Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Sanering......................................................................................................................2
2.2 Sejarah Sanering di Tahun 1950, 1959, dan 1965.......................................................................2
2.3 Dampak Sanering..........................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat berbagai kebijakan pemerintah dalam aspek keuangan suatu negara, sanering adalah
salah satunya. Kebijakan yang satu ini menuai pro dan kontra karena dampak yang
ditimbulkan. Pada dasarnya, sanering adalah tidak beda jauh dengan devaluasi, yang di
dalamnya merupakan suatu wujud kebijakan pihak pemerintah pada suatu negara untuk
menurunkan nilai mata uang agar daya beli masyarakat menjadi menurun. Istilah ini
seringkali dikaitkan dengan istilah redenominasi, padahal sudah jelas arti dari kedua
istilahnya sangat berbeda.

Jika redenominasi dilakukan untuk menyederhanakan mata uang, maka sanering dibuat
dengan memotong nilai mata uang sehingga daya beli masyarakat nantinya akan menurun
dan kekayaan mereka juga akan menurun secara otomatis. Kebijakan ini pernah diambil oleh
pemerintah Indonesia beberapa kali agar bisa mengatasi perekonomian di Indonesia yang
kala itu sedang tidak sehat.

2.2 Rumusan Masalah

 Apa itu Sanering?


 Bagaimana Sejarah Sanering?
 Apa Saja Dampak dari Sanering?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sanering

Sanering adalah kebijakan pemerintah dengan pemotongan nilai mata uang yang beredar
dengan tujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat. Kebijakan ini dapat dilakukan
pemerintah jika suatu negara sedang mengalami hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi).

Berdasarkan pengertian sanering diatas, maka kebijakan pemerintah dalam menerapkan


sanering akan membawa dampak positif sekaligus dampak negatif untuk perekonomian.
Dampak paling buruk juga bisa dialami oleh para pebisnis yang bergerak pada bidang
industri produk, karena daya beli dan minat masyarakat menjadi menurun. Bahkan bisa
menyebabkan beberapa perusahaan menjadi bangkrut.

Istilah sanering sering disama-artikan dengan istilah redenominasi. Redenominasi sendiri


memiliki arti yaitu penyederhanaan nilai mata uang, misalnya uang Rp1.000 disederhanakan
menjadi Rp100 tetapi nilainya tidak berubah. Sedangkan sanering adalah pemotongan nilai
mata uang, sehingga nilai mata uang menjadi lebih rendah dari nilai sebelumnya.

2.2 Sejarah Sanering di Tahun 1950, 1959, dan 1965

Sanering pernah beberapa kali diterapkan di Indonesia sebanyak 3 kali. Di bawah ini adalah
penjelasan mengenai sejarah sanering di Indonesia:

1. Tahun 1950

Sanering pertama kali terjadi di Indonesia terjadi pada tahun 1950, tepatnya pada tanggal 19
Maret 1950. Istilah “Gunting Syarifudin” muncul ketika Menteri Keuangan, Syafruddin
Prawiranegara menggunting uang kertas senilai Rp5 menjadi dua bagian.

Guntingan uang kertas sebelah kiri tetap menjadi alat pembayaran yang sah senilai Rp2,5,
sedangkan bagian uang kertas sebelah kanan tidak ada nilainya. Kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia tersebut bertujuan untuk mengurangi nilai mata uang dan juga
daya beli masyarakat akibat hiperinflasi.

2
2. Tahun 1959

Kedua, sanering terjadi pada tanggal 25 Agustus 1959 setelah hasil rapat yang diumumkan
melalui Radio Rakyat Indonesia (RRI) oleh Menteri Muda Penerangan Maladi sekitar pukul
14.30.

Hasil rapat tersebut berisi menurunkan jumlah uang yang beredar dengan cara menurunkan
nilai 2 mata uang kertas yang memiliki nominal tersebar. Yaitu Rp500 menjadi Rp50 dan
Rp1.000 menjadi Rp100. 

Masing-masing penurunan tersebut ditetapkan sebesar 10% tiap nominal. Akibat dari
penurunan tersebut, pusat perbelanjaan dan juga bank mendadak ramai dikunjungi oleh
masyarakat yang ingin berbelanja dan juga menukarkan uang pecahan Rp1.000 dan Rp500.

Peraturan tersebut mulai efektif pada keesokan harinya pada tanggal 25 Agustus 1959. Akibat
kurangnya sosialisasi dan tidak meratanya penyebaran informasi, kerusuhan besar-besaran
pun tidak bisa dihindari. 

3. Tahun 1965

Pada 13 Desember 1965, Soekarno juga melakukan kebijakan sanering dengan memotong
tiga nol di belakang angka rupiah dari Rp1.000 menjadi Rp1. Hal tersebut terjadi karena
konfrontasi dengan Malaysia yang bertujuan untuk memelihara koalisi semu segitiga antara
Soekarno, TNI, dan PKI.

Sanering pada tahun 1965 juga dilakukan karena pemerintah harus membiayai Asian Games
di tahun 1962 yang menyebabkan utang negara semakin besar. Akibat kejadian tersebut,
Indonesia mengalami inflasi sebesar 650%.

2.3 Dampak Sanering 

Pada dasarnya, kebijakan ini dilakukan pemerintah bertujuan untuk mengembalikan situasi
perekonomian negara. Tentu saja dengan diterapkannya kebijakan tersebut muncul dampak
positif dan juga negatif yang dirasakan masyarakat Indonesia.

3
1. Dampak Positif
Setelah menerapkan kebijakan sanering, terdapat beberapa hasil yang berdampak
positif pada sistem perekonomian Indonesia. Antara lain:
a. Mengembalikan Laju Perekonomian Negara
Diberlakukannya kebijakan tersebut pada tahun 1950 dapat mengatasi situasi
ekonomi negara yang belum stabil setelah kemerdekaan seperti inflasi yang sangat
tinggi, utang negara, dan juga melambungnya harga barang pokok. Adanya
sanering tersebut dapat mengisi kekosongan kas negara dan juga menurunkan
harga-harga akibat inflasi.

b. Menurunkan Lonjakan Inflasi


Kebijakan sanering pada tahun 1959 dapat membantu pemerintah dalam menekan
lonjakan inflasi dan juga menutup utang pemerintah dengan cara membekukan
simpanan (giro dan deposito) yang diganti menjadi simpanan jangka panjang.

c. Mengurangi Jumlah Uang yang Beredar


Sanering yang diberlakukan pada tahun 1965 berhasil dalam mengurangi jumlah
uang yang beredar akibat hiperinflasi. Sehingga masyarakat mulai berani untuk
membelanjakan uang mereka.

2. Dampak Negatif
Selain dampak positif, kebijakan sanering juga berdampak negatif pada perekonomian
negara. Beberapa dampak negatif yang terjadi adalah:
a. Panic Buying
Akibat keterlambatannya informasi mengenai kebijakan sanering pada tahun
1959, masyarakat langsung membelanjakan pecahan uang Rp500 dan juga
Rp1.000 ke pusat perbelanjaan. Hal ini menyebabkan panic buying pada masa itu.

b. Kesulitan Perekonomian Masyarakat


Sanering yang diberlakukan pada tahun 1950 dirasa kurang tepat karena tidak
melihat kondisi ekonomi masyarakat. Dengan pemotongan nilai mata uang, terjadi
penurunan daya beli masyarakat akibat kesulitan ekonomi yang sedang mereka
alami.

4
c. Kesulitan Likuiditas
Akibat pembekuan simpanan tabungan membuat bank-bank mengalami kesulitan
likuiditas. Likuiditas sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi memenuhi kewajiban atau utang yang harus segera dibayar dengan
harta lancarnya.

d. Penurunan Drastis Nilai Mata Uang


Sanering yang diberlakukan pada tahun 1965 membuat penurunan drastis nilai
rupiah yang tadinya Rp1.000 menjadi Rp1. Setelah itu, terjadi depresiasi nilai
rupiah yang menyebabkan krisis finansial di tahun 1997 dan juga membuat nilai
rupiah semakin tidak ada harganya.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflasi yang terus melambung tinggi, membuat pemerintah melakukan kebijakan sanering
untuk menurunkan tingkat inflasi. Sanering adalah pemotongan nilai mata uang yang beredar
dengan tujuan menurunkan tingkat inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.

Kebijakan ini tidak selalu berdampak baik pada perekonomian, dampak negatif juga
dirasakan oleh masyarakat, perekonomian negara, hingga perusahaan.

6
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
“Kebijakan Sanering Mata Uang”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

- Ratna Fitriah Novitasari


- Reni Darmawati
- Juliyanti
- Miftahul Muzaki
- Aldo Romadon

KELAS XII IPS 4

SMAN 1 PEBAYURAN

Anda mungkin juga menyukai