Konflik Yugoslavia merupakan konflik antar etnis di Yugoslavia, yang memiliki ciri
berbeda satu sama lain. Yugoslavia terdiri dari berbagai keturunan suku bangsa. Konflik
Yugoslavia merupakan konflik akibat diskriminasi antaretnis di Yugoslavia yang terjadi
antara 31 Maret 1991 - 12 November 2001 (10 tahun, 7 bulan, 1 minggu and 5 hari). Konflik
antaretnis ini dimulai sejak meninggalnya Joseph Broz Tito pemimpin Yugoslavia terdahulu
pada tanggal 8 Mei 1980. Akibat adanya gerakan Pan Slavia yang bertujuan untuk
membentuk negara Serbia Raya. Perang ini memberi dampak terutama kepada Bosnia dan
Kroasia.
1963 : Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama
menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Josep Broz Tito diangkat menjadi
presiden seumur hidup.
1980 : Tito meninggal, pemerintah pusat kehilangan kewibawaan, perbedaan
antaretnis mulai nampak, terutama ketika pada akhir tahun 1980an terjadi krisis
ekonomi. Setelah itu, terpilihnya Presiden Slobodan tidak dapat menanggulangi
dengan baik isu perbedaan rasial yang mencuat dan menyebabkan terjadi ketegangan.
1990 : April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah
terkaya, partai pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis
menang.
1991 : Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan
1992 : Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia -Herzegovina memilih untuk
merdeka dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia
menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan
Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian
menjadi Republik Srpska.
1995 : Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina. Perjanjian
damai tersebut ditandatangani di Paris, Perancis. Dengan pembagian wilayah di
Bosnia-Herzegovina sesuai garis daerah 3 etnis.
1999 : Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Pemberontakan orang Albania
meluas ke Macedonia, yang sebelumnya dengan tangan terbuka menerima pengungsi
Albania dari Kosovo.
2000 : Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang
pemilu.
2002 : Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat
uni yang lebih bebas.
2003 : Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga
menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah perjalanan
panjang negara Yugoslavia.
Berakhirnya Konflik Yugoslavia:
Pihak pihak yang terkait dalam Perang Bosnia akhirnya setuju untuk berdamai
pada 21 November 1995. Perundingan persetujuan perdamaian berlangsung di
Dayton, Ohio, Amerika Serikat, dan pada akhirnya disepakati oleh pemimpin
ketiga negara, yakni pemimpin Bosnia Alija Izetbegovic, pemimpin Kroasia
Franjo Tudjamn, dan pemimpin bekas Yugoslavia (Serbia) Slobodan
Milosevic.
Penandatanganan perdamaian secara resmi dilakukan di Paris, Perancis
tanggal 14 Desember 1995 yang dihadiri pimpinan dari beberapa negara
sebagai saksi. Isi perjanjian yang ditandatangani ialah:
Bosnia sebagai negara tunggal terdiri dari dua republik, yaitu Federasi
Muslim-Kroasia dan Serbia-Bosnia.
Sarajevo menjadi bagian dari Federasi Muslim-Kroasia, sehingga tentara
Serbia harus meninggalkanSarajevo.
Pemerintahan pusat Bosnia harus efektif dengan Presiden terpilih dan
parlemen.
Pemulangan pengungsi ke tempat tinggalnya.
Kebebasan di seluruh negara.
Larangan terhadap penjahat perang untuk menduduki pemerintahan.
Pihak pihak yang terkait dengan perang Bosnia akhirnya setuju untuk berdamai dan
melakukan perundingan. Akhirnya diadakan perundingan perdamaian konflik Yugoslavia.
Perundingan tersebut dilakukan di Dayton,Amerika serikat dan diikuti oleh pihak pihak yang
bertikai dibawah pengawasan NATO. Dalam perundingan tersebut,Bosnia diwakili oleh
presiden Bosnia yaitu Alija Izetbegovic,Kroasia diwakili oleh Presiden Franco Tudjman dan
Serbia diwakili oleh Presiden Slobodan Miloservic.
PBB menyerukan kepada Serbia agar menarik tentaranya dari Bosnia dan
menjatuhkan sanksi. Di samping itu, PBB mengirimkan utusan khususnya, Yasuki
Akasi, ke bekas negara Yugoslavia sebagai mediator guna mencari jalan keluar untuk
mengakhiri konflik.
Negara-Negara Kelompok G-7 dalam pertemuannya di Texas, Amerika Serikat
menyerukan penghentian aksi militer terhadap Kroasia dan mengutuk tindakan biadab
Serbia.
NATO mengirimkan tentaranya ke bekas negara Yugoslavia dengan tugas melindungi
warga Bosnia dan menciptakan wilayah damai, bebas dari peperangan. Tentara
NATO juga melakukan serangan udara ke pihak Serbia yang tidak menaati seruannya.
Indonesia, Presiden Soeharto sebagai Ketua Gerakan Nonblok menyampaikan
beberapa usulan, seperti konflik hendaknya diselesaikan melalui :
perundingan pihak-pihak yang bertikai secara langsung;
masalah di bekas Yugoslavia hendaknya dilihat secara menyeluruh dan integral;
menyelenggarakan konferensi internasional yang dihadiri pihak-pihak yang
bersengketa dan Dewan Keamanan PBB.
Indonesia juga mengirimkan pasukan perdamaian dengan mengirim 25 orang perwira
ABRI dengan nama Kontingen Garuda XIV yang tergabung dalam UNPROFOR
(United Nations Protection Forces). Kontingen Garuda XIV dipimpin oleh Letkol.
Infantri Edi Budianto.
1. Seruan PBB
PBB sebagai penengah atas segala konflik yang terjadi di dunia ikut bertindak untuk
mengatasi dan meredam pertikaian yang terjadi di Yugoslavia. Agar konflik dapat
dihentikan, PBB menyerukan kepada Serbia agar mau menarik tentaranya dari Bosnia.
PBB juga menjatuhkan sanksi kepada Serbia yang bertindak sangat brutal dalam
membantai warga Bosnia. PBB mengirim utusan bernama Yasuki Akasi yang bertugas
sebagai mediator untuk mencari jalan keluar agar konflik di Yugoslavia segera berakhir.
Bukan hanya PBB yang bertindak agar Serbia mau melakukan gencatan senjata dan
berhenti menyerang Kroasia. Negara-negara G-7 pun ikut turun tangan melakukan
perundingan yang diadakan di Texas, Amerika Serikat. Mereka menyerukan dan berusaha
menekan Serbia agar menghentikan serangan militernya terhadap Kroasia dan
menyelesaikan konflik tersebut secara damai. Mereka juga mengecam keras dan
mengutuk tindakan Serbia yang menyerang dengan sadis dan brutal, dan tindakan
kejamnya dianggap sebagai tindakan biadab yang harus segera dihentikan.
3. NATO Ikut Berperan
Tidak ketinggalan, NATO pun juga ikut bergerak untuk membantu menyelesaikan
konflik Yugoslavia, dengan cara mengirim pasukan tentaranya ke wilayah Bosnia.
Mereka bertugas untuk menciptakan wilayah yang damai dan melindungi warga Bosnia
yang diserang secara keji oleh Serbia. Mereka berusaha membentuk wilayah yang bebas
dari peperangan, juga melakukan serangan udara ke wilayah Serbia karena tidak
mengikuti aturan NATO.
4. Peran Indonesia
Pada masa itu Indonesia yang berstatus sebagai ketua Gerakan Nonblok merasa ikut
bertanggung jawab untuk membantu menyelesaikan konflik di Yugoslavia. Kala itu
presiden Sueharto yang tengah memimpin Indonesia sekaligus Gerakan Nonblok
mengusulkan agar negara yang bertikai mau melakukan perundingan agar konflik bisa
diselesaikan. Beliau juga mengirimkan pasukan militer ke Yugoslavia yang terdiri dari 25
orang perwira ABRI dengan nama kontingen Garuda XIV yang dipimpin Letkol. Infantri
Edi Budianto.
Dengan adanya perjanjian tersebut penyelesaian konflik Yugoslavia akhirnya dapat tercapai.
Setelah bertahun-tahun dilakukan upaya yang melibatkan berbagai negara di belahan dunia
dan telah melalui berbagai perjanjian yang sangat panjang, pada akhirnya Yugoslavia bisa
didamaikan dan mampu menjalankan pemerintahan negaranya dengan stabil
BAB III
PENUTUPAN
1.4Kesimpulan