Anda di halaman 1dari 3

Review Film. The Patriot, merupakan film bertema sejarah kemerdekaan Amerika.

Berlatar belakang pada abad ke-18 tepatnya pada tahun 1776 saat masa Perang Revolusi Amerika. Berkisah tentang seorang petani di daerah Carolina Utara yang merupakan pahlawan perang yang saat itu telah menjadi petani. Benjamin Martin. Beserta keluarganya yang terjebak dalam situasi perang revolusi Amerika terhadap Inggris. Pada awalnya Benjamin Martin menantang adanya Perang Revolusi karena menyadari akan dampak dan peristiwa yang akan terjadi bila perang berlangsung. Namun dalam sebuah kongres Kontinental Benjamin mengatakan bahwa dirinya tidak setuju apabila dilaksanakannya perang, namun saat pengambilan suara antara akan dilaksanakan perang atau tidak poling malah mengatakan perang dan telah disetujui. Dalam keadaan seperti ini akhirnya Amerika bersekutu dengan Prancis menyetujui peperangan untuk mengusir masa kependudukan Inggris Raya di tanah Amerika. Bersamaan, anak sulung Benjamin, Gabriel telah bergabung untuk menjadi tentara perang. Benjamin berusaha untuk mencegah anak sulungnya untuk tidak bergabung dengan prajurit perang namun jiwa patriot telah tertanam pada diri Gabriel, sama seperti ketika Banjamin muda dulu. Ia tidak dapat mencegah anaknya. Hingga pada suatu malam, peperangan terjadi di dekat ladang mereka, hingga akhirnya Gabriel kembali dalam keadaan terluka dan dengan membawa pesan untuk Inggris. Keesokannya Benjamin membantu para tentara yang terluka karena perang, baik tentara Inggris maupun Amerika itu karena dia masih memiliki pendirian netral. Ketika pihak Inggris Kolonel William Tavington datang, mereka malah membunuh semua prajurit yang sedang terluka dan membakar rumah Benjamin yang di duga telah melakukan penghianatan karena rumah yang mereka tinggali adalah milik pasukan elite Inggris. Sedangkan anaknya Gabriel, di tawan, bersamaan anak Benjamin yang lain, Thomas mati terbunuh oleh kolonel dari pasukan Inggris karena mencoba untuk melawan. Awal dari perjalanan patriotik Benjamin beserta anaknya Gabriel telah dimulai. Terbunuhnya Thomas dan tertindasnya sanak saudara serta orang-orang di sekitarnya telah mengubah prinsip Banjamin untuk melawan Inggris. Benjamin dan anaknya, Gabriel telah bergabung di pasukan sekutu Prancis, ia menawarkan untuk menjadi kolonel dan menunjuk anaknya Gabriel untuk menjadi bawahannya. Mereka membentuk pasukan Milisi. Mereka banyak merekrut orang-orang yang tidak memiliki karakter prajurit perang sama sekali, orang-orang yang mereka rekrut merupakan kumpulan dari orangorang sipil, dan tidak memiliki pandagan hidup, rata-rata dari mereka adalah sukarelawan. Di bawah pengawasan prajurit Prancis, Jean Villeneuve bersama mereka bertempur untuk melawan Inggris. Namun walaupun pasukan Milisi ini sempat membuat pihak Inggris tertekan karena banyak tentara Inggris yang mati ketika menjalankan misi-misi tertentu, tidak sedikit pula para tentara dari Milisi Amerika yang menjadi korban pembalas dendaman pihak Inggris terutama dari Konolel William Tavington yang secara pribadi menyimpan dandam terhadap Benjamin Martin. Hingga akhirnya Kolonel William Tavington berhasil membunuh Gabriel. Sejak kematian Gabriel, Benjamin sempat ingin berhenti melawan Inggris, tetapi karena kekejian Inggris yang sudah dilakukan terhadap keluarganya dan orang-orang di sekitarnya ia merasa harus merebut tanah Amerika dari Inggris. Terutama kepada Kolonel William. Di bawah komando Perancis, akhirnya pasukan tentara Amerika beserta Prancis berhasil merebut kembali tanah Amerika dari jajahan Inggris. Inggrispun mundur.

Dalam film ini, banyak dikisahkan mengenai kekejaman Inggris terhadap para wanita, anak-anak, dan penduduk sipil. Mereka banyak melakukan pembunuhan sadis dari tanah rampasan yang berhasil dikuasai. Dari pembakaran masa hidup-hidup, hingga penembakan dan pembunuhan sadis. Di ceritakan juga mengenai peraturan perang yang berlangsung secara terbuka dan adil antara jubah merah (Inggris) dan jubah biru (Prancis, Amerika). Tetapi ada kalanya perang di lakukan secara gerilya dan penuh dengan intrik tipu daya. Opini. Di lihat dari aktor state yang terlibat antara lain adalah Amerika Vs Inggris. bersama dengan sekutunya Prancis, Amerika berhasil memundurkan pasukan Inggris dari tanah Amerika. Bila di lihat dari segi emosional, cerita ini lebih menekankan kepada hubungan antara rakyat dan pemerintah. Di mana Benjamin Martin seorang mantan prajurit menolak adanya peperangan antara Inggris dan Amerika karena dia tau bahwa peperangan bukanlah option yang efektif dalam menyelesaikan konflik, apalagi dia melihat dari prespektif seorang ayah di mana keluarga dan masyarakat lah yang akan menjadi korban dari adanya perang tersebut. Peperangan telah di sepakati dan pada akhirnya ketika keluarganya di pertaruhkan dalam peperangan maka tidak ada lagi option lain bagi Benjamin untuk tidak ikut campur dalam peperangan merebut tanah Amerika dari Inggris. Keikutsertaan masyarakat dalam peperangan telah di dasari oleh banyaknya kebijakan-kebijakan yang membuat mereka harus menderita, seperti banyaknya keluarga yang di bantai oleh pihak Inggris, kesenewangan Inggris dalam menindas rakyat Amerika, dan banyaknya korban mati yang berasal dari keluarga mereka serta kebebasan yang cenderung terkengkang. Dalam hal ini dendam merupakan dasar yang ke dua di mana masyarakat Amerika jadi mau untuk ikut serta dalam perang mengusir Inggris. Hal ini terlihat pada semangat juang masyarakat ketika Benjamin dan anaknya Gabriel membentuk Milisi. Menarik bagi saya ketika Benjamin Martin malakukan diplomasi dan berdiskusi dengan pihak Inggris dalam menyelamatkan tawanan yang tak lain adalah prajurit Amerika. Intrik dan tipu daya yang menarik sehingga bisa membutakan mata musah dan akhirnya mau melapaskan tawanannya. Sistem poling dalam pengambilan keputusan yang melibatkan tokoh-tokoh masyarkat serta orang-orang sipil adalah sebagai bentuk dari demokrasi terbuka. Bisa dilihat bahwa pengambilan keputusan didasari oleh banyaknya poling yang didapatkan selain itu manipulasi politik seperti siapa yang membayar lebih maka akan mendapat kesempatan mengemukakan suara lebih banyak. Juga tatacara perang yang tanpa menggunakan perisai dan sangat terbuka merupakan sesuatu hal yang hebat, karena terlihat sisi patriotik dalam diri para prajurit dalam membela negara dan bangsanya. Dari prespektif Internasional, tindakan Inggris merupakan tindakan yang tidak manusiawi di mana Inggris telah membunuh prajurit dan tawanan yang terluka, selain itu dengan gambalang menuduh rakyat sipil sebagai penghianat padahal kenyatannya adalah rakyat sipil

hanya membantu prajurit yang terluka dan tidak ikut campur dalam urusan peperangan. Pembantaian besar-besaran yang di lakukan Inggris seperti membakar hidup-hidup masyarakat Amerika di dalam Gereja, selain itu kebijakan-kebijakan Inggris yang cenderung sewenang-wenang terhadap warga Amerika, perampasan tanah dan pembunuhan masal terhadap wanita dan anak-anak. Tindakan Inggris yang menyiksa dan membunuh tawanan perang bukanlah tindakan yang kasatria. Ini merupakan pelanggaran berat dalam Hukum Humaniter Internasional dalam salah satu pasal di sebutkan bahwa tawanan perang harus diperlalukan dengan perikemanusiaan. Setiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau kelalaian Negara Penahan yang mengakibatkan kematian atau yang benar-benar membahayakan kesehatan tawanan perang dilarang dan harus dianggap sebagai pelanggaran berat. Tawanan perang tidak boleh dijadikan objek pengudungan jasmani, percobaan-percobaan kedokteran atau ilmiah dalam bentuk apapun juga yang tidak dibenarkan oleh pengobatan kedokteran, kedokteran gigi atau kesehatan dari tawanan bersangkutan dan dilakukan demi kepentingannya (Pasal 13 Konvensi Janewa III), selain itu dalam konvensi Janewa III Pasal 14 menyebutkan bahwa tawanan perang dalam segala bentuk akan penghormatan terhadap pribadi dan martabatnya. Wanita harus diperlakukan dengan segala kehormatan terhadap pribadi dan martabatnya. Wanita harus diperlakukan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis kelamin mereka, dan dalam segala hal harus mendapat perlakuan sebaik dengan yang diberikan kepada pria. (el HIKMAH.com/ kamis, 07 April 2011 diperoleh pada 20.02.2014) Sedangakn kepada rakyat sipil, perlakuan Inggris terhadap mereka merupakan tindakan ilegal di mana Hukum Humaniter Internasional melindungi rakyat sipil yang tidak terlibat dalam perang. Seperti paramedis, dan pembuka agama serta korban orang sakit atau orang-orang yang ditawan. Orang-orang tersebut tidak boleh diserang. Mereka harus dihindarkan oleh serangan fisik atau tindakan yang tidak manusiawi lainnya. Seperti dalam salah satu pasal dalam Konvensi Janewa, Pasal 125 ayat 2 Konvensi IV menyebutkan bahwa penduduk sipil harus diperkenankan, serta permintaan sendiri, untuk hadir dalam pemeriksaan kesehatan harian. Mereka harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan yang diperlukan atas keadaan kesehatan mereka dan harus dipindahkan ke balai pengobatan atau rumah sakit. (el HIKMAH.com/ kamis, 07 April 2011 diperoleh pada 20.02.2014) Kesimpulan dari opini adalah bahwa, peperangan dapat terjadi ketika keadaan sudah tidak memungkinkan lagi untuk didiskusikan, seperti terlihat dalam tindakan Benjamin Martin yang pada akhirnya telah merubah prinsipnya untuk melawan Inggris di karenakan muak dengan tindakan Inggris yang menindas rakyat Amerika. Sedangkan dalam prespektif Hukum Humaniter Internasional dalam Konvensi Janewa telah banyak putusan yang mengatur tentang perlindungan tawanan dan orang-orang sipil dalam perang. Bahwa Inggris telah melakukan pelanggaran keputusan perjanjian Internasional adalah kesalahan dan pelanggaran yang berat. ERMA YUNITA MUSTAFA 1202045062 HI Reguler B 12 POL & PEMERINTAHAN AS

Anda mungkin juga menyukai