Anda di halaman 1dari 14

Makalah Sejarah Revolusi Hijau dan

Industrialisasi Pada Masa Orde Baru

A. Latar Belakang
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapat dilacak dari
jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada masa sekarang ini di negara yang
maju dan sedang berkembang terjadi perbedaan makin besar dalam taraf hidup masyarakatnya.
Hal ini disebabkan perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah
penduduk. Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi
dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi. Perubahan dalam
bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan
perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah
disebut revolusi, yaitu perubahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi
pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara
bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses
panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat
perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan
memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa
dihindari oleh manusia. Di Meksiko pada tahun 1944 didirikan sebuah pusat penelitian benih
jagung dan gandum. Pusat penelitian ini mendapat bimbingan langsung dari Rockefeller
Foundation. Hanya dalam beberapa tahun, para peneliti di lembaga tersebut berhasil
menemukan beberapa varietas baru yang hasilnya jauh di atas rata-rata hasil varietas lokal
Meksiko. Diilhami oleh kesuksesan hasil penelitian di Meksiko, pada tahun 1962 Rockefeller
Foundation bekerja sama dengan Ford Foundation mendirikan sebuah badan penelitian untuk
tanaman padi di Filipina. Badan penelitian ini dinamakan International Rice Research Institute
(IRRI) yang bertempat di Los Banos, Filipina. Pusat penelitian initernyata juga menghasilkan
suatu varietas padi baru yang hasilnya jauh melebihi rata-rata hasil varietas lokal di Asia.
Varietas baru tersebut merupakan hasil persilangan genetik antara varietas padi kerdil dari
Taiwan yang bernama Dee-Geowoogen dan varietas padi jangkung dari Indonesia yang
bernama Peta.
Hasil dari persilangan tersebut diberi nama IR 8-288-3 atau biasa dikenal dengan IR-8 dan
di Indonesia dikenal dengan sebutan padi PB-8. Setelah penemuan padi PB- 8, disusul oleh
penemuan varietasvarietas baru yang lain. Jenis-jenis bibit dari IRRI ini di Indonesia disebut
padi unggul baru (PUB). Pada tahun 1966, IR-8 mulai disebarkan ke Asia diikuti oleh
penyebaran IR-5 pada tahun 1967. Pada tahun 1968 di India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina,
Malaysia, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia telah dilaksanakan penanaman padi jenis IR atau
PUB secara luas di masyarakat. Pada tahun 1976 areal sawah di Asia yang ditanami PUB sudah
mencapai 24 juta hektar. Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian
dalam melakukan persilangan (breeding) antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan
jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu
mempunyai ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan
dengan jenis
tradisional) dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara
lain:
a. Tersedia cukup air
b. Pemupukan teratur
c. Tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit
d. Tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu.
B. Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia
Perkembangan revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga berpengaruh terhadap
masyarakat Indonesia. Sebagian besar kondisi social ekonomi masyarakat Indonesia berciri
agraris. Oleh karena itu pertanian menjadi sector yang sangat penting dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini didasari oleh:
 Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat.
 Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.
 Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.
Maka, berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan
produksi pertanian dengan melakukan berbagai cara diantaranya dikenal dengan sebutan
sebagai berikut:
 Intensifikasi pertanian
Intensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan
pancausaha tani, panca usaha tani ini meliputi:
a. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul
b. Pemupukan yang teratur
c. Pengairan yang cukup
d. Pemberantasan hama secara intensif
e. Teknik penanaman yang lebih teratur.
 Ekstensifikasi pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan
baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.
 Diversifikasi pertanian
Diversifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman
usaha tani.
 Rehabilitasi pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan
kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Dalam pelaksanaannya Revolusi Hijau dilakukan dalam bermacam bentuk dan cara. Di
Indonesia misalnya Revolusi Hijau dilakukan melalui “komando dan subsidi”. Program
BIMAS atau Bimbingan Massal tahun 1970 adalah salah satu bentuk pelaksanaan Revolusi
Hijau. Bimas adalah suatu paket program pemerintah yang berupa teknologi pertanian, benih
hibrida, pupuk kimia, pestisida, dan bantuan kredit. Ketika jumlah peserta BIMAS menurun,
pemerintah melontarkan program baru INMAS (intensifikasi massal) yakni suatu program
kredit sebagai lanjutan bagi peserta Bimas. Pada tahun 1979 sekali lagi sebuah program baru
bernama INSUS (intensifikasi khusus) diluncurkan. Tujuannya adalah untuk mendorong petani
menanam tanaman sambil mengontrol hama padi.
Program-program yang diluncurkan pemerintah ini dibarengi dengan beberapa subsidi.
Bentuk-bentuk subsidi tersebut adalah :
a. Bantuan dan subsidi besar besaran terhadap harga pupuk kimia
b. Subsidi terhadap kredit pertanian
c. Pembayaran gabah oleh negara melalui operasi pembelian dengan harga dasar dan
pembangunan stok persediaan
d. Meningkatkan kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui utang luar negeri.
Hasil kuantitatif Revolusi Hijau di Indonesia memang menakjubkan. Di satu pihak
pertanian di Jawa mampu memproduksi dua kali lipat padi dari hasil pertanian di Pulau Jawa
tahun 1960-an. Jawa menyumbangkan lebih dari rata rata kontribusi pangan nasional, dalam
arti hasil dibanding daerah lain di Indonesia, dan karena itu memainkan peran utama dalam
perubahan status Indonesia dari pengimpor beras terbesar menjadi mandiri pada tahun 1985.
Namun demikian jika dilihat secara kwalitatif dan kritis, terdapat berbagai persoalan
yang berdampak terhadap meningkatnya kemiskinan di pedesaan, urbanisasi, serta represi
politik terhadap kaum tani. (Banyak study telah dilakukan diantaranya oleh Gunawan Riyadi).
Dalam rangka untuk mencegah terjadinya penolakan penyebab marginalisasi akibat
dari program terebut pemerintah telah menerapkan suatu mekanisme konrol politik dengan
memperkenalkan “floating mass policy”, yakni melarang organisasi massa dan politik
berkembang di tingkat desa. Pemilihan kepala desa diganti dengan sistim penunjukan, dan
sering kali dengan seorang militer untuk melengkapi Komando rayon militer di tingkat
kecamatan. Pembentukan KUD sebagai satu-satuya koperasi di tingkat kecamatan, serta
kebijaksanaan tentang pemerintahan desa yang berlaku sejak tahun 1979 untuk menggantikan
model rembug desa, adalah juga proses pembatasan politik petani melalui penciptaan lembaga
yang bisa kontrol.
Revolusi Hijau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi
juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia.
 Keuntungan Revolusi Hijau bagi umat manusia, antara lain sebagai berikut :
a. Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi
dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak.
Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah
kebutuhan tenaga kerja
b. Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya
produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan
sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.
c. Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan
pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan atau harapan bahwa dengan
masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada
umumnya akan menjadi sejahtera.
d. Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah
akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Hal ini sudah
terjadi di beberapa negara, misalnya di Indonesia.
Namun, bukan hanya danpak positif saja yang diberikan akibat adanya revolusi hijau
ini, ada juga dampak negative yang muncul akibat revolusi hijau ini.
 Dampak negatif munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain sebagai
berikut :
a. Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersamasama pada masa
sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya
menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di pedesaan menjadi
berkurang.
b. Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan makin kuat.
c. Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.d. Peningkatan
produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan
teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.
C. Perkembangan Industrialisasi
Perkembangan industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses
perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industry, dimana selain
penemuan-penemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang menyebabkan terjadi
industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Dimana revolusi
hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada
perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional.
Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan
proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri.
Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang
teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga
berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya.
Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
a. Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
b. Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
c. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang
bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan
industri.
e. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan,
sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulain tertarik akan perkembangan
industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi
di Indoensia, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu:
a. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk
memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara.
b. Mengembangkan industri pertanian.
c. Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami
kemajuan pesat.
d. Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola
olrh PT.PAL Indonesia.
e. Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi
PT. Dirgantara Indonesia. Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap,
Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut
menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin
meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari
perkembangan industry.
a. Industry pertanian.
Industry pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan
bantuan tekhnologi industry. Tekhnologi industry itu dapat menghasilkan berbagai macam
hasil yang mempunyai nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industry pertanian meliputi hal-hal
sebagai berikut:
 Industry pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura.
 Industry pengolahan hasil perkebunan seperti industry minyak kelapa, industry barang-barang
karet dan sebagainya.
 Industry pengolahan hasil perikanan seperti industry pengolahan udang, rumput laut, ubur-
ubur dan lain sebagainya.
 Industry pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan ranyon,
serta industry pengolahan rotan.
 Industry pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitsi sumber-sumber yang
baru.
 Industry pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.
 Industry mesin dan peralatan pertanian.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industry pertanian agar lebih baik
yaitu:
 Melakukan panca usaha tani
 Penanganan pascapanen
 Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen.
 Penyediaan sarana dan prasarana
 Pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi.
 Pemanfaatan lahan kering, pekarangan dan rawa.
Pada dasarnya perekonomian Indonesia bersifat agraris, bahkan hamper 80% wilayah
Indonesia merupakan daerahpertanian dan sebagian besar penduduk indionesia bekerja di
sector pertanian.
Hasil hasil pertanian yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industry, seperti industry
furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan hasil produksi
pertanian itu ditempuh melalui proses industry pabrtik. Beberapa pabrik industry pengolahan
hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil goodyear di bogor, pabrik kina di bandung,
pabrik kertas di leces dan padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan lain
sebagainya.
b. Industry nonpertanian
Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian,
meliputi industri maritim, industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan
energi, industri semen, besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Berbagai macam industri telah
didirikan untuk meningkatkan produksinya. Pabrik semen di Gresik, Padang, Cibinong, dan
Ujung Pandang. Untuk memperkuat struktur industri Indonesia yang masih lemah, mulai tahun
1984 pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut “Peta Rangka Landasan”
bidang industri dengan sistem “Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center) “sebuah
proyek percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri
petrokimia, pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama dilaksanakan di
Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur.
 Industri Pertambangan dan Energi
Industri pertambangan dan industri diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan
baku bagi industri dalam negeri, dan meningkatkan ekspor.
Contohnya adalah:
 Industri tambang batu bara di Sawahlunto
 Industri tambang emas di Irian Jaya
 Industri tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang
 Industri tambang timah di Belitung
 Industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang
 Industri Elektronika
Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring bermunculan perusahaan
elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan Panasonic bergabung
menjadi Panasonic).
 Industri Pariwisata
Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata
internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun
keuntungan industri wisata adalah:
 Mendatangkan devisa Negara
 Memperluas lapangan kerja
 Memacu pembangunan daerah
 Meningkatkan rasa cinta tanah air
 Mengembangkan kerajinan rakyat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional
membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu:
 Industri mesin dan logam dasar (industri hulu)
 Industri kimia dasar (industri hulu)
 Kelompok aneka industri (industri hilir)
 Industri kecil termasuk industri rumah tangga
Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup
menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat
Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a. Swasembada Beras
b. Kesejahteraan Penduduk
c. Perubahan Struktur Ekonomi
d. Perubahan Struktur Lapangan Kerja
e. Perkembangan Investasi
D. Perkembangan Tekhnologi Informasi Dan Komunikasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menampakkan kemajuan sekitar abad
ke-19, ketika para ilmuan berhasil menemukan berbagai penemuan penting. Misalnya
penemuan di bidang keasehatan yang memungkinkan kesehatan manusia menjadi lebih baik.
Perkembangan itu sampai sekarang masih berlangsung dan telah mengubah cara kehidupan
manusia diseluruh dunia. Namun yang paling menakjubkan dalam penemuan itu adalah
perkembangan di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi.
a. System informasi dan komunikasi.
Teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software). Pengembangan teknologi hardware cenderung menuju ukuran
yang kecil dengan kemampuan serta kapasitas yang tinggi. Namun diupayakan harga yang
relatif semakin murah. Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Perkembangan teknologi informasi telah
memunculkan berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi, seperti : e-government, e-
commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu
berbasiskan elektronika.
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
meliputi : memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Informasi yang dibutuhkan akan
relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan
seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu
komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Dengan ditunjang teknologi informasi telekomunikasi data dapat disebar dan diakses
secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah
mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi,
rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita
bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan
pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas
ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Perkembangan
teknologi informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan itu dimulai
sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini
sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sehingga sekarang sedang
semarak dengan berbagai terminologi yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-
government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan
yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.
Ekonomi global juga mengikuti evoluasi dari agraris dengan ciri utama tanah
merupakan faktor produksi yang paling dominan. Melalui penemuan mesin uap, ekonomi
global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utama modal sebagai faktor produksi
yang paling penting. Abad sekarang, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam
proses produksi berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi
(information focused). Telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai
teknologi kunci (enabler technology). Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat,
memungkinkan diterapkannya cara-cara yang lebih efisien untuk produksi, distribusi, dan
konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam masyarakat atau
ekonomi informasi sering disebut sebagai masyarakat pasca industri. Pada era informasi ini,
jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor penentu dalam hubungan antar manusia
atau antar lembaga usaha, sehingga dunia ini menjadi suatu kampung global atau Global
Village.
b. Perkembangan media komunikasi Massa di Indonesia.
Komunikasi massa dikenal di Indonesia sejak abad ke-18, tahun 1744 ketika sebuah
surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan oleh pengusahaan Belanda. Kemudian
terbit Vendu Niews tahun 1776 yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Ketika
memasuki abad ke-19, terbit berbagai surat kabar lainnya yang semuanya diusahakan oleh
orang-orang Belanda untuk para pembaca Belanda dan segelintir kaum pribumi yang mengerti
bahasa Belanda. Kemudian media massa yang dikelola oleh pribumi mulai dengan terbitnya
majalah Bianglala tahun 1854 dan Bomartani 1885, keduanya di Weltevreden. Selain itu pada
tahun 1856 terbit Soerat kabar Bahasa Melajoe di Surabaya. Umumnya media itu terbit di Jawa.
Ini dikarenakan percetakan sebagai sarana yang sangat vital untuk menerbitkan media hanya
ada di Jawa. Itu sebabnya pers di Sumatera dan pulau-pulau lainnya berkembang belakangan.
Di Padang misalnya muncul terbit pertama kalinya Pelita Kecil tahun 1882 dan Partja Barat
tahun 1892. Kaum pribumi kemudian mulai banyak menerbitkan media sendiri pada abad ke-
20.
Setelah kemerdekaan, kehidupan pers ikut menikmati kemerdekaan dengan bebas dari
berbagai tekanan. Media pun bermunculan seperti cendawan di musim hujan. Seperti di Jakarta
terbit Merdeka pada 1 Oktober 1945, di Yogyakarta terbit Kedaulatan Rakya tahun 1945, di
Surabaya terbit Jawa Pos tahun 1949 dan Surabaya Pos tahun 1953. Tetapi suasan bebas ini
hanya berlangsung selama masa Demokrasi Liberal (1945-1959). Setelah itu muncul
Demokrasi terpimpin (1959-1965), pada masa ini banyak pembatasan terhadap kehidupan pers,
kerenanya pers Indonesia pada masa itu boleh disebut sebagai pers otoriter. Kemudian pers di
Indonesia kembali sedikit menerima udara bebas pada masa Orde Baru lahir tahun 1966 dan
keadaan ini berlangsung hingga tahun 1974. Hal ini terlihat dengan terbitnya kembali sejumlah
surat kabar yang pada masa Demokrasi Terpimpin pernah di berdel, yaitu Merdeka (Juni 1966),
Berita Indonesia (Mei 1966), Indonesia Observer (September 1966), Nusantara (Maret 1967),
Indonesia Raya (Oktober 1968), Pedoman (November 1968) dan Abadi (Desember 1968).
Pada masa Orde Baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila, cirinya adalah
bebas dan bertanggungjawab. Di mana selanjutnya mendapat penegasan dari Tap MPR
No.IV/1973 dan Tap MPR No.III/1983 agar pers di Indonesia dijadikan sebagai pers sehat,
yaitu pers yang menjalankan fungsinya sebagai penyebar infomasi yang objektif, menyalukan
aspirasi rakyat serta memperluas komunikasi dan partisipasi rakyat.
Aturan yang menindas pers itu terus dilestarikan pada era Soeharto, represi sudah
dijalankan bahkan sejak pada awal era Orde Baru yang menjanjikan keterbukaan. Sejumlah
Koran menjadi korban, antara lain majalah Sendi terjerat delik pers, pada 1972, karena memuat
tulisan yang dianggap menghina Kepala Negara dan keluarga. Surat ijin terbit Sendi dicabut,
pemimpin redaksi-nya dituntut di pengadilan. Setahun kemudian, 1973, Sinar Harapan,
dilarang terbit seminggu karena dianggap membocorkan rahasia negara akibat menyiarkan
Rencana Anggaran Belanja yang belum dibicarakan di parlemen.
Pengekangan terhadap pers kembali terjadi pada 1978, berkaitan dengan maraknya aksi
mahasiswa menentang pencalonan Soeharto sebagai presiden. Sebanyak tujuh surat kabar di
Jakarta (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos
Sore) dibekukan penerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon, dan diijinkan
terbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maaf kepada pemimpin
nasional (Soeharto).
Pada era Soeharto terdapat tiga faktor utama penghambat kebebasan pers dan arus
informasi: adanya sistem perizinan terhadap pers (SIUPP), adanya wadah tunggal organisasi
pers dan wartawan, serta praktek intimidasi dan sensor terhadap pers. Faktor-faktor itulah yang
telah berhasil menghambat arus informasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi
lembaga kontrol.
Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan sendirinya mengakhiri berbagai persoalan.
Periode transisi, di era Presiden Habibie berlanjut ke Presiden Abdurrahman Wahid, suasana
keterbukaan justru memunculkan berbagai persoalan baru yang lebih kompleks, tidak sekadar
hitam-putih.
Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan liberalisasi dan itu pun
bukan tanpa ancaman. Era Abdurrahman Wahid memperlihatkan kesungguhan untuk
mengadopsi kebebasan pers, namun masih harus ditunggu sejauh mana keseriusan rezim Gus
Dur-Megawati menegakkan kebebasan pers, mengingat basis pendukung dua pemimpin ini
(Banser NU dan Satgas PDI Perjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers
melalui aksi-aksi intimidasi terhadap pers. Ancaman terhadap kebebasan pers yang semula
datang dari pemerintah melalui berbagai aturan represif, beralih wujud melalui tekanan massa
serta ancaman internal: tumbuhnya penerbitan pers yang sensational dan tidak mengindahkan
etika.
Departemen Penerangan, lembaga kontrol yang dua dasawarsa lebih menjadi hantu
pencabut nyawa bagi Pers, dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, pada Oktober 1999.
Presiden Wahid yang baru terpilih itu menegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan
lagi menjadi urusan pemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya
kontrol negara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Babak baru perkembangan pers Indonesia
sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya, banyak catatan sejarah pers di
Indonesia berada pada titik rekaman tekanan dan intimidasi. Pers Indonesia terperangkap
dalam ranjau-ranjau peraturan dan sensor yang dipasang pemerintah. Pengalaman di Indonesia,
kebebasan itu seakan-akan merupakan berkah atau hadiah dari penguasa baru yang muncul
menggantikan penguasa otoriter sebelumnya. Kebebasan pers setelah masa reformasi
membawa peluang besar bagi kelompok pengusaha.
Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk mengekplorasi
kebebasan. Dampak yang kemudian terlihat, kebebasan itu untuk sebagian media, bukannya
diekplorasi melainkan dieksploitasi. Sejumlah kebingungan dan kejengkelan terhadap
kebebasan pers di era reformasi ini bisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi,
informasi yang diedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi. Akibat
ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak pers, maka
“publik” kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuai tolok ukur mereka sendiri.
Era reformasi kini telah memproduksi media massa berorientasi populis, mengangkat
soal-soal yang digunjingkan masyarakat. Akibatnya seringkali media massa menyebarkan
informasi yang sebenarnya berkualifikasi isu, rumor bahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan
hujatan). Pada ekstrim yang lain terdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan politis:
mempengaruhi dan membujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan ideologi dan tujuan
politisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak lawan.
Media massa sebagai penyalur informasi mengemas apapun yang bisa diinformasikan,
asalkan itu menyenangkan dan sedang menjadi gunjingan publik. Gaya media semacam ini
kemudian mendapat reaksi sepadan dari kelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal
dan tertutup, atau kelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jika
pemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalan pintasnya
adalah melabrak dan mengancam yang ternyata memang terbukti sangat efektif bahkan sampai
pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono kondisi komunikasi massa di
Indonesia tampak jauh lebih baik dari sisi penyajiannya, namun sampai saat ini banyak materi-
materi yang disajikan, menyimpang dari apa yang dicita-citakan. Hal ini ditandai dengan
semakin banyaknya media cetak maupun elektronik hadir dikalangan masyarakat, yang
orientasinya lebih kepada meraut keuntungan dunia usaha.
c. System komunikasi satelit domestic (SKSD) Palapa.
Dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di Indonesia
dilakukan pembangunan system komunikasi satelit domestic (SKSD) untuk keperluan
komunikasi. Pembangunan satelit itu dimulai tahun 1975 dan selesai tahun 1976. Satelit itu
diberi nama palapa yang diambil dari sumpah mahapatih gajah mada untuk menyatukan
nusantara. SKSD Palapa merupakan suatu system satelit komunikasi yang dikendalikan oleh
system pengendali yang ada di bumi, yang mempunyai fungsi sebagai sarana dalam berbagai
aktivitas komunikasi.
Satelit komunikasi mempunyai masa kerja tertentu, satelit yang masa kerjanya sudah
habis harus diganti dengan satelit generasi baru. Generasi pertama dari SKSD Palapa adalah
Palapa A-1 yang diluncurkan pada tanggal 18 juli 1976. Berturut-turut dari generasi satelit yang
diluncurkan adalah :
 Palapa A-2 (10 Maret 1977).
 Palapa B-1 (19 Juni 1983).
 Palapa B-2 (6 February 1984)
 Palapa B-2P ( 20 Maret 1987).
 Palapa B-2R (20 Maret 1990).
 Palapa B-4 (7 Mei 1992).
 Palapa C-1 (February 1996).
 Palapa C-2 yang diluncuran pada tanggal 16 mei 1966.
Sekarang ini, kita juga mengenal satelit komunikasi yang lain yakni telkomsel-1 dan
garuda-1.
Jangkauan dari satelit palapa C-2 meliputi wilayah dari Irian sampai Vladiwostok
(Rusia) dan dari Australia sampai selandia baru. Melalui SKSD Palapa, hubungan komunikasi
antar daerah dan antarnegara menjadi lebih mudah. System komunikasi tersebut
memungkinkan bangsa Indonesia mengetahui berbagai informasi yang disajikan melalui
televise secara cepat.
d. Radio.
Radio siaran pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie-Hindia
Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang
resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda dan
berstatus swasta. Setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran
lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang paling terbesar dan
terlengkap adalah radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta,
Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai
pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging
(SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkuneoro VII dan Ir.
Sarsito Mangunkusumo.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya,
radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan
khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di
Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta,
Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini
hanya boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu saja. Namun demikian di kalangan pemuda
terdapat beberapa orang dengan risiko kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi
mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada 14 Agustus
1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih
dikuasai oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam
bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk
disekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat
dikumandangkan kelluar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu
Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio
siaran dengan station call”Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad
Hatta dan pimpinan lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada
rakyat Indonesia.
Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara
para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11
September itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia).
Sampe akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang
dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain
berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI
menyajikan acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran
Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional.
Selanjutnya, stasiun RRI Regional juga membantu menginformasikan program-program
pemerintah, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu
hamil dan balita. Sejalan dengan perkembangan social budaya serta teknologi, maka
bermunculan beberapa radio siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak
dapat dihindari, namun perlu ditertibkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No.55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio
siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak, serta fungsi dan kedudukannya penting
bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun-stasiun radio siaran swasta niaga berhimpun
dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).
e. Televisi.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962,
bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se- Asia IV atau Asean Games di Senayan.
Sejak itu pula Televisi republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun
(station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) Selama
tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala
kesederhanaannya.
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar
diberbagai wilayang agar dapat menerima siaran televise, maka pada tanggal 6 Agustus 1976,
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran
televisi. Dalam perkembangannya satelit Palapa A selanjutnya Satelit Palapa B, Palapa B-2,
Palapa B2P dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah,
dkk. 1999).
TVRI yang berada di bawah, Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat
menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989
TVRI mendapat saingan televise siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat komersial.
Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televise swasta lainnya seperti SCTV, TPI,
ANTV , dll.
Meskipun lima stasiun televisi sudah beroperasi, televise siaran tidaka akan pernah
menggeser kedududkan radio siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri.
Televise siaran dan rasio siaran, serta media lainnya berperan salaing mengisi. Televise siaran
menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan.
KESIMPULAN

 Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara
bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses
panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat
perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan
memaparkan hasilnya.
 Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu dengan cara
Intensifikasi pertanian, Ekstensifikasi pertanian, Diversifikasi pertanian, dan Rehabilitasi
pertanian.
 Industrialisasi merupakan salah satu dampak dari adanya revolusi hijau, dimana ini dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu industi pertanian, dan industry nonpertanian.
 Tekhnologi informasi dan komunikasi berkembang pesat di Indonesia, ini dapat dilihat dari
perkembangan media massa di Indonesia yang semakin pesat, bukan hanya itu tapi
perkembangan radi, satelit domestic, dan juga radio pun berkembang pesat.

Anda mungkin juga menyukai