Anda di halaman 1dari 15

Nama : Asyafa Ainaya Safira

Kelas : XI IPS 3

Pemikiran dalam Piagam PBB, Proklamasi 17 Agustus 1945, dan


Perangkat Kenegaraan serta Maknanya bagi Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara pada Masa Kini

1. PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa )


PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (bahasa Inggris: United
Nations (UN)) adalah organisasi internasional yang didirikan pada
tanggal 24 Oktober 1945. Tujuan dibentuknya PBB antara lain adalah
untuk mendorong kerjasama internasional antar negara anggota
PBB. Pembentukan PBB beserta asas dan tujuannya diatur dalam
Piagam PBB atau UN Charter.
Piagam PBB adalah sebuah konstitusi PBB yang ditandatangani di San
Francisco pada tanggal 26 Juni 1945. Piagam PBB disetujui oleh 50
negara anggota asli PBB. Pada tanggal 24 Oktober 1945, Piagam PBB
mulai berlaku setelah diratifikasi oleh lima anggota pendirinya, yakni
China, Prancis, Uni Soviet, Britania Raya dan merika Serikat serta oleh
mayoritas negara penandatangan lainnya.

Awal berlakunya Piagam PBB yaitu 24 Oktober juga ditetapkan


sebagai Hari PBB. Piagam PBB mengatur banyak hal mulai dari
keanggotaan dan tujuan PBB hingga hak-hak asasi manusia.

Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah perjanjian konstituen, dan


seluruh penanda tangan terikat dengan isinya. Selain itu, Piagam
tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB
mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Ia diratifikasi
oleh Amerika Serikat pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya
menjadi negara pertama yang bergabung dengan PBB.
a. Piagam PBB
Secara umum, piagam PBB terdiri dari dua, yakni pembukaan
(preambule) serta poin-poin dan isi piagam PBB yang dibagi
menjadi tiap bab dan artikel dan terdiri dari beberapa pasal-
pasal.

Pembukaan Piagam PBB


KAMI MASYARAKAT PERSERIKATAN BANGSA-
BANGSA BERTEKAD

 menyelamatkan generasi penerus dari bencana perang, yang


dua kali dalam hidup kita telah membawa kesedihan yang
tak terhitung kepada umat manusia, dan
 menegaskan kembali keyakinan akan hak asasi manusia,
atas martabat dan nilai pribadi manusia, dalam persamaan
hak laki-laki dan perempuan dan bangsa-bangsa besar dan
kecil, dan
 membangun kondisi di mana keadilan dan penghormatan
terhadap kewajiban yang timbul dari perjanjian dan sumber
hukum internasional dapat dipertahankan, dan
 meningkatkan kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih
baik dalam kebebasan yang lebih besar,

DAN BERSAMA INI MENYELESAIKAN


 mempraktekkan toleransi dan hidup bersama dalam damai satu
sama lain sebagai tetangga baik, dan
 menyatukan kekuatan kita untuk memelihara perdamaian dan
keamanan internasional, dan
 memastikan, dengan penerimaan prinsip dan institusi metode,
bahwa kekuatan bersenjata tidak boleh digunakan, kecuali untuk
kepentingan umum, dan
 menggunakan mesin internasional untuk mempromosikan
kemajuan ekonomi dan sosial bagi semua bangsa,
TELAH MEMUTUSKAN MENGGABUNGKAN USAHA KITA UNTUK
MEMENUHI TUJUAN INI
Dengan demikian, Pemerintah kita masing-masing, melalui wakil-
wakil yang berkumpul di kota San Francisco, telah menunjukkan
kekuatan penuh mereka menjadikan dalam bentuk yang baik dan siap ,
telah sepakat untuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa ini dan
dengan ini mendirikan sebuah organisasi internasional untuk menjadi
dikenal sebagai Perserikatan Bangsa-Bangsa.

b. Pemikiran Piagam PBB dalam Upaya Menciptakan


Keamanan dan Perdamaian Dunia

Tujuan PBB

 Menjaga perdamaian dan kemanan internasional

 Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa


berdasarkan penghormatan terhadap prinsip persamaan hak dan
penentuan nasib sendiri,dan untuk mengambil langkah-langkah
yang tepat lainnya untuk memperkuat perdamaian universal

 Melkukan kerjasama internasional untuk menyelesaikan


permasalahan internasional dalam bidang ekonomi,
sosial,kebudayaan , atau kemanusiaan , dan mendorong
kehormatan HAM dan kebebasan dasar bagi semua tanpa
membedakan ras , jenis kelamin , agama, dan bahasa

 Menjadi pusat untuk menyelaraskan tindakan antarbangsa dalam


mencapai tujuan-tujuan bersama ini
Salah satu pasal dalam piagam PBB yaitu pasal 2 ayat (4), berisi:

“Semua Anggota harus menahan diri dalam hubungan internasional


mereka dari ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas
teritorial atau kemerdekaan politik setiap negara, atau dengan cara
lain tidak konsisten dengan Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.”

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa semua negara yang


tergabung dalam keanggotaan PBB harus menahan diri dari segala
bentuk perang, penggunaan kekerasan, perebutan kekuasaan atau
kemerdekaan negara lain, dengan kata lain dilarang berupaya
menjajah negara lain. Karena hal-hal tersebut hanya menimbulkan
penderitaan bagi semua pihak yang terlibat maupun yang terkena
dampak, sehingga keamanan dan perdamaian dunia kembali
terancam.

Implementasi Piagam PBB dalam upaya menciptakan


keamanan dan perdamaian dunia

a. Diplomasi preventif dan Mediasi

Cara paling efektif untuk mengurangi penderitaan manusia dan


biaya ekonomi yang besar akibat konflik dan akibatnya adalah dengan
mencegah konflik itu terjadi. PBB berperan penting dalam pencegahan
konflik dengan menggunakan perangkat diplomasi, pengaruh besar,
dan mediasi.

Contohnya pada 25 Agustus 1947 ,Dewan keamanan PBB


membentuk suatu komisi yang akan menjadi penengah konflink antara
Indonesia dengan Belanda, yaitu Committee Of Good Offices For
Indonesian ( Komite Jasa Baik untuk Indonesia ) yang dikenal sebagai
Komisi Tiga Negara ( KTN ). KTN beranggotakan tiga negara , yaitu
Australia ( Dipilih langsung oleh Indonesia ) , Belgia ( Dipilih oleh
Belanda ) , dan Amerika Serikat ( Netral ) . Dalam pertemuan pada 20
Oktober 1947 ,KTN memutuskan bahwa tugasnya di Indonesia adalah
untuk menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan
cara damai.Pada 27 Oktober ,para anggota KTN tiba di Indonesia untuk
memulai pekerjaannya.

b. Pemeliharaan Perdamaian

Pemelihara perdamaian telah terbukti menjadi salah satu alat paling


efektif bagi PBB untuk membantu penyelesaian konflik. Saat ini
operasi pemeliharaan perdamaian tidak hanya ditujukan untuk menjaga
perdamaian dan keamanan, tetapi juga untuk memfasilitasi proses
politik, melindungi warga sipil, membantu dalam perlucutan senjata,
demobilisasi dan reintegrasi mantan kombatan, mendukung proses
konstitusional dan pemilihan, melindungi dan mempromosikan Hak
Asasi Manusia (HAM), membantu memulihkan aturan hukum, serta
memperluas otoritas negara yang sah. Operasi pemelihara perdamaian
mendapatkan mandat dari Dewan Keamanan PBB. Terdapat 15 operasi
pemelihara perdamaian PBB yang saat ini dikerahkan dari total 71 yang
dikerahkan sejak 1948.

c. Pembangunan Perdamaian

Kegiatan-kegiatan pembangun perdamaian PBB ditujukan untuk


membantu negara-negara terlepas dari konflik, mengurangi risiko
konflik berulang, serta membuat landasan bagi perdamaian dan
pembangunan berkelanjutan.

d. Melawan Terorisme

PBB seringkali diminta untuk mengkoordinir perjuangan dunia


melawan terorisme. Delapan belas instrumen universal melawan
terorisme internasional telah diuraikan dalam kerangka kerja PBB yang
berkaitan dengan kegiatan teroris tertentu. Pada September 2006,
Negara-negara Anggota PBB mengadopsi Strategi Anti-Terorisme
Global Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini adalah pertama kalinya
Negara-negara Anggota PBB menyetujui kerangka kerja strategis dan
operasional dalam melawan terorisme.
Strategi Global PBB terhadap Perlawanan-Terorisme

 Pilar I : Menciptakan kondisi yang kondusif dalam penyebaran


terorisme

 Pilar II : Mencegah dan memerangi terorisme

 Pilar III : Membangun kapasitas negara dalam mencegah dan


memerangi terosisme dan memperkuat peran PBB

 Pilar IV : Menjadi penghormatan terhadap HAM dan aturan


hukum

e. Perlucutan Senjata

Majelis Umum dan badan-badan lain di PBB yang didukung oleh


Kantor Urusan Perlucutan Senjata (Offices for Disarmament Affairs),
bekerja untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan internasional
melalui pencarian dan penghapusan senjata nuklir dan senjata
pemusnah massal lainnya, serta pengaturan penggunaan senjata
konvensional.

2. Proklamasi 17 Agustus 1945

Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945


Sebagai tindak lanjut dari janji Jepang, maka tanggal 1 Maret 1945
Jepang mengumumkan akan dibentuk Badan Pnyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) , Badan penyelidik ini
debentuk tanggal 29 April 1945 yang bertugas untuk menyelidiki
segala sesuatu mengenai persiapa n kemerdekaan Indonesia. BPUPKI
diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat, wakil ketua R. Panji
Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang dan beranggotakan 60
orang. Selama masa tugasnya BPUPKI melakukan dua kali sidang.
Sidang BPUPKI 1 (29 Mei-1 Juni 1945)
Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar
negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut
disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.
• Mr. Mohammad Yamin
Pada sidang tanggal 29 Mei 1945 Mr. M. Yamin, sebagai Ketua
Panitia Konsep UUD mengusulkan secara lisan Dasar Nagara
Indonesia, yaitu:
1.Peri Kebangsaan.
2.Peri Kemanusiaan.
3.Peri Ketuhanan.
4.Peri Kerakyatan.
5.Peri Kesejahteraan Rakyat
Kemudian secara tertulis, tercantum dalam Rancangan Pembukaan
UUD Negara RI, sebagai berikut:
1. Ke Tuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari hasil yang dikemukakan oleh Mr. M. Yamin ini, jelas bahwa
beliau adalah penggali Pancasila yang lebih khusus, yakni Pancasila
sebagai Dasar Negara.

• Prof. Dr. Soepomo ( 31 Mei 1945)


Beliau mengemukaan teori-teori Negara sebagai berikut :
1. Teori Negara perseorangan (individualis)
2. Paham Negara kelas (class theory)
3. Paham Negara integralistik,

• Ir. Soekarno
Ir. Soekarno mengusulkan Dasar Negara itu adalah Pancasila. Usul ini
dikemukakan beliau dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1 Juni 1945, yakni:
1. Nasionalisme
2. Internasionalisme, atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat, atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pidato ini ketika diterbitkan pada tahun 1947 diberi judul: Lahirnya
Panca Sila.
Karena Ir. Soekarno juga mengemukakan butir-butir yang kemudian
dikenal dengan Pancasila tersebut, maka beliau juga adalah penggali
Pancasila.

Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 )


Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh yang terdiri dari : Ir.
Soekarno, Wachid Hasyim, Mr Muh. Yamin, Mr Maramis, Drs. Moh.
Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Abdul Kahar Moezakir, Abikoesno
Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim yang juga tokoh Dokuriti Zyunbi
Tioosakay mengadakan pertemuan untuk membahs pidato serta usul-
usul mengenai dasar Negara yang telah dikemukakan dalam sidang
Badan Penyelidik. Sembilan tokoh tersebut dikenal dengan “Panitia
Sembilan” setelah mengadakan sidang berhasil menyusun sebuah
naskah piagam yang dikenal dengan “Piagam Jakarta”.Adapun
rumusan pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta antara lain :
 Keutuhan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk – pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Makna Proklamasi Kemerdakaan


Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia sangatlah penting bagi
bangsa Indonesia. Oleh karena itu saya akan membagikan informasi
tentang makna dari proklamasi bagi bangsa indonesia ini. Proklamasi
kemerdekaan yang dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik
balik kehidupan bangsa Indonesia.
1. Sebagai Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia
Indonesia yang telah berjuang mati matian mulai dari
kedatangan belanda sampai pada penjajahan jepang akhirnya pada
saat proklamasi perjuangan itu mencapai puncaknya.Segala tumpah
darah para pahlawan terbayar ketika Indonesia berhasil
memproklamasikan diri sebagai sebuah negara merdeka.
Namun peristiwa ini tidak berarti sebagai titik akhir perjuangan
bangsa Indonesia tetapi malah titik awal perjuangan Indonesia
membangun negeri yang telah merdeka dari penjajahan.
2.Menjadi Pernyataan De Facto
Proklamasi pada tanggal 17 Agustus menjadi pengakuan kepada
dunia luar negeri bahwa Indonesia terlah menyatakan diri sebagai
negara yang merdeka. Setelah pengakuan de facto akan muncul
pengakuan de jure yang merupakan lanjutan dari efek pengakuan de
facto karena pengakuan de jure adalah pengakuan dari negara lain
bahwa Indonesia telah merdeka.Secara de facto Indonesia merdeka
sejak 17 Agustus 1945. Secara de jure Indonesia merdeka sejak 18
November 1946 ketika Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia
3. Menaikkan Martabat Bangsa
Indonesia yang dulunya hanyalah bangsa yang terjajah sejak
adana proklamasi bangsa terjajah itu mengaku telah merdeka dan
mengangkat harkat martabat bangsa sebagai bangsa yang merdeka
dan bebas dari penjajahan oleh kolonial dan Jepang.
4.Dapat Memulai Perjuangan Sebagai Negara Baru
Sejak proklamasi lahirlah bangsa Indonesia dan sejak saat itu
pemerintahan dimulai untuk membangun negara yang baru ini
menjadi negara yang lebih baik lagi. Indonesia mempunyai
pemerintahan sendiri dari rakyat oleh rakyatnya sendiri bukan lagi
dijadikan bangsa yang terjajah oleh pemerintahan luar
5.Tonggak Sejarah Negara Indonesia
Proklamasi sebagai pintu awal kemerdekaan Indonesia. Makna
proklamasi menjadi lahirnya sebuah bangsa baru bernama Indonesia
yang menentukan nasibnya sendiri dan tidak mau lagi dijajah oleh
bangsa asing.

Sidang BPUPKI ke-2 (10-16 juli1945)


Ada tambahan 6 anggota pada siding BPUPKI kedua ini. Selain
itu Ir Soekarno juga melaporkan hasil pertemuan panitia Sembilan
yang telah mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau
persetujuan antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan.
Keputusan-kepuusan lain yaitu membentuk panitia perancangan
Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membentuk
panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta,
Dan pada tanggal 14 Juli Badan Penyelidik bersidang lagi dan Panitia
Perancanga Undang-Undang dasar yang diusulkan terdiri atas 3
bagian, yaitu:
• Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia
atas penjajahan Belanda
• Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar Negara Pancasila
• Pasal-pasal UUD (Pringgodigdo, 1979: 169-170)

PENGESAHAN PEMBUKAAN UUD, DASAR NEGARA, DAN


UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESI
1945
Pada awal bulan agustus 1945,BPUPKI dibubarkan, sebagai
penggantinya dibentuklah PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945.
Adapun anggota dan pimpinan PPKI adalah :
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Dr. Ramijin Wediodinigrat
4. Mr. soepomo
5. Pangeran Purboyo
6. K.H. Wahid Hasjim
7. Dr. Mohamad Hamid

Pembentukan Perangkat Kenegaraan


PPKI melakukan sidang sebanyak tiga kali untuk membahas
perangkat negara, yakni pada tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 1945.
Adapun perangkat negara yang dibahas dalam sidang PPKI sebagai
berikut.
1. Sidang PPKI Tanggal 18 Agustus1945

a. Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945


Moh. Hatta yang merupakan wakil ketua PPKI meminta saran
kepada golongan Islam (H. Agoes Salim, K.H. Mas Mansyur, dan
lain-lain) akan usulan penghapusan kata “Islam” dalam pembukaan
dan batang tubuh UUD. Golongan Islam tidak mempermasalahkan
usulan tersebut. Kemudia PPKI mengesahkan UUD Indonesia dengan
beberapa perubahan sebagai berikut.
1) Kata “Mukadimah” diganti dengan “Pembukaan”; kata “Hukum
Dasar” diganti dengan “Undang-Undang Dasar”; kata “menurut
dasar” dalam kalimat “Berdasarkan kepada Ketuhanan menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab” dihapus; kalimat ”....... dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dihapus.
2) Pasal 6 Ayat (1) semula berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia
asli yang beragama Islam”. Kata “beragama Islam” dihilangkan.
Selanjutnya, Pasal 29 Ayat (1), kalimat di belakang kata, ”.......
Ketuhanan” yang berbunyi “..... dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus.
Berdasarkan suara bulat, konstitusi diterima dan disahkan oleh PPKI
menjadi konstitusi negara Republik Indonesia. Konstitusi itu disebut
Undang-Undang Dasar 1945.

b. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia


Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI juga melantik Presiden dan
Wakil Presiden RI. Berdasarkan usul dari Otto Iskandardinata,
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan secara aklamasi.
Pada hari itu Otto Iskandardinata secara spontan mengajukan Ir.
Soekarno sebagai Presiden Indonesia, sedangkan Mohammad Hatta
sebagai Wakil Presiden. Anggota PPKI yang mengikuti sidang secara
serentak menyetujui usulan tersebut.

c. Pembentukan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)


Sidang pertama pada tanggal 18 Agustus 1945 juga menyepakati
tentang dibentuknya semacam lembaga yang bertugas untuk
membantu tugas Presiden. Lembaga tersebut kemudian dinamakan
Komite Nasional Indonesia.
2. Sidang PPKI Tanggal 19 Agustus 1945

a. Membentuk Kementrian dan Lembaga Negara Indonesia


Pada sidang kedua (19 Agustus 1945) Soekarno menunjuk
Ahmad Soebardjo, Soetardjo Kartohadikusumo, dan Mr. Kasman
untuk membentuk semacam panitia kecil untuk merancang
Kementerian Indonesia dan Lembaga Negara, dan membahas tentang
pembentukan Provinsi. Pada tanggal 2 September 1945, Presiden
Soekarno menindaklanjuti dari panitia kecil dtersebut dengan
membentuk kabinet pettmam Indonesia meliputi 12 Kementerian dan
4 Lembaga Tinggi Negara.

b. Pembentukan Provinsi serta Pemimpin Daerah


Presiden Soekarno juga membentuk provinsi beserta pemimpin
daerahnya. Adapun provinsi tersebut meliputi provinsi Sumatra, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi,
Kalimantan.

c. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)


BKR adalah organisasi yang ditujukan untuk memelihara
keselamatan rakyat. Pembentukan BKR mendapat sambutan gembira
dari masyarakat luas. Dalam BKR, terhimpun bekas anggota PETA,
Heiho, Keisatsutai (Polisi), Seinendan, dan Keibodan.

3. Sidang PPKI Tanggal 22 Agustus 1945


Sidang ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1945. Hasil
dari sidang ketiga ini merupakan hasil realisasi dari sidang PPKI
kedua tanggal 19 Agustus 1945. Adapun hasil keputusannya adalah
sebagai berikut.
a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia yang Berpusat di Jakarta
b. Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai partai
tunggal
c. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Piagam Jakarta dan Piagam PBB
Konsepsi kemerdekaan sebagai hak sudah bulat disepakati para
pendiri negara, dua bulan sebelum Hari Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Kalimat pertama Pembukaan UUD 1945 yang
disahkan 18 Agustus 1945 sudah mantap keberadaannya dalam
Piagam Jakarta 22 Juni 1945.
Makna penting pilihan kata menyatakan itu akan lebih dapat kita
hargai apabila dibandingkan dengan konsepsi tentang kemerdekaan
yang berkembang pada tataran internasional saat itu. Ketika para
pendiri Republik menggodok konsep dasar negara dan rancangan
UUD 1945 pada sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bersidang di Jakarta 28 Mei
1945-22 Agustus 1945 di Gedung Tyuoo Sangi-In (kini Gedung
Pancasila, Departemen Luar Negeri). Hampir bersamaan dengan itu,
juga berlangsung suatu konferensi The United Nations Conference on
International Organizations (UNCIO) di San Francisco, AS, pada 25
April 1945 yang menghasilkan Piagam PBB. Piagam PBB disahkan
dan ditandatangani 26 Juni 1945, hanya empat hari setelah Piagam
Jakarta.

Proses pembahasan dasar negara dan UUD oleh BPUPKI dan


PPKI pada tataran nasional, dan proses oleh UNCIO yang merancang
Piagam PBB pada tataran internasional, sama-sama bertujuan
menciptakan tatanan baru yang ingin ditegakkan sesudah berakhirnya
Perang Dunia II. Yang satu tatanan nasional dan lainnya tatanan
internasional. Aneh tetapi nyata. Di Indonesia dari pengalaman hidup
ratusan tahun di bawah sistem penjajahan, para pendiri republik
sampai pada keyakinan, kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

Sementara pada tataran internasional, dari pengalaman tragedi


kemanusiaan yang mengakibatkan enam juta orang terbunuh dan
terluka pada PD II, masyarakat internasional melalui UNCIO sama
sekali tidak berbicara tentang kemerdekaan sebagai hak. Hasil
UNCIO, seperti tertuang dalam Piagam PBB (mulai berlaku 24
Oktober 1945) berbicara tentang prinsip self determination, namun
saat itu diartikan hanya sebagai self rule, semacam otonomi, dan tidak
pernah dimaksudkan sebagai “hak untuk merdeka”. Dokumen
konferensi (travaux preparatoire) UNCIO jelas menggambarkan alur
perdebatan yang mengartikan begitu. Kemerdekaan hanya
dimungkinkan atas persetujuan (by agreement) dari negara penjajah.
Dan sesuatu yang harus diperjanjikan lebih dulu itu jelas bukan suatu
hak.

Seperti kita ketahui, butir-butir pikiran yang masih berusaha


melanggengkan kolonialisme dalam konferensi di Dumbarton Oaks
(dekat Washington, DC) setahun sebelumnya amat mewarnai naskah
Piagam PBB itu. Tenggelam sudah Doktrin Wilson (1914) yang
berbicara tentang self determination dan janji-janji untuk
memerdekakan bangsa-bangsa terjajah seperti dimuat dalam Atlantic
Charter (14 Agustus 1941) menjelang PD II berakhir. Pada konferensi
UNCIO, meski AS dan Australia ingin memberi makna self
determination sebagai hak untuk merdeka, namun sembilan negara
Eropa yang telah porak poranda akibat perang masih ingin
meneruskan kembali penjajahannya. Negara-negara jajahan ingin
terus dijadikan sumber bahan mentah yang murah bagi rekonstruksi
mereka pasca perang.

Dengan kata lain, konsepsi kemerdekaan sebagai hak telah


dikesampingkan Piagam PBB. Pernyataan kemerdekaan Indonesia
yang diproklamasikan 59 tahun lalu, bukanlah hak yang diakui hukum
internasional!

Kita patut berbangga dengan pemikiran dan inovasi para pendiri


Republik kita, sebab baru 15 tahun kemudian, tahun 1960, melalui
Resolusi Majelis Umum PBB No 1514 ada pengakuan akan hak
bangsa-bangsa terjajah untuk merdeka.

Anda mungkin juga menyukai