resmi yang digunakan untuk menggambarkan perubahan pada kebijakan budidaya pertanian di banyak
negara berkembang, terutama di Asia sekitar tahun 1950an. Seperti diketahui bahwa pangan
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Pertumbuhan penduduk yang
semakin cepat mengakibatkan kebutuhan terhadap pangan kemudian meningkat. Hal ini lah yang
menjadi latar belakang revolusi hijau. Di Indonesia, revolusi hijau dikenal dengan sebutan Bimas
(Bimbingan Masyarakat) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya
swasembada beras. Dampak revolusi hijau di Indonesia yaitu dengan menerapkan tiga program pokok
yaitu penerapan panca usaha tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya
dukungan kredit dan infrastruktur. Gerakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada
beras.
Pengertian Revolusi Hijau
Revolusi Hijau adalah sebuah usaha pengembangan teknologi pertanian yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi pangan. Usaha ini berupa penggunaan teknologi yang lebih maju atau modern
untuk menggantikan kegiatan pertanian sebelumnya yang tradisional.
Revolusi Hijau diawali oleh Norman Borlaug, seorang penerima Nobel Perdamaian tahun 1960
merupakan orang yang dipandang sebagai konseptor utama Revolusi Hijau. Revolusi hijau diawali
oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkan gandum di Meksiko (1950) dan padi di
Filipina (1960).
Pelaksanaan Revolusi Hijau di Indonesia
Pelaksanaan revolusi hijau di Indonesia melalui usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian.
Usaha ekstensifikasi pertanian yaitu dengan perluasaan wilayah pertanian. Namun karena areal
terbatas, maka usaha peningkatan produksi pertanian melalui usaha intensifikasi pertanian yaitu
melalui usaha panca usaha tani yaitu:
1. Teknik pengolahan lahan pertanian
2. Pengaturan irigasi
3. Pemupukan
4. Pemberantasan hama
5. Penggunaan bibit unggul
Dampak Revolusi Hijau
Gerakan revolusi hijau walaupun menghantarkan Indonesia pada swasembada beras ternyata
mendapat kritik dari berbagai kalangan. Mereka berpendapat bahwa gerakan revolusi hijau ini
menjadikan kesenjangan sosial dan ekonomi pedesaan. Hal ini karena revolusi hijau hanya
menguntungkan para pemilik tanah yang memiliki lebih dari setengah hektar, petani kaya dan
penyelenggara negara di pedesaan. Karena sebelum pelaksaan Revolusi Industri keadaan penguasaan
tanah sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai
dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965.
Kritik terhadap revolusi hijau ditujukan terhadap pelaksanaan revolusi hijau yang tidak memandang
kaidah-kaidah yang telah ditentukan sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan yang
parah.
Dampak Positif Revolusi Hijau:
Dengan adanya penggunaan teknologi pertanian maka terjadi peningkatan hasil pertanian
sehingga pemenuhan meningkat. Bahkan setelah pelaksaan Revolusi Hijau, Indonesia
mengalami swasembada beras dan melakukan ekspor beras ke India.
Dampak Negatif Revolusi Hijau
BAB II
PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI MASA ORDE BARU PERKEMBANGAN
INDUSTRIALISASI MASA ORDE BARU
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses
perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industri . Dimana selain
penemuan-penemuan baru di bidang industri masih ada lagi factor yang menyebabkan
terjadi industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau.
Dimana revolusi hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang
berdampak pada perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran
ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan
industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibangun masyarakat dari suatu
pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan
berbudaya masyarakat industri. Perkembangan industri tidak lepas dari proses
perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang mendorong berbagai perubahan
dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga berhasil menjerat Indonesia untuk masuk
didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
a. Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
b. Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
c. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang
baru yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di
kawasan industri.
e. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik
pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulai tertarik akan perkembangan
industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan
industrialisasi di Indonesia, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu :
a. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk
memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara.
b. Mengembangkan industri pertanian
c. Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang
mengalami kemajuan pesat.
d. Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang
dikelola olrh PT.PAL Indonesia.
e. Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah
menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta,
Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industri, masyarakat dunia
sekarang ikut menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya
pun semakin meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut
menikmati kemajuan dari perkembangan industri.
A. Industri Pertanian
Industri pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati
dengan bantuan teknologi industri. Teknologi industri itu dapat menghasilkan berbagai
macam hasil yang mempunyai nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industri pertanian
meliputi hal-hal sebagai berikut
· Industri pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura.
o · Industri pengolahan hasil perkebunan seperti industri minyak kelapa, industri barang-
barang karet dan sebagainya.
o · Industri pengolahan hasil perikanan seperti industri pengolahan udang, rumput laut,
ubur-ubur dan lain sebagainya.
o · Industri pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan
rayon, serta industri pengolahan rotan.
o · Industri pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitasi sumber-sumber
yang baru.
o · Industri pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri maupun ekspor.
o · Industri mesin dan peralatan pertanian.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industri pertanian agar lebih
baik yaitu :
Ø Melakukan panca usaha tani
Ø Penanganan pascapanen
Ø Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen.
Ø Penyediaan sarana dan prasarana
Ø Pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi.
Ø Pemanfaatan lahan kering, pekarangan dan rawa.
Pada dasarnya perekonomian Indonesia bersifat agraris, bahkan hampir 80% wilayah
Indonesia merupakan daerah pertanian dan sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di
sektor pertanian. Hasil hasil pertanian yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industri,
seperti industri furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan
hasil produksi pertanian itu ditempuh melalui proses industri pabrik. Beberapa pabrik industri
pengolahan hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil goodyear di bogor, pabrik kina di
bandung, pabrik kertas di leces dan padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan
lain sebagainya.
B. Industri Nonpertanian
Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian,
meliputi industri maritim, industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan
energi, industri semen, besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Berbagai macam industri
telah didirikan untuk meningkatkan produksinya. Pabrik semen di Gresik, Padang, Cibinong,
dan Ujung Pandang. Untuk memperkuat struktur industri Indonesia yang masih lemah, mulai
tahun 1984 pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut “Peta Rangka
Landasan” bidang industri dengan sistem “Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth
Center) “sebuah proyek percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari
pusat industri petrokimia, pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama
dilaksanakan di Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur.
C. Industri Pertambangan dan Energi Industri pertambangan dan industri energi diarahkan
pada pemanfaatan dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri, dan meningkatkan
ekspor.Contohnya adalah
Ø industri tambang batu bara di Sawahlunto;
Ø industri tambang emas di Irian Jaya;
Ø industri tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang;
Ø industri tambang timah di Belitung;
Ø industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang
D. Industri Elektronika Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring
bermunculan perusahaan elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National
dan Panasonic bergabung menjadi Panasonic). F. Industri Pariwisata Indonesia (Pulau Bali)
termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata internasional. Wilayah Indonesia
termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun keuntungan industri wisata adalah: Ø
Mendatangkan devisa Negara Ø Memperluas lapangan kerja Ø Memacu pembangunan
daerah Ø Meningkatkan rasa cinta tanah air Ø Mengembangkan kerajinan rakyat Menurut
UU No. 5 Tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional membagi industri menjadi
4 kelompok,yaitu Industri mesin dan logam dasar (industri hulu); · Industri kimia dasar
(industri hulu); · Kelompok aneka industri (industri hilir); · Industri kecil termasuk industri
rumah tangga. Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang
cukup menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh
masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut Swasembada Beras · Kesejahteraan
Penduduk · Perubahan Struktur Ekonomi · Perubahan Struktur Lapangan Kerja ·
Perkembangan Investasi
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbubPERKEMBANGAN
INDUSTRIALISASI MASA ORDE BARU PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI
MASA ORDE BARU Perkembangan industri yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas
dari proses perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industri . Dimana
selain penemuan-penemuan baru di bidang industri masih ada lagi factor yang menyebabkan
terjadi industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Dimana
revolusi hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada
perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional.
Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan
proses budaya dimana dibangun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri.
Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang
teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga
berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia
ditandai oleh : a. Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja. b. Banyaknya tenaga kerja
terserap ke dalam sektor-sektor industri. c. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang
lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat industri modern
diantaranya rasionalisasi. d. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai
daerah khususnya di kawasan industri. e. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang
memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung
pertanian dan sebagainya. Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulai tertarik akan
perkembangan industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk
meningkatkan industrialisasi di Indonesia, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya
yaitu : a. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk
memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara. b. Mengembangkan industri
pertanian c. Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang
mengalami kemajuan pesat. d. Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan
kapal di Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia. e. Pembangunan Industri Pesawat
Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia.
Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan
Batam. Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industri, masyarakat dunia
sekarang ikut menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun
semakin meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati
kemajuan dari perkembangan industri. A. Industri Pertanian o Industri pertanian
merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan bantuan teknologi
industri. Teknologi industri itu dapat menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai
nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industri pertanian meliputi hal-hal sebagai berikut
o · Industri pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura. o · Industri
pengolahan hasil perkebunan seperti industri minyak kelapa, industri barang-barang karet dan
sebagainya. o · Industri pengolahan hasil perikanan seperti industri pengolahan udang,
rumput laut, ubur-ubur dan lain sebagainya. o · Industri pengolahan hasil hutan seperti
pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan rayon, serta industri pengolahan rotan.
o · Industri pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitasi sumber-sumber
yang baru. o · Industri pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri maupun ekspor. o · Industri mesin dan peralatan pertanian. Upaya yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industri pertanian agar lebih baik yaitu :
Ø Melakukan panca usaha tani Ø Penanganan pascapanen Ø Menentukan harga yang layak
bagi produsen dan konsumen. Ø Penyediaan sarana dan prasarana Ø Pengembangan dan
pemanfaatan tekhnologi. Ø Pemanfaatan lahan kering, pekarangan dan rawa. Pada dasarnya
perekonomian Indonesia bersifat agraris, bahkan hampir 80% wilayah Indonesia merupakan
daerah pertanian dan sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor
pertanian. Hasil hasil pertanian yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industri,
seperti industri furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan
hasil produksi pertanian itu ditempuh melalui proses industri pabrik. Beberapa pabrik industri
pengolahan hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil goodyear di bogor, pabrik kina di
bandung, pabrik kertas di leces dan padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan
lain sebagainya. B. Industri Nonpertanian Industri nonpertanian adalah industri yang
aktivitasnya di luar bidang pertanian, meliputi industri maritim, industri elektronika, industri
pariwisata, industri pertambangan dan energi, industri semen, besi baja, perakitan
kendaraan bermotor. Berbagai macam industri telah didirikan untuk meningkatkan
produksinya. Pabrik semen di Gresik, Padang, Cibinong, dan Ujung Pandang. Untuk
memperkuat struktur industri Indonesia yang masih lemah, mulai tahun 1984
pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut “Peta Rangka Landasan” bidang
industri dengan sistem “Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center) “sebuah
proyek percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri
petrokimia, pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama dilaksanakan di
Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur. C. Industri Pertambangan dan Energi
Industri pertambangan dan industri energi diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan
baku bagi industri dalam negeri, dan meningkatkan ekspor.Contohnya adalah Ø industri
tambang batu bara di Sawahlunto; Ø industri tambang emas di Irian Jaya; Ø industri
tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang; Ø industri tambang timah di Belitung;
Ø industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang D. Industri Elektronika
Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring bermunculan perusahaan
elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan Panasonic bergabung
menjadi Panasonic). F. Industri Pariwisata Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat 5
setelah Hawai pada pariwisata internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam,
budaya, dan teknologi. Adapun keuntungan industri wisata adalah: Ø Mendatangkan devisa
Negara Ø Memperluas lapangan kerja Ø Memacu pembangunan daerah Ø Meningkatkan
rasa cinta tanah air Ø Mengembangkan kerajinan rakyat Menurut UU No. 5 Tahun 1984,
Departemen Perindustrian secara nasional membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu
Industri mesin dan logam dasar (industri hulu); · Industri kimia dasar (industri hulu);
· Kelompok aneka industri (industri hilir); · Industri kecil termasuk industri rumah tangga.
Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup
menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat
Indonesia, antara lain sebagai berikut Swasembada Beras · Kesejahteraan Penduduk
· Perubahan Struktur Ekonomi · Perubahan Struktur Lapangan Kerja · Perkembangan
Investasi
Revolusi Hijau selalu dikaitkan dengan seseorang yanf dianggap sebagai penemu sekaligus
pencetus Revolusi Hijau, Norman Borlaug, seorang ilmuwan Amerika tertarik pada
pertanian. Pada tahun 1940, ia mulai melakukan penelitian di Meksiko dan mengembangkan
ketahanan terhadap penyakit baru varietas tinggi hasil gandum. Dengan menggabungkan
varietas gandum Borlaug dengan teknologi baru pertanian mekanik, Meksiko mampu
menghasilkan gandum lebih dari yang dibutuhkan oleh warga sendiri, menyebabkan
Revolusi Hijau sebagai yang dilansir di dalam situs http://id.shvoong.com adalah suatu
revolusi produksi biji- bijian yang dilakukan melalui penelitian ilmiah sehingga produktivitas
panen meningkat. Karena pertambahan penduduk yang sangat pesat harus diimbangi oleh
peningkatan produksi hasil pertanian. dari kedua sumber di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa revolusi hijau adalah pengembangan tekhnologi pertanian yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi pangan karena pertambahan penduduk yang semakin pesat dan harus
diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian. Di beberapa negara Asia yang sebelumnya
pernah mengalami krisis pangan seperti India, China, Bangladesh, Vietnam, Thailand, serta
Indonesia pada masa orde baru yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya, revolusi hijau
Revolusi Hijau diterapkan berdasarkan kepada empat pilar penting, sebagaimana yang
tertera dalam http://ridwanaz.com. Bahwa revolusi hijau mendasar kepada beberapa pilar
penting, yaitu: (1), penyediaan air melalui sistem irigasi, (2) pemakaian pupuk kimia secara
optimal, (3), penerapan pestisida sesuai dengan tingkat organisme penggangu, dan ke (4),
penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku tanaman berkualitas. Melalui penerapan
teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan
memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu,
suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.dan diharapkan mampu untuk memenuhi
Indonesia baru menerapkan revolusi hijau pada masa pemerintahan orde baru
Revolusi Hijau yang dilakukan di Indonesia pada masa pemerintahan orde baru. Sebagai
bagian daripada proyek ambisius pemerintah yang berusaha untuk memicu hasil pertanian
dengan menggunakan tekhnologi modern. Pada awalnya, ide penerapan revolusi hijau
dianggap sebagaian kalangan telah menjawab kegelisahan rakyat akan tersedianya kebutuhan
Sayangnya, semua itu hanyalah efek yang bersifat semu dan bukan tanpa efek samping jika
tidak segera dikendalikan, dalam jangka panjang justru akan menjadi ancaman terhadap krisis
pangan dunia. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia, pada dekade 80-an, pemerintahan orde
baru berusaha mengkomando penamaman sejumlah tanaman bibit unggul yang diimpor dari
luar negeri dengan menggunakan pupuk kimia dan bahan pestisida. Meski awalnya terkesan
dipaksakan, patut kita acungi jempol karena pada saat itu Indonesia mulai menjadi negara
yang berswasembada beras. Namun hal itu hanya bisa kita nikmati untuk sementara waktu
saja, menginjak dekade 90-an, petani kita mulai kewalahan dengan serangan hama yang terus
menerus terjadi dan menjadikan kesuburan tanah semakin merosot sedangkan pestisida yang
selama ini diagung- agungkan sebagai solusi pencegah hama tidak manjur lagi. Pada
kehidupan sosial masyarakat, terjadi kesenjangan sosial yang cukup lebar teutama diantara
para petani. Revolusi Hijau yang digadang- gadangkan sebelumnya untuk memperbaiki
ketimpangan yang terjadi akibat gagalnya revolusi agraria, pada kenyataannya hanya
dinikmati segelintir orang saja, salah satunya adalah para petani yang memiliki banyak tanah
Hasil daripada penerapan suatu metode, tentu saja terdapat dampak positif dan negatif
didalamnya, tanpa terkecuali yang ditimbulkan dalam penerapan metode pertanian dengan
tekhnologi tinggi seperti revolusi hijau. Berikut adalah dampak positif dan negatif terhadap
1. Dampak Positif
2. Dampak Negatif
diimbangi dengan pengembangan pangan sebagai sumber protein dan lahan peternakan
pestisida.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dilihat dari kemajuan pertaniannya, revolusi hijau telah menciptakan kemajuan pada
ketika diterapkannya revolusi hijau masa pemerintahan orde baru. Indonesia yang pada masa
pemerintahan sebelumnya mau tidak mau harus melakukan impor beras, pada masa ini
menjadi negara swasembada beras selama kurang lebih 2 dekade. Akan tetapi dibalik itu
semua, terdapat sejumlah dampak negatif yang dirasakan masyarakat sampai pada saat ini,
terutama terhadap pelestarian lingkungan dan kesenjangan sosial semakin melebar yang
pembangunan.
Saran
Diharapkan kepada pemerintah dan masyarakat untuk tidak melakukan segala sesuatu dalam
mengekploitasi sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Karena sejatinya bukan hanya kita yang akan menikmati alam, tetapi anak dan cucu kita
BAB II
PEMBAHASAN
Revolusi Hijau selalu dikaitkan dengan seseorang yanf dianggap sebagai penemu sekaligus pencetus
Revolusi Hijau, Norman Borlaug, seorang ilmuwan Amerika tertarik pada pertanian. Pada tahun
1940, ia mulai melakukan penelitian di Meksiko dan mengembangkan ketahanan terhadap penyakit
baru varietas tinggi hasil gandum. Dengan menggabungkan varietas gandum Borlaug dengan
teknologi baru pertanian mekanik, Meksiko mampu menghasilkan gandum lebih dari yang dibutuhkan
oleh warga sendiri, menyebabkan perusahaan menjadi pengekspor gandum oleh 1960-an.
(Http://geography.abbout.com).
Revolusi Hijau sebagai yang dilansir di dalam situs http://id.shvoong.com adalah suatu revolusi
produksi biji- bijian yang dilakukan melalui penelitian ilmiah sehingga produktivitas panen
meningkat. Karena pertambahan penduduk yang sangat pesat harus diimbangi oleh peningkatan
produksi hasil pertanian. dari kedua sumber di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa revolusi hijau
adalah pengembangan tekhnologi pertanian yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan
karena pertambahan penduduk yang semakin pesat dan harus diimbangi dengan peningkatan produksi
pertanian. Di beberapa negara Asia yang sebelumnya pernah mengalami krisis pangan seperti India,
China, Bangladesh, Vietnam, Thailand, serta Indonesia pada masa orde baru yang akan dijelaskan
pada bab selanjutnya, revolusi hijau merupakan sebutan tidak resmi yang dipergunakan untuk
menggambarkan perubahan pundamental yang terjadi dengan adanya penerapan tekhnologi budidaya
pertanian.
Revolusi Hijau diterapkan berdasarkan kepada empat pilar penting, sebagaimana yang tertera dalam
http://ridwanaz.com. Bahwa revolusi hijau mendasar kepada beberapa pilar penting, yaitu: (1),
penyediaan air melalui sistem irigasi, (2) pemakaian pupuk kimia secara optimal, (3), penerapan
pestisida sesuai dengan tingkat organisme penggangu, dan ke (4), penggunaan varietas unggul sebagai
bahan baku tanaman berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan
hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk
padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.dan diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri selama beberapa waktu
Revolusi Hijau yang dilakukan di Indonesia pada masa pemerintahan orde baru. Sebagai bagian
daripada proyek ambisius pemerintah yang berusaha untuk memicu hasil pertanian dengan
menggunakan tekhnologi modern. Pada awalnya, ide penerapan revolusi hijau dianggap sebagaian
kalangan telah menjawab kegelisahan rakyat akan tersedianya kebutuhan pangan yang terus menerus
meningkat.
Sayangnya, semua itu hanyalah efek yang bersifat semu dan bukan tanpa efek samping jika tidak
segera dikendalikan, dalam jangka panjang justru akan menjadi ancaman terhadap krisis pangan
dunia. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia, pada dekade 80-an, pemerintahan orde baru berusaha
mengkomando penamaman sejumlah tanaman bibit unggul yang diimpor dari luar negeri dengan
menggunakan pupuk kimia dan bahan pestisida. Meski awalnya terkesan dipaksakan, patut kita
acungi jempol karena pada saat itu Indonesia mulai menjadi negara yang berswasembada beras.
Namun hal itu hanya bisa kita nikmati untuk sementara waktu saja, menginjak dekade 90-an, petani
kita mulai kewalahan dengan serangan hama yang terus menerus terjadi dan menjadikan kesuburan
tanah semakin merosot sedangkan pestisida yang selama ini diagung- agungkan sebagai solusi
pencegah hama tidak manjur lagi. Pada kehidupan sosial masyarakat, terjadi kesenjangan sosial yang
cukup lebar teutama diantara para petani. Revolusi Hijau yang digadang- gadangkan sebelumnya
untuk memperbaiki ketimpangan yang terjadi akibat gagalnya revolusi agraria, pada kenyataannya
hanya dinikmati segelintir orang saja, salah satunya adalah para petani yang memiliki banyak tanah
dan modal serta aparat birokrat dipedesaan.
Hasil daripada penerapan suatu metode, tentu saja terdapat dampak positif dan negatif didalamnya,
tanpa terkecuali yang ditimbulkan dalam penerapan metode pertanian dengan tekhnologi tinggi
seperti revolusi hijau. Berikut adalah dampak positif dan negatif terhadap penerapan revolusi hijau di
Indonesia yang didapat dari sejumlah sumber :
1. Dampak Positif
- Menjadikan Indonesia sebagai negara yang berswasembada beras, setelah sebelumnya menjadi
pengimpor beras pada masa pemerintahan Soekarno.
2. Dampak Negatif
- Penurunan produksi protein, hal ini dikarenakan pengemabangan serelia tidak diimbangi
dengan pengembangan pangan sebagai sumber protein dan lahan peternakan sebagaian besar telah di
jadikan sawah.
- Penurunan keanekaragaman hayati
- Penggunaan pestisida yang menyebabkan munculnya hama yang tahan terhadap pestisida.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dilihat dari kemajuan pertaniannya, revolusi hijau telah menciptakan kemajuan pada kehidupan
masyarakat Indonesia. Terdapat manfaat yang dirasakan masyarakat Indonesia ketika diterapkannya
revolusi hijau masa pemerintahan orde baru. Indonesia yang pada masa pemerintahan sebelumnya
mau tidak mau harus melakukan impor beras, pada masa ini menjadi negara swasembada beras
selama kurang lebih 2 dekade. Akan tetapi dibalik itu semua, terdapat sejumlah dampak negatif yang
dirasakan masyarakat sampai pada saat ini, terutama terhadap pelestarian lingkungan dan kesenjangan
sosial semakin melebar yang dirasakan masyararakat, terutama yang terdapat dipedesaan akibat tidak
meratanya pembangunan.
Saran
Diharapkan kepada pemerintah dan masyarakat untuk tidak melakukan segala sesuatu dalam
mengekploitasi sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari.
Karena sejatinya bukan hanya kita yang akan menikmati alam, tetapi anak dan cucu kita dimasa yang
akan datang.
Mapel : SejarahMapel :
Dampak revolusi hijau terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat pedesaan dan perkotaan pada
masa orde baru terdiri atas 2 bagian, yakni dampak positif dan dampak negative.
1.
yang unggul berkat usia pertumbuhannya yang pendek, sehingga panen hasil
tanaman dapat dilakukan menjadi dua kali setahun dari yang sebelumnya hanya
sekali setahun. Pertambahan jumlah panen ini juga berdampak positif terhadap
bidang ketenagakerjaan karena panen yang lebih banyak juga membutuhkan jumlah
pendapatan para petani dengan adanya kelebihan sistem pertanian yang baru
3.
teknologi.
4.
1.
hasil revolusi hijau hanya dirasakan oleh petani kaya sehingga peningkatan
produksi pangan tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan petani secara umum.
2.
kimia dan zat kimia pembasmi hama hasil revolusi hijau berdampak pada tingginya
4.
bagi hasil yang dulu dianut masyarakat. Dimana sebelumnya sistem panen dilakukan
secara bersama-sama, namun setelah adanya revolusi hijau sistem panen bersama –
Pembahasan:
pertanian.
Cara modern dalam revolusi hijau tersebut dapat dilihat dengan memproduksi
biji - bijian dari percobaan dan penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari
varietas gandum, padi, jagung yang mampu meningkatkan hasil panen. Tujuan
revolusi hijau adalah untuk meningkatkan produksi pertanian petani dengan melakukan
1.
di seluruh dunia akibat perang dunia pertama dan perang dunia kedua.
2.
3.
4.
5.
Adanya keinginan
komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial.
Gerakan Bimas akhirnya berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras, tetapi hanya
mampu dilakukan dalam waktu lima tahun saja, yakni antara tahun 1984 hingga tahun1989. Sehingga
secara umum gerakan revolusi hijau tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah
negara dengan swasembada pangan secara tetap.
2. Penerapan kebijakan
harga sama.
pertanian.
1.
Penyediaan
Pemakaian
3.
Pemakaian
pestisida pada tanaman yang disesuaikan dengan tingkat serangan organisme atau
hama pengganggu.
4.
Penggunaan
Mapel : SejarahMapel :
1.
yang unggul berkat usia pertumbuhannya yang pendek, sehingga panen hasil
tanaman dapat dilakukan menjadi dua kali setahun dari yang sebelumnya hanya
sekali setahun. Pertambahan jumlah panen ini juga berdampak positif terhadap
bidang ketenagakerjaan karena panen yang lebih banyak juga membutuhkan jumlah
2.
pendapatan para petani dengan adanya kelebihan sistem pertanian yang baru
3.
teknologi.
4.
1.
hasil revolusi hijau hanya dirasakan oleh petani kaya sehingga peningkatan
produksi pangan tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan petani secara umum.
2.
kimia dan zat kimia pembasmi hama hasil revolusi hijau berdampak pada tingginya
3.
4.
bagi hasil yang dulu dianut masyarakat. Dimana sebelumnya sistem panen dilakukan
secara bersama-sama, namun setelah adanya revolusi hijau sistem panen bersama –
Pembahasan:
pertanian.
Cara modern dalam revolusi hijau tersebut dapat dilihat dengan memproduksi
biji - bijian dari percobaan dan penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari
varietas gandum, padi, jagung yang mampu meningkatkan hasil panen. Tujuan
revolusi hijau adalah untuk meningkatkan produksi pertanian petani dengan melakukan
Berikut ini
1.
di seluruh dunia akibat perang dunia pertama dan perang dunia kedua.
2.
3.
5.
Adanya keinginan
orde baru untuk meningkatkan produksi pangan sehingga mampu melakukan swasembada
komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial.
Gerakan Bimas akhirnya berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras, tetapi hanya
mampu dilakukan dalam waktu lima tahun saja, yakni antara tahun 1984 hingga tahun1989. Sehingga
secara umum gerakan revolusi hijau tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah
negara dengan swasembada pangan secara tetap.
harga sama.
pertanian.
1.
Penyediaan
2.
Pemakaian
3.
Pemakaian
pestisida pada tanaman yang disesuaikan dengan tingkat serangan organisme atau
hama pengganggu.
4.
Penggunaan
Dampak revolusi hijau terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat pedesaan dan perkotaan pada
masa orde baru terdiri atas 2 bagian, yakni dampak positif dan dampak negative.
1.
yang unggul berkat usia pertumbuhannya yang pendek, sehingga panen hasil
tanaman dapat dilakukan menjadi dua kali setahun dari yang sebelumnya hanya
sekali setahun. Pertambahan jumlah panen ini juga berdampak positif terhadap
bidang ketenagakerjaan karena panen yang lebih banyak juga membutuhkan jumlah
2.
3.
teknologi.
4.
1.
hasil revolusi hijau hanya dirasakan oleh petani kaya sehingga peningkatan
produksi pangan tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan petani secara umum.
2.
kimia dan zat kimia pembasmi hama hasil revolusi hijau berdampak pada tingginya
3.
bagi hasil yang dulu dianut masyarakat. Dimana sebelumnya sistem panen dilakukan
secara bersama-sama, namun setelah adanya revolusi hijau sistem panen bersama –
Pembahasan:
pertanian.
Cara modern dalam revolusi hijau tersebut dapat dilihat dengan memproduksi
biji - bijian dari percobaan dan penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari
varietas gandum, padi, jagung yang mampu meningkatkan hasil panen. Tujuan
revolusi hijau adalah untuk meningkatkan produksi pertanian petani dengan melakukan
Berikut ini
di seluruh dunia akibat perang dunia pertama dan perang dunia kedua.
2.
3.
4.
5.
Adanya keinginan
orde baru untuk meningkatkan produksi pangan sehingga mampu melakukan swasembada
komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial.
Gerakan Bimas akhirnya berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras, tetapi hanya
mampu dilakukan dalam waktu lima tahun saja, yakni antara tahun 1984 hingga tahun1989. Sehingga
secara umum gerakan revolusi hijau tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah
negara dengan swasembada pangan secara tetap.
2. Penerapan kebijakan
harga sama.
pertanian.
1.
Penyediaan
2.
Pemakaian
pupuk kimia pada tanaman secara optimal.
3.
Pemakaian
pestisida pada tanaman yang disesuaikan dengan tingkat serangan organisme atau
hama pengganggu.
4.
Penggunaan
Sebelum Revolusi Hijau, produksi padi yang merupakan bahan pangan utama di Indonesia
masih bergantung pada cara pertanian dengan mengandalkan luas lahan dan teknologi yang
sederhana. Pada periode kemudian, intensifikasi pertanian menjadi tumpuan bagi
peningkatan produksi pangan nasional. Usaha peningkatan produksi pangan di Indonesia
sudah dilakukan sejak tahun 1950-an.
Pada waktu itu, pemerintah menerapkan kebijakan Rencana Kemakmuran Kasimo. Program
itu dilakukan pada kurun waktu tahun 1952–1956. Keinginan mencapai produksi pangan
yang tinggi kemudian dilanjutkan. Beberapa program baru dilaksanakan, seperti program
padi sentra pada tahun 1959– 1962 dan program bimbingan masyarakat (bimas) pada tahun
1963–1965.
Berbagai usaha yang telah dilakukan belum berhasil menutupi kebutuhan pangan yang
besar. Produksi beras per tahun menunjukkan kenaikan dari 5,79 juta ton pada tahun 1950
menjadi 8,84 juta ton pada tahun 1965. Namun, jumlah beras yang tersedia per jiwa masih
tetap rendah sehingga impor beras masih tetap tinggi. Ketika ekonomi nasional memburuk
pada awal tahun 1960-an, persediaan beras nasional juga menurun.
Akibatnya, harga beras meningkat dan masyarakat sulit mendapatkan beras di pasar. Ketika
Pelita I dimulai pada tahun 1969, sebuah rencana peningkatan hasil tanaman pangan
khususnya beras dilakukan melalui program intensifikasi masyarakat (inmas). Program
inmas tersebut untuk melanjutkan program bimbingan masyarakat (bimas).
Pusat-pusat penelitian itu tidak hanya bergantung pada pembudidayaan jenis padi yang
telah dikembangkan oleh IRRI. Para peneliti Indonesia juga melakukan penyilangan
terhadap jenis padi lokal. Mereka berhasil menemukan jenis padi baru yang lebih
berkualitas, baik dalam penanaman, tingkat produksi, maupun rasa dengan memanfaatkan
teknologi baru yang ada. Hasilnya, beberapa jenis benih unggul yang dikenal sebagai padi
IR, PB, VUTW, C4, atau Pelita ditanam secara luas oleh para petani Indonesia sejak tahun
1970-an.
Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia mengalami pasang surut karena faktor alam
ataupun kerusakan ekologi. Hal ini tentu saja memengaruhi persediaan beras nasional. Pada
tahun 1972, produksi beras Indonesia terancam oleh musim kering yang panjang. Usaha
peningkatan produksi beras nasional sekali lagi terganggu karena serangan hama dengan
mencakup wilayah yang sangat luas pada tahun 1977. Produksi pangan mengalami kenaikan
ketika program intensifikasi khusus (insus) dilaksanakan pada tahun 1980.
Hasilnya, Indonesia mampu mencapai tingkat swasembada beras dan berhenti mengimpor
beras pada tahun 1984. Padahal, pada tahun 1977 dan 1979 Indonesia merupakan
pengimpor beras terbesar di dunia. Selain memanfaatkan jenis padi baru yang unggul,
peningkatan produksi beras di Indonesia didukung oleh penggunaan pupuk kimia,
mekanisasi pengolahan tanah, pola tanam, pengembangan teknologi pascapanen,
penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama pengganggu, pencetakan sawah baru, dan
perbaikan serta pembangunan sarana dan prasarana irigasi.
Selain kebijakan intensifikasi, Indonesia juga melakukan pencetakan sawah baru. Sampai
tahun 1985, sudah terdapat 4,23 juta hektar sawah beririgasi terutama di Jawa, Bali, dan
Nusa Tenggara Barat dibandingkan sekitar 1,8 juta hektar pada tahun 1964. Selama empat
pelita, telah dibangun dan diperbaiki sekitar 8,3 juta hektar sawah beririgasi.
Dengan demikian Revolusi Hijau memberikan pengaruh yang positif dalam pengadaan
pangan. Sejak tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota FAO (Food and Agricultur
Organization). FAO telah banyak memberi bantuan untuk pengembangan pertanian.
Keberhasilan Indonesia dalam swasembada pangan dibuktikan dengan adanya penghargan
dari FAO pada tahun 1988. Hal ini berarti Indonesia telah dapat mengatasi masalah pangan
Read more: Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi Pada Masa Orde Baru | Materi SMA
Online http://www.materisma.com/2014/08/dampak-revolusi-hijau-dan.html#ixzz5QRc5SA6B