Anda di halaman 1dari 18

Laporan

Runtuhnya Yugoslavia dan Perpecahan Cekoslovakia

Nama : Ni Ketut Trisna Ardani


No : 24
Kelas : XII IPS 1

Tahun Ajaran 2020/2021


SMA NEGERI 1 KUTA UTARA
Kata Pengantar

Rasa syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat karunianya saya dapat menyusun Laporan ini dengan baik dan
selesai tepat pada waktunya. Laporan ini saya beri judul “Runtuhnya
Yugoslavia dan Perpecahan Cekoslowakia”.

Penyusunan Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktik


sejarah peminatan dari Guru pengampu mata pelajaran. Selain itu,
Laporan ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
saya sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya agar dapat
mengetahui sebab Runtuhnya Yugoslavia dan Perpecahan Cekoslowakia

Terakhir, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Maka dari itu saya membutuhkan kritik dan saran yang
bisa membangun kemampuan saya, agar kedepannya bisa menulis makalah
dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca,
dan bagi saya khususnya sebagai penulis.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………………………………………………………………………………. 1


B. Rumusan masalah ……………………………………………….………………………… 1
C. Tujuan penulisan …………………………………………………………………………… 1
D. Manfaat penulisan ………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar belakang Runtuhnya Yugoslavia……………………………………………… 2


B. Upaya Penyelesaian Konflik di Yugoslavia………………………………………… 9
C. Konflik di Yugoslavia……………………………………………………………………… 11
D. Perpecahan Cekoslovakia ……………………………………………………………… 13
E. Reformasi Semu di Cekoslovakia …………………………………………………… 14
F. Revolusi Beludru di Cekoslovakia …………………………………………………. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 15

B. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 17
1.1 PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Latar belakang saya membuat laporan ini ialah untuk menyelesaikan tugas
ujian praktik pada mata pelajaran Sejarah Peminatan, Laporan ini akan
membahas tentang Runtuhnya Yugoslavia dan Perpecahan Cekoslovakia.
Laporan ini dibuat agar kita dapat mengetahui apa penyebab dari kedua masalah
tersebut, sehingga laporan ini dapat memberikan wawasan kepada penulis
maupun kepada pembaca.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang melatar belakangi Runtuhnya Yugoslavia ?

2. Siapa tokoh yang berperan penting dalam peristiwa runtuhnya


Yugoslavia ?

3. Mengapa terjadi konflik di Yugoslavia ?

4. Apa upaya dalam menyelesaikkan konflik di Yugoslavia ?

5. Kapan perpecahan Cekoslovakia terjadi ?

6. Apa itu Reformasi Semu yang terjadi di Cekoslovakia ?

7. Bagaimana Revolusi beludru di Cekoslovakia bisa terjadi ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menjelaskan latar belakang Runtuhnya Yugoslavia

2. Menjelaskan tokoh-tokoh yang memiliki peran penting pada peristiwa


Runtuhnya Yugoslavia

3. Menjelaskan upaya dalam menyelesaikkan konflik di Yugoslavia

4. Menjelaskan penyebab konflik di Yugoslavia

5. Menjelaskan kapan terjadinya perpecahan Cekoslovakia


6. Menjelaskan mengenai ap aitu reformasi semu yang terjadi di
Cekoslovakia

7. Menjelaskan bagaimana terjadinya revolusi beludru di Cekoslovakia

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat penulisan laporan ini yaitu sebagai bahan acuan dalam


mempelajari konflik yang terjadi di luar Indonesia, khususnya di Yugoslavia dan
Cekoslovakia. Laporan ini juga dapat dijadikan sumber informasi dalam menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang sejarah dunia. Sehingga laporan ini dapat
menjadi pelajaran dan acuan kita dalam berfikir kedepannya. Diharapkan juga agar
laporan ini dapat memberikan kepuasan dan dampak positif pagi pembaca maupun
penulisnya sendiri.

1.2 PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG RUNTUHNYA YUGOSLAVIA

Pembentukan negara Yugoslavia dilakukan oleh Joseph Broz Tito,


sehingga saat negara federasi tersebut berdiri ia dijadikan pemimpin dari Yugoslavia.
Saat kepemimpinannya, perpecahan di Yugoslavia bisa diredam. Joseph melakukan
tindakan berupa membentuk sistem politik satu partai dengan sistem ekonomi
sentralistik. Tindakan tersebut didukung oleh kekuatan militer nasional, dan selama
sistem tersebut berjalan keinginan bangsa-bangsa di bawah Yugoslavia untuk merdeka
bisa ditekan. Namun saat Joseph Broz Tito berhenti memerintah karena telah
meninggal, konflik mulai bermunculan. Setiap etnik menginginkan kekuasaan sendiri
dengan cara ingin membebaskan diri dari Yugoslavia dan berdiri sebagai negara
merdeka. Perpecahan pun tidak dapat terelakkan, dimana pembantaian mulai
dilakukan terutama oleh Serbia yang memiliki dominasi kekuasaan dibandingkan
bangsa lainnya dan hal ini menjadi penyebab konflik SARA ya Serbia selalu menyerang
bangsa yang ingin merdeka dan konflik pun terjadi di Yugoslavia. Kondisi di negara
tersebut sangat memprihatinkan, karena pembantaian yang dilakukan Serbia telah
menghilangkan banyak nyawa dan termasuk contoh konflik antara agama karena telah
menyerang bangsa lain yang memiliki agama berbeda. Ada beberapa hal yang menjadi
penyebab munculnya berbagai konflik di Yugoslavia, beberapa di antaranya sebagai
berikut.

1. Pengaruh Politik di Uni Soviet

Uni Soviet yang runtuh dan terbagi dalam beberapa negara yang berdiri sendiri,
mendorong bangsa-bangsa di Yugoslavia untuk melakukan hal yang sama. Mereka
merasa memiliki ide politik sendiri sehingga akan lebih mudah mewujudkannya bila
memiliki sistem pemerintahan sendiri. Apalagi adanya
politik glasnost dan perestroika di Uni Soviet memberikan pengaruh yang besar
terhadap negara bagian Yugoslavia, karena telah menimbulkan rasa nasionalisme yang
cukup besar. Masing-masing negara bagian merasa memiliki keyakinan dan sistem
politik yang berbeda dan ingin mendirikan keyakinan tersebut di atas tanah mereka
sendiri yang merdeka dan terbebas dari pengaruh politik Yugoslavia
ng bersejarah.

2. Perbedaan Agama dan Bahasa

Yugoslavia yang terdiri beberapa bangsa memiliki beberapa keyakinan, yang


sebenarnya tidak dapat dipaksakan untuk bersatu. Tentunya peraturan dalam agama
Islam akan berbeda dengan Kristen Ortodoks, begitu pula dengan Kristen Roma
sehingga sangat tidak mungkin bila mereka menjalankan satu sistem bersama-sama.
Apalagi setiap bangsa memiliki bahasa dan huruf yang berbeda, dan hal ini seringkali
menjadi pemicu perpecahan. Jadi perpecahan yang terjadi di Yugoslavia bukan hanya
merupakan konflik antar etnis namun juga merupakan konflik antar agama.

3. Penentangan Serbia terhadap Keinginan Bangsa Lain

Serbia merasa hak-haknya dikurangi ketika bergabung dengan Yugoslavia,


sehingga mereka memperkuat diri dan ingin menguasai negara bagian dengan cara
memiliki kedudukan yang tinggi di Yugoslavia. Serbia juga menolak keinginan bangsa
lain yang ingin merdeka. Penyerangan terhadap Bosnia dianggap cukup sadis karena
dibalik tindakan tersebut, Serbia tidak ingin Bosnia yang didominasi agama Islam
berdiri sendiri. Pembantaian umat Islam sepanjang sejarah pun tidak dapat terelakkan.
Dampak konflik agama yang terjadi di Bosnia telah memicu marahnya negara-negara
Islam terutama Turki, sehingga negara tersebut mengirimkan pasukannya untuk
membantu Bosnia. Serbia sendiri lebih banyak mendapat dukungan dari negara-negara
barat.

Latar belakang Yugoslavia mulai dari pembentukan hingga terjadinya konflik dan
perpecahan memang cukup panjang. Pengendalian konflik sosial telah dilakukan dan
setelah bertahun-tahun Yugoslavia bisa didamaikan. Namun setelah negara-negara
bagian merdeka tetap saja ada konflik lainnya yang muncul sehingga peperangan dapat
terjadi dan sulit untuk dihindari.

B. TOKOH-TOKOH DALAM PERISTIWA RUNTUHNYA YUGOSLAVIA

Perang Yugoslavia tidak hanya disulut oleh satu individu saja, namun banyaknya
tokoh konflik Yugoslavia yang berperan membuat perang yang sangat keji ini akhirnya
terjadi dan membunuh banyak warga sipil yang tidak bersalah. International Criminal
Tribunal for the former Yugoslavia menyatakan kira-kira ada total 161 tersangka yang
terlibat di dalam perang Yugoslavia tersebut.

1.  Slobodan Milosevic
Slobodan Milosevic adalah presiden Serbia yang menjabat pada saat itu.
Milosevic melihat naiknya nasionalisme warga Serbia sebagai kesempatan dan
kendaraan untuk mendapatkan ambisi politiknya. Dengan dukungan dari nasionalis
Serbia dari Kosovo dan bantuan aliansi dari televisi negara Serbia, Sloboden Milosevic
menyebarkan ketakutan diantara warga Serbia minoritas yang berada di wilayah
Kroasia dan Bosnia

Televisi Serbia menunjukkan rekaman pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh


kaum fasisme Kroasia melawan warga Serbia pada saat Perang Dunia II. Ketakutan
akhirnya menyebar di komunitas warga Serbia yang berada di wilayah Kroasia dan
Bosnia, mereka khawatir akan mendapatkan nasib yang sama seperti para korban yang
telah dibantai tersebut.

Hal ini lah yang juga mendasari pondasi ideologi yang bernama “Greater Serbia”.
Negara sendiri tidak hanya melindungi Serbia saja, namun Bosnia dan Kroasia juga.
Mantan Presiden Serbia ini akhirnya dijebloskan ke dalam penjara dan meninggal di sel
tahanannya pada bulan Maret tahun 2006. Slobodan Milosevic dikenai sangsi atas
kriminalitas perang, genosida dan kriminalitas akan hak asasi manusia dan koneksinya
pada peperangan di Kroasia, Bonsia dan Kosovo.

2. Franjo Tudjman

Pemerintah Kroasia yang dipilih oleh Franjo Tudjman menginginkan agar warga
serbia yang berada di wilayah Kroasia menjadi “official minority” atau minoritas yang
sesungguhnya dengan memberikan mereka hak-hak minoritas. Franjo Tudjman
meninggal pada tahun 1999 ketika investigasi sedang berjalan.

3. Radovan Karadzic

Radovan Karadzic adalah pemimpin Bosnia-Serbia yang bersekutu


dengan Slobodan Milosevic. Dimana keinginan kedua pemimpin negara bagian ini
adalah untuk “memusnahkan warga Bosnia dan warga Kroasia di wilayah mereka
sendiri yaitu Bosnia dan Kroasia aoabila ingin meningkatkan populasi Serbia, dengan
tujuan utamanya adalah mendapatkan “Greater Serbia” . Pembantaian masa dan
pembumihangusan menjadi cara mereka untuk mendapatkan apa yang menjadi
kehendak mereka. Kebanyakan yang menjadi korban adalah warga muslim Bosnia.
Pemimpin Bosnia-Serbia ini dijatuhi hukuman penjara selama 40 tahun. The Tribunal
menyatakan Radovan Karadzic bersalah atas genosida yang berkaitan dengan
pembumihangusan Srebrenica dan hal-hal lainnya.

4. Alija Izetbegovic

Pemimpin pemerintahan Bosnia – Herzegovina yang menandatangani Dayton


Agreement bersama dua pemimpin lain yaitu Slobodan Milosevic dari Serbia dan Franjo
Tudjman dari Kroasia.
5. Ratco Mladic

Pemimpin militer Bosnia – Serbia juga menghadapi hukuman atas genosida,


kriminalitas perang dan kriminalitas akan hak asasi manusia dan hal-hal yang berkaitan
dengannya, begitu juga dengan perannya dalam pembasmian Srebrenika dan
pengepungan Sarajevo. Persidangannya dimulai pada bulan Juni 2011. Ratco Mladic
adalah mantan komandan Bosnia Serbia, dijatuhi hukuman mati seumur hidup atas
besarnya perannya dalam Perang Balkan. [AdSense-B]. Mladic adalah salah satu dari
161 individu yang dibawa oleh persidangan International Criminal Tribunal for the
former Yugoslavia, persidangan sementara dari United Nation untuk mengusut
individu-individu yang bertanggung jawab dalam kriminalitas perang yang dimulai
sejak tahun 1991.

 6. Ante Gotovina

Jenderal Kroasia Ante Gotovina diberi hukuman sangsi penjara 24 tahun dengan
alasan kriminalitas perang, kriminalitas melawan hak asasi manusia dan atas aksi-aksi
melawan populasi Serbia di Kroasia, termasuk pembunuhan dan deportasi. Banyak
yang melihat bahwa dakwaan itu disamakan dengan dakwaan yang harus diterima oleh
Franjo Tudjman. Namun pihak penuntut tidak setuju apabila Gotovina termasuk ke
dalam bagian “joint criminal conspiracy” yang mengikut sertakan Tudjman. . Ante
Gotovina ditangkap di Spanyol pada tahun 2005

7. Dusko Tadic

Dusko Tadic adalah pemimpin partai demokrasi Serbia dan seorang serdadu
polisi yang mengkomandani militer Plavi Orlovi. Dusko Tadic ditangkap di Munich
pada tahun 1994 karena koneksinya terhadap jalannya tenda-tenda penjara Omarska
dan Trnopolje di Bosnia. Dusko Tadic juga adalah kasus pertama yang ditangani oleh
ICTY (International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia. Pada tahun 1997,
Dusko Tadic diberikan sangsi 25 tahun penjara, dan akhirnya dikurangi menjadi 20
tahun. [AdSense-C]

8. Goran Hadzic

Goran adalah mantan Presiden Republik Serbia Krajina di Kroasia dari tahun
1992 sampai 1993. Dialah yang memegang peranan penting dalam operasi militer tahun
1991 dan diduga berkonspirasi dengan Zeljko Raznatovic dalam pembunuhan warga
sipil non serbia dibawah jurisdiksinya. Goran Hadzic hidup bebas 10 tahun setelah
konflik Yugoslavia terjadi, namun mulai menghilangkan jejaknya pada tahun 2004
setelah dakwaannya diketahui publik. Goran Hadzic ditangkap pada tanggal 20 Juli
2011.

 9. Zeljco Raznatovic
Zeljco Raznatovic dikenal dengan nama Arkan, ia adalah seorang pencuri bank
dan pemilik toko roti yang mengkomandani anggota militer Serbia yang terkenal keji
pada tahun 1991 sampai 1995. Zeljco Raznatovic dikenai 24 dakwaan kriminalitas
melawan kemanusiaan, namun sebelum persidangan dimulai, Zeljco Raznatovic
ditembak mati pada tahun 200 di Belgrade.

10. Radislav Krstic

Radislav Krstic adalah warga Bosnia Serbia pertama yang dinyatakan bersalah
atas genosida pada tahun 1995 yang membumi hanguskan ratusan ribu warga sipil dari
kalangan laki-laki dan anak laki-laki di Srebrenica. Radislav Krstic diberi hukuman 35
tahun penjara.

11. Momcilo Krajisnik

Momcilo Krajisnik adalah mantan pembicara majlis nasional Republik Srpska


dan mantan represntatif Serbia dari Kepresidenan Bosnia-Herzogovinian. Momcilo
Krajisnik bekerja bersama Radovan Karadzic dalam pembuatan kebijakan dan
implementasi “pembersihan etnis”. Momcilo Krajisnik ditangkap pada tahun 2000 dan
sedang berada di penjara Inggris dalam hukuman 20 tahun penjara.

12. Milan Martic

Milan Martic didakwa atas 16 tuduhan, termasuk diantaranya pembunuhan,


penyiksaan, deportasi, penyerangan terhadap warga sipil dan aksi kriminalitas lain yang
melawan kemanusiaa. Milan Martic adalah mantan pemimpin Kroasia Serbia yang
menjabat di kepolisian. Milan Martic sendiri dijatuhi hukuman selama 35 tahun di
penjara.

13. Biljana Plavsic

Biljana Plavsic adalah satu-satunya wanita yang ditangkap oleh International


Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICYT). Sebelum ditangkap, Biljana Plavsic
adalah mantan presiden kedua Republik Srpska. Pada tahun 2011, ICTY mengeluarkan
dakwaan publik kepada mantan presiden ini atas aksi kriminalitas perang, khususnya
pada saat perang Bosnia. Biljana Plavsic mengajukan banding dan dijatuhi hukuman 11
tahun penjara dimulai pada tahun 2003 di penjara Swedia.

Dari keseluruhan total 161 tersangka, terdiri dari 62 warga Serbia, 18 warga Kroasia, 5
warga Bosnia, 2 warga Montenegro, 1 warga Macedonia dan 1 warga Albania. Masih
banyak yang belum bisa disebutkan dalam artikel ini. Latar belakang
Yugoslavia didasari oleh banyak faktor, salah satunya adalah SARA. Dengan
dihukumnya tersangka-tersangka yang ikut berperan dalam perang yang keji ini, hal ini
adalah salah satu bentuk penyelesaian konflik Yugoslavia, agar tidak terjadi kembali di
masa mendatang.

C. KONFLIK DI YUGOSLAVIA

Perang Yugoslavia adalah berbagai konflik dan kekerasan yang terjadi


di Republik Federal Sosialis Yugoslavia selama tahun 1990-an hingga awal 2001.
Peperangan ini berciri konflik etnis antara suku-suku yang mendiami Republik Federal
Sosialis Yugoslavia seperti Suku Slovenia,Suku Kroasia,Suku Bosnia,Suku Serbia,Suku
Montenegro, dan Suku Albania. Perang ini berakhir dengan kekacauan
ekonomi Republik Sosialis Federal Yugoslavia yang berganti nama menjadi Republik
Federal Yugoslavia dan pada akhirnya Montenegro dan Kosovo memutuskan untuk
berpisah dari Serbia karena konflik pembantaian suku.
Sering disebut sebagai perang paling mematikan di Eropa setelah terjadinya Perang
Dunia Ke-2, perang ini berciri konflik Rasisme yang mengakibatkan
terjadinya kejahatan perang dan pembersihan etnis besar-besaran. Perang ini adalah
perang pertama setelah terjadinya Perang Dunia Ke-2 yang dianggap sebagai genosidal
dan banyak tokoh kunci perang ini yang dituduh melakukan kejahatan
perang. International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) didirikan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengusut kejahatan perang selama perang ini.
Ketegangan di Yugoslavia meningkat sejak awal tahun 1980-an. Di tengah kesulitan
ekonomi, Yugoslavia menghadapi bangkitnya nasionalisme di antara grup etnis.
1. Perang Kroasia adalah perang di Kroasia dari tahun 1991 hingga 1995. Awalnya
perang ini dimulai antara polisi Kroasia dan orang Serbia yang tinggal di Republik
Sosialis Kroasia (yang menolak pemisahan Kroasia dari Yugoslavia) dan
memproklamirkan Republik Serbia Krajina" untuk meyakinkan statusnya.
Perang Kemerdekaan Kroasia bertempur antara pasukan Kroasia yang setia kepada
pemerintah Kroasia - yang telah mengumumkan kemerdekaan dari Republik Federal
Sosialis Yugoslavia (SFRY) - dan Tentara Rakyat Yugoslavia yang dikuasai Serbia (JNA)
dan Serbia setempat pasukan, dengan JNA mengakhiri operasi tempurnya di Kroasia
pada tahun 1992. Di Kroasia, perang tersebut terutama disebut sebagai "Perang Dalam
Negeri" (tikus Domovinski) dan juga sebagai "Agresi Greater-Serbia" (Velikosrpska
agresija). Dalam bahasa Serbia, "Perang di Kroasia" (Ratapan Hrvatskoj) dan "Perang di
Krajina" (Ratapan Krajini) digunakan.
Mayoritas orang Kroasia menginginkan Kroasia meninggalkan Yugoslavia dan menjadi
negara yang berdaulat, sementara banyak etnis Serbia yang tinggal di Kroasia, yang
didukung oleh Serbia, menentang pemisahan diri dan menginginkan tanah yang
dikuasai Serbia berada dalam keadaan yang sama dengan Serbia . Sebagian besar orang
Serbia secara efektif mencari negara Serbia baru dalam federasi Yugoslavia, termasuk
wilayah Kroasia dan Bosnia dan Herzegovina dengan mayoritas etnis Serbia atau
minoritas yang signifikan, dan berusaha menaklukkan sebanyak mungkin Kroasia.
Kroasia mendeklarasikan kemerdekaan pada tanggal 25 Juni 1991, tetapi setuju untuk
menundanya dengan Perjanjian Brioni dan memutuskan semua ikatan yang tersisa
dengan Yugoslavia pada tanggal 8 Oktober 1991. JNA awalnya mencoba untuk menjaga
Kroasia di Yugoslavia dengan menduduki semua Kroasia. Setelah ini gagal, pasukan
Serbia mendirikan Republik Serbia Serbia Krajina (RSK) yang diproklamirkan di
Kroasia. Setelah gencatan senjata pada Januari 1992 dan pengakuan internasional
terhadap Republik Kroasia sebagai negara berdaulat, garis depan bercokol, Angkatan
Bersenjata PBB (UNPROFOR) ditempatkan, dan pertempuran menjadi sangat terputus-
putus. dalam tiga tahun berikutnya. Selama masa itu, RSK mencakup 13.913 kilometer
persegi (5.372 sq mi), lebih dari seperempat dari Kroasia. Pada tahun 1995, Kroasia
meluncurkan dua serangan besar yang dikenal sebagai Operasi Flash dan Operasi Badai,
yang secara efektif akan mengakhiri perang yang menguntungkannya. Otoritas Transisi
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tersisa untuk wilayah-wilayah Slavonia Timur,
Baranja dan Western Sirmium (UNTAES) diintegrasikan kembali dengan damai ke
Kroasia pada tahun 1998.
Perang berakhir dengan kemenangan Kroasia, karena telah mencapai tujuan yang telah
dia nyatakan pada awal perang: kemerdekaan dan pelestarian perbatasannya. Sekitar
21-25% ekonomi Kroasia hancur, dengan perkiraan sekitar 37 miliar dolar AS di
infrastruktur yang rusak, kehilangan output, dan biaya terkait pengungsi. Sebanyak
20.000 orang tewas dalam perang tersebut, dan pengungsi mengungsi di kedua sisinya.
Pemerintah Serbia dan Kroasia mulai bekerja sama secara progresif satu sama lain
namun ketegangan tetap ada, sebagian karena putusan oleh ICTY dan tuntutan hukum
diajukan oleh masing-masing negara terhadap yang lain. Pada tahun 2007, Pengadilan
Pidana Internasional untuk mantan Yugoslavia (ICTY) mengembalikan sebuah vonis
bersalah terhadap Milan Martić, salah satu pemimpin Serbia di Kroasia, karena telah
berkolusi dengan Slobodan Milošević dan yang lainnya untuk menciptakan "negara
Serbia yang terpadu". Antara tahun 2008 dan 2012, ICTY telah menuntut jenderal
Kroasia, Ante Gotovina, Mladen Markač dan Ivan Čermak karena diduga terlibat dalam
kejahatan yang berkaitan dengan Operasi Badai. Čermak dibebaskan langsung, dan
keyakinan Gotovina dan Markač kemudian dibatalkan oleh Panel Banding ICTY.
Mahkamah Internasional menolak klaim bersama genosida oleh Kroasia dan Serbia
pada tahun 2015. Pengadilan tersebut menegaskan kembali bahwa sampai pada suatu
taraf, kejahatan terhadap warga sipil telah terjadi, tetapi memutuskan bahwa maksud
genosida tertentu tidak ada. astern Slavonia, Baranja dan Zona Sirmium Barat
(UNTAES) dijalin kembali dengan damai ke Kroasia pada tahun 1998.

2. Perang Bosnia adalah perang antara etnis Bosnia dan Serbia yang berlangsung
pada tahun 1992 hingga 1995. Perang Bosnia berawal dari keruntuhan Yugoslavia pada
tahun 1991. Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012)
karya Wahjudi Djaja, pasca keruntuhan Yugoslavia, kehidupan politik dan ekonomi dari
negara-negara bawahannya kehilangan arah. Pada perkembangannya, negara-negara
bawahan Yugoslavia seperti Kroasia, Slovenia, Macedonia dan Bosnia
memperklomarkin diri sebagai negara merdeka. Latar belakang Proklamasi negara-
negara bagian Yugoslavia mendapat penolakan dari Serbia. Serbia berusaha untuk
mempertahankan eksistensi Yugoslavia sebagai negara kesatuan di kawasan Balkan.
Baca juga: Sejarah Krisis Crimea (2014) Keinginan Serbia tersebut pada
perkembangannya menimbulkan konflik yang berujung pada Perang Bosnia. Latar
belakang terjadinya perang Bosnia, sebagai berikut: Perbedaan etnis, budaya dan agama
antara Bosnia dan Serbia Dominasi Serbia terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan
politik terhadap masyarakat Bosnia Letak Bosnia yang strategis dalam konteks kegiatan
ekonomi dan politik Kronologi Pada 1 Maret 1992, Bosnia dan Hezergovina
memutuskan untuk menjadi negara berdaulat melalui referendum. Proklamasi Bosnia
dan Hezergovina mendapatkan pengakuan internasional dan pada 22 Mei 1992 mereka
resmi menjadi negara anggota PBB. Proklamasi Bosnia mendapatkan penolakan dari
etnis Serbia. Di bawah pimpinan Rodovan Karadzic dan Slobodan Milasevic, etnis
Serbia berupaya untuk menggagalkan pembentukan negara Bosnia. Pada pertengahan
tahun 1992, etnis Serbia mulai melancarkan serangan terhadap kota-kota besar Bosnia.
Peristiwa penyerangan ini pada perkembangannya menjadi upaya genosida terhadap
etnis muslim Bosnia. Baca juga: Invasi Teluk Babi di Kuba (1961) Puncak dari perang
Bosnia terjadi pada bulan Juli 1995. Etnis Serbia melakukan pembantaian massal
terhadap lebih dari 8.000 masyarakat sipil Islam Bosnia pada tanggal 11-22 Juli 1995.
PBB dan NATO sebagai organisasi keamanan internasional berusaha untuk
menyelesaikan Perang Bosnia. Pada bulan Agustus hingga September 1995, PBB dan
NATO melakukan serangan udara besar-besaran untuk menghentikan kekejaman etnis
Serbia. Dalam jurnal Perang Bosnia : Konflik Etnis Menuju Kemerdekaan tahun 1991-
1995 (2014) karya Sri Sumartini, perang Bosnia berakhir melalui perjanjian damai
Dayton yang diselenggarakan pada 21 November 1995. Perjanjian Dayton mengatur
pembagian wilayah Bosnia yang dibagi menjadi dua negara yaitu, Republik Srpska dan
Federasi Bosnia-Hezergovina.

D. UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK DI YUGOSLAVIA

Terjadinya konflik berkepanjangan di Yugoslavia tentu membuat dunia merasa


harus bertindak agar pertikaian yang terjadi segera berakhir. Pengendalian konflik
sosial pun dilakukan oleh banyak negara dengan membuat beberapa perundingan agar
ditemukan kesepakatan di antara negara bagian di Yugoslavia untuk berdamai.
Beberapa tindakan yang dilakukan berbagai negara di dunia untuk membantu
menyelesaikan konflik Yugoslavia antara lain sebagai berikut.

1. Seruan PBB

PBB sebagai penengah atas segala konflik yang terjadi di dunia ikut bertindak
untuk mengatasi dan meredam pertikaian yang terjadi di Yugoslavia. Agar konflik dapat
dihentikan, PBB menyerukan kepada Serbia agar mau menarik tentaranya dari Bosnia.
PBB juga menjatuhkan sanksi kepada Serbia yang bertindak sangat brutal dalam
membantai warga Bosnia. PBB mengirim utusan bernama Yasuki Akasi yang bertugas
sebagai mediator untuk mencari jalan keluar agar konflik di Yugoslavia segera berakhir.

2. Aksi Negara-negara G-7

Bukan hanya PBB yang bertindak agar Serbia mau melakukan gencatan senjata
dan berhenti menyerang Kroasia. Negara-negara G-7 pun ikut turun tangan melakukan
perundingan yang diadakan di Texas, Amerika Serikat. Mereka menyerukan dan
berusaha menekan Serbia agar menghentikan serangan militernya terhadap Kroasia
dan menyelesaikan konflik tersebut secara damai. Mereka juga mengecam keras dan
mengutuk tindakan Serbia yang menyerang dengan sadis dan brutal, dan tindakan
kejamnya dianggap sebagai tindakan biadab yang harus segera dihentikan.

3. NATO Ikut Berperan

Tidak ketinggalan, NATO pun juga ikut bergerak untuk membantu


menyelesaikan konflik Yugoslavia, dengan cara mengirim pasukan tentaranya ke
wilayah Bosnia. Mereka bertugas untuk menciptakan wilayah yang damai dan
melindungi warga Bosnia yang diserang secara keji oleh Serbia. Mereka berusaha
membentuk wilayah yang bebas dari peperangan, juga melakukan serangan udara ke
wilayah Serbia karena tidak mengikuti aturan NATO.

4. Peran Indonesia

Pada masa itu Indonesia yang berstatus sebagai ketua Gerakan Nonblok merasa
ikut bertanggung jawab untuk membantu menyelesaikan konflik di Yugoslavia. Kala itu
presiden Sueharto yang tengah memimpin Indonesia sekaligus Gerakan Nonblok
mengusulkan agar negara yang bertikai mau melakukan perundingan agar konflik bisa
diselesaikan. Beliau juga mengirimkan pasukan militer ke Yugoslavia yang terdiri dari
25 orang perwira ABRI dengan nama kontingen Garuda XIV yang dipimpin Letkol.
Infantri Edi Budianto.

5. Perundingan Dayton di Amerika Serikat

Beberapa perundingan internasional telah berlangsung selama dilakukannya


upaya penyelesaian konflik Yugoslavia, dan perundingan terakhir yang dilangsungkan
di Amerika Serikat bernama perundingan Dayton memberikan titik terang terhadap
berakhirnya konflik tersebut. Perundingan di Dayton dilaksanakan pada tanggal 1
Nopember 1995, yang diikuti oleh pihak-pihak yang bertikai dan tentunya di bawah
pengawasan Amerika Serikat dan NATO. Perwakilan yang hadir untuk mewakili Bosnia
adalah Alisa Izet Begovic, Franko Tujman mewakili Kroasia dan Slobodan Milosevic
mewakili Serbia.

Dalam perundingan Dayton akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani oleh


semua pihak di Paris pada tanggal 14 Nopember 1995. Adapun isi dari kesepakatan atau
perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.
 Bosnia-Herzegovina tetap sebagai negara tunggal secara internasional.
 Ibu kota Sarajevo tetap bersatu di bawah Federasi Muslim Bosnia-Kroasia dan
beberapa wilayah administrasi otonom kontrol Serbia-Bosnia.
 Radovan Karadzic dan Jenderal Miadic dianggap sebagai penjahat perang oleh
Mahkamah Internasional dan tidak boleh memegang jabatan.
 Pengungsi berhak kembali ke tempatnya semula.
 Pemilu akan diselenggarakan antara 6–9 bulan sesudah penandatanganan
Perjanjian Paris.

Dengan adanya perjanjian tersebut penyelesaian konflik Yugoslavia akhirnya dapat


tercapai. Setelah bertahun-tahun dilakukan upaya yang melibatkan berbagai negara di
belahan dunia dan telah melalui berbagai perjanjian yang sangat panjang, pada
akhirnya Yugoslavia bisa didamaikan dan mampu menjalankan pemerintahan
negaranya dengan stabil.

D. PERPECAHAN CEKOSLOVAKIA

Pada pertengahan dekade 1980 an, tanda-tanda keruntuhan Cekoslovakia mulai


terlihat. Beberapa faktor yang menjadi latar belakang runtuhnya Negara Cokoslovakia
antara lain : adanya sistem ekonomi yang terpusat sehingga ekonominya mengalami
kemunduran, tumbangnya rezim-rezim komunis di Eropa Timur, dan munculnya aksi
demostrasi serta pemogokan di Praha yang menekan pemerintah untuk segera
melakukan reformasi politik. Keberhasilan revolusi politik mengantarkan pimpinan
gerakan sekaligus penggiat Hak Asasi Manusia (HAM) Vaclav Havel sebagai Presiden
pada Desember 1989.  Setahun kemudian, pemilihan umum diadakan yang
melegitimasi pemerintahan Havel serta menetapkan arah untuk menangani sisa-sisa
rezim terdahulu, dimana dahulu Cekoslovakia kental dengan rezim komunis di bawah
Uni Soviet. Periode transisi dari era komunis menjadi era demokratis ini dikenal dengan
istilah :Revolusi Beludru” atau “Velvet Revolutution”.

Disamping faktor-faktor di atas, hal lainnya yang menyebabkan Negara


Cekoslovakia runtuh adalah perbedaan kondisi masyarakat dan infrastruktur Negara,
serta Slovakia dianggap hanya menjadi beban untuk anggaran Ceko. Terakhir,
tumbangnya rezim komunis yang otoriter dimana kedua Negara merasa untuk
memajukan daerahnya sendiri jika kedua Negara tersebut berpisah. Setelah Perang
Dingin berakhir, terjadi perdebatan antara anggota parlemen untuk mendukung adanya
desentralisasi. Perdebatan tersebut tercapai dengan keputusan untuk memecah wilayah
Cekoslovakia menjadi dua bagian. Pada tahun 1922 diadakanlah negosiasi yang
melibatkan Mahkamah Konstitusi Federasi dan pada 25 November 1992, Mahmakah
Konstitusi Federasi mengesahkan Undang-undang 542 yang menyatakan bahwa
Cekoslovakia terbagi menjadi dua Negara yaitu Republik Ceko dan Republik Slovakia
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perpecahan Cekoslovakia yaitu:

a. Ada perbedaan kondisi masyarakat dan infrastruktur antara kedua negara

b. Ceko menggangap Slovakia sebagai beban, sebaliknya Slovakia merasa


dianaktirikan.

c. Setelh system komunis tumbang, kedua negara sepakat akan lebih mudah
berkembang jika keduanya menjadi negara yang terpisah.

E. REFORMASI SEMU DI CEKOSLOVAKIA

Pada tahun 1968, Dubcek yang proreformasi terpilih menjadi sekretaris tertinggi
partai komunis. Ada beberapa kebijakan yang diberlakukan Dubcek. Salah satunya
adalah melonggarkan pengawasan terhadap media. Periode reformasi ini sering disebut
dengan nama "Musim Semi Praha" yang berlangsung pada tanggal 5 Januari 1968-21
Agustus 1968. Hal-hal yang dilakukan oleh Dubcek ternyata mengundang rasa tidak
suka dari Uni Soviet, karena pendukung ideologinya berkurang. Uni Soviet akhirnya
menginvasi Cekoslovakia bersama beberapa negara lainnya pada tanggal 21 Agustus
1968. Pasca invasi yang dilakukan oleh Uni Soviet, pasukan Uni Soviet masih
ditempatkan di Cekoslowakia guna mengawasi pergerakan Cekoslowakia. Dubcek yang
menjadi kepala negara tidak bebas untuk melakukan sesuatu dan akhirnya mundur
pada 1969. Kepemimpinannya digantikan oleh Gustáv Husák yang prokomunis. Di
tahun ini juga, sistem administrasi Cekoslowakia dimodifikasi menjadi sistem federal
yang terdiri menjadi dua negara federasi (bagian) yaitu Republik Sosialis Ceko dan
Republik Sosialis Slovakia.

F. REVOLUSI BELUDRU

Pada 1989, terjadi demonstrasi yang disusul tekanan dari rakyat untuk
melakukan reformasi politik. Sadar apabila dengan melawan demonstran hanya akan
memantik permasalahan yang lebih besar, pemerintah Cekoslowakia akhirnya melunak
dan mengizinkan pembentukan pemerintahan koalisi dengan kubu oposisi nonkomunis.
Terbentuknya pemerintahan koalisi kemudian diikuti dengan naiknya Václav
Havel sebagai presiden dari Cekoslowakia pada bulan Desember 1989. Periode dari
komunis ke demokratis ini kemudian dikenal dengan nama Revolusi Beludru atau
dikenal juga dengan Revolusi Velvet yang terjadi pada 17 November-29 Desember 1989.
Pada tahun 1990, Cekoslowakia menjalani pemilu multipartai untuk pertama
kalinya dan membawa Havel kembali terpilih sebagai presiden. Sistem ekonomi
terpusat a la komunis tak lagi dijalankan, dan perusahaan swasta bermunculan. Media
diberi hak seluas-luasnya dalam hal pemberitaan. Embel-embel "sosialis" dalam nama
negara dihilangkan. Wilayah negara Ceko (merah) dan Slowakia (hijau) saat ini.

Revolusi ini ternyata menimbulkan perdebatan di dalam parlemen Ceko dan


Slowakia. Hingga akhirnya pada 1 Januari 1993, kedua negara memutuskan untuk
pecah (berdiri sendiri-sendiri). Di samping Revolusi Beludru, penyebab lainnya adalah
perpecahan dalam anggota parlemen karena ada yang mendukung adanya
desentralisasi (pemusatan) dan ada yang tidak setuju. Akibat pusat pemerintahan yang
berada di Kota Praha, anggota parlemen dari wilayah Slovakia tidak setuju karena
dianggap tidak adil bagi wilayahnya.

1.3 PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi kesimpulan dari laporan diatas adalah bahwa pembubaran


Yugoslavia disebabkan oleh wafatnya Tito pada tahun 1980, kemudian kondisi
Yugoslavia menjadi berantakan. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah yang
melanda, Yugoslavia menganut kepemimpinan kolektif yang mewakili berbagai
etnis. Sepeninggal Tito, kehidupan politik dan negara seakan-akan kehilangan
arah. Negara yang kemudian dipimpin secara kolektif oleh suatu badan Presidensi
berjumlah delapan orang dan partai juga dipimpin Presidium beranggotakan 24 orang,
ternyata praktik pengambilan keputusan sering berbenturan satu sama lain, sesuai
dengan kepentingan masing-masing dan memperdalam perpecahan. Kemudian setelah
kemenangan komunis dalam Perang Dunia Kedua, Yugoslavia didirikan sebagai negara
federal yang terdiri dari enam republik, yang mana dipisahkan berdasarkan latar
belakang sejarah dan etnis, di antaranya Slovenia, Kroasia, Bosnia dan
Herzegovina, Serbia, Montenegro dan Makedonia. Terdapat pula dua provinsi otonomi
yang didirikan di Serbia, yaitu Vojvodina dan Kosovo. Setiap negara republik memiliki
cabang partai komunis dan pejabat elit, dan semua perselisihan yang ada diselesaikan di
tingkat federal. Model pemerintahan Yugoslavia beserta “jalan tengah” di antara
ekonomi terpimpin dan liberal yang dianut merupakan sebuah keberhasilan dan negara
tersebut pun mengalami masa-masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta politik
yang relatif stabil sampai dengan tahun 1980-an, di bawah kekuasaan handal presiden
seumur hidup Josip Broz Tito. Sepeninggalnya pada tahun 1980, sistem pemerintahan
federal yang melemah tidak lagi mampu menangani tantangan politik dan ekonomi
yang semakin sulit.

Adapun Keruntuhan Yugoslavia memberikan dampak yang besar bagi tatanan


kehidupan sosial, politik dan ekonomi masyarakat internasional. Yaitu :

- negara-negara baru di kawasan Eropa Timur

- Terjadinya krisis sosial di kawasan Semenanjung Balkan


- Munculnya genosida terhadap kaum muslim Bosnia oleh bangsa Serbia

- Terancamnya perdamaian dunia pasca Perang Dingin

Sedangkan latar belakang runtuhnya komunisme di Cekoslowakia pada akhir


tahun 1989 menyebabkan munculnya kembali pertentangan antara dua kelompok suku
bangsa di Cekoslowakia, suku Ceko dan suku Slowakia, yang menyebabkan pecahnya
negata ini menjadi Republik Ceko dan Slowakia. Suku bangsa Slowakia, yang jumlah
lebih sedikit (sekitar 31% dari total penduduk), menganggap Cekoslowakia didominasi
suku bangsa Ceko (yang berjumlah sekitar 62% dari total penduduk). Sementara itu
suku bangsa Ceko, yang wilayahnya lebih makmur, menganggap bahwa subsidi negara
ke daerah Slowakia yang lebih miskin memberatkan mereka. Dibanding wilayah suku
bangsa Ceko, wilayah Slovakia terletak di pegunungan Tatra, yang terjal dan kurang
cocok untuk pertanian.

Sementara itu paham nasionalisme juga muncul di kedua suku bangsa. Dalam


segi pemerintahan, politisi Ceko menginginkan negara yang tersentralisasi, dan
berpusat di Praha (yang terletak di wilayah Ceko), sementara para politisi Slowakia
menginginkan konfederasi dengan otonomi yang luas. Perbedaan politik antara kedua
bangsa semakin memuncak saat berakhirnya komunisme. Politisi Ceko yang
ekonominya lebih beragam menginginkan sistem pasar bebas. Namun polirisi Slowakia
yang wilayahnya banyak terdapat industri berat menentang sistem pasar bebas karena
takut ancaman produk impor. Antara suku Ceko dan Slowakia juga banyak
terjadi perbedaan budaya. Sebelum terbentuknya Cekoslowakia, wilayah Ceko adalah
wilayah Austria-Hungaria yang diperintah langsung kaisar Austria dari Vienna, dan
dipengaruhi budaya Jerman. Sementara wilayah Slowakia adalah wilayah dari kerajaan
Hungaria yang diperintah dari Budapest.

Setelah melalui perundingan, akhirnya para politisi memutuskan untuk membubarkan


Cekoslowakia, menjadi negara-negara Republik Ceko dan Republik Slowakia, resmi
berlaku pada 31 Desember 1992.  

B. DAFTAR PUSTAKA

Sumber internet :

 https://hukamnas.com

 https://id.wikepedia.com

 https://www.kompas.com
 https://blog.ruangguru.com

Sumber buku :

 Buku lks Sejarah Peminatan kelas XII

Anda mungkin juga menyukai