Anda di halaman 1dari 18

Ancaman Integrasi Nasional di

Bidang Ideologi
Kelompok : 1 (Satu)
Nama Anggota : - Lusi Indriani
- M Iqbal Ramadhani
- Mutiara Aswalita Wijaya
- Risang Narota Ragwedha
- Roma Tua Panjaitan
- Yuni Kartika
Guru Pembimbing : Mufiyanti S.Pd
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani,
terdiri dari dua kata, yaitu idea dan logi.
Idea berarti melihat(idean), sedangkan logi berasal
dari kata logos yang berarti pengetahuan atau
teori. Jadi, ideologi dapat diartikan hasil
penemuan dalam pikiran yang berupa
pengetahuan atau teori. Ideologi dapat juga
diartikan suatu kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas, pendapat (kejadian) yang
memberikan arah tujuan untuk kelangsungan
hidup.
1.Masuknya paham komunisme
Komunisme adalah sebuah paham yang
menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat
produksi (modal, tanah, tenaga kerja) yang
mempunyai tujuan terwujudnya masyarakat yang
makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan
semua orang sama.
Paham komunis ini merupakan sebuah ideologi yang
dianut oleh beberapa negara yang ada di dunia
salah satunya adalah Korea Utara.
Ciri-ciri Ideologi Komunisme
 Sifatnya ateis, yaitu tidak mengimani adanya Tuhan.
 Kurang menghargai manusia sebagai individu, dibuktikan dengan
ajaran yang tidak mengijinkan seseorang menguasai alat-alat
produksi.
 Komunisme mengajarkan teori pertentangan (perjuangan) kelas.
 Doktrin komunis salah satunya yaitu the permanent / continuous
revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi menyebar ke seluruh
dunia, maka komunisme disebut go internasional.
 Komunis mempunyai progam terwujudnya masyarakat yang makmur,
tanpa kelas, dan semua orang itu sama. Tetapi untuk mewujudkannya,
ada fase diktator proletariat yang mempunyai tugas membersihkan
kelas lawan komunisme. Terutama tuan tanah yang bertentangan
dengan demokrasi.
 Komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai
komunis. Sehingga bisa dibilang Negara komunis tidak ada partai
oposisi atau komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.
 Negara dan hukum akan lenyap karena tidak lagi diperlukan.
Tokoh-tokoh komunis antara lain yaitu:
 Muso
 Aidit
 Karl Mark
 Joseph Stalin
 Friedrich Engels
 Leonid Breznev
Sedangkan negara yang menerapkan ideologi komunisme
diantaranya:
 RRC
 Korea Utara
 Vietnam
 Rusia
 Kuba
 Albania
Contoh Ideologi Komunisme
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah
sebuah partai politik di Indonesia yang telah
bubar. PKI adalah partai komunis non-
penguasa terbesar di dunia
setelah Rusia dan Tiongkok sebelum akhirnya
PKI dihancurkan pada tahun 1965 dan
dinyatakan sebagai partai terlarang pada
tahun berikutnya.[1][2]
Pembentukan dan pertumbuhan
Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah
menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun adalah
ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua. Sekretaris,
bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang
Belanda.[4] PKH adalah partai komunis Asia pertama yang menjadi
bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai
pada kongres kedua Komunis Internasional 1921.
Pada periode menjelang kongres keenam Sarekat Islam pada tahun 1921,
anggota menyadari strategi Sneevliet dan mengambil langkah untuk
menghentikannya.Agus Salim, sekretaris organisasi, memperkenalkan
sebuah gerakan untuk melarang anggota SI memegang keanggotaan
dan gelar ganda dari pihak lain di kancah perjuangan pergerakan
indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota
komunis kecewa dan keluar dari partai, seperti oposisi dari Tan
Malaka dan Semaun yang juga keluar dari gerakan karena kecewa
untuk kemudian mengubah taktik dalam perjuangan pergerakan
indonesia. Pada saat yang sama, pemerintah kolonial Belanda
menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan Sarekat Islam
memutuskan untuk lebih fokus pada urusan agama, meninggalkan
komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang aktif.
Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk
menghadiri Far Eastern Labor Conference pada awal 1922, Tan
Malaka mencoba untuk mengubah pemogokan terhadap
pekerja pegadaian pemerintah menjadi pemogokan nasional
untuk mencakup semua serikat buruh Indonesia. Hal ini
ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan antara
pengasingan internal atau eksternal. Dia memilih yang
terakhir dan berangkat ke Rusia.[5]
Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia
dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu
organisasi. Pada tanggal 22 September, Serikat Organisasi
Pekerja Seluruh Indonesia (Persatuan Vakbonded Hindia)
dibentuk.[6]
Pada kongres Komintern kelima pada tahun 1924, ia
menekankan bahwa "prioritas utama dari partai-partai
komunis adalah untuk mendapatkan kontrol dari persatuan
buruh" karena tidak mungkin ada revolusi yang sukses tanpa
persatuan kelas buruh ini
Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah
menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Masuknya ideologi liberalisme
Liberalisme adalah ideologi yang mencita-
citakan suatu masyarakat yang memiliki
kebebasan berpikir bagi setiap individunya.
Hal ini tentu saja sangat berbanding dengan
ideologi pancasila Indonesia.
Oleh karena itu hal-hal yang merupakan
ancaman masuknya ideologi lain di Indonesia
harus segera diatasi sehingga Indonesia tetap
menjadi negara Bhinneka Tunggal Ika yang
menganut Pancasila sebagai ideologi
negaranya.
Kebebasan adalah milik semua hak manusia, namun dilain pihak,
banyak orang yang menggunakan kebebasan tersebut untuk
berbuat kesewenangan yang pastinya dapat merugikan
oranglain. Liberalisme datang ke Indonesia melalui jalan
pemikiran orang-orang barat. Sehingga sedikit banyak adanya
penyimpangan untuk negara yang berbasis islam seperti
Indonesia.
Pada masa abbasiyyah, liberalisme juga muncul dinegara islam.
Maka dari itu pastiya ada perbedaan, antara liberalisme di
Indonesia dan pada masa abbasiyyah.
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat,
dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa
kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang
bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam
sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama
mendasarkan kebebasan mayoritas.
Liberalisme di Indonesia
Banyak orang menyangka, Jaringan Islam liberal muncul belakangan ini
akibat kemunculan kelompok-kelompok Islam fundamentalis di
Indonesia. Buktinya, ketika pemerintah Orde Baru masih berkuasa,
belum ada Jaringan Islam Liberal. Demikian pula dengan kelompok-
kelompok Islam fundamentalis, pada waktu itu belum menjamur
atau, katakanlah, belum muncul dan tersebar seperti sekarang ini.
Jika dicermati, anggapan itu, ternyata, tidak sepenuhnya benar dan
tidak sepenuhnya pula salah. Dalam sejarah, pemikiran Islam liberal,
kalau istilah ini bisa dan boleh dipakai, selalu muncul sebagai reaksi
atas kemunculan pemikiran Islam fundamentalis. Semakin
menjamur kelompok-kelompok Islam fundamentalis, semakin kuat
pula dorongan untuk mengorganisasikan jejaring Islam liberal.
Menariknya, seolah-olah kemunculan Islam liberal di Indonesia terjadi
setelah adanya persentuhan secara intens dengan Barat dan
demokrasi yang ada di sana, sedangkan Islam fundamentalis muncul
di Indonesia setelah terjadi persentuhan dengan Arab dan
puritanisme di sana. Artinya, kemunculan masing-masing
disebabkan oleh pengaruh yang datang dari luar, bukan dua hal
yang murni dari Indonesia.
Dalam satu resensi terhadap buku Wajah Liberal Islam Di Indonesia (Teater
Utan Kayu dan Jaringan Islam Liberal, Jakarta, 2002), Daniel Lev, salah
seorang pengamat Indonesia mengatakan, ada beberapa sebab di balik
kemunculan pandangan Islam liberal di Indonesia di awal milenium kedua
ini dan sulit untuk menjawab kenapa sekarang.Yang jelas, kemunculan
yang dimaksud adalah hasil rangkaian panjang pergulatan pemikiran Islam
di Indonesia. Sebab-sebab pendorong kemunculan itu pun tergolong ke
dalam “kebetulan-kebetulan sejarah” yang sulit untuk diprediksi.
Kordinator Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, ketika diwawancarai
Tempo terkait tulisan-tulisannya tentang wacana Islam liberal di media-
media massa, mengakui, pemikiran dan kritiknya selama ini ditujukannya
kepada kelompok-kelompok Islam radikal di Indonesia. Sebagaimana kita
ketahui, radikalisme Islam di Indonesia mulai bangkit ketika reformasi
digulirkan pada 1998 yang lalu. Sejak saat itu, kelompok-kelompok Islam
radikal bermunculan. Masing-masing menyeru agar umat Islam di
Indonesia menegakkan syariat Islam. Oleh sebagian orang, mereka
disebut dengan Islam fundamentalis.
Albert Hourani adalah salah seorang pengajar di Oxford’s Middle East
Centre. Ia banyak mengkaji dan menulis tentang Timur Tengah. Ketika
menulis Arabic Thought in the Liberal Age 1798 – 1939, ia menegaskan,
dalam masyarakat Arab era liberal pernah muncul dan hidup selama
beberapa waktu, sebelum kemudian tenggelam dan mengalami
pertempuran sengit yang tak selesai-selesai sampai sekarang.
Pemikiran-pemikiran Islam yang liberal, menurutnya, didorong pertama kali pada
tahun 1798. Tahun ini adalah tahun ketika pasukan Napoleon Bonaparte
menginjakkan kaki di Mesir. Dunia Arab kemudian menyaksikan era liberal
yang ditandai dengan berkembangnya respon yang positif terhadap kemajuan
Barat. Indutrialisasi, rasionalisasi, dan modernisasi adalah pilar-pilar kehidupan
Barat yang menjadi perhatian bersama sebagian besar orang-orang Arab. Bagi
mereka, ketiga pilar itu penting untuk kehidupan manusia.[2]
Dalam semangat seperti itu, para pemikir muslim dan non-muslim bersama-sama
mengadakan dialog secara bebas. Mereka tidak merasa khawatir untuk
berlomba-lomba mengekspresikan secara bebas pemahaman mereka
terhadap agama dan budaya di tengah-tengah masyarakat Arab. Berbagai
wacana liberal silih berganti memenuhi tahun-tahun itu. Meski beberapa
tokoh pemikir di antara mereka dikafirkan oleh tokoh-tokoh agama waktu
itu, semangat kebebasan berpikir liberal tidak surut di antara mereka.
Era liberal seperti itu baru berakhir pada 1939. Selama rentang 1798 – 1939, era
itu dihuni oleh tiga generasi pemikir. Generasi pertama muncul dan mewarnai
pemikiran-pemikiran pada 1830 – 1870. Mereka berpikir untuk menjawab
pertanyaan “Mengapa dunia Barat maju?” dan “Mengapa pula dunia Arab dan
Islam mundur?”. Dari pertanyaan-pertanyaan itu, muncul beberapa pemikir
yang mencoba memberi jawab. Di antara mereka yang terkenal adalah Rifa’ah
Badawi Rafi’ Ath-Thahthawi (1801 – 1873), Khairuddin Pasya At-Tunisi (1825
(?) – 1889), Faris Asy-Syidyaq (1804 – 1887) dan Butrus Al-Bustani (1819 –
1883).
Di Indonesia sendiri, menurut Ulil Abshar Abdalla, tradisi liberal sebenarnya sudah
ada di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Sejak 1980-an, banyak isu-isu sensitif
dalam Islam yang dipecahkan oleh NU dengan tidak biasa. Mulai dari Pancasila
sebagai asas tunggal, bunga bank, bank konvensional, sampai ke isu insklusivisme
Islam Indonesia. Wajar, jika citra NU sebagai organisasi Islam tradisionalis sudah
lama, kiranya, harus ditinggalkan. Sejak 1970-an, mereka sudah dapat dikata
mengisi posisi yang pernah ditempati Muhammadiyah dan Persatuan Islam
(Persis) pada 1920-an dulu. Greg Burton, penulis biografi Gus Dur, malah yakin,
posisi sebagai kelompok Islam konservatif sekarang ini justru dipegang oleh
Muhammadiyah dan Persis.
istilah Islam liberal sendiri muncul pertama kali waktu Greg Barton menyebut istilah
itu dalam bukunya, Gagasan Islam Liberal di Indonesia. Islam liberal yang muncul
dua tahun setelah itu, ternyata, mampu bertahan lama dan menjadi wadah diskusi
yang aman antara mereka. Dari diskusi-diskusi yang terjadi, tergagaslah keinginan
untuk membentuk suatu wadah yang bernama Jaringan Islam Liberal.
Seiring tahun-tahun yang berlalu, wadah yang dimaksud berkembang dan mendapat
simpati dari banyak pihak di dalam dan luar negeri, baik dari kalangan muslim
sendiri maupun kalangan non-muslim. Mereka memiliki kegiatan yang beragam.
Diskusi-diskusi, penerjemahan dan penerbitan buku-buku. Mereka yang
tergabung ke dalam Jaringan Islam Liberal pun banyak menuangkan pemikiran-
pemikiran mereka ke berbagai media massa.
Meski Islam fundamentalis, yang pada masa Orde Baru sering disebut dengan
kelompok ekstrem kanan, sudah ada sejak dulu, kemunculannya dua belas tahun
belakangan ini memberi warna tersendiri dalam sejarah Islam di Indonesia
Ketahanan Di Bidang Ideologi
Dalam strategi pembinaan ideologi ada beberapa prinsip antara lain:
 Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan dan oleh WNI.
 Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh
WNI.
 Ideeologi harus dijadikan panglima bukan sebaliknya
 Akatualisasi ideologi dikembangkan ke arah keterbukaan dan
kedinamisan.
 Ideologi Pancasila mengakui keanekaragaman dalam hidup berbangsa,
dan dijadikan alat menyejaterakan, mempersatukan masyarakat.
 Kalangan elit eksekutif, legeslatif, yudikatif, harus mewujudkan cita-cita
bangsa dengan melaksanakan GBHN, mengedepankan kepentingan
bangsa.
 Mensosialisasikan idologi Pancasila sebagai ideologi humanis,
 religius, demokratis, nasionalis, berkeadilan. Proses sosialisasi Pancasila
secara obyektif, ilmiah bukan doktriner, dengan metode sesuai dengan
perkembangan jaman.
 Tumbuhkan sikap positif terhadap warga negara dengan meningkatkan
motivasi untuk mewujukan cita-cita bangsa. Perlunya perbaikan ekonomi
untuk mengakhiri krisis moltidemesional (Endang Zaelani Sukaya, 2000:
109
Upaya mempertahankan Ideologi PANCASILA

 1. Merenungkan, meresapi dan memahami kembali


cita cita yang terkandung di dalam Pancasila, kemudian
berusaha bersama-sama agar bangsa kita dapat meraih
sesuai dengan yang dicita-citakan dalam Pancasila.
2. Menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, bebangsa dan bernegara.
3. Menolak masuknya ideologi lain yang bertentangan
dan tidak sesuai dengan Ideologi bangsa kita
4. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia
5. Mematuhi peraturan, norma hukum, norma sosial,
norma agama dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
Usaha mempertahankan Pancasila yang sifatnya
adalah penindakan (represif) antara lain :
 menindak dengan tegas dan memberikan
hukuman yang setimpal bagi mereka yang
merupakan pelanggar-pelanggar hukum,
pengkhianat, pemberontak, dan perongrong
Pancasila.
 melarang paham, aliran dan idiologi yang
bertentangan dengan Pancasila. Apabila sudah
ada paham, aliran dan ideologi yang
bertentangan maka kelompok tersebut harus
segera di tindaklanjuti agar mereka tidak
berkembang dan mengancam bangsa kita.
 melarang masuknya atau bekembangnya nilai-
nilai yang dapat membahayakan nilai Pancasila
Ancaman non militer bidang ideologi
Pancasilla sebagai ideologi terbuka ini menjadi
ideologi bangsa Indonesia karena didasari oleh
Pancasila, namun sekarang ini banyak sekali
gangguan yang muncul dan bahkan bisa
menyebabkan berbagai ancaman. Ancaman non
militer untuk ideologi ini dikhawatirkan bisa
menjadi momok dan menghancurkan ideologi
Pancasila.
Ideologi sendiri diartikan sebagai keyakinan atau
dasar-dasar yang sistematis untuk mencapai
sebuah tujuan dan setiap negara memiliki paham
dan ideologi masing-masing. Ancaman non militer
di bidang ideologi ini bisa menjadi ancaman
untuk sebuah negara.

Anda mungkin juga menyukai