Anda di halaman 1dari 16

Biografi Singkat Ir.

Soekarno

Nama Asli : Koesno Sosrodiharjo


Nama Ganti : Soekarno
Lahir : Surabaya 6 Juni 1901
Wafat : Jakarta 21 Juni 1970
Makam : Kota Blitar, Jawa Timur
Kebangsaan : Indonesia
Orangtua : Soekemi Sosrodihardjo (Bapak), Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu)
Gelar : Pahlawan Indonesia
Pasangan : Siti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari
Dewi Soekarno, Haryati, Yurike Sanger, Heldy Djafar
Anak :

 Putra: Guruh Soekarnoputra, Guntur Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, Taufan


Soekarnoputra, Totok Suryawan,
 Putri: Megawati Soekarnoputri, Kartika Sari Dewi Soekarno, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Ayu Gembirowati, Rukmini Soekarno,

Pendidikan :

 Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto


 Pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Mojokerto (1911)
 Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911-1915)
 Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut
Teknologi Bandung) (1920)

Penghargaan :

 Penghargaan Perdamaian Lenin (1960)


 Bintang Kehormatan Filipina (1965)
 Gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri antara lain
dari Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung,
Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Agama Islam Negeri
Jakarta, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman),
Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir).
 Penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo
yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya
dilapisi emas dari Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, atas jasa Soekarno dalam
mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju
serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan
dan membebaskan diri dari politik apartheid. Penyerahan penghargaan dilaksanakan
di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria (April 2005). (Sumber:
Wikipedia.org)
A. BOIGRAFI LENGKAP IR. SOEKARNO
Soekarno dilahirkan dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai
di Surabaya pada tanggal 06 Juni 1901 dengan nama asli Koesno Sosrodiharjo, namun kare
sering sakit, orangtua nya mengganti nama menjadi Soekarno.

Ayah dan ibu beliau bertemu di Bali ketika ayahnya menjadi guru di Bali dan Ibunya
merupakan bangsawan di Bali, Soekarno memiliki saudara kandung perempuan bernama
Sukarmini.

1. Masa Kecil-Remaja Sukarno (1901-1921)

Sukarno terlahir dengan nama Kusno pada 6 Juni 1901 di Surabaya dari seorang ibu
keturunan bangsawan Bali bernama Ida Ayu Nyoman Rai dan ayahnya adalah keturunan
Sultan Kediri bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo. Berdasarkan silsilah keluarga, darah
pejuang sudah mengalir kental dalam diri Sukarno. Kakek moyang Sukarno dari pihak ibu
adalah pejuang dari Kerajaan Singaraja dalam perang Puputan di pantai utara Bali.
Sementara dari pihak ayah, mengalir darah patriot dari pahlawan tanah Jawa yaitu
Diponegoro. Dari kisah perjuangan kakek-nenek moyang keluarga, hasrat pejuang
pembebasan itu diwariskan terus hingga menjadi ambisi yang dalam diri Sukarno muda.

Walaupun lahir dari keturunan bangsawan dari pihak ayah maupun ibu, jangan dikira
Sukarno lahir dan tumbuh dari keluarga yang berkecukupan. Gelar kebangsawanan itu
hanyalah tinggal nama karena kebanyakan leluhur Sukarno kalah dalam perjuangan lokal
melawan kolonial Belanda. Ayah Sukarno hanyalah guru sekolah rendah di Singaraja,
sementara sang ibu adalah gadis Pura yang menjaga kebersihan rumah ibadat itu. Sesudah
pindah ke Blitar, Sukarno dibesarkan di tengah keluarga yang bisa gua bilang kebangetan
miskinnya! Menurut otobiografi yang ditulis Sukarno dan Cindy Adams, dia tinggal di
rumah yang sangat sederhana. Keluarganya bahkan ga punya sendok, garpu, ataupun
sepatu. Waktu kecil keluarga Sukarno hanya bisa makan nasi 1x sehari, mereka bahkan
gak mampu beli beras, jadi mereka beli padi dan harus numbuk padi sendiri setiap subuh
supaya jadi beras. Bapak Bangsa kita ini memulai kehidupannya dari kemelaratan yang
tak terbayangkan oleh kita semua.
Walaupun hidup dalam kemiskinan, ayahnya yang seorang guru terus menggembleng
Sukarno dengan prinsip-prinsip hidup yang terus dia pegang. Karena itulah, Sukarno muda
tumbuh dengan jiwa kepemimpinan, cerdas, cekatan, bawel, penuh semangat, dan
sekaligus juga memiliki perasaan yang halus. Karakternya yang seperti itulah yang
membuat dirinya bisa bertahan dalam diskriminasi anak-anak Belanda sewaktu belajar di
sekolah Rendah Belanda hingga masuk ke Hoogere Burgerschool (HBS) sekolah
menengah Belanda. Cerita dikata-katain, diludahin, sampai berantem pukul-pukulan sama
anak-anak cowok Belanda, udah jadi makanan sehari-hari bagi Sukarno yang masih
remaja.

Singkat cerita, sejak Sukarno masuk kelas HBS Belanda di Surabaya, dia
numpang bersama kawan ayahnya yang merupakan salah satu tokoh nasional sekaligus
sang guru Bangsa yaitu Hadji Oemar Said Cokroaminoto (selanjutnya disebut
Cokroaminoto). Pada saat itu Cokro adalah ketua Sarekat Islam, sekaligus tokoh politik
masyarakat Jawa yang dijuluki Belanda "Raja Jawa tanpa mahkota". Di rumah Cokro yang
sangat sederhana ini, Sukarno tinggal dan belajar bersama dengan anak asuh didik Cokro
yang lain seperti Kartosoewirjo, Musso, Alimin, Semaoen.

dari kiri ke kanan : Muso, Alimin, Semaun, Sukarno, Kartosuwiryo sedang berdiskusi di
rumah HOS Cokroaminoto | Illustrasi dari film Soekarno karya Hanung Bramantyo.

tapi jangan bayangin kamar asrama Sukarno itu kayak asrama yang nyaman kayak
zaman sekarang ye. Menurut deskripsi langsung dari Otobiografi Sukarno, kamarnya di
rumah Cokro itu tidak lebih baik dari kandang ayam! Kamarnya itu gak ada pintu, ga ada
jendela, ga ada kasur, ga ada bantal, ga ada lampu. Bener-bener gelap gulita dan satu-
satunya penerangan cuma dari lilin pijar. Di dalem kamar itu cuma ada meja dan kursi
reyot sama tikar untuk tidur, lengkap bersama sarang-sarang serangga seperti nyamuk,
kecoa, kelabang, dan laba-laba. Maknyus bener dah!

Tapi jangan salah, justru dari kamar yang kayak kandang ayam itulah, Sukarno
menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk membaca dan mengejar ilmu pengetahuan.
Kalo kebanyakan anak remaja zaman sekarang pada males belajar dan suka bolos ke
sekolah, Sukarno umur 15 tahun di 'kandang ayam' yang gelap penuh sarang serangga itu
justru hobinya belajar, membaca, dan membedah pemikiran politikus kelas dunia dari
ratusan tahun sebelumnya. Dari masih remaja, Sukarno udah katam betul perjuangan
politik pembebasan Amerika beserta perjuangan para pendiri Bangsa Amerika
seperti Thomas Jefferson, George Washington, Benjamin Franklin, John Adams, dkk.
Sukarno remaja juga tertarik sejarah perjuangan revolusi Perancis, revolusi industri,
perjuangan buruh, Declaration of Independence, perang saudara di AS, sampai revolusi
politik di Rusia. Seorang remaja umur 15 tahun yang lahir dalam kemelaratan, Sukarno
udah gak asing lagi dengan gagasan dan pemikiran tokoh intelektual kelas dunia seperti
Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin, Rousseau, Voltaire, Gladstone, Beatrice Webb,
Mazzini, Cavour, Garibaldi, Otto Bauer, Alfred Adler, dan masih banyak lagi., Sukarno
mempelajari pemikiran mereka semua dari kamar pengap yang cuma diterangi oleh satu
lilin! Dari kamar yang seperti 'kandang ayam' itulah terlahir bibit-bibit nasionalisme dan
gagasan-gagasan pemberontakan Sukarno melawan kolonialisme.

Sukarno waktu lulus dari Sekolah HBS (setingkat SMA)

Di masa remaja ini pula, tumbuh jiwa politik Sukarno bersama dengan teman-teman
diskusinya. Perkumpulan politik Sukarno yang pertama adalah Tri Koro Darmo dengan
tiga tujuan yaitu kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial. Tidak lama kemudian lahir
perkumpulan baru dengan aktvitas yang lebih konkrit yaitu Jong Java. Dari perkumpulan
inilah, Sukarno dkk memulai pendekatan politiknya dengan pergi ke kampung-kampung
untuk melakukan aktivitas kerja sosial, mendirikan sekolah, membantu korban bencana,
dll. Pada umur 19 tahun, Sukarno (saat itu masih SMA) udah produktif menulis gila-gilaan
sampai 500 artikel di harian Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bima
untuk mengobarkan semangat pemberontakan pada masyarakat luas.

10 Juni 1921 Sukarno lulus dari HBS Belanda, lalu menikah dengan puteri dari
Cokroaminoto yaitu Utari. Namun demikian pernikahannya dengan Utari (16 tahun)
diakui Sukarno hanya sebatas bentuk rasa hormat pada Cokroaminoto yang khawatir akan
masa depan anaknya, sehingga hubungan mereka lebih seperti kakak-adik ketimbang
seperti suami istri. 1 Juli 1921, Sukarno resmi jadi mahasiswa Technische Hogeschool
Bandung (TH Bandung atau THB), yang sekarang namanya berubah jadi Institut
Teknologi Bandung. Dia keterima di jurusan waterbowkunde (tata bangunan air), yang
dalam perkembangannya dia ternyata lebih minat jadi arsitek bangunan umum.

Setelah kuliah, Sukarno dan Utari ngekos di rumah temennya Cokro, yaitu H.
Sanusi yang merupakan tokoh Sarekat Islam. Di tahun kedua masa kuliahnya, Sukarno
mulai ngerasa bahwa istrinya masih 'bocah' dan belum bisa menjadi perempuan dewasa
untuk menjadi seorang istri pejuang revolusi. Di samping itu, ibu kosnya Inggit Ganarsih,
juga punya masalah perkawinan dengan suaminya yaitu H. Sanusi. Singkat kata singkat
cerita, Sukarno dan Inggit jatuh cinta, kemudian Sukarno memutuskan untuk bercerai
dengan Utari secara baik-baik. Tanpa diduga-duga, ternyata H.Sanusi juga tidak
berkebaratan untuk bercerai dengan Inggit dan tidak mempermasalahkan hubungan Inggit
dengan Sukarno. Ibu Inggit inilah yang kelak nantinya sangat setia menemani Sukarno di
masa-masa awal perjuangannya.

2. Pendidikan Soekarno

Di Mojokerto Ayahnya memasukan Beliau disekolah yang dengan tempat Ayahnya


menjadi guru, namun pada tahun 1911 Ayahnya memindahkannya sekolah ke ELS
(Europeesche Lagere School) untuk lebih mudah masuk keHBS (Hogere Burger School)
di Surabaya. Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal
di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto yang merupakan
kawan dari ayah Soekarno yang dikenal sebgai pendiri dari Serikat Islam (SI).

Di rumah Cokroaminoto, Soekarno muda mulai belajar berpolitik dan juga belajar
berpidato meskipun cenderung ia lakukan sendiri di depan cermin di kamarnya. Di
sekolahnya yaitu Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno mendapat banyak ilmu
pengetahuan.

Setelah lulus dari Hoogere Burger School atau HBS pada tahun 1921, Soekarno
kemudian pindah ke bandung dan tinggal dirumah Haji Sanusi dan melanjutkan studinya
ke Technische Hoogeschool (THS) jurusan teknik sipil yang sekarang menjadi ITB dan
lulus pada tanggal 25 mei 1926 dengan gelar Ir (insinyur).
B. PERJUANGAN IR. SOEKARNO
Lulus dari THS, Ir.Soekarno kemudian mendirikan Biro Insinyur pada tahun 1926 bersama
Ir.Anwari yang mengerjakan desain dan rancang bangunan. Disinilah yang menjadi cikal
bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berdiri pada 4 Juli 1927. Disinilah
Beliau mengamalkan ajaaran Marhaenisme yang bertujuan agar bangsa Indonesia bisa
Merdekan dan lepas dari Jajahan Belanda.

Dari keberaniannya inilah yang membuat Soekarno di tangkap oleh Belanda di Yogyakarta
dan memasukannya ke penjara Banceuy di Bandung pada bulan Desember 1929. Pada tahun
1930 Spekarno di pindahkan ke penjara Sukamiskin, dan disanalah Soekarno membuat Pledoi
yang fenomenal yaitu Indonesia Menggugat.

Pada tanggal 31 Desember 1931 Soekarno di bebaskan, dan pada tahun 1933 Soekarno
bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari PNI.

Soekarno kembali ditangkap oleh Soekarno pada bulan Agustus 1933 dan mengasingkannya
ke Flores. Karena jarak yang jauh, membuat Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh
nasional lainnya. Pada tahun 1938 Soekarno dibuang ke Bengkulu, dan disinilah Beliau
bertemu dengan Mohammad Hatta dan Ibu Fatmawati.

Pada tahun 1942 kekuasaan Belanda berakhir setelah Jepang masuk menyerbu Indonesia.
Diawal kependudukannya, Jepang tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia
hingga pada akhirnya pada tahun 1943 jepang menyadari pentingnya para tokoh-tokoh ini.
Jepang mulai memanfaatkan tokoh Pergerakkan indonesia, salah satunya adalah Ir.Soekarno
untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propraganda Jepang.

Pada akhirnya para tokoh pergerakan nasional mulai berkerja sama dengan pemerintah
penduduk jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia. Meskipun ada pula tokoh
yang menganggap Jepang Fasis yang berbahaya dan melakukan gerakan perlawanan seperti
Sultan Sjahrir dan Sjarifuddin.

Pada bulan Agustus 1945, Ir.Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi yang merupakan
pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Disana Marsekal
Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdeka dan segala urusan proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab Indonesia sendiri.

Masa pergerakan nasional

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung.


Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929,
dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan
kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang
merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan
diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun
semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru
Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi
Bengkulu.Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Masa penjajahan Jepang

Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak
memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan"
keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr.
Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus
memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain
dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk
Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat
(Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H
Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-
tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan
Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Soekarno diantara Pemimpin Dunia

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks


proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan
Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.

Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah


merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk
merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke
Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia
yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima
langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci)
kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan
pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap
keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal
Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian
menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia
sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat
Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus
romusha.

Masa Perang Revolusi

Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang


Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang
(resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan
Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta
mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk
oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta
Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta
Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini
disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun
Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai
penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment
tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat
itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan
bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-
an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI
menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945
pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19
September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah
peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan
Jepang yang masih bersenjata lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip
Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah
mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha
menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA
(Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November
1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya
memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden
dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku
kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi
kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive.
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala
Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat
pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik
Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan


Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948
serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden
Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara,
tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa
Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang
dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

Masa kemerdekaan

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai


Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia
Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden
Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-
Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara
kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik
Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku
jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah
dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat
dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet
yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang
mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak
jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga
berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di
kalangan Angkatan Udara.

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.


Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada
tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang
menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan
konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih
mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan
munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia
internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip
Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U
Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang
membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang
memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami
konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah,
yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk
dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan
Indonesia.

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional,
Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin
negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy
(Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).

Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia "bercerai" dengan Wakil Presiden Moh.
Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia.
Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok
Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa
jabatannya tidak dapat "memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Sekutu Kembali Melakukan Serangan

Setelah proses kemerdekaan Indonesia terjadi, kemerdekaan yang telah didapatkan itu tidak
dapat langsung dinikmati oleh warga Indonesia, karena pada tahun-tahun berikutnya masih
ada sekutu yang secara terang-terangan tidak mengakui adanya kemerdekaan di Indonesia
dan berusaha menjajah kembali Indonesia.

Berbagai macam gencatan dan serangan yang dilakukan dari pihak sekutu tidak membuat
rakyat Indonesia menyerah. Seperti peristiwa yang terjadi di Surabaya yang ketika itu
pasukan Belanda dipimpin oleh Brigadir Jendral A.W.S Mallaby yang berusahan kembali
menyerang Indonesia.

Namun rakyat Indonesia di Surabaya dengan gigih terus berjuang untuk mempertahankan
kemerdekaan hungga akhirnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby tewas dan pemerintahan
Belanda menarik pasukannya kembali ke Belanda. Perang tersebut tidak hanya terjadi di kota
surabaya namun terjadi hampir disetiap kota.
Dengan adanya serangan tersebut membuat Indonesia secara resmi mengadukan agresi
militrer Belanda ke PBB, karena serangan tersebut dianggap telah melanggar perjanjian
internasinal yaitu perjanjian linggajati.

Meskipun telah dilaporkan ke PBB, Belanda masih tetap melakukan agresinya. Hingga pada
akhirnya atas pemintaan India dan Australia pad 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang
dilancarkan oleh Belanda dimasukan dalam agenda rapat Dewan Keamanan PBB, dan
akhirnya dikeluarkanlah Resolusi No 27 tanggal 1 Agustus 1947 yang isinya menyerukan
agar konflik bersenjata di hentikan.

Dan atas tekanan dari Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 pemerintah
Belanda menyatakan menerima resolusi dan akan menhentikan pertempuran.

Setelah pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda, Presiden Soekarnao dan Mohammad
Hatta kembali di angkat menjadi Presiden dan Wakil presiden Republik Indonesia Serikat.
Dan karena adanya tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali negara
kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS diubah kemballi menjadi Republik
Indonesia dimana Ir.Soekarno dan Mohammad Hatta masih menjadi wakilnya.

Terjadinya Pemberontakan G30S/PKI

Pada tahun 1960 terjadilan pergolakan politik yang amat hebat terjadi di Indonesia, yaitu
adanya pemberontakan G30-S/PKI yang melahirkan krisis politik di Indonesia. Hingga
Massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)
yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.

Namun Presiden Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan
tersebut bertentangan dnegan pandangan Nasional, Agama dan Komunisme. Karena sikapnya
tersebut akhirnya melemahkan posisinya dalam dunia Politik.

Lima bulan setelah peristiwa tersebut dikeluarkanlah surat perintah sebelas maret
(SUPERSEMAR) yang ditandatangani oleh Soekarno yang isinya berupa perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu digunakan untuk menjaga
keamanan pemerintah dan keselamatan pribadi.

Surat perintah tersebut digunakan oleh Soeharto yang saat itu menjadi Panglima Angkatan
Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. MPRS pun
mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar
menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto
sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat bisa menjadi presiden apabila presiden
sebelumnya berhalangan.

Pada hari minggu tanggal 21 Juni 1970, Presiden Soekarno membacakan pidatonya yang
isinya mempertanggung jawabkan atas sikapnya terhadap peristiwa G30S dan pidatonya
ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Ir.Soekarno menandatangani
Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.
Wafatnya Ir.Soekarno

enterberita.com
Pada hari Minggu, 21 Juni 1970 Ir Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Ia di semayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan
kemudian dikebumikan di Blitar, Jawa Timur di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman
Rai.

Ir Soekarno ialah sosok pahlawan yang sejati. Ia tidak hanya diakui berjasa bagi bangsanya
sendiri, namun juga memberikan pengabdiannya untuk kedamaian di dunia.

Semua sepakat bahwa Ir Soekarno merupakan seorang “manusia tidak biasa" yang belum
tentu dilahirkan kembali dalam kurun waktu satu abad. Ir Soekarno adalah bapak bangsa
yang tidak akan dilupakan jasanya dan pemerintah memberi anugerah kepadanya sebagai
“Pahlawan Proklamasi".
Berikut Kutipan Kata Kata Bijak Dari Presiden Soekarno

1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak
akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini
syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi
budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari
Pahlawan 10 Nop.1961)
3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih
sulit karena melawan bangsamu sendiri.
4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun
ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan
diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu
kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun.
6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat
berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
7. ……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan
persaudaraan……
8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama
masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus
dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari
Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah
berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.
C. HAL – HAL YANG DAPAT DITELADANI

1. Selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

Pada saat proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Soekarno dan tokoh
kemerdekaan Indonesia lainnya mengadakan musyawarah untuk mencapai mufakat demi
keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang baru berdiri.

2. Meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

Meskipun masing-masing tokoh memiliki pendapat yang berbeda-beda namun akhirnya


Soekarno dan tokoh bangsa lainnya dapat menghasilkan keputusan bersama yang diterima
& dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

3. Memiliki semangat kekeluargaan dan kebersamaan.

Soekarno dan tokoh bangsa lainnya memiliki semangat kekeluargaan dan kebersamaan
yang merupakan kekuatan batin dalam merebut kemerdekaan dan menegakkan
kedaulatan rakyat.

4. Berani dan rela berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara.
Soekarno terkenal sebagai orator yang ulung. Pidato-pidato mampu membangkitkan
semangat rakyat untuk berjuang merebut kemerdekaan. Dengan tuduhan menghasut
rakyat untuk memberontak, pada akhir Desember 1929 Soekarno ditangkap dan dijatuhi
hukuman penjara.

5. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah


Perumusan dasar negara Indonesia merupakan hasil kerja keras yang melibatkan banyak
tokoh diantaranya Soekarno. Beliau berjuang keras tanpa kenal menyerah dengan tulus
ikhlas, tanpa pamrih dan penuh semangat untuk merumuskan dasar Negara.

KESIMPULAN YANG DAPAT KITA JADIKAN PELAJARAN DARI IR. SOEKARNO


 Tidak melakukan Korupsi atau segala sesuatu yang dapat menghancurkan Kita.
 Apabila Kita ingin memimpin orang lain, pimpin dahulu diri Kita sehingga orang lain
yang Kita pimpin-pun akan segan, terbukti dengan Kepemimpinan Soekarno yang
tidak mengambil uang rakyat berakibat pada orang-orang yang dipimpinnya-pun tidak
sampai hati untuk melakukan hal itu.
 Menjadi Pemimpin yang terbuka, tidak hanya untuk golongannya tapi untuk semua
kalangan yang dipimpin, terbukti dengan Keinginan Soekarno yang ingin Istana
Negara bukan hanya menjadi tempat bagi para mandataris rakyat, tapi juga terbuka
untuk setiap orang yang ingin masuk dan belajar di sana, tidak seperti kondisi
sekarang yang penjagaan sangat ketat sehingga cenderung orang-orang istana saja
yang bisa masuk ke sana.
 Menjadi pemimpin yang jika berbicara tidak hanya mampu dimengerti oleh orang-
orang yang berpendidikan, tapi bisa menyesuaikan dengan siapa yang diajak bicara.
 Pemimpin harus memerdulikan ‘orang kecil’. Hakikat pemimpin adalah orang yang
dipilih rakyat (mandataris rakyat), sehingga harus memerdulikan rakyat yang
dipimpinnya.
 Jangan pernah menyerah dalam memerjuangkan kebenaran dan untuk kepentingan
masyarakat banyak.
 Jangan terlalu menikmati (terlena) dengan jabatan yang Kita pegang sekarang seolah
tidak ingin turun, walaupun Kita telah menorehkan prestasi yang membanggakan,
Kita harus sadar bahwa jabatan itu harus berganti, jika tidak, maka akan terjadi hal-
hal yang negatif.
 Pemimpin harus gigih dalam memerjuangkan kebenaran walaupun risikonya sangat
besar.
 Pemimpin yang tegas dan berani, adalah pemimpin yang dapat selalu
mempertahankan integritasnya, sekalipun ‘penjara’ rintangannya.
 Apabila seorang pemimpin ingin dan bermaksud memperjuangkan kepentingan
‘rakyat’ yang dipimpinnya, maka Pemimpin tersebut harus sebisa mungkin berjumpa
dengan ‘rakyat’nya, karena dengan itu, maka akan tampak bukan hanya sekadar janji-
janji yang terlontar, namun ada usaha untuk menjadikan itu nyata
BIOGRAFI IR. SOEKARNO

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

WINDAH SYAHRA RAMADHANI


XI MIPA 3

SMAN 2 MAROS

TAHUN AJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai