Anda di halaman 1dari 16

KONFLIK ASIA TIMUR

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Pelajaran


Sejarah Peminatan

Oleh:

AMI HADAMI AZZAHRA

KELAS XII-IPS1

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (YPLP-PGRI)
PROVINSI JAWA BARAT
SMA PGRI KURNIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“Konflik Asia Timur", guna memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Peminatan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada guru mata pelajaran Sejarah
Peminatan, kedua orang tua dan teman-teman yang secara langsung maupun tidak telah
turut mendukung terselesaikannya makalah ini.
Makalah berupa hasil studi pustaka ini saya susun dengan menggunakan metode
pustaka dengan sumber berupa buku dan browsing dari internet. Saya menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi susunan maupun
isinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca oleh
karena itu kritik dan saran saya harapkan untuk kesempurnaan makalah ini lebih lanjut.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, amin.

Kersamanah, Februari 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
A. Latar Belakang Konflik di Asia Timur ............................................................. 2
B. Perilaku Amerika Serikat dalam Menegakkan Hegemoni ............................... 4
C. Peran Russia pada Konflik Kawasan Asia Timur ............................................ 7
D. Dampak Konflik Asia Timur ............................................................................ 8
E. Mengatasi Konflik Asia Timur ......................................................................... 9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam tahun 2007 ini terasa memuncaknya ketegangan di Asia Timur. Hal itu
dipicu banyak hal yang timbul karena kepentingan masing-masing negara di kawasan ini.
Mengingat pentingnya negara-negara itu di dalam percaturan internasional, maka
ketegangan yang dapat memuncak ke kondisi yang membahayakan perdamaian, tentu amat
mempengaruhi umat manusia. China, Jepang, Russia, Korea Selatan dan Utara, negara
anggota ASEAN, semua tanpa kecuali sedang mengembangkan kepentingannya masing-
masing yang mengakibatkan ketegangan itu. Sekarang Australia juga menjadi bagian Asia
Timur, sekurang-kurangnya dalam politik dan ekonomi internasional, sekalipun PM John
Howard menolak usaha pendahulunya yang ingin menjadikan bangsa Australia bagian dari
Asia Timur. Selain itu juga perilaku Amerika Serikat (AS) yang bukan negara Asia Timur
banyak berpengaruh terhadap keadaan kawasan.
Dalam globalisasi sekarang perkembangan luar kawasan juga turut berpengaruh
terhadap Asia Timur. Yang besar pengaruhnya adalah keadaan Timur Tengah di mana AS
dan sekutunya mengalami kesulitan besar di Irak dan Masalah Palestina tidak kunjung
dapat diatasi secara memuaskan semua pihak. Ditambah lagi oleh kemungkinan terjadinya
konflik bersenjata antara AS bersama Israel melawan Iran yang dituduh telah
mengembangkan senjata nuklir. Meskipun AS selalu menolak dugaan bahwa akan
menyerang Iran secara militer, dengan didukung Israel, namun di pihak lain terdapat
banyak laporan tentang adanya persiapan AS untuk menyerang.
Makalah ini membicarakan sumber-sumber ketegangan itu serta berusaha mencari
jalan bagaimana mencegah peningkatan ketegangan yang dapat menyebabkan konflik yang
membahayakan perdamaian dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Konflik di Asia Timur


Latar belakang ketegangan di kawasan Asia Timur terutama disebabkan oleh
hubungan yang kurang harmonis antara Jepang di satu pihak dan China serta kedua
Korea di pihak lain. Hubungan kurang harmonis ini merupakan sisa-sisa Perang Dunia
2 berupa emosi dan kecurigaan pihak China serta kedua Korea terhadap Jepang di
pihak lain.
China yang sebelum dan selama Perang Dunia 2 diserang dan diduduki
sebagian wilayahnya oleh Jepang, menilai bahwa Jepang tidak ikhlas mengakui segala
perbuatan kekejaman terhadap rakyat China, seperti yang terjadi dalam Peristiwa
Nanjing. Kunjungan pejabat pemerintah Jepang, termasuk perdana menterinya, ke Kuil
Yasukuni untuk menghormati arwah mereka yang gugur dalam perang, oleh China
dianggap sebagai tindakan yang mengabaikan sejarah kelam Jepang selama Perang
Dunia 2. Sebab di kuil itu juga disimpan abu para pemimpin Jepang yang telah
dihukum mati sebagai pejahat perang. Setiap kunjungan perdana menteri Jepang ke
Kuil Yasukuni pasti disambut oleh protes keras China. Juga China memrotes bahwa
buku pelajaran sejarah Jepang tidak ada yang memuat perilaku Jepang selama Perang
Dunia 2, seperti kekejaman yang diperbuat di Nanjing. Emosi yang kuat ini ditambah
besarnya kecurigaan China bahwa Jepang akan membangun kekuatan militernya
kembali dan lagi-lagi mengancam China. Perubahan yang dilakukan pemerintah Jepang
di bawah perdana menteri Shinzo Abe dengan mengesahkan berdirinya kementerian
pertahanan sebagai pengganti direktorat jenderal yang mengurus Angkatan Bela Diri,
mengundang protes China. Padahal sebetulnya hal ini hanya merupakan perubahan
nama belaka tanpa perubahan substansi. Apalagi kalau nanti Jepang meninggalkan
sebutan Angkatan Bela Diri dan kembali ke sebutan Angkatan Perang.
Korea Selatan dan Korea Utara yang sekarang masih terpisah, hakekatnya
adalah satu bangsa yang selama 35 tahun dijajah Jepang dan baru merdeka kembali
ketika Jepang kalah perang pada tahun 1945. Bangsa Korea mengalami perlakuan yang
keras dan bahkan kejam selama dijajah Jepang. Sebab itu mereka pun bersikap sama
dengan China. Setiap protes China akan diikuti protes Korea.

2
Selain itu Korea Utara mempunyai persoalan dengan AS dan mereka yang
berpihak kepadanya. Sejak adanya penghentian permusuhan dalam Perang Korea pada
tahun 1952 belum pernah ada pengakhiran perang. Tetap pasukan militer Korea Utara
berhadapan dengan pasukan AS dan Korea Selatan di garis demarkasi dengan pusatnya
di Panmunjom. Sikap AS terhadap Korea Utara tetap sangat bermusuhan, terutama
sejak presiden George W.Bush menyatakan Korea Utara sebagai bagian dari Poros
Kejahatan (Axis of Evil) bersama-sama Irak dan Iran. Kemudian Bush membatalkan
segala keputusan pendahulunya, Presiden Bill Clinton, yang mendukung usaha Korea
Selatan melakukan pendekatan dengan Sunshine-polic, yaitu satu kebijaksanaan yang
mendekati Korea Utara untuk membangun hubungan damai. Karena kemudian AS
menyerang Irak, maka Korea Utara diliputi kekhawatiran akan diserang juga. Ia
berpikir kalau satu dari Poros Kejahatan diserang, tidak mustahil yang lain juga
diserang. Maka ia mengembangkan senjata nuklir yang dinyatakan terang-terangan
untuk menimbulkan daya tangkal terhadap kemungkinan serangan. Akan tetapi itu
menimbulkan reaksi berantai yang sangat menegangkan keadaan di Asia Timur.
Sumber ketegangan yang juga serieus adalah masalah Taiwan. Ada kalangan
politik di Taiwan yang tidak mau ada integrasi dengan China dan hendak menjadikan
Taiwan negara merdeka dan berdaulat. Kalangan ini mendapat dukungan kuat dari
segolongan di AS yang tidak mau Taiwan bersatu dengan China. Maka China telah
membuat undang-undang yang mengidzinkan penggunaan kekerasan apabila Taiwan
menyatakan kemerdekaannya. Tindakan kekerasan China tidak mustahil akan dilawan
AS dan Jepang untuk membela Taiwan. Maka segala sikap dan perilaku presiden
Taiwan Chen Shuiban belakangan ini yang bernada proklamasi kemerdekaan
merupakan sumber ketegangan yang cukup serieus.
Sebaliknya Jepang curiga terhadap peningkatan kekuatan militer Korea Utara.
Keberhasilan Pyongyang menembakkan peluru kendali yang dapat mencapai Jepang
menimbulkan kekhawatiran besar dan memperkuat golongan yang hendak menjadikan
Jepang satu “negara normal” kembali. Termasuk mempunyai kekuatan pertahanan
yang ampuh untuk mengatasi ancaman Korea Utara itu. Hal ini makin menguat ketika
Korea Utara mengumumkan telah berhasil membuat senjata nuklir. Maka Jepang yang
mempunyai kemampuan mengembangkan senjata nuklir, makin terangsang untuk
menjadi negara nuklir. Kalau hal ini terjadi akan makin kuat kecurigaan China terhadap
Jepang.

3
Jepang juga curiga kepada China yang makin memperbesar kekuatan
militernya. China yang makin kaya karena kemajuan ekonominya, juga makin mampu
memperkuat pertahanannya. Anggaran pertahanan China pada tahun 2007 meningkat
dengan 17,8% menjadi sekitar US$ 44,97 milyard. Dengan begitu China menggantikan
Jepang sebagai negara dengan anggaran pertahanan nomer tiga terbesar di dunia, di
belakang AS dan Russia. Malahan AS dan Jepang menyatakan bahwa angka tersebut
bukan yang sebenarnya karena anggaran pertahanan China jauh lebih besar dari angka
itu. AS dan Jepang mengatakan bahwa China kurang transparen dan banyak yang
disembunyikan. Perdana menteri China, Wen Jiao Bao, baru saja menyatakan bahwa
China berhak menyusun kekuatan pertahanan sesuai dengan keperluannya. Sebab itu,
katanya, China akan terus meningkatkan kekuatan pertahanannya sesuai dengan
besarnya jumlah penduduknya dan luas wilayahnya serta kepentingan nasionalnya.
Antara lain China masih merasa berkewajiban untuk mengintegrasikan Taiwan ke
dalam wilayah nasional China. Sekalipun telah ditegaskan bahwa akan selalu ditempuh
jalan damai untuk integrasi itu, namun kalau Taiwan menyatakan diri merdeka tidak
mustahil China akan mengatasi itu dengan kekerasan. Meskipun begitu, kata PM Wen
Jiao Bao, anggaran pertahanan China masih jauh lebih kecil dari anggaran pertahanan
AS yang sekarang mencapai sekitar US $ 532,8 milyar.
Inilah sumber ketegangan kawasan Asia Timur. Mengingat kuatnya faktor
emosi antara China dan Korea terhadap Jepang, sebaliknya kuatnya perasaan Jepang
tidak mau disalahkan, serta berbagai perkembangan politik dunia maupun regional,
maka sukar diharapkan ketegangan ini akan mereda. Malahan lebih mungkin justru
akan menguat karena pengaruh faktor-faktor lain, khususnya peran dan perilaku AS.

B. Perilaku Amerika Serikat dalam Menegakkan Hegemoni


Meskipun AS bukan negara kawasan Asia Timur, tetapi sebagai satu-satunya
negara adikuasa dunia dalam militer-ekonomi-politik, perilakunya sangat berpengaruh
terhadap negara-negara lain. Apalagi sejak AS secara terang-terangan menegakkan
hegemoninya di atas dunia. Dalam hal ini AS melihat bahwa China makin menjadi
rintangan yang amat kuat.
Untuk memperkuat usaha itu AS memelihara Persetujuan Pertahanan dengan
Jepang dan Australia. Meskipun tidak lagi mempunyai hubungan diplomatik resmi
dengan Taiwan karena mengakui RRChina sebagai satu-satunya negara China, namun

4
dalam kenyataan hubungan AS dengan Taiwan dalam pertahanan tidak beda dengan
Persetujuan Pertahanan. Selain itu AS membentuk satu Alliansi Strategis dengan India,
negara yang sedang mengejar China menjadi kekuatan dunia yang penting.
AS memandang China, negara yang sedang bergerak maju dengan amat
dinamis, dari berbagai sudut. Buat kaum bisnis AS, China merupakan peluang bagus
untuk meluaskan usahanya dengan memanfaatkannya sebagai pasar yang besar bagi
produksinya. Buat mayoritas konsumen Amerika membanjirnya barang produksi China
yang tidak kalah kualitasnya dan rendah harganya merupakan keuntungan untuk hidup
enak secara relatif murah. Akan tetapi bagi para pemimpin AS yang merencanakan
tegaknya hegemoni, China merupakan tantangan dan bahkan mungkin ancaman yang
tidak sederhana. Meskipun demikian juga memberi manfaat karena dengan menjadi
ancaman, China dapat dijadikan alasan bagi perencana di Pentagon untuk menyusun
anggaran pertahanan yang tetap besar dan dapat disetujui Kongres.
Kemajuan ekonomi China telah diprediksi akan menyusul dan melampaui AS
paling lambat dalam pertengahan abad ke 21 ini. Hal ini menimbulkan banyak pusing
kepala bagi pimpinan AS. Sebab ekonomi yang makin maju berarti juga kemampuan
yang makin meningkat untuk meluaskan pengaruh politik di seluruh dunia. Hal ini
dihubungkan dengan kebutuhan China akan energi minyak yang makin meningkat
sehingga harus mengamankannya dari seluruh bagian dunia. Ini semua merupakan
tantangan berat bagi AS yang juga berkepentingan untuk mengamankan suplai
minyaknya dari seluruh dunia. Keberhasilan China mendekati negara-negara Amerika
Latin sangat merisaukan AS. Sepanjang sejarah AS selalu melihat Amerika Latin
sebagai bagiannya (American backyard) yang tak boleh diusik pihak lain. Antara lain
Monroe Doctrine yang ditetapkan pada 23 November 1823 menegaskan hak dan
kewajiban AS dalam pengamanan Belahan Bumi Barat dan menolak masuknya
kekuasaan Eropa dan tentu sekarang juga kekuasaan lain. Maka pasti meluasnya
pengaruh China ke kawasan itu sangat memprihatinkan AS. Demikian pula meluasnya
pengaruh China ke Afrika, termasuk ke negara-negara yang kurang dekat dengan AS
seperti Sudan dan Libya.
Juga kemajuan ekonomi China memungkinkannya memperkuat dan
memodernisasi kekuatan militernya. AS tidak hanya risau terhadap kemampuan China
untuk merebut Taiwan secara militer, melainkan khawatir terhadap peran militer China
pada umumnya. Keberhasilan China mengembangkan roket anti-satelit yang pada

5
bulan Januari 2007 sanggup menembak jatuh satelit, dinilai AS sangat serieus. Sebab
AS dalam berbagai aspek sangat tergantung pada satelit-satelitnya yang telah
diorbitkan, baik untuk kepentingan intelijen, operasi militer maupun ekonomi.
Pada bulan Maret 2007 secara terang-terangan duta besar AS di Jepang
mendesak Jepang agar meningkatkan kemampuan militernya. Ia mengatakan bahwa
anggaran pertahanan Jepang yang di bawah 1% PBN-nya sangat kurang dibandingkan
dengan AS yang membelanjakan 4% PBN-nya untuk pertahanan. Jelas sekali bahwa
anjuran ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menghadapi China yang makin
kuat. Terbentuknya Persetujuan Pertahanan antara Jepang dan Australia baru-baru ini
pasti juga merupakan usaha AS untuk memperkuat posisinya terhadap China.
Dibentuknya Alliansi Strategis dengan India menunjukkan bahwa AS bermaksud
mengepung China (containment policy) seperti yang dilakukan dalam Perang Dingin
yang lalu.
AS sangat risau terhadap hubungan China yang cukup erat dengan Iran untuk
memperoleh suplai minyak yang teratur. Sebab AS menuduh Iran sedang
mengembangkan senjata nuklir dan berhasil membawa PBB meletakkan sanksi atas
Iran yang tidak mau tunduk kepada kehendak AS. Akan tetapi buat AS sanksi ini
terlalu ringan karena sanksi yang tegas ditentang China dan Russia Demikian pula
gerak China mendekati negara-negara Asia Tengah yang juga penghasil minyak sangat
merugikan AS yang tidak saja memerlukan suplai minyak dari negara-negara itu, tetapi
juga ingin mempunyai posisi kuat di wilayah yang amat penting artinya dari sudut
geostrategi.
Sebab AS masih tetap pada tujuannya untuk mengamankan Timur Tengah bagi
kepentingannya maupun kepentingan Israel sebagai sekutunya yang amat dekat.
Kegagalannya di Irak nampaknya sukar diatasi dalam waktu singkat. Kalau hal ini
ditambah lagi dengan kegagalan membuat Iran mengikuti kehendak AS, maka hal itu
akan sangat mempengaruhi posisi dan pengaruh politik AS di seluruh dunia. Tujuan
mencapai hegemoni akan makin jauh.
Maka dapat diperkirakan bahwa AS akan terus menggunakan berbagai
kemampuannya untuk mewujudkan tujuan mencapai hegemoni. Hal itu juga
menyangkut usaha menghambat kemajuan China. Apakah yang diperbuat AS terhadap
Korea Utara akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan. Juga sikapnya
untuk membela Taiwan terhadap usaha unifikasi China. Hal ini menambah ketegangan
di Asia Timur yang sudah tinggi keadaannya.

6
C. Peran Russia pada Konflik Kawasan Asia Timur
Tidak boleh dilupakan bahwa Russia, selain merupakan negara Eropa, termasuk
negara Asia Timur dengan wilayah yang cukup luas di kawasan ini. Meskipun Russia
bukan satu negara adikuasa seperti Uni Soviet dulu, namun kekuatan dan potensinya
cukup besar dan tak boleh diabaikan. Apalagi belakangan ini melalui berbagai
pernyataan presiden Putin, Russia nampak usahanya untuk kembali menjadi kekuatan
utama dunia.
Meskipun setelah bubarnya Uni Soviet terjadi pengurangan kekuatan yang
mencolok, namun langkah demi langkah Russia makin memperkuat diri. Dalam bidang
militer ia tetap masih kedua terkuat di dunia setelah AS. Dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi Russia termasuk negara maju, terutama teknologi
militernya. Dan dalam potensi kekayaan alam, khususnya minyak dan gas bumi, Russia
adalah nomer wahid.
Kalau Russia dapat membangun industri dan ekonomi yang lebih efisien, maka
dengan landasan ilmu pengetahuan dan teknologinya serta besarnya potensi yang
dimiliki, tidak mustahil Russia dapat menjadi negara industri besar di dunia.
Sebab itu peran Russia di Asia Timur dapat sangat berpengaruh. Baik China
maupun Jepang sangat berkepentingan dengan minyak dan gas bumi Russia. China
juga memerlukan teknologi militer Russia sebelum mampu menjadikan dirinya
kekuatan teknologi yang setingkat. Sebaliknya China mempunyai kemampuan dana
yang diperlukan Russia untuk mengembangkan dirinya.
Sedangkan Jepang tidak seluas itu kepentingannya terhadap Russia. Dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi Jepang jelas setingkat atau bahkan mengungguli Russia.
Dan secara psikologi Jepang tidak dekat dengan Russia. Sejak Perang Jepang-Russia
tahun 1904 tidak pernah ada kedekatan Jepang dengan Russia maupun Uni Soviet.
Setelah Perang Dunia 2 selesai Jepang mempunyai masalah territorial dengan Russia
menyangkut kepulauan Kuril yang tidak kunjung selesai. Ditambah lagi bahwa setelah
tahun 1945 Jepang menjadi dekat dengan AS dan menjadi sekutunya yang utama di
Asia selama Perang Dingin. Maka sukar diperkirakan bahwa Russia akan lebih dekat
kepada Jepang dari pada ke China.
Maka kalau China pandai menjalankan diplomasinya, tidak mustahil Russia
dapat menjadi lebih dekat kepadanya. Hal itu sangat penting bagi China dalam
menghadapi AS dan sekutunya yang berusaha meng-contain China. Mungkin dari

7
pihak Russia lebih memilih posisi yang memungkinkannya mengembangkan posisi
independen dan diperhitungkan di dunia. Sebab itu ia tidak mau dilibatkan dalam
persaingan antara China dan Jepang, melainkan hendak memperoleh manfaat maksimal
dari perannya menghadapi kedua pihak yang bersaing itu. Namun hal itu tidak lepas
dari hubungan Russia dengan AS dalam percaturan dunia.

D. Dampak Konflik Asia Timur


Sebagai bagian Asia Timur ASEAN mendapat dampak negatif dari ketegangan
yang memuncak ini. Dampak pertama adalah kemungkinan timbulnya perbedaan
kepentingan antara negara-negara ASEAN. Hal ini sangat dipengaruhi usaha AS untuk
membentuk posisi kuat di Asia Tenggara yang letaknya amat strategis. Ditambah lagi
bahwa AS maupun Jepang tidak mau melihat Asia Tenggara berpihak kepada China
atas usaha kaum keturunan China yang besar jumlahnya di semua negara ASEAN.
Di satu pihak adalah negara-negara yang secara tradisional dekat dengan AS,
yaitu mantan anggota SEATO seperti Thailand dan Filipina. Sekalipun bukan mantan
anggota SEATO, tetapi Singapore selalu dekat dengan AS. Maka sekalipun di negara-
negara itu banyak penduduk keturunan China yang juga membenci Jepang, tetapi
karena negara atau pemerintahnya dekat kepada AS mereka menjadi dekat kepada AS
dan Jepang.
Di pihak lain ada negara-negara yang dekat kepada China, seperti Myanmar,
Kambodia dan Laos. Dan ada pihak ketiga yang tidak memusuhi AS tetapi juga tidak
dekat karena hal tertentu, seperti Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam dan
Vietnam. Indonesia sejak dulu selalu tegas memegang politik luar negeri bebas-aktif
dan dengan penduduk Muslim yang banyak sukar berpihak kepada AS atau China.
Malaysia yang juga berpenduduk Muslim banyak hampir serupa sikapnya, demikian
pula Brunai Darussalam. Sedangkan Vietnam, sekalipun dulu berperang dengan AS
tetapi juga kurang dekat kepada China. Maka Vietnam pun tidak akan berpihak kepada
China atau AS-Jepang.
Perbedaan kepentingan itu dapat berdampak pada kekompakan ASEAN dalam
menghadapi perkembangan dunia, baik politik, ekonomi maupun keamanan. Kalau hal
itu terjadi maka sukar ASEAN masih dapat berfungsi produktif, karena mungkin sekali
para anggotanya akan sangat mengurangi perhatian dan usahanya untuk ASEAN.
Bahkan kalau ketegangan Asia Timur memuncak, tidak mustahil terjadi pula
ketegangan antara anggota ASEAN sendiri.

8
E. Mengatasi Konflik Asia Timur
Sebenarnya semua pihak berkepentingan meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya. Untuk itu semua negara ingin agar keadaan internasional tetap dalam status
damai. Sebab itu seharusnya mereka juga tidak berkepentingan berlanjutnya
ketegangan yang dapat menjurus ke konflik antar negara.
Perdana Menteri Wen Jiaobao sudah menyatakan secara tegas bahwa China
tidak akan mengganggu negara lain. Juga akan berusaha melerai ketegangan dengan
Jepang dengan berkunjung ke negara itu dalam tahun ini. Sebaliknya juga dari pihak
Jepang perdana menteri Shenzo Abe berusaha mencairkan hubungannya dengan China.
Kedua pihak nampak menyadari bahwa berlanjutnya ketegangan merugikan mereka.
Namun untuk menjadikan hubungan antara Jepang dan China normal, perlu ada
usaha kedua pihak untuk makin menghilangkan faktor emosi yang selalu membuka
kembali luka. Jepang harus mencari jalan untuk dapat menghargai prajuritnya yang
telah berkorban di medan Perang Dunia 2 tanpa dituduh menghidupkan kembali
militerisme oleh bangsa-bangsa yang telah menjadi korban pendudukan Jepang di masa
lalu.
Jalan yang dapat ditempuh adalah memindahkan abu dari pemimpin Jepang
yang dihukum mati setelah Perang Dunia 2 dari Kuil Yasukuni ke tempat lain. Dengan
begitu rakyat dan pejabat pemerintah Jepang dapat melakukan penghormatan kepada
arwah prajuritnya di Kuil Yasukuni tanpa ada alasan dituduh menjunjung kembali
militerisme. Selain itu Jepang perlu mengubah sikap dalam melihat masa lampau.
Mengakui kesalahan dalam perbuatan bukan sesuatu yang menjadikan Jepang rendah
harkatnya, justru sebaliknya. Sebab itu Jepang harus melakukan perubahan dalam
pendidikan sejarah sehingga bangsanya disadarkan akan tindakan dan perbuatan salah
yang telah diperbuatnya dalam Perang Dunia 2. Dengan begitu hal serupa tidak akan
dilakukan lagi di masa depan.
Di pihak China dan bangsa-bangsa lain harus ada kesediaan bahwa
menghormati arwah prajurit yang telah gugur di medan perang untuk membela bangsa
adalah hal yang wajar dan terjadi pada semua bangsa, termasuk bangsa China. Juga
perlu China dan bangsa lain menyadari bahwa perubahan sebutan Angkatan Bela Diri
di Jepang menjadi Angkatan Perang yang dikelola oleh satu kementerian pertahanan
tidak menjadikan Jepang beralih ke sikap militerisme. Semua negara yang penting
mempunyai angkatan perang yang dikelola kementerian pertahanan dan itu sama sekali

9
tidak menunjukkan negara itu militeristis. Malahan di Jepang berlaku sistem politik
demokrasi yang dikendalikan oleh rakyat seluruhnya melalui partai-partai politik. Hal
ini tentu menjauhi militerisme. Bahwa Jepang setelah lebih dari 60 tahun hendak
kembali menjadi “negara normal” dan meninggalkan sisa-sisa Perang Dunia 2 adalah
hal yang normal. Bangsa China dan bangsa-bangsa lain di Asia harus dapat menerima
itu secara wajar.
Yang juga perlu dihilangkan sebagai sumber ketegangan adalah sikap Korea
Utara terhadap AS dan Jepang. Korea Utara mengatakan bahwa akan menghentikan
pembuatan senjata nuklir kalau AS membuka hubungan diplomatik disertai janji tidak
akan menyerang Korea Utara. Persoalannya ada di AS, khususnya mereka yang terus
saja curiga terhadap semua pihak yang tidak memihak kepadanya. Selama AS tidak
mau atau tidak mampu mengubah sikap itu sehingga tetap melihat semuanya yang
tidak berpihak kepadanya sebagai ancaman atas keamanannya dan kepentingan
nasionalnya, sukar diharapkan AS mau membuka hubungan diplomatik dengan Korea
Utara dan memberikan janji tidak akan menyerangnya. Bersamaan dengan itu juga
Jepang yang sukar melepaskan diri dari ikatan pertahanan dengan AS akan terus
bersikap curiga kepada Korea Utara. Jadi jelas persoalan harus dipecahkan di dan oleh
AS, kemudian dilanjutkan dengan perubahan sikap Korea Utara yang benar-benar
damai dan bersahabat terhadap semua pihak. Kemudian diusahakan unifikasi kembali
Korea menjadi satu bangsa sehingga sisa-sisa Perang Dingin dan Perang Dunia 2
benar-benar habis.
Soal lain yang penting adalah masalah Taiwan. China sudah menyatakan bahwa
penyelesaian integrasi Taiwan dilakukan secara damai. Hal itu tidak mungkin
dipertahankan kalau Taiwan memproklamasikan kemerdekaannya sebagai negara dan
bangsa yang berdaulat. Dalam hal demikian tidak mustahil bahwa China menggunakan
kekuatan senjata untuk mengakhiri persoalannya. Kalau itu terjadi tidak mustahil AS
membela Taiwan dan bersama AS juga mungkin Jepang.
Karena itu kuncinya ada pada Taiwan untuk tidak memproklamasikan
kemerdekaan dan para pendukungnya di AS yang tidak mau Taiwan menjadi bagian
dari China berhenti mendukung kalangan yang mau Taiwan merdeka. Sebaliknya
rakyat Taiwan yang selama bertahun-tahun hidup aman sejahtera dalam kondisi politik
yang relatif stabil harus mendapat jaminan China bahwa integrasi Taiwan tidak
mengubah dan mengurangi kehidupan yang sudah tercapai. Kalau syarat-syarat itu

10
diepenuhi maka Taiwan dapat berakhir sebagai sumber ketegangan yang berbahaya.
Namun itu semua menuntut semua pihak agar bersedia hidup harmonis satu sama lain
dan bersama-sama meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa. Hal itu sukar dicapai
selama ada golongan yang menghendaki bangsanya menegakkan hegemoni atas bangsa
lain dengan alasan apapun. Nampaknya umat manusia masih harus meningkatkan
kesadaran sosialnya (social conscience of Man) sehingga kemajuan yang dinamis dan
pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi diimbangi dengan sikap hidup atas dasar
Moralitas luhur. Ini tantangan bagi seluruh umat manusia, khususnya bangsa-bangsa
yang telah maju dan cenderung berpikir bahwa dialah Manusia Kelas Satu, sedangkan
yang belum maju dinilai sebagai Manusia Kelas Rendah yang boleh saja diperbudak.

11
BAB III
PENUTUP

Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal
hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik
Rakyat China dengan jumlah peduduk terbesar di dunia dan perkembangan ekonomi yang
pesat, lalu Jepang dengan keunggulan teknologinya, Korea Utara dengan kekuatan
nuklirnya, serta Taiwan dengan ketegasan untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara
bebas. Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan
Asia Timur, ternyata kawasan ini memiliki tingkat kerawanan dalam hubungannya satu
sama lain, yang berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan
sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea. Ancaman terhadap
keamanan nasional masing-masing negara menimbulkan ketegangan dan kecurigaan
sehingga memicu peningkatan kapabilitas militer. Keamanan nasional secara sederhana
dapat dimengerti.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://fitry-santay.blogspot.com/2015/05/malakah-realm-asia-timur.html
https://guruakuntansi.co.id/perang-asia-timur-raya/
https://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=602

13

Anda mungkin juga menyukai