Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA


TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

Disusun oleh:

RAHEL ALASLAN

MATA PELAJARAN : SOSIOLOGI

SMA KRISTEN SAUMLAKI


TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kepada
kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Perubahan Sosial Dan Perubahan
Hubungan Antarindividu Dan Antarkelompok dengan baik.

Makalah Perubahan Sosial Dan Perubahan Hubungan Antarindividu Dan Antarkelompok ini
telah saya susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan segenap hati saya
meminta maaf dan saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Perubahan Sosial Dan Perubahan
Hubungan Antarindividu Dan Antarkelompok ini dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman terhadap pembaca, semoga bermanfaat terima kasih.

Saumlaki, 15 September 2023

RAHEL ALASLAN

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar isi ii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan 1

BAB II : PEMBAHASAN 2

A. Macam-macam Perubahan Sosial Dan Perubahan Hubungan Antarindividu Dan


Antarkelompok 2
1. Penyesuaian Atau Adaptasi 3
2. Proses Perubahan Sosial 3
B. Penyebab Perubahan Sosial Dan Dampaknya Terhadap Kesenjangan Sosial
Di Masyarakat 5

BAB III : PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mungkin kamu mudah beradaptasi dengan lingkungan tanpa merasa kesulitan. Namun ada pula
orang yang sulit beradaptasi dengan perubahan sosial sehingga tidak merasa nyaman berada pada
suatu lingkungan yang mungkin menurut mereka berbeda dan sudah sangat berubah. Lantas
mengapa ada yang namanya perubahan sosial ?

Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai perubahan sosial yang perlu kalian ketahui agar bisa
memahami dan menghargai suatu proses dan menjadi pribadi yang terus berkembang dalam
menghadapi zaman.

Apa itu perubahan sosial, Perubahan sosial adalah bentuk peralihan yang merubah tata
kehidupan masyarakat yang berlangsung terus menerus karena sifat sosial yang dinamis dan bisa
terus berubah.

Karena pada hakikatnya manusia tidak bisa berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa yang
artinya mereka akan selalu mengalami perubahan. Baik itu perubahan yang cepat atau lambat,
maupun perubahan yang kecil atau besar.

Masyarakat memiliki peran penting terhadap terjadinya perubahan sosial pada jangka waktu
tertentu. Masyarakat inilah yang kemudian akan menghadapi faktor-faktor terjadi perubahan
hingga mengalami perubahan sosial itu sendiri.

Setiap insan manusia memiliki sifat dasar yang selalu tidak puas, jadi wajar jika manusia terus
berkembang dan melakukan banyak perubahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah Macam-macam Perubahan Sosial Dan Perubahan Hubungan Antarindividu Dan
Antarkelompok ?
2. Apa sajakah Dampak Perubahan Sosial Terhadap Kesenjangan Sosial Di Masyarakat ?

C. Tujuan

1. Memahami Mendeskripsikan Perubahan Sosial Dan Perubahan Hubungan Antarindividu Dan


Antarkelompok
2. Memahami Dampak Perubahan Sosial Terhadap Kesenjangan Sosial Di Masyarakat
3. Menganalisis dan mengobservasi Dampak Perubahan Sosial Terhadap Kesenjangan Sosial
Di Masyarakat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Perubahan Sosial Dan Perubahan Hubungan Antarindividu Dan


Antarkelompok

Dalam kehidupan masyarakat, perubahan sosial menggambarkan proses perkembangan suatu


masyarakat. Perubahan sosial pada masyarakat ini dapat berupa perubahan yang mengarah pada
kemajuan ataupun kemunduran. Perubahan sosial dapat terjadi karena suatu sebab yang bersifat
alamiah dan suatu sebab yang direncanakan. Perubahan yang bersifat alamiah bersumber dan
dalam masyarakat itu sendiri (intern), sedangkan perubahan sosial yang direncanakan
merupakan perubahan yang terjadi karena adanya suatu program yang direncanakan dalam
bentuk intervensi dari dalam maupun dan luar masyarakat.

Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berakibat perubahan di berbagai sektor kehidupan.
Ini berarti perubahan sosial selalu menjalar ke berbagai bidang yang lain. Gejala perubahan itu
dapat kita amati di berbagai aspek kehidupan kita, misalnya perubahan di bidang teknologi
memengaruhi perubahan pola hubungan sosial di masyarakat. Contoh perubahan di bidang
telekomunikasi, yaitu penemuan pesawat telepon genggam, sehingga orang dapat
menyampaikan pesan dengan cara mudah, baik melalui pesan singkat, atau melalui panggilan
suara maupun panggilan video yang dapat menghemat biaya tranportasi apabila ingin
berkomunikasi. Hal tersebut dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung dengan pihak
lain.

Demikian juga perubahan yang terjadi di bidang elektronika yang membawa pengaruh besar
pada sistem pengambilan uang di bank. Sebelumnya, ketika hendak mengambil uang di bank,
seorang nasabah harus berulang kali datang ke bank dan bertemu dengan petugas teller bank.
Namun kini, fungsi dan peran teller bank mulai tergantikan oleh mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Mereka tdak harus mengantre atau mengisi formulir lagi di bank, tetapi mereka hanya
mengambil uang melalui ATM yang dapat melayani mereka selama 24 jam. Bahkan untuk
melakukan pembayaran atau pengiriman uang, kini nasabah tidak perlu pergi lagi ke ATM
tetapi dapat menggunakan e-banking atau menggunakan internet.

Hal ini menunjukkan perkembangan teknologi menyebabkan berkurangnya frekuensi individu


untuk saling bertatap muka. Perkembangan teknologi telah menggeser fungsi tatap muka dalam
berinteraksi. Dalam berkomunikasi, mereka tidak harus bertatap muka, melainkan dapat
berkomunikasi dengan individu yang berada di tempat yang jauh menggunakan perantara.
Perantara ini dapat berupa menggunakan telpon genggam atau perantara serba daring (online)
lainnya, seperti menggunakan surat daring (e-mail), whatsapp, line, facebook, twitter, skype,
serta media online lainnya. Dibalik kemudahan yang didapat dari kemajuan teknologi tersebut,
hubungan antarindividu dan antarkelompok yang sebelumnya relatif erat dan informal menjadi
kian pudar. Meskipun demikian, perubahan dalam interaksi ini menjadi tidak sekaku pada masa
lalu ketika harus berinteraksi secara tatap muka.

Apabila kita kaji dari uraian tersebut, adanya perubahan sosial memengaruhi perubahan
hubungan antarindividu dan antarkelompok yang terdapat dalam masyarakat.

Menurut Robert Maciver, perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial (social/
relationship) atau sebagai perubahan keseimbangan hubungan sosial. Adapun menurut George
Ritzer, perubahan sosial mengacu pada variasi-variasi hubungan antarindividu, kelompok,
organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.

Apabila kita membahas individu atau kelompok yang berhubungan dengan perubahan sosial,
asumsinya bahwa individu atau kelompok merupakan subjek sekaligus objek dari perubahan itu
sendiri. Individu atau kelompok merupakan pelaku perubahan sosial. Sementara itu, individu
atau kelompok yang sebagai objek berarti merekalah yang menerima pengaruh perubahan sosial
baik positif maupun negatif. Apabila individu dijadikan sebagai pelaku atau agen perubahan,
diharapkan dapat memengaruhi kelompok atau tatanan sosial. Asumsi individu dapat
memengaruhi kelompok, artinya individu yang diubah, tidak hanya untuk menguntungkan diri
sendiri, tetapi untuk tujuan yang lebih besar. Contohnya untuk keuntungan kelompok atau yang
2
dapat bermanfaat untuk masyarakat. Dengan demikian, individu yang dijadikan sebagai pelaku
perubahan diharapkan mampu mengubah kelompoknya secara perlahan. Oleh karena itu,
dibutuhkan individu yang dapat memengaruhi kelompok, karena orang yang memiliki
kedudukan tinggi pun belum tentu dapat memengaruhi anggotanya.

Meskipun terjadi perubahan sosial, individu dan kelompok dalam masyarakat umumnya tetap
mengharapkan adanya kestabilan atau keseimbangan dan harmonisasi dalam kehidupan
masyarakat. Perilaku individu dan kelompok dalam masyarakat sebagai dampak perubahan
sosial ditunjukan dengan sifat-sifat sebagai berikut:

1. Penyesuaian Atau Adaptasi

Ketika terjadi perubahan sosial maka akan ada sikap-sikap dan perilaku dari masyarakat
yang terkena perubahan tersebut baik dengan sengaja menyesuaikan, menerima, menyaring
maupun menolaknya. Terdapat dua kecenderungan perilaku masyarakat sebagai akibat
adanya perubahan sosial budaya, sebagai berikut:

a. Adjustmen ( penyesuaian)

Penyesuaian merupakan sikap masyarakat yang cenderung mengadaptasikan diri di


mana ketika terjadi tidak keseimbangan dalam masyarakat dapat dipulihkan kembali
setelah terjadi suatu perubahan. Karakteristik masyarakat seperti ini merupakan
karakter masyarakat yang lentur atau tidak kaku, sehingga dengan mudah dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan mengingat adanya dua sisi yaitu positif
dan negatif tergantung bagaimana masyarkat mengambil sisi positif untuk
kemaslahatan hidupnya.

Penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan sosial juga dapat dibedakan menjadi dua
sebagai berikut:

1. Penyesuaian individu
Penyesuaian ini bersifat individual sebagai reaksi seseorang terhadap perubahan
sosial. Penyesuaian ini menunjuk kepada upaya-upaya perorangan untuk
menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah
atau diganti agar terhindar dari disorganisasi psikologis. Misalnya perubahan
dalam bidang pemerintahan dan administrasi yang menuju ke arah demokrasi,
dengan adanya perubahan tersebut individu berusaha untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal hidup dalam suasana yang demokratis.
Apabila tidak memiliki bekal pendidikan dan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan maka individu tersebut akan menjadi budak dari perubahan.

2. Penyesuaian lembaga-lembaga kemasyarakatan


Dalam situasi dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang ada dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan
kebudayaan. Penyesuaian demikian dinamakan sebagai penyesuaian lembaga.

b. Maladjusment

Maladjusment merupakan kebalikan dari adjustmen di mana masyarakat tidak


menyesuaikan diri dengan perubahan yang perubahan yang memungkinkan
terjadinya anomie. Kemampuan serta ketidakmampuan masyarakat dalam
menyesuaikan diri, adakalanya diakibatkan oleh adanya pertentangan antara unsur baru
dengan unsur lama, dan secara bersamaan memengaruhi norma-norma dan nilai-nilai
yang kemudian berpengaruh pula terhadap warga masyarakat.

2. Proses Perubahan Sosial

Difusi

Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur sosial budaya dari seorang individu kepada
individu dalam suatu masyarakat atau antara suatu masyarakat dengan masyarakat bahkan
bisa juga dari satu kebudayaan lainnya. Proses penyebaran unsur-unsur sosial budaya ke
dalam suatu masyarakat dapat berlangsug dengan beberapa cara sebagai berikut;
3
a. Perembesan damai ( penetration pasifique)
Masuknya unsur-unsur sosial budaya asing ke dalam suatu masyarakat secara luwes atau
damai. Contohnya unsur sosial budaya Budha, Hindu dan Islam ke Indonesia.

b. Perembesan paksa melalui kekerasan ( penetration violente)


Masuknya unsur sosial budaya asing ke dalam suatu masyarakat secara paksa melalui
kekerasan. Contoh masuknya unsur-unsur sosial budaya aarat bersamaan dengan
masuknya penjajahan ke Indonesia

c. Simbiotik
Masuknya suatu masyarakat luar ke dalam suatu masyarakat setempat memiliki dampak
sebagai berikut;

1) Simbiotik mutualistik artinya saling menguntungkan.


contoh masuknya orang-orang Tiongkok, India, dan Arab melalui perdagangan dan
penyebaran agama.

2) Simbiotik parasitistik artinya masyarakat pendatang merugikan masyarakat setempat,


contoh kedatangan Kolonialisme Barat ke Indonesia.

Akulturasi

Merupakan proses sosial budaya yang terbentuk dari dua kelompok masyarakat yang
memiliki kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur sosial budaya luar, saling
berbaur sedemikian tanpa menghilangkan ciri khas dari masing-masing kebudayaan yang
bersangkutan. Contoh kebudayaan masyarakat Jawa yang membaur dengan kebudayaan
Hindu dan Islam.

Asimilasi

Merupakan proses sosial budaya yang terbentuk dari dua kelompok masyarakat yang berbeda
latar belakang kebudayaannya. Mereka saling berinteraksi sedemikian rupa dalam waktu
yang relatif lama, sehingga menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dengan
kebudayaan asalnya

Dalam kenyataan sosial proses asimilasi akan sulit terjadi karena memerlukan berbagai
kondisi dan situasi dari masyarakat dan berasimilasi tersebut sebagai berikut;

1. Sifat terbuka, saling menghormati, saling toleransi, serta menghilangkan sifat saling curiga

2. Saling membuka kesempatan yang setara dalam setiap akses kehidupan

3. Memiliki tatanan dan tujuan hidup bersama

Realitas sosial dalam bentuk asimilasi mungkin hanya terjadi dalam kasus-kasus tertentu,
seperti dalam perkawinan campuran (amalgamasi) dalam prestasi-prestasi di bidang
keolahragaan, kesenian dan lain-lain.

Akomodasi

Merupakan proses peredaran ketegangan dalam penyesuaian suatu konflik atau perselisihan.
Akomodatif adalah suatu keadaan tenang di mana pihak-pihak yang berkonflik mengadakan
upaya-upaya penyesuaian dan peredaran ketegangan. Misalnya peredaran ketegangan antara
buruh dan majikan setelah adanya kesepakatan mengenai standar upah minimum reginal
(UMR). Proses akomodasi dapat dilaksanakan melalui beberapa cara seperti konsiliasi,
arbitrase, mediasi, kompromi dan adjudikasi.

4
B. Penyebab Perubahan Sosial Dan Dampaknya Terhadap Kesenjangan Sosial Di
Masyarakat

Perubahan itu mempunyai faktor pendorong dan penghambat dalam masyarakat, bagaimanakah
dampak dari perubahan sosial tersebut ?

Masyarakat merupakan suatu organisasi yang terdiri atas unsur-unsur yang merupakan satu
kesatuan yang disebut sebagai sistem. Apabila dalam suatu sistem salah satu unsurnya tidak
berfungsi dengan baik, maka keseimbangan sistem akan terganggu secara keseluruhan.
Ketidakseimbangan dan ketidakserasian unsur dalam masyarakat akan mengakibatkan
timbulnya disorganisasi sosial yang lama-kelamaan berubah menjadi disintegrasi sosial.
Soerjono Soekanto mengatakan bahwa disorganisasi dan disintegrasi sosial adalah proses
berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Apabila terjadi disintegrasi sosial, situasi di dalam masyarakat itu lama-kelamaan akan menjadi
chaos (kacau). Pada keadaan yang demikian, akan dijumpai anomie (tanpa aturan), yaitu suatu
keadaan di saat masyarakat tidak mempunyai pegangan mengenai hal yang baik dan buruk, dan
tidak bisa melihat batasan yang benar dan salah. Emile Durkheim melihat kondisi anomie ini
sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dengan nilai dan norma yang mengatur perilaku
masyarakat tidak lagi berlaku. Hal itu berakibat pada ketidakmampuan anggota masyarakat
untuk mengukur tindakan-tindakannya. Mereka tidak mampu melihat dengan jelas batasan
antara yang baik dan buruk. Contohnya, kekacauan yang terjadi di Timor Leste pasca-jajak
pendapat dan kerusuhan berbau SARA di Maluku.

Proses disintegrasi juga akan dijumpai pada keadaan ketertinggalan budaya (cultural lag), yaitu
perbedaan taraf kemajuan antara berbagai bagian dalam suatu kebudayaan. Kondisi ini diawali
dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepat dengan
keseluruhannya. Namun, ada bagian yang tumbuh dengan cepat, ada juga bagain lain yang
tumbuh dengan lambat. Cultural lag juga dapat diartikan sebagai perbedaan laju perubahan dari
dua unsur kebudayaan yang mempunyai korelasi (hubungan) yang tidak sebanding, sehingga
unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.

Teori cultural lag ini dikemukakan oleh William F Ogburn. Sebagai contoh cultural lag adalah
tertinggalnya alam pikiran dengan perkembangan teknologi yang pesat. Kondisi demikian
banyak dijumpai di negara berkembang.

Contoh konkretnya adalah penggunaan telepon genggam (Handphone). Telepon genggam


sangat efektif untuk berkomunikasi. Namun, kadangkala tidak diimbangi dengan kematangan
sikap dan perilaku penggunanya. Tidak jarang mereka menggunakan telepon genggam pada
situasi yang membahayakan nyawa penggunaannya, misalnya sambil mengendarai mobil atau
motor.

Selain anomie dan cultural lag, disorganisasi/disintegrasi juga dapat dijumpai pada kondisi
percampuran kebudayaan. Percampuran kebudayaan ini biasa disebut mestizo culture, yaitu
percampuran dua kebudayaan atau lebih yang mempunyai warna dan sifat yang berbeda.
5
Karakteristik percampurannya adalah meniru kebudayaan lain tanpa mengetahui arti
sesungguhnya. Misalnya, masyarakat pedesaan dewasa ini mulai gemar memiliki benda-benda
hasil teknologi modern seperti kulkas, mesin cuci, mobil, dan lain sebagainya. Kepemilikan
benda-benda tersebut digunakan untuk meningkatkan status sosial mereka di dalam masyarakat,
meskipun pada dasarnya mereka masih bertindak dan berperilaku tradisional.

Kesatuan dan persatuan masyarakat pada dasarnya merupakan proses yang tidak pernah selesai.
Dalam menjalani proses tersebut akan berkembang tantangan baru yang tentunya memerlukan
cara baru untuk menanganinya. Seandainya tantangan tersebut tidak segera ditanggapi dengan
serius, proses disintegrasi akan timbul.

Situasi disintegrasi biasanya ditandai oleh hal-hal berikut;


1. Sebagian besar anggota masyarakat tidak lagi mematuhi norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat.

2. Timbul ketidaksepahaman di antara anggota kelompok dalam hal tujuan sehingga hilang
rasa kesatupaduan dan solidaritas dalam kelompok. 3. Sanksi yang diberikan pada
pelanggar norma tidak dilaksanakan dengan konsekuen sehingga ada kesan bahwa sanksi
sudah tidak berfungsi lagi.

3. Menurunnya kewibawaan para tokoh masyarakat dan pimpinan masyarakat, sehingga


warga masyarakat bingung siapa yang masih bisa dijadikan panutan atau teladan.

Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat antara lain
dapat berbentuk pergolakan, demonstrasi yang anarkis, riminalitas, dan kenakalan.

1. Pergolakan Daerah

Sejak merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan masa mbangunan sekarang ini,
Indonesia beberapa kali mengalami perlawanan atau pergolakan daerah. Ha n terjad karena
adanya ketidakpuasan dari kelompok-kelompok tertentu terhadap pemenntah. Pergolakan ini
banyak d latarbelakang oleh ideolog pol tik, ekonomi, dan sosial budaya. Beberapa contoh
pergolakan daerah adalah sebagai berikut;

a. Pemberontakan PKI di Madiun


Pemberontakan PKI di Madun berawal dari usaha Amir Syarifuddin bersama Front Demokrasi
Rakyat (FDR) p mpinannya yang ingin menjatuhkan Kabinet Hatta. Dalam perkembangannya
aktivitas FDR lebih didominasi PKI, terutama setelah Muso kemba i dan Uni Soviet pada 11
Agustus 1948. Hal ini dilanjutkan dengan pembentukan politbiro (dewan politik) baru PKI
yang d ketuari Muso dan Amr Syanfuddin sebagai sekretaris. Melalui politbiro ini, mereka
melah rkan berbagai kampanye dan propaganda menjatuhkan wibawa pemenntah.

b. Pemberontakan DUTII
Basis pernberontakan DUTII terdapat di Jawa Barat dan dipimpin oleh S. M. Kartosuwiryo. Di
Aceh, DUVTI dipimpin oleh Daud Beureuh, dan di Sulawesi Selatan, dp mpin oleh Kahar
Muzakkar. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidaksetujuan mereka terhadap hasil Perjanjian
Renville. Mereka menolak bergabung dengan pasukan Silrwangi ketika melakukan hijrah ke
6
Yogyayakarta sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS muncul ketika sebagian masyarakat Ambon menolak bergabung dengan
Indonesia setelah negara Indonesia Timur yang merupakan bagian dari negara Republik
Indonesia Serikat bergabung dengan RI. Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Soumokil.
Setelah pimpinan RMS ini tertangkap, sejumlah pimpinan berhasil melarikan diri ke negeri
Belanda dan bergabung dengan orang-orang Ambon yang sudah bermukim di sana. Lalu,
mereka mendirikan Republik Maluku Selatan di pengasingan.

d. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra Barat


dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara.
Pemberontak PRRI di Sumatra Barat terdiri dari Dewan Banteng, Dewan Gajah, dan Dewan
Garuda. Tuntutan yang mereka ajukan berpangkal pada masalah otonomi daerah dan
ketimpangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan dipimpin oleh Achmad Husein,
dewan-dewan ini memproklamasikan berdirinya PRRI pada 15 Februari 1953.

Pemberontakan Permesta seperti pemberontakan PRRI di Sumatra Barat, yaitu menolak


kebijakan pemerintah tentang sentralisasi ekonomi karena dirasa tidak adil.

e. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Jawa Barat.


Pemberontakan APRA dipimpin oleh Westerling. Mereka menuntut untuk tetap
mempertahankan Negara Pasundan yang ketika itu dibubarkan pemerintah. Rasa tidak puas ini
dicetuskan lewat pemberontakan terhadap pemerintah. Melalui peristiwa-peristiwa tersebut
kita dapat belajar banyak bagaimana memperjuangkan eksistensi sebuah bangsa dan negara
Indonesia.

2. Aksi Protes dan Demonstrasi

Aksi protes merupakan gerakan yang dapat dilakukan secara perseorangan ataupun bersama-sama
untuk menyampaikan rasa tidak puas terhadap tindakan atau kebijakan seseorang atau lembaga
tertentu. Salah satu bentuk aksi protes adalah demonstrasi, yaitu tindakan yang dilakukan secara
berkelompok atau bersama-sama untuk menyampaikan rasa tidak puas.

Contoh aksi protes dan demonstrasi yang pernah terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut;
a. Mahasiswa dan masyarakat menuntut pembubaran PKI dan kabinet seratus menteri.
b. Kaum buruh menuntut kenaikan upah sesuai dengan UMR kepada perusahaan. Biasanya,
jikatuntutan ini tidak dipemuhi, mereka secara bersama-sama melakukan aksi mogok dan
demonstrasi.
c. Mahasiswa menuntut kebebasan akademik kepada rektor.
d. Tuntutan penghapusan Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB) pada masa Orde Baru.
e. Mahasiswa pada tahun 1998 menuntut reformasi. f. Berbagai kelompok sosial memprotes
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ditinjau dari sudut pandang sosiologi, aksi protes dan demonstrasi merupakan alat kontrol sosial
yang dapat membawa perubahan ke arah perbaikan karena kontrol dilakukan terhadap lembaga
pemerintah secara terbuka. Namun, jika tidak terorganisasi dengan baik, tidak jarang aksi protes
dan demonstrasi menjadi anarki dan membawa kerugian bagi masyarakat. Contohnya, timbul
huru-hara, perusakan fasilitas-fasilitas umum, perusakan gedung-gedung pemerintah, perusakan
pusat-pusat perdagangan, dan penjarahan. Tindakan demikian menjurus pada tindakan brutal,
keadaan menjadi chaos/anarki, dan bisa mengarah kepada disintegrasi sosial. Oleh sebab itu, cara
dan tujuan demonstrasi harus selalu mengacu pada kepentingan masyarakat umum.

3. Kriminalitas

Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan tindakan sosial yang disosiatif. Kriminalitas
ditandai dengan perilaku-perilaku menyimpang yang cenderung melawan hukum atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Tindakan kriminal bukan bawaan lahir dan dapat dilakukan
oleh pria ataupun wanita dari beragam usia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, bahkan
mereka yang telah berusia lanjut. Tindakan kriminal dapat dilakukan melalui perencanaan atau
tanpa perencanaan, seperti tindakan menggunakan barang/ uang orang lain tanpa izin karena dalam
keadaan terpaksa atau dalam kondisi darurat. Bentuk tindakan kriminal, antara lain pembunuhan,
perampokan, pemerkosaan, penculikan, pemerasan, penipuan, pencurian, pemalsuan, pelanggaran
sumpah, korupsi, intimidasi (ancaman), penyalahgunaan obatobat terlarang, dan sebagainya.

7
Bentuk proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dan mendorong orang untuk melakukan
kejahatan diperoleh antara lain melalui proses imitasi, kompensasi, konsepsi diri sendiri (self
conception), kekecewaan, persaingan yang tidak sehat, dan pertentangan kebudayaan. Perilaku
kejahatan semacam itu dapat dipelajari melalui berbagai media, seperti media elektronik atau cetak
dan interaksi dengan orang-orang yang sudah terbiasa melakukan tindak kejahatan.

Penanggulangan segala bentuk tindakan kriminal dapat dilakukan dengan cara preventif ataupun
koersif. Cara preventif adalah cara penanggulangan dengan pola mencegah, seperti imbauan atau
penyuluhan.

Cara koersif adalah cara penanggulangan dengan pola keras, seperti penangkapan dan pemenjaraan
sampai dengan penembakan atau pembunuhan.

Gejala kriminalitas lain yang berkembang di masyarakat saat ini adalah adanya kejahatan "kerah
putih" (white collar crime). Kejahatan “kerah putih” adalah kejahatan yang dilakukan para
penguasa atau pakar dalam melakukan peranannya. Banyak ahli mengatakan bahwa tipe kejahatan
seperti ini merupakan dampak dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat yang
menekankan pada aspek material belaka. Pada awalnya, gejala ini disebut business crime atau
economic criminality. Golongan "kerah putih” menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan
sarana pengendalian sosial lainnya karena kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya sangat kuat.

4. Kenakalan Remaja

Remaja merupakan anggota masyarakat yang masih berusia muda. Menurut ukuran biologis, usia
remaja berkisar antara 12-15 tahun. Sedangkan dilihat dari segi budaya dan fungsional, remaja
adalah mereka yang berusia 12—18 tahun. Dari perkembangan fisiknya, remaja mengalami
perubahan yang begitu cepat dibandingkan pada kurun usia yang lain.

Umumnya perubahan fisik yang cepat tersebut apabila dibandingkan dengan perkembangan
psikologisnya tidak sepadan karena perkembangan psikologis seseorang dipengaruhi proses
sosialisasinya. Adapun perkembangan fisik seseorang lebih banyak bergantung dari faktor
biologis, seperti gen, makanan, dan kesehatan. Ketidakseimbangan antara perkembangan fisik dan
perkembangan jiwanya menyebabkan remaja berada pada kondisi labil.
8
Masa ini disebut sebagai masa adolescence, yaitu masa pubertas atau masa transisi dari masa anak-
anak ke masa dewasa. Pada masa transisi menuju kedewasaan ini remaja mencari jati dirinya
dengan berusaha menguji segenap kemampuannya. Dalam mencari jati dirinya, remaja sangat
dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya seperti keluarga, lingkungan pergaulan, dan sekolah. Apabila
lingkungan keluarga tidak memberi rasa aman baginya, remaja akan mencari rasa aman itu ke
tempat yang lain.

Apabila dalam mencari jati dirinya, remaja tidak dapat mengendalikan dirinya dengan baik, maka
tindakan-tindakan yang timbul bisa menjurus ketindakan kriminal. Inilah yang dinamakan
kenakalan remaja. Kenakalan remaja diambil dari konsep psikologis, juvenile deliguency yang
berarti kejahatan yang dilakukan oleh anak bukan orang dewasa. Dengan kata lain, anak-anak yang
melakukan tindakan kejahatan.

Menurut M. A. Meriil dalam bukunya yang berjudul Problems of Child Deliguency


mengemukakan bahwa seseorang anak digolongan sebagai deliguent apabila padanya tampak
kecenderungan antisosial yang berakibat pada memuncaknya dan menimbulkan gangguan-
gangguan sehingga memaksa pihak berwajib melakukan penangkapan (Gunawan, 2000).

Pengertian kenakalan remaja sendiri tidak hanya merupakan suatu perbuatan yang mengandung
unsur kejahatan saja, namun juga meliputi tindakan yang melanggar atau bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yaitu perbuatan antisosial. Sifat kenakalan remaja juga bervariasi, dari
kenakalan remaja biasa yang bersifat iseng untuk mencari perhatian sampai bentuk tindak kriminal.

Masalah kenakalan remaja ini semakin hari semakin meresahkan masyarakat dan telah menjurus
pada tindakan yang bersifat kriminal. Mengapa kenakalan remaja bisa terjadi?

1. Penyebab Kenakalan Remaja

Pada masa remaja, emosi seseorang masih labil, belum memiliki pegangan, dan dalam proses
mencari jati diri. Pada masa remaja, seseorang sedang mengalami masa pembentukan
kepribadian. Untuk itu, perlu adanya perhatian yang lebih dari orang tua agar si anak tidak
terjerumus pada hal-hal yang dapat merugikan masa depannya.

Berikut adalah beberapa faktor penyebab kenakalan remaja;

a. Kurangnya nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua.


b. Munculnya organisasi non formal yang melakukan penyimpangan sosial.
c. Adanya usaha-usaha untuk mengubah keadaan agar sesuai dengan nilai-nilai remaja.
Kenakalan remaja pada umumnya ditandai oleh dua ciri berikut :
a. Adanya keinginan untuk melawan, seperti dalam bentuk radikalisme.
b. Adanya sikap apatis yang biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap kondisi
masyarakat.

9
Bentuk kenakalan remaja, antara lain pemerasan, tawuran, pencurian, penyalahgunaan narkoba,
pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Dari beberapa penelitian, diperoleh kenyataan bahwa
remaja yang terlibat dalam kenakalan seperti disebut di atas tidak hanya datang dari golongan
bawah saja, tetapi juga datang dari golongan menengah dan atas. Jadi, kemiskinan bukan satu-
satunya penyebab seorang anak terjerumus dalam tindakan menyimpang. Faktor lain yang juga
mendukung timbulnya masalah ini, misalnya perkumpulan pemuda atau geng serta pengaruh
dari film atau pornografi. Tingkat umur para pelaku kejahatan remaja ini beragam, mulai dari
yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.

2. Upaya Mencegah Kenakalan Remaja

Remaja belum dapat secara penuh bertanggung jawab menurut hukum. Oleh karena itu,
penanggulangan terhadap kenakalan remaja harus dilakukan secara berbeda dengan
penanggulangan tindak kejahatan yang dilakukan orang dewasa. Hal ini dilakukan dengan
menyelenggarakan lembaga pemasyarakatan khusus bagi anak-anak. Tindakan ini dilakukan
dengan pertimbangan agar remaja yang nakal dapat dididik dan dibina kembali dan kelak
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Upaya preventif dalam menangani
remaja sangatlah penting sebelum remaja terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak
bertanggung jawab. Mereka harus diberi pembinaan moral/agama dan hukum. Tujuannya
adalah supaya mereka dapat menolak dan menjauhkan dirinya dari perbuatan kriminal atau
kejahatan.

Upaya lain untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja adalah dengan cara memberikan
sarana dan prasarana yang memadai. Tujuannya adalah agar remaja bisa memanfaatkan waktu
dan vitalitasnya untuk kegiatankegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan fisik dan
jiwanya. Selain itu agar remaja mempunyai aktivitas yang positif, kreatif, dan produktif.
Sarana dan prasarana tersebut berupa gedung olah raga, balai pemuda, sanggar kesenian, pusat
pembinaan keterampilan, termpat kreasi, dan sebagainya. Remaja harus diberi kesempatan
berkembang dari segi jasmani dan rohaninya.

Selain upaya-upaya di atas, pemerintah juga sebenarnya telah melakukan upaya-upaya untuk
menanggulangi kenakalan remaja tersebut. Misalnya dengan memberikan seminar bahaya
narkoba, penyuluhan kesadaran hukum, seminar bahaya rokok, dan upaya lain, seperti sensor
film secara ketat, terutama film yang berbau porno dan menggantikannya dengan film yang
bertemakan pendidikan. Walaupun upaya-upaya ini mengalami banyak kesulitan, tetapi
bagaimanapun juga masyarakat dan pemerintah harus tetap sejalan dan bertekad untuk dapat
menanggulangi masalah kenakalan remaja ini. Hal ini karena remaja merupakan generas
penerus bangsa. Apabila gejala kenakalan remaja dibsarkan dalam arti tdak ada usaha yang
sungguh-sungguh untuk menanggulanginya, hal 3ns akan membahayakan eksistensi bangsa.

Dari berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa perubahan sosal mengandung dampak
negatif. Namun demikian, perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat juga
membawa dampak posrtif. Dampak positif perubahan sosial ini antara lain sebagai berikut.

a. Semakin mudah dan cepatnya manusia menyelesaikan segala aktivrtas.


Berkat kecanggihan teknologi, berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat. Jarak dan waktu tidak menjadi suatu masalah yang besar. Jarak ratusan kilometer
jauhnya dapat ditempuh dalam waktu yang relatif singkat, adapun perbedaan ruang dapat
diatasi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan kata lam, dengan adanya
perubahan sosial, produktivitas manusia semakin meningkat. 4

b. Semakin baiknya kualitas individu atau masyarakat, sewring dengan perkembangan


teknologi baru.
Kita dapat ambil contoh perubahan dalam bidang kesehatan, yartu inovasi teknologi
kesehatan yang semakin canggih akan memengarutu kualitas kesehatan masyarakat. dalam
hal ini, kualitas kesehatan semakm terjamin dan berbagai penyakit dapat disembuhkan
dengan cepat dan mudah. Dengan kata lain, semakin canggihnya perlatan kesehatan akan
membantu manusia dalam menjaga kesehatan.

10
c. Semakin meningkatnya integrasi sosial.
Faktor penyebab terjadinya integrasi sosial dari berbagai macam, misalnya konflik sosiai
dan bencana alam. Pada saat terjadi konfiik sosial, masyarakat akan memandang bahwa
solidaritas dan mtegrasi sosial atau kebersamaan sebagai suatu yang sangat penung. Hal wu
agar mereka tidak mudah terpecah belah dan diadu domba oleh pihak lain. Adapun bencana
alam dapat meningkatkan solidarrtas antarkorban ataupun pihak lain yang bersimpati atas
kejadian tersebut. Pada saat itu, banyak sukarelawan yang membantu para korban. Situass
mu tentunya jarang terjadi jika tidak terjadi bencana. Dengan demikian, perubahan yang
terjadi ini dapat meningkatkan solidaritas antanndmidu.

d. Semakin cepatnya mobilitas sosial.


Penyebab terjadinya mobilitas sosial ini beragam, seperti semakin baiknya tingkat
pendidikan, semakin tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya
kualitas individu. Mekanisme dan media untuk melakukan mobilitas pun semakin banyak,
seperti melalu pekerjaan, pendidikan, budaya, pernikahan, dan sebagainya.

e. Semakin berkembangnya pola pikir manusia melalui pertukaran budaya serta


pertukaran Informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Semakin cepatnya mobilitas sosial yang dilakukan oleh masyarakat. semakin memudahkan
berbagai informasi disebarluaskan. Tentunya mobilitas sosial ini memungkin manusia
untuk melakukan kontak dengan manusia lain. Inilah salah satu faktor penyebab perubahan
pola pikir. Selain itu, penyebab perubahan pola pikir yang lain adalah adanya sikap terbuka
dan kemudahan dalam mengakses teknologi nfomrasi. Pola pikir ini dapat mengubah
pandangan individu mengenai suatu hal, seperti anggapan masyarakat tentang pendidikan
sebagai suatu yang sangat penting sehingga mereka berusaha untuk sekolah.

Beberapa uraian di atas merupakan dampak perubahan sosial di masyarakat. Setiap


perubahan yang terjadi dalam masyarakat tentunya akan menimbulkan berbagai dampak
seperti di atas. Tidak hanya dampak negataif, tetapi juga dampak positif yang keduanya
berjalan saling beriringan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling


bertatap muka. Dalam berkomunikasi ini, mereka dapat menggunakan perantara, misalnya
menggunakan telepon genggam atau perantara teknologi daring (online), seperti surel
(e-mail), whatsaap, facebook, twitter atau media online lainnya.

Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial dalam masyarakat dapat berbentuk
pergolakan daerah, aksi protes dan demontrasi, kriminalitas, dan kenakalan remaja.

Dampak positif perubahan sosial ini antara lain semakin mudah dan cepatnya manusia
menyelesaikan segala aktivitas, semakin baiknya kualitas individu atau masyarakat, seiring
dengan perkembangan teknologi baru, semakin meningkatnya integrasi sosial, semakin cepatnya
mobilitas sosial, dan semakin berkembangnya pola pikir manusia melalui pertukaran budaya serta
pertukaran budaya serta pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja

12
DAFTAR PUSTAKA

PT.Gramedia, Aris. 2021. Pengertian Perubahan Sosial: Proses, Bentuk, Faktor dan
Contohnya. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-perubahan-sosial/

Akupintar, 2023. Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kesenjangan Sosial di Masyarakat.
https://akupintar.id/belajar/-/online/materi/modul/12-iis/sosiologi/perubahan-sosial-dan-
dampaknya-terhadap-kehidupan-masyarakat/perubahan-sosial-dan-dampaknya-terhadap-
kesenjangan-sosial-di-masyarakat/114357872/

Kun Maryati. Juju Suryawati, 2016. Sosiologi. Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta. Penerbit Erlangga

13
14

Anda mungkin juga menyukai