KELOMPOK 6
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan Pemberontakan PKI Madiun ............................................................. 4
B. Latar Belakang Lahirnya PKI Madiun .......................................................... 4
C. Persiapan RI untuk Melawan PKI ................................................................. 5
D. Perlawanan RI terhadap PKI ......................................................................... 5
E. Kronologi Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948 ............................... 5
F. Akhir Revolusi PKI Mdiun 1948................................................................... 6
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1) Apa tujuan dari pemberontakan PKI di Madiun?
2) Siapa tokoh tokoh dalam pemberontakan PKI Madiun?
3) Bagaimana jalannya pemberontakan PKI di Madiun?
4) Bagaimana penyelesaian dari pemberontakan PKI Madiun?
3
BAB II
PEMBAHASAN
3. Menjadikan Muso Dan Amir Syarifuddin Sebagai Presiden Dan Perdana Menteri
Dengan tujuan ini, kaum komunis sangat ingin paham komunis menyebar ke seluruh
masyarakat Indonesia. Tujuan dari PKI ini menciptakan perpecahan antara masyarakat,
sehingga terbagi menjadi dua kubu. Bahkan sampai banyak orang yang meninggal dunia
karena tujuan dari PKI ini.
4
C. Persiapan RI untuk Melawan PKI
Panglima Kostrad, Mayjen Soeharto bergerak cepat, memadamkan pemberontakan.
Perburuan pada para pelaku G30S dilakukan cepat. PKI dinyatakan berada di balik gerakan
pengambil alihan kekuasaan dengan kekerasan. Para tokohnya diburu dan ditangkap.
Serdadu mengawasi para tersangka Komunis yang ditahan di sebuah lokasi di Tengerang,
oktober 1965
Hubungan Amir dan para pendukungnya semakin kecewa dengan kebijakan yang
dibuat oleh Kabinet Hatta. Salah satunya kebijakan Rekonstruksi dan Rekonsiliasi (RERA)
yang mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa. Karena merasa kecewa, Amir
Syarifuddin beserta kelompoknya mendirikan organisasi FDR (Front Demokrasi Rakyat)
pada 27 februari 1948.
5
Ketika konflik di antara Kabinet Hatta dan kelompok kiri semakin memanas,
datanglah Musso pada 10 Agustus dari Soviet, Muso mengajak FDR untuk bangkit
bersama PKI. Gerakan ini didukung oleh barisan kelompok kiri dan berencana menguasai
daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selama bulan Juli hingga September 1948, terjadi beberapa pembunuhan serta
penculikan terhadap orang golongan kiri. D.N. Aidit dalam Konfrontasi Peristiwa Madiun
1948 – Peristiwa Sumetera 1956 (1964) menyebut bahwa ada dua anggota PKI yang
diculik, yakni Slamet Widjaja dan Pardijo. Peristiwa Madiun 1948 menewaskan Gubernur
Jawa Timur RM Suryo, dokter pro-kemerdekaan Moewardi, serta beberapa petugas polisi
dan tokoh agama.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bagaimana strategi yang diterapkan FDR untuk membantu Amir Syarifuddin dalam merebut
kembali kabinetnya?
FDR berusaha menumbuhkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dengan cara
melakukan pemogokan umum dan berbagai bentuk pengacauan. Didalam parlemen, FDR
mengusahakan terbentuknya Front Nasional yang mempersatukan berbagai kekuatan sosial
politik untuk menggulinkan Kabinet Hatta. Madiun dijadikan sebagai basis pemerintah
sedangkan Surakarta dibuat sebagai daerah kacau untuk mengalihkan perhatian TNI kala itu.
FDR menarik pasukan yang berada dalam medah perang untuk memperkuat wilayah yang
dibinanya.
2. Aksi aksi apa yang dilakukan pki setelah bergabung dengan fdr?
Pada tanggal 11 Agustus 1948, Setelah Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera
bergabung dengan Musso. Semenjak itulah bersatu kekuatan PKI dan FDR dibawah pimpinan
Muso dan Amir Syarifuddin. Kelompok gabungan PKI dan FDR ini seringkali melakukan
aksi-aksinya antara lain :
7
Melancarkan propaganda anti pemerintah.
Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di pabrik
karung di Delanggu Klaten.
Melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya pada tanggal 13 September 1948 tokoh
pejuang 1945 Dr. Moewardi diculik dan dibunuh. kemudian bentrok senjata di Solo 2 Juli
1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh.