan global (interdependent)
2. Dinamis Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun,
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, negara, sertas lingkungan strategisnya.
Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah
dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan
Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan
dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih
baik.
3. Wibawa Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara berlanjut
dan berkesinambungan akan meningkat kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin
tinggi tingkat ketahanan Nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaaan
dan tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak
mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan
dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif. Kerjasama,
serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian
bangsa.